Abstrak
Penatalaksanaan nyeri akut pascaoperasi merupakan tugas penting dokter anestesi. Morfin banyak
digunakan untuk mengontrol nyeri pascaoperasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
pemberian MgSO4 intravena selama operasi terhadap efek analgesia dan kebutuhan morfin pascaoperasi.
Penelitian ini adalah uji klinik blok tersamar ganda. Tiga puluh enam subjek usia 2155 tahun dialokasikan
ke dalam kelompok A yang diberikan MgSO4 30 mg/kgBB intravena 15 menit dilanjutkan 15 mg/kgBB/jam
sampai akhir operasi dan kelompok B diberikan NaCl 0,9% dengan volume sama yang menjalani operasi
bedah mayor di RSUP Sanglah Denpasar pada JuniAgustus 2014. Data hasil penelitian dianalisis dengan Uji
Mann-Whitney. Nilai visual analog scale (VAS) diam dan bergerak pada jam ke-4 dan ke-8 pada kelompok
Mg berbeda bermakna (p<0,05). Perbedaan konsumsi morfin pascaoperasi pada jam ke-4, ke-8, dan ke-24
berbeda bermakna (p<0,05). Simpulan penelitian ini adalah pemberian MgSO4 intravena selama operasi
meningkatkan efek analgesia dan menurunkan kebutuhan morfin pascaoperasi.
Kata kunci: Analgesia pascaoperasi, anestesi umum, bedah mayor, magnesium sulfat
Abstract
Relieving acute post-operative pain is an important role of anesthesiologist. Morphine is frequently used
to control moderate to severe post operative pain. The objective of this study is to understand the effect of
intravenous MgSO4 administration in improving post-operative analgesia effect. This study was a double-
blind randomized block clinical trial. The subjects of this study were patients who underwent major
surgeries in Sanglah Hospital during the period of June to August 2014. Thirty six subjects age 2155 years
allocated to group A received intravenous MgSO4 30 mg/kgBW intravenous bolus in 15 minutes followed
by 15 mg/kgBW/hour until the surgery is finished and group B received NaCl 0.9% with the same volume.
Data were then analyzed using the Mann-Whitney Test. The stationary and mobile VAS scores in the 4th
and 8th hour in Mg group were significantly different (p<0.05). Post-operative morphine consumptions in
the 4th, 8th, and 24th hour were significantly different between the Mg and NaCl 0.9% groups (p<0.05). It is
concluded that the administration of intravenous MgSO4 during operation increases analgesia effect and
reduces post-operative morphine need
Key words: General anesthesia, magnesium sulfate, major surgery, post-operative analgesia
Korespondensi: Hengki Irawan, dr., Bagian Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/
Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Jl. Diponegoro No. 1 Denpasar 80114, Telp. (0361) 227911, Mobile 081320300048,
Email irwan_hengki@yahoo.com
222
Pemberian Magnesium Sulfat Intravena Meningkatkan Efek Analgesia Pascaoperasi pada 223
Bedah Mayor Menggunakan Anestesi Umum
diberikan propofol memakai target controlled tombol pada mesin PCA dengan obat morfin
infusion (TCI) model Schnider dengan target intravena dan pengaturan PCA, yaitu demand
konsentrasi 4 mcg/mL, kemudian disuntikkan dose 1 mg, locked out interval 6 menit, dosis
atrakurium 0,5 mg/kgBB intravena. Suplemen maksimum dalam 4 jam sebesar 10 mg.
analgesia diberikan ketorolak 0,5 mg/kgBB Total dosis morfin pascaoperasi pada jam
intravena. ke-4, 8, dan juga 24 yang terekam dalam history
Ventilasi tekanan positif diberikan melalui mesin PCA dicabut. Ketorolak 0,5 mg/kgBB
sungkup muka dengan oksigen 100% 12 kali diberikan dengan interval waktu 8 jam, bila
per menit setelah tidak bernapas. Setelah onset terjadi efek samping gatal yang mengganggu
fentanil tercapai dalam 5 menit dan pelumpuh diberikan dipenhidramin 10 mg i.v. Bila pasien
otot tercapai dalam waktu 3 menit, dilakukan mual atau muntah diberikan metokloperamid
laringoskopi serta intubasi trakea pada menit 10 mg i.v. Bila terjadi efek samping yang serius
ke-5. Kedalaman anestesia dipelihara dengan akibat pemakaian morfin, seperti oversedasi
mempergunakan oksigen: N2O (1:2), propofol dan depresi napas diberi terapi nalokson dosis
TCI model Schnider dengan target konsentrasi titrasi sesuai protokol, lalu pasien dikeluarkan
efek 4 mcg/mL. Fentanil tambahan 0,5 mcg/ dari penelitian.
kgBB diberikan secara intermiten, jika terdapat
peningkatan tekanan darah sistol dan laju nadi Hasil
lebih dari 20% dari tekanan darah sistol dan
laju nadi sebelum pembedahan dimulai. Distribusi proporsi dan analisis uji chi-kuadrat
Pemeriksaan magnesium plasma dilakukan dilakukan terhadap jenis kelamin serta status
saat preoperasi dan pascaoperasi. Jika tekanan fisis ASA. Usia, berat badan, tinggi badan, serta
sistol <90 mmHg atau MAP menurun >20% indeks massa tubuh (IMT) ditampilkan dalam
dari awal, berikan efedrin 5 mg intravena. rata-rata dan standar deviasi dengan uji-t.
Jika nadi kurang dari 45 kali/menit diberikan Karakteristik menurut usia, jenis kelamin,
atropin 0,5 mg intravena. Jika terjadi keluhan berat badan, tinggi badan, dan status fisis ASA
pada pasien akibat pemberian MgS04, seperti antara kelompok MgSO4 dan kelompok NaCl
badan terasa panas, skotomata, mual, muntah, 0,9% secara statistika tidak berbeda bermakna
penglihatan kabur dan atau ganda, kelemahan (p>0,05; Tabel 1).
otot, dan juga gangguan irama jantung sebagai Sebelum melakukan perbandingan variabel,
komplikasi pemberian MgSO4, diberikan 1 dilakukan uji normalitas pada masing-masing
gram kalsium glukonas intravena. Pada akhir kelompok mempergunakan Uji Shapiro-Wilk.
pembedahan, dilakukan pencatatan durasi Berdasarkan pada hasil uji normalitas tersebut,
operasi dan anestesia serta jumlah kebutuhan didapatkan variabel yang berdistribusi normal
MgSO4 yang diperlukan intraoperatif. Subjek pada kedua kelompok adalah usia serta berat
diekstubasi setelah napas spontan adekuat badan. Selanjutnya, dilakukan uji rata-rata
dengan volume tidal 68 mL/kgBB dan bila dengan mempergunakan uji parametrik pada
diperlukan dapat diberikan reverse. variabel berdistribusi normal. Untuk variabel
Nilai VAS ditentukan dengan cara mengukur yang tidak berdistribusi normal maka uji rata-
jarak dari sebelah kiri garis horizontal dengan rata dengan menggunakan uji nonparametrik,
panjang 100 mm yang sudah ditandai pasien yaitu Uji Mann-Whitney (Tabel 2).
pada saat jam ke-4, 8, dan 24 pascaoperasi. Berdasarkan pada hasil analisis didapatkan
Evaluasi VAS dilakukan saat skor Aldrette bahwa variabel nilai VAS diam 4 dan 8 jam, VAS
10, subjek akan diberikan morfin dosis titrasi 2 bergerak 4 dan 8 jam, dan konsumsi morfin 4,
mg bolus intravena perlahan sebagai analgesia 8, dan 24 jam memiliki perbedaan bermakna
awal bila nilai VAS 30 mm. Observasi selama secara statistika (p<0,05), sedangkan variabel
5 menit, dapat diulang kembali sampai VAS di VAS diam 24 jam dan juga VAS bergerak 24 jam
bawah 30 mm. Selanjutnya bila di ruangan VAS tidak mempunyai perbedaan bermakna secara
30 mm subjek dipersilakan untuk memencet statistika (p>0,05; Tabel 3).
Pada variabel penilaian VAS diam maupun diam dan bergerak pada jam ke-4, 8, serta 24
bergerak pada jam ke-4 dan ke-8, didapatkan lebih rendah pada kelompok MgSO4. Terdapat
secara statistika berbeda bermakna (p<0,05), kecenderungan nilai VAS diam dan bergerak
sedangkan nilai VAS diam dan bergerak antara yang menurun sampai dengan 24 jam pertama
kelompok MgSO4 dan kelompok NaCl 0,9% (Gambar 1).
pada jam ke-24 didapatkan secara statistika Total konsumsi morfin pascaoperasi diukur
tidak berbeda bermakna (p>0,05). Nilai VAS dengan cara melihat rekaman data pada mesin
mgSO4 mgSO4
NaCl NaCl
V diam 4 jam V diam 8 jam V diam 24 jam V gerak 4 jam V gerak 8 jam V gerak 24 jam
Gambar 1 Nilai VAS Diam Rata-rata berdasarkan Gambar 2 Nilai VAS Bergerak Rata-rata
Kelompok Perlakuan berdasarkan Kelompok Perlakuan
Pembahasan
Pada hasil penelitian ini, pemberian MgSO4 gambaran skala nyeri serta kebutuhan morfin
intravena selama operasi dapat menghasilkan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok
kualitas analgesia dengan nilai VAS yang lebih kontrol.
baik pascaoperasi pada jam ke-4 dan juga ke-8
(p<0,05) sementara tidak lebih baik (p>0,05) Simpulan
pada jam ke-24. Keadaan tersebut disebabkan
pada jam ke-24, MgSO4 yang diberikan selama Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa
operasi mengalami penurunan kadar plasma pemberian MgSO4 30 mg bolus dilanjutkan 15
sehingga efek analgesia berkurang. mg/kgBB/jam pada pasien yang menjalani
Magnesium adalah inhibitor nonkompetitif pembedahan mayor dengan anestesia umum
terhadap inositol triphosphat-gated, saluran memberikan kualitas analgesia lebih baik serta
kalsium serta magnesium yang memiliki fungsi menurunkan pemakaian morfin pascabedah
sebagai antagonis kalsium endogen dengan dalam 24 jam pertama.
cara memengaruhi penyerapan dan distribusi.
Magnesium juga menunjukkan efek modulasi Daftar Pustaka
pada saluran natrium dan juga kalium, sehingga
akan memengaruhi potensiasi membran. Pada 1. Aubrun F, Mozoit JX, Riou B. Post operative
sistem saraf pusat, efek depresi timbul akibat intravenous morphine titrasion. Br J
pemberian magnesium yang bertindak sebagai Anaesth. 2012;108(2):193201.
antagonis pada reseptor N-methyl D-aspartat 2. Bugada D, Matteo DM, Intelligente F,
(NMDA) glutamat dan penghambat pelepasan Cattaneo S, Romagnoli F, Minella C. A
katekolamin.6,8,9 short on the current status of multimodal
Magnesium sulfat merupakan penghambat analgesia for post operative pain: how
reseptor NMDA, sehingga mencegah sensitisasi recent findings suggest a change in
sentral akibat stimulasi pada nosiseptif perifer. perspective. Intern J Anesthesiol Research.
Magnesium juga memiliki efek antinosiseptif 2013;1:8896.
pada hewan serta manusia. Efek ini terutama 3. Albrech E, Kirkham KR, Liu S, Brull R. Peri-
didasarkan pada pengaruh magnesium sulfat operative intravenous administration of
terhadap pengaturan perpindahan kalsium ke magnesium sulphate and postoperative
dalam sel, yang secara fisiologis berperanan pain: a meta-analysis. Anesthesia. 2013;68:
sebagai antagonis kalsium dan juga reseptor 7990.
NMDA. Hubungan terbalik ditunjukkan antara 4. Piplai G, Mukhopadhyay M, Maji A, Barua
derajat nyeri akibat proses pembedahan dan D, Bhattacharya A, Mukhopadhyay A,
kadar magnesium serum.7,10,11 dkk. Effect of magnesium sulpa he on
Konsumsi morfin dalam 24 jam pascaoperasi hemodinamik response to endotracheal
pada kelompok MgSO4 lebih rendah sebesar intubation, anaesthetic requirement and
5,28 mg dibandingkan dengan kelompok NaCl. postoperative opioid consumption in
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian patients undergoing spine surgery. Intern
yang dilakukan Hwang dkk.10 serta penelitian J Pharmacol Therapeutics. 2013;3:7384.
Pastore dkk.12 menggunakan MgSO4 50 mg/ 5. Dabbagh A, Elyasi H, Razavi S, Fathi M,
kgBB bolus intravena yang dilanjutkan dengan Rajaei S. Intravenous magnesium sulfate for
15 mg/kgBB/jam pada operasi penggantian post operative pain in patients undergoing
sendi panggul total mempergunakan anestesia lower limb orthopedic surgery. Acta
spinal dapat menurunkan kebutuhan morfin Anaesthesiol Scand. 2009;53(8):108891.
pascaoperasi dengan skor nyeri lebih rendah. 6. Herroeder S, Schonherr ME, Hert SG,
Penelitian yang dilakukan oleh Dabbagh dkk.5 Holmann MW. Magnesium-essentials for
pada pembedahan ortopedi ektremitas bawah anethesiologists. Anesthesiology. 2011;
menunjukkan hasil bahwa pemberian MgSO4 114:97193.
8 mg/kgBB sampai akhir operasi memberikan