ANEMIA APLASTIK
Oleh
Pembimbing
Dr. Ade Saifan Surya Sp.A
0
BAB 1
PENDAHULUAN
Anemia aplastik bukan penyakit tunggal, tetapi suatu kelompok penyakit yang
berhubungan dengan kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan ketiga tipe sel
darah yaitu : sel darah merah, sel darah putih dan platelet 1. Pengurangan jumlah sel
darah merah menyebabkan rendahnya kadar Hb dalam darah tepi, sel darah putih
dengan pansitopenia dan hipoplasia sumsum tulang 3. Aplasia yang hanya mengenai
penyakit pada pria juga lebih berat daripada wanita. Perbedaan umur dan jenis
1
Pemeriksaan penunjang pada anemia aplastik berupa pemeriksaan darah rutin,
pemeriksaan darah tepi (blood smear) dan pemeriksaan BMA (Bone Marrow
Aspiration) 6.
Terapi anemia aplastik dapat dibagi menjadi terapi primer dan terapi suportif.
Terapi primer secara umum terdiri dari transplantasi sumsum tulang dan terapi
imunosupresif. Terapi suportif berupa transfusi sesuai dengan sel hemopoetik yang
dibutuhkan 7.
Berikut ini akan dilaporkan suatu kasus anemia aplastik pada seorang anak
laki-laki berumur 4 tahun yang dirawat di bangsal anak RSU Cut Meutia Aceh Utara.
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
A. Identitas Penderita
Nama : An. DI
Umur : 4 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
No. MR : 35.59.80
Ayah Ibu
3
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Gusi berdarah serta keluar darah dari hidung sejak 1 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan
Pucat, lemas, pusing, mual, panas naik turun, dan lebam-lebam kebiruan pada
kedua tungkai.
Pasien dengan ibunya datang ke Poli anak RSU Cut Meutia pada tanggal 26
September 2013 dengan keluhan utama gusi berdarah serta keluar darah dari
hidung sejak 1 hari SMRS. Pasien tampak lemah dan pucat dalam 1 minggu ini.
Selain itu juga ibu pasien mengeluhkan demam yang tidak terlalu tinggi,
demamnya naik turun dan terutama pada sore dan malam hari selama 2 minggu
badan. Menurut pengakuan ibu pasien jika terbentur sedikit saja langsung timbul
memar dan lebam-lebam. Keluhan tambahan lainnya adalah nyeri kepala, mual,
perut kembung serta rasa tidak enak di perut. BAB (+) normal, tidak berdarah
sedangkan BAK banyak, warna kuning jernih. Pasien dibawa ke rumah sakit
untuk pemeriksaan darah, kemudian didapatkan bahwa Hb, leukosit dan trombosit
4
pasien sangat rendah lalu pasien disarankan oleh dokter spesialis anak untuk
Pasien telah memperlihatkan gejala di atas sejak pertengahan bulan Mei 2013.
Pasien sering tampak lemah, lesu serta mulai timbul lebam-lebam kebiruan pada
karena dianggap lebam biasa karena terjatuh pada saat anak main. Pada tanggal
23 Juni 2013 anak dibawa ke Poli RSU Cut Meutia, Oleh dokter di Poli menduga
Malik Medan untuk pemeriksaan lanjutan. Pada tanggal 27 Juli 2013 di RSU H
Adam Malik Medan pasien dinyatakan (+) menderita anemia aplastik setelah
1. Riwayat Antenatal
kali, selama kehamilan ibu penderita tidak pernah sakit, tidak pernah minum
obat-obatan tertentu, makan dan minum seperti biasa dan tidak pernah terkena
2. Riwayat Natal
Lahir spontan ditolong oleh bidan desa, berat badan lahir, nilai APGAR,
5
3. Riwayat Neonatal
Anak lahir langsung menangis dengan gerakan aktif dan warna seluruh badan
f. Riwayat Perkembangan/Pertumbuhan
Keluarga lupa kapan penderita dapat tiarap, merangkak, duduk dan berdiri.
Anak sudah dapat berjalan sejak umur 12 bulan. Menurut ibu, pertumbuhan anak
membaca, menulis dan prestasi sekolahnya sesuai dengan umur anak seusianya.
g. Riwayat Imunisasi
h. Riwayat Makanan
Penderita mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 2 tahun, MPASI sejak usia
4 bulan berupa susu kadang diselingi dengan buah-buahan dan bubur nasi.
Penderita tidak pernah mengalami gangguan dalam pola makan, saat ini penderita
tidak mengalami perubahan nafsu makan. Frekuensi makan 3 kali sehari dengan
i. Riwayat Keluarga
Tidak ada dikeluarga yang menderita penyakit seperti penderita. Tidak ada
6
riwayat penyakit asma, darah tinggi, kencing manis maupun penyakit keganasan
dikeluarga.
Ikhtisar Keluarga :
Keterangan :
= perempuan
= laki-laki
= penderita
j. Riwayat Psikososial
Anak tinggal serumah dengan ayah ibu dan neneknya dalam rumah semi
permanen, ventilasinya baik, air minum, mandi, cuci dan minum sehari-hari
3. PEMERIKSAAN FISIK
c. Tanda vital
Suhu : 37,8 C
Tinggi Badan : 98 cm
e. Kepala/leher
terdapat alopesia.
Mata : Palpebra tidak edema, alis dan bulu mata tidak mudah
Mulut : Bentuk tidak ada kelainan, mukosa bibir basah, bercak darah
Lidah : Bentuk simetris, anemis (+), tidak tremor, tidak kotor, warna
merah keputihan.
8
Pharing : Tidak tampak hiperemis, tidak edema, tidak ada abses, tidak
ada pseudomembran.
Tonsil : T1/T1 tenang, Warna merah muda, tidak membesar, tidak ada
abses/pseudomembran.
g. Toraks
1. Pulmo
2. Cor
9
h. Abdomen
Palpasi : Soepel, distensi (-), ascites (-), Hepar dan lien tidak teraba
i. Ekstremitas
Atas : Akral hangat, oedem -/-, sianosis -/-, ekimosis pada lengan
kiri.
Bawah : Akral hangat, oedem -/-, sianosis -/-, ekimosis pada kedua
10
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
26 September 2013
Hematologi
Leukosit : leukositopenia
Kesan : pansitopenia
Saran : BMA
11
5. RESUME
Pasien anak laki-laki umur 4 tahun, 14,5 kg, datang ke Poli anak dengan
keluhan utama gusi berdarah serta keluar darah dari hidung sejak 1 hari SMRS. Os
juga mengalami demam yang naik turun selama 2 minggu terakhir. Disertai dengan
pusing, muntah, lemas, dan pucat. Terdapat lebam-lebam kebiruan yang terdapat pada
kedua tungkainya. lebam-lebam kebiruan ini sering hilang timbul dan tempatnya juga
berumur 3,5 tahun. Nafsu makan pasien menurun. BAB N tidak berdarah. BAK
banyak, warna kuning jernih. Pasien pernah di rujuk ke RSUP H Adam Malik dan
tulang.
tekanan darah 100 / 60 mmHg, nadi 96 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 37,8 C.
konjungtiva anemis, perdarahan pada gusi, mukosa mulut anemis, ekimosis pada dada
12
6. DIAGNOSA
a. Diagnosa Banding
Anemia aplastik
ITP
Leukemia
b. Diagnosa Kerja
Anemia aplastik
7. PENATALAKSANAAN
8. Pemeriksaan Anjuran
9. PROGNOSIS
13
11. FOLLOW UP HARIAN
Sabtu, S: Demam (-),lemah (+), mual (+), - IVFD NaCl 0,9% 12 gtt/i
muntah (-), nyeri perut (-), BAB (makro)
28/09/2013
(+) normal, BAK (+), nafsu -Ij. Cefotaxime 500mg/12
makan baik (+),keadaan umum jam
14
sedikit lemah - Ij. Ranitidine 1mL (25
O:Nadi (96 x/menit), Pernapasan mg) /12 jam
(20x/menit), Suhu (36,6 C). *Oral :
konjungtiva anemis (+/+). - Prednison 3 x II tab
hepatosplenomegali (-). - As. Folat 1x1 tab
A: Anemia Aplastik
P: Hb post tranfusi 8,9 g%
Leukosit : 5,8 x103/mm3,
Trombosit 51 x103/mm3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
(ANEMIA APLASTIK)
3.1 Definisi
15
Anemia aplastik merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel darah
dalam darah tepi, sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam
sumsum tulang. Anemia aplastik ditandai dengan pansitopenia atau bisitopenia pada
darah tepi yang disebabkan oleh kelainan pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia
atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sumsum tulang.
trombopoetik. Sebenarnya sistem limfopoetik dan RES juga mengalami aplasia, tetapi
3.2 Epidemiologi
berkaitan dengan lebih banyaknya paparan terhadap bahan kimia yang terjadi1,7,9.
3.3 Etiologi
Anemia aplastik dapat terjadi pada segala umur1,7. Kecuali jenis kongenital,
anemia aplastik biasanya terdapat pada anak besar berumur lebih dari 6 tahun.
Depresi sumsum tulang oleh obat atau bahan kimia, meskipun dengan dosis rendah
16
tetapi berlangsung sejak usia muda secara terus-menerus, baru akan terlihat
yang terlampau sering pada bayi (sejak umur 2-3 bulan), baru akan menyebabkan
gejala anemia aplastik setelah ia berumur lebih dari 6 tahun. Di samping itu pada
beberapa kasus gejala sudah timbul hanya beberapa saat setelah ia kontak dengan
agen penyebabnya4.
a. Faktor kongenital
Sindrom Fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali,
b. Faktor didapat
3.4 Patofisiologi
17
Ada 3 hal yang menjadi patofisiologi pada anemia aplastik 4
anemia aplastik. Sel induk pluripoten yang mengalami gangguan gagal membentuk
atau berkembang menjadi sel darah yang baru. Umumnya hal ini disebabkan
kurangnya jumlah atau menurunnya fungsi sel induk pluripoten. Penanganan yang
tepat untuk individu anemia aplastik yang disebabkan oleh gangguan pada sel induk
sel tersebut menjadi sel-sel darah. Selain itu, pada beberapa penderita anemia aplastik
ditemukan hambatan pertumbuhan sel. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
3. Proses autoimun
18
sitotoksik memerantarai destruksi sel-sel asal hemopoetik pada kelainan ini. Sel-sel T
efektor tampak lebih jelas di sumsum tulang dibandingkan dengan darah tepi pasien
anemia aplastik. Sel-sel tersebut menghasilkan IFN- dan TNF- yang merupakan
inhibitor langsung hemopoesis dan meningkatkan ekspresi Fas pada sel-sel CD34+.
Klon sel-sel T immortal yang positif CD4 dan CD8 dari pasien anemia aplastik juga
mensekresi sitokin Th1 yang bersifat toksik langsung ke sel CD34 positif autologous.
19
a. Sindrom anemia : gejala anemia bervariasi mulai dari ringan sampai berat. Gejala
anemia ringan dapat berupa pucat, sakit kepala, palpitasi dan mudah lelah. Pada
anemia yang sangat berat dapat terjadi dispneu, edema pretibial dan gejala lain
hal ini biasanya ditandai dengan demam yang kronik atau tanda infeksi yang lain
3.6 Diagnosis
gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan jaringan lemak;
20
sumsum tulang yang sedikit ini banyak ditemukan limfosit, sel RES (sel plasma,
rutin dan blood smear pada ITP hanya akan terjadi trombositopenia. Diagnosis
leukemia dapat disingkirkan karena biasanya terjadi organomegali dan pada blood
smear akan ditemukan sel-sel muda. Kedua diagnosis banding di atas akan jelas dapat
3.7 Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksanaan anemia aplastik adalah terapi primer dan terapi
6,7
suportif . Terapi primer dapat berupa transplantasi sumsum tulang terutama pada
pasien yang berusia muda. Transplantasi sumsum tulang ini memiliki angka
21
kesembuhan yang tinggi yaitu sekitar 70% dengan efek jangka panjang yang baik
yaitu 67%. Jika transplantasi tidak dapat dilakukan karena adanya reaksi penolakan
siklosporin dengan angka keberhasilan jangka panjang 36,6%7. Terapi suportif adalah
yang mempunyai daya anabolik dan merangsang sistem hemopoetik lebih kuat
terdapat remisi, dosis obat diberikan separuhnya dan jumlah sel darah diawasi
setiap minggu. Bila kemudian terjadi relaps, dosis obat harus diberikan penuh
remisi terlihat pada sistem granulopoetik terlebih dahulu, disusul oleh sistem
indikator terbaik untuk menilai keadaan remisi ini. Bila remisi parsial telah
tercapai bahaya perdarahan yang fatal masih ada, sehingga anak sebaiknya
22
dipulangkan dari rumah sakit setelah jumlah trombosit mencapai 50.000-
100.000/mm3.
2. Transfusi darah
hemoglobin yang tinggi, karena dengan transfusi darah yang terlampau sering,
akan timbul depresi terhadap sumsum tulang atau dapat menyebabkan timbulnya
reaksi hemolitik (reaksi transfusi), sehingga dalam hal ini transfusi darah gagal
timbulnya antibodi terhadap sel darah tersebut. Dengan demikian transfusi darah
Untuk menghindarkan anak dari infeksi, sebaiknya anak diisolasi dalm ruangan
yang suci hama. Pemberian obat antibiotik hendaknya dipilih yang tidak
4. Makanan
5. Istirahat
sumsum tulang karena umur penderita masih muda dengan efek jangka panjang yang
baik, akan tetapi hal ini tidak memungkinkan dilakukan karena kurangnya sarana dan
prasarana yang ada. Pilihan terapi yang lain yaitu terapi imunosupresif. Terapi
23
imunosupresif yang memungkinkan untuk dilaksanakan adalah dengan pemberian
kortikosteroid yang dalam hal ini adalah prednison. Program terapi dengan prednison
ini hanya dapat kita lakukan apabila didapatkan kepastian diagnosa dari BMA. Terapi
imunosupresif dilakukan pada anak ini dengan alasan agar terjadi perbaikan pada
terapi dilakukan utuk mengetahui respon sumsum tulang terhadap obat. Selain itu,
pemeriksaan ini juga dapat menentukan prognosis dari penyakit anak.Terapi suportif
yang diberikan adalah transfusi sesuai kebutuhan, akan tetapi hal ini tidak akan
bermanfaat bila tidak dilakukan terapi primer. Pada pasien ini diberikan terapi
suportif berupa transfusi darah karena keadaan umum penderita baik dan dilanjutkan
respon imun humoral, efek glukokortikoid belum dapat disimpulkan secara tuntas
yang jelas terlihat ialah pengurangan jumlah immunoglobulin. Terhadap respon imun
jeratan disekitar tempat pembebasan MIF dan jaringan setempat terhindar dari
kerusakan akibat penghancuran oleh makrofag. Dalam hal ini, efek glukokortikoid
3.8 Prognosis
seluler) sehingga parameter yang paling baik dalam menentukan prognosis adalah
hasil pemeriksaan BMA. Selain itu, jika kadar Hb F lebih dari 200 mg%, jumlah
24
granulosit lebih dari 2.000/mm3 dan infeksi sekunder dapat dikendalikan maka
seperti bronkopneumonia atau sepsis atau terjadi perdarahan otak dan abdomen 4.
Penyebab kematian pada anak ini diduga adalah terjadinya perdarahan spontan pada
otak dan abdomen. Penyebab terjadinya perdarahan spontan pada anak adalah adanya
BAB IV
PENUTUP
25
Demikian telah dilaporkan suatu laporan kaus anemia aplastik pada seorang
anak laki-laki berumur 4 tahun yang dirawat di bangsal anak RSU Cut Meutia Aceh
darah rutin dan blood smear. Diagnosa pasti ditegakkan dengan BMA. Etiologi
diduga adalah idiopatik dan paparan isektisida. Selama dirawat diberikan terapi
ulang ke RSUP H Adam Malik medan untuk penatalaksaan lebih lanjut dan
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Aplastic Anemia (Severe). Dalam : Medical Center, 2004. Dari URL:
http://www.medical center.com/
26
4. Hasan R, Alatas H ed. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Buku I, 1985;
Jakarta.
5. Salonder, H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga, 2001;
Jakarta.
6. Small BM. Bone Marrow Failure. Dalam : SMBS Education Fact Sheet, 2004.
Dari URL: http://www.smbs.buffallo.edu/
10. Tirza D dan Handoko T Imunosupresan. Dalam : Farmakologi dan Terapi Edisi
4. Editor : Sulistia G. Ganiswara. 1995: FKUI, Jakarta hal709-710.
27