BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tension Type Headache kronik adalah nyeri kepala yang berasal dari
TTH episodik, dengan serangan setiap hari atau serangan episodik nyeri
dalam kualitas dan intensitas ringan atau sedang, dan nyeri tidak
nyeri kepala secara umum, di dalamnya termasuk 10% migren, 38% TTH
dan 3% nyeri kepala kronik. Prevalensi migren lebih tinggi di Eropa dan
2008). Sejumlah 1,4-2,2% dari populasi menderita migren kronik dan 2,2%
2012).
menderita TTH episodik dan 25% berubah menjadi TTH kronik. Pada yang
awalnya menderita TTH kronik, 31% tetap menderita TTH kronik, 21%
menjadi TTH infrequent atau tidak ada nyeri kepala, 39% tetap menderita
TTH episodik frequent, dan 16% menjadi TTH kronik. Luaran yang buruk
berhubungan dengan TTH kronik sejak awal, menderita migren pada saat
dimodifikasi pada populasi non klinis termasuk jenis kelamin wanita, status
pada oleh rasa nyerinya tetapi meliputi 3 dimensi, yaitu distres afektif,
Dampak TTH kronik terhadap hidup penderitanya ternyata lebih besar dari
anggapan saat ini, dan distres afektif merupakan dampak yang penting
kepala. Obat-obatan dan terapi behavior saat ini efektif untuk ETTH tetapi
kurang begitu efektif untuk CTTH. Kombinasi terapi behavior dan obat
2002).
klinis yang paling nyata pada TTH. Dianggap bahwa impuls nosiseptif dari
bermielin (A) dan serabut C tidak bermielin, dan serabut bermielin yang
meninggi pada TTH. Hal ini mungkin tidak menimbulkan iskemia otot
2000).
intensitas nyeri kepala. Pada penelitian oleh Rollnik dkk yang memberikan
dengan berkas yang rapat pada otot skeletal. Myofascial trigger points ini
dalam nidus 1-2 mm dari seluruh MTP pada penderita TTH kronik. Diduga
MTP yang aktif menyebabkan kadar mediator kimia yang lebih tinggi,
lain, tidak hanya di sekitar MTP, namun juga di regio yang jauh yang
bebas nyeri (Shah, Danoff, Desai, Parikh, Nakamura, Philips, et.al. 2008).
Bila hal ini benar, maka teori MTP aktif yang dapat menyebabkan
dkk menemukan bahwa trigger points (TPs) aktif jauh lebih sering
ditemukan pada TTH kronik dibanding kontrol, dan jumlah serta intensitas
nyeri dari TPs dapat digunakan untuk membedakan kedua grup (Couppe,
anterior dan di medial perut otot (muscle belly) . Lokasi TPs yang aktif di
kronik, nyeri lokal dan nyeri referal dari TPs aktif di otot temporalis
2007).
kronik memiliki MTP yang lebih banyak dibandingkan dengan orang sehat.
dari TTH episodik menjadi TTH kronik. Masukan nyeri yang terus menerus
Bendtsen, 2011).
sensitifitas terhadap nyeri dan untuk memediasi transisi dari nyeri akut
diaktifasi dan sel imun di dalam darah akan menuju lokasi cedera. Sel-sel
imun dan memodulasi eksitabilitas jalur nyeri. Sistem imun juga akan
dan anti inflamasi atau agen proresolusi (Ren dan Dubner, 2010).
signifikan dibandingkan aktifitas EMG pada otot yang tidak nyeri (non-
lebih tinggi pada penderita TTH kronik dibandingkan dengan kontrol yang
menggunakan tekanan, elektrik dan termal (panas dan atau dingin). Untuk
dan laporan nyeri dapat dinilai. Ambang deteksi nyeri adalah kemungkinan
penderita TTH episodik dan TTH kronik. Deteksi ambang nyeri tekan yang
tekan, termal dan elektrik yang lebih rendah pada regio sefalik
penurunan ambang nyeri dan toleransi nyeri pada penderita TTH kronik
TGF-1 dan MCP-1 pada CSS penderita TTH episodik dan migren.
nyeri kepala menunjukkan bahwa sawar darah otak mungkin agak rentan
potassium dapat dilepaskan dari sel-sel otot, bila kondisi patologik terjadi
(Matthew, 2006)
patofisiologi TTH kronik. Telah diketahui bahwa deteksi nyeri tekan dan
kualitatif. Menurut model yang diajukan oleh Bendtsen pada tahun 2000,
masalah utama pada TTH kronik adalah sensitisasi sentral pada level
sentral dan keadaan nyeri kronik pada penderita TTH kronik mungkin
inhibitory control yang dipicu oleh serabut A perifer dan serabut C, dapat
berasal dari aktifasi fisiologis dari beberapa struktur otak yang diduga
2011).
glyceril trinitrate. Namun, pada penderita TTH kronik dengan nyeri yang
dan konsentrasi yang lebih rendah dari -endorphin ditemukan pada sel
mengurangi sensitisasi spinal dorsal horn yang diinduksi oleh input nyeri
NMMA). Obat ini secara signifikan menurunkan nyeri kepala dan nyeri
miofasial perikranial dan juga kekerasan otot (muscle hardness). Studi ini
dari inhibisi NOS pada TTH kronik (Ashina, Bendtsen, Jensen, Lassen,
mengurangi nyeri kepala dan faktor miofasial pada penderita TTH kronik.
sentral pada level kornu posterior medulla spinalis atau nukleus trigeminal
dari brainstem ke spinal dorsal horn, dan mungkin juga terlibat dalam
oleh banyak subtipe reseptor 5-HT, yaitu : reseptor 5-HT1, 5-HT2 dan 5-
efek 5-HT dapat bervariasi, meskipun pada subtipe reseptor yang sama.
Misalnya, 5-HT dapat memiliki aksi fasilitasi serta inhibisi sekaligus pada
lagi, 5-HT memiliki efek pada modalitas nyeri yang lain, misalnya efek
grup mixed (TTH episodik dan TTH kronik), dan Bendsten (1997) tidak
untuk serangan migren akut, juga efektif pada penderita TTH (Furnal dan
Schoenen, 2008).
2013) :
1. Lokasi bilateral
D. Tidak didapatkan :
ini dapat diperburuk oleh stres psikologis. Sejalan dengan ini telah
bahwa TTH dapat diinduksi oleh stres psikologis, dan terapi psikologis dan
patologi terjadinya nyeri kepala, masih banyak klinisi yang tetap percaya
faktor yang mempresitasi pada subjek dengan migren dan TTH. Mereka
10,9% penderita migren, 12,8% penderita TTH dan 21,4% penderita nyeri
68,3% penderita TTH dan 69,6% penderita nyeri kepala tipe mixed (Beghi,
migren dan TTH memiliki tingkat ansietas dan depresi yang lebih tinggi.
Ozdemir, 2014).
2010). Namun Puretic dkk yang meneliti penderita TTH dan individu sehat
Kes, 2014).
skor assertiveness yang lebih rendah. Penderita TTH kronik memiliki skor
opioid, agonis 5-HT, dan agonis NE terjadi melalui sirkuit ini. Sirkuit PAG-
RVM-MLPT menerima input dari banyak regio forebrain yang terlibat juga
area yang diketahui penting untuk emosi, dapat mengaktifasi sirkuit ini dan
terlibat dalam modulasi nyeri yang berasal dari atensi, ekspetasi, persepsi
dan telah dijumpai hubungan antara stres dan nyeri kepala (Clark, Sakai,
secara parsial ekspresi iNOS yang diinduksi stres dan aktifasinya di otak
Chen, 2009).
dura dan struktur-struktur yang lain, dan bila hal ini persisten, akan
2.3. Sitokin
mikroba dan antigen lainnya yang memediasi dan meregulasi reaksi imun
pengatur (regulator) yang dapat diproduksi oleh hampir semua sel yang
dan sel sasaran yang akan menerima sinyal. Sinyal yang dibawa oleh
tidak berarti bahwa sitokin tidak dapat ditemukan dalam darah. Walaupun
1998, adalah protein regulator yang dilepaskan oleh sel-sel lekosit dan
berbagai jenis sel lain dalam tubuh; kegiatan pleiotropik sitokin mencakup
efek pada sel dari sistem imun dan modulasi respon radang. Karena tidak
ada definisi singkat yang dapat mencakup sifat-sifat utama yang dimiliki
sitokin, paling tepat kiranya ditetapkan dalam bentuk senarai uraian sifat-
sitokin hanya selintas dan jarak kegiatannya dengan sel sasaran biasanya
pendek (sangat jelas pada autokrin atau parakrin yang berbeda dengan
Walaupun rentang efek dari masing-masing sitokin dapat sangat lebar dan
transkripsi gena yang baru sebagai akibat aktifasi seluler. Transkripsi ini
bersifat transien, dan m-RNA yang membawa kode sebagian besar sitokin
bersifat tidak stabil, jadi sintesa sitokin juga bersifat transien ; 2. Kerja
sitokin dapat memasuki sirkulasi darah dan bekerja di tempat yang jauh
Sinyal eksternal meregulasi ekspresi reseptor sitokin dan juga respon sel
Respon sel terhadap sitokin diatur secara ketat melalui mekanisme inhibisi
respon terhadap agen infeksius, misalnya TNF, IL-1, IL-12 dan IFN- ; 2.
dihasilkan oleh sel stroma sumsum tulang, lekosit dan sel-sel lainnya dan
jaringan chemokine dan pada jalur anti inflamasi kolinergik, dan strategi
inhibitor COX-2. Semua strategi ini akan meredakan cytokine storm dan
makrofag dan sel-sel jenis lain dengan berbagai aktifitas biologik pada sel-
sel sasaran yang termasuk sistem imun maupun bukan. Sejumlah sel baru
inflamasi akut terhadap infeksi bakteri gram negatif dan mikroba lainnya,
pada infeksi berat. Stimulus terkuat terhadap produksi TNF oleh makrofag
TNF oleh makrofag yang distimulasi oleh LPS. Fungsi fisiologis utama dari
menginduksi produksi IL-1 oleh sel makrofag, produksi IFN- 1 , dan IFN-
2 oleh fibroblast dan produksi GM-CSF oleh beberapa jenis sel. Tumor
yang diduga di dekat atau di dalam kompleks MHC. Molekul TNF manusia
memiliki homologi sebesar 80% dengan TNF mencit atau kelinci dan 28%
reseptor yang sama dengan TNF disebut sebagai TNF- (Subowo, 2009).
Terdapat 2 jenis reseptor TNF yaitu reseptor TNF tipe I (TNF-RI, 55 kD)
belum jelas, tetapi yang jelas bahwa kematian sel tumor membutuhkan
reseptor untuk TNF. Kematian sel tumor akan dipercepat jika terdapat
sel tumor secara in vivo bukan pengaruh langsung TNF melainkan secara
Efek radang. Kini TNF lebih dianggap sebagai mediator utama dalam
patogen telah dilaporkan pula untuk TNF, misalnya aktifitas antivirus dan
Bila stimulus cukup kuat, TNF akan diproduksi dalam jumlah besar
sehingga memasuki aliran darah dan bekerja di tempat yang jauh sebagai
hormon endokrin. Salah satu aktifitas sistemik utama dari TNF adalah
Gen TNF- mengatur kode protein yang terdiri atas 233 asam
amino dengan berat molekul 25,6 kDa. Pada awalnya, TNF- merupakan
suatu protein transmembran yang terdiri atas 212 yang terasosiasi dengan
monomer TNF- yang dapat larut (17 kD) dan selanjutnya bentuk trimetrik
(51 kD). Bentuk trimerik merupakan bentuk dapat larut yang aktif secara
bentuk monomerik yang inaktf. Hal ini merupakan proses fisiologis yang
promotor TNF- dan kadar TNF- dalam serum pada penderita stroke
patogenesis stroke iskemik (Cui, Wang, Li, Zhang, Li, Wang, et.al, 2102).
dengan alella 308A and -863C lebih rentan menderita infeksi yang lebih
2012). Penelitian pada penderita Cerebral Palsy tipe spastik dan diskinetik
(HVA), IL-1 dan TNF- dalam serum (Hadiwidjaja, 2005). Kadar IL-6, IL-
8, TNF- dan CRP juga meningkat pada penderita penyakit Behcet yang
selama serangan migren dan masa bebas nyeri kepala. Ternyata tidak
sTNFR2 selama serangan migren dan masa bebas nyeri kepala (Tanure,
bersifat dose dependent. Sedangkan secara in vivo, efek ini belum jelas
mereka menemukan bahwa kadar serum IL-6, TNF-, dan MMP-2 tidak
korelasi positif kuat antara kadar TNF- zalir peritoneal dengan kadar
juga telah diteliti pada anak penderita demam berdarah dengue dan
lebih tinggi pada kelompok DBD yang mengalami syok dan TNF- serum
awal > 24 pg/ml adalah nilai optimal untuk menentukan terjadinya syok
atau tidak penderita DBD pada anak (Ganda, 2010). Kapadia dkk meneliti
kadar serum TNF- dan kadar reseptor TNF 1 dan 2 pada penderita
stenosis aorta dan regurgitasi mitral New York Heart Association (NYHA)
et.al., 2008).
137 pria dengan usia 30-60 tahun nondiabetes dengan obesitas sentral
(Misitahari, 2011).
2.3.2. Interleukin
limfosit. Karena banyak sitokin yang dihasilkan oleh lekosit dan bekerja
kurang tepat karena banyak sitokin yang hanya dihasilkan oleh lekosit dan
banyak sitokin yang disebut interleukin dihasilkan dan bekerja pada sel-
tahun 1980-an, merupakan mediator yang kuat pada demam, nyeri dan
inflamasi. Selama ini regulasi dari molekul IL-1 masih merupakan misteri.
monosit dan makrofag. Sel-sel jenis lain seperti keratosit (sel epidermis),
sel LGL (NK cells), sel dendritik, astrosit, mikroglia, limfosit B dan
yang terjadi menentukan apakah IL-1 dilepaskan atau tetap berada dalam
sel (Subowo, 2009). Interleukin 1 terbagi atas dua protein, yaitu IL-1 dan
IL-1, yang terdiri dari dua gen yang berbeda, tetapi mengenali
beberapa sel epitel, dan beberapa sel dari sistem saraf pusat, IL-1 tidak
diproduksi oleh sel pada orang yang sehat. Namun, sebagai respon
yang hidrofobik. Dalam jumlah yang besar IL-1 disimpan dalam bentuk
sel dan sisanya berikatan dengan membran sel. Yang berikatan dengan
bekerja pada sel yang berdekatan yang memiliki reseptor IL-1. Bentuk
biologi yang sedikit atau tidak ada sama sekali. Bentuk IL-1 ekstraseluler
terdiri dari campuran prekursor maupun bentuk mature dari IL-1. IL-1
dan IL-1 memiliki efek bila berikatan dengan reseptor khusus. Terdapat
dua jenis reseptor yang berbeda. Yang pertama yaitu IL-1 reseptor tipe I
(IL-1 RI), yang ada pada sel T, fibroblas, keratinosit, sel endotel, sel yang
tipe II (IL-1 RII), yang terdapat pada sel B, neutrofil, dan sel sumsum
tulang. Reseptor ini memiliki berat molekul 68 kDa dan merupakan bagian
dari imunoglobulin (Ig). Secara umum, IL-1 berikatan lebih baik pada
reseptor tipe I dan IL-1 berikatan lebih baik pada reseptor tipe II
(Subowo, 2009).
meningkatkan sintesis prostaglandin pada sel endotel dan sel otot polos.
dan resorpsi kalsium di tulang. Efek IL-1 pada sistem saraf pusat yaitu
insulin, dan pada jumlah yang besar bersifat sitotoksik terhadap sel
produksi GM-CSF dan IL-4, yang mana hal ini akan meningkatkan
produksi IL-1 yang normal penting dalam respon terhadap luka dan
inflammation. Sumber utama IL-1, seperti juga TNF, adalah sel-sel fagosit
produk bakteri seperti LPS dan oleh sitokin lainnya misalnya TNF. Tidak
seperti TNF, IL-1 juga diproduksi oleh sel-sel lain selain makrofag,
misalnya netrofil, sel epitel (seperti keratinosit), dan sel endotel (Abbas,
pada sel-sel di luar sistem imun. Pengaruh IL-1 sangat luas dan dianggap
makrofag dan sitokin lain (IL-2) oleh limfosit T, TNF-, dan GM-CSF dari
Sel sasaran yang menerima induksi dari IL-1 akan merespon dalam
dalam SSP yang memberikan efek demam dan anoreksi, dan pada
Protein IL-1 dibedakan dalam bentuk IL-1 dan IL-1 yang masing-masing
diatur oleh gena yang berbeda. Gena untuk IL-1 diduga terletak pada
dihasilkan oleh sel makrofag dan sel-sel lain seperti telah disebutkan di
atas (Subowo, 2009). Homolog di antara kedua bentuk IL-1 ini kurang
dari 30%, tetapi keduanya berikatan pada reseptor yang sama dan
memiliki aktifitas biologis yang sama. Kedua bentuk IL-1 ini sintesa
mature berukuran 17-kD. Bentuk aktif dari IL-1 adalah dalam bentuk
produk mature, tetapi IL-1 sudah aktif baik dalam bentuk precursor 33-kD
maupun dalam bentuk produk mature yang lebih kecil (Abbas, Lichtman
,Pillai, 2007).
lama diketahui bahwa mediator yang dihasilkan oleh lekosit yang semula
awal respon imun. Kecocokan akan MHC kelas II dari sel makrofag dalam
respon imun. Sel-sel penyaji ini tidak saja menyajikan antigen dengan
cara kontak dengan klon limfosit T yang cocok, namun juga diperlukan
MHC kelas II, IL-1 tidak dapat berfungsi sendiri dalam membangkitkan
menghasilkan BCGF. Oleh karena IL-1 dapat dihasilkan juga oleh limfosit
B sendiri, maka interleukin ini dapat bertindak sebagai autokrin yang dapat
Efek biologis IL-1 mirip dengan TNF dan tergantung pada jumlah
diproduksi dalam jumlah lebih besar, IL-1 akan memasuki aliran darah dan
demam, sintesa plasma protein fase akut oleh hati, dan secara langsung
secara signifikan pada pria penderita CTTH. Karena kadar kedua sitokin
adanya peran faktor genetik yang bertanggung jawab atas fluktuasi kadar
2013).
Dimagi, et.al., 2011). Penelitian lain membuktikan bahwa IL-1 13 dan IL-6
dalam sel saraf dan sel glia di dalam ganglion dan Trigeminal Nucleus
dan sentral, dan memainkan peran penting pada patologi migren (Durham
et.al., 2010).
dan Smith, 2012). Pada penderita migren telah diketahui bahwa kadar IL-6
respon inflamasi pada iskemi serebral. Review oleh Tso dan kawan-
Warach, 2007). Kadar serum IL-6 saat masuk rumah sakit juga
menunjukkan peningkatan produksi IL-6 oleh sel glia yang terinfeksi virus
tanpa titer autoantibodi atauu antigen spesifik sel T yang tinggi. Diduga
1, TNF a) dan CRP, walaupun hanya IL-6 yang menjadi faktor independen
kadar IL-6 pada penderita kanker payudara menunjukkan bahwa kadar IL-
(Ridker, Rifai, Stampfer, Hennekens, 2000). Kadar IL-6 dan IL-2 juga
kadar IL-6 nya rendah atau fluktuatif (McDermott et.al., 2011) Kadar IL-6
juga ditemukan lebih tinggi pada serum penderita psoriasis aktif dibanding
yang bekerja secara langsung terhadap reseptor IL-6 baik yang dalam
bentuk terlarut maupun yang terikat pada membran. Di Jepang obat ini
juvenil idiopatik (Alonso dan Bilbao, 2009). Selain perannya pada berbagai
et.al. meneliti kadar serum IL-6 pada anjing dengan berbagai penyakit hati
Scheulen, 2012).
dan respons tingkah laku (Quan dan Herkerham, 2002). Dua sitokin
organisme normal. Kedua sitokin ini juga terlibat dalam plastisitas sinaptik,
pusat dengan berbagai cara dan ekspresi sitokin juga ditemukan pada
Herkerham, 2002).
melalui efek IL-1. Namun tidak didukung oleh studi pada hewan transgenik
demam dan bukan IL-1. Pada akhirnya dinyatakan IL-1, IL-6, TNF- dan
INFy adalah sitokin yang utama aktif di otak (Quan dan Herkerham, 2002).
manapun di otak dan kerjanya pada daerah itu akan menentukan aktifitas
mencapai sirkuit neural yang lebih jauh (Quan dan Herkerham, 2002).
ekspresi reseptor GABA dan ; 6. Pada saat yang sama, TNF- dari
kematian sel, baik sel yang sehat maupun sel yang normal. Sitokin juga
akan mengurangi efek letal endotoksin bakteri ini. Contoh lain adalah
pada penderita sklerosis multipel (SM) dimana pada lesi otak penderita ,
makrofag. Juga ditemukan kadar IL-1 dan TNF- pada CSS penderita SM
lebih tinggi dari kontrol. Terapi yang efektif pada SM adalah interferon
Pada penyakit lain, kadar TNF- mRNA meningkat pada striatum dan
Peranan TNF- pada DA juga ada namun tidak sejelas IL-1. Pada wanita
neurotoksisitas IL-1 atau TNF- pada sel neuron SSP sudah dilakukan
dan kesimpulan yang dihasilkan masih sangat ambigu. Untuk sel glia
sendiri ternyata yang memiliki efek toksik adalah TNF-. Tumor Necrosis
(EAE). Sel glia yang telah teraktifasi akan membentuk zat-zat neurotoksik
sitokin. Semakin rendah kadar sitokin pada sistim saraf maka sifatnya
tentang daerah otak yang mana atau jenis sel yang mana yang rentan
terhadap sitokin ini masih sangat sedikit (Quan dan Herkerham, 2002).
ke dalam tubuh tikus, parasit ini berdiam di pleksus koroideus dan organ
TNF- pada sistem imun perifer. Setelah beberapa lama terjadi apoptosis
antara IL-1 dan TNF- dengan area otak tersebut. Aktifitas molekul ini bisa
hanya mengenai sel neuronal saja namun juga sel non neuronal ; dan 3.
Injury pada sel non neuronal bersifat apoptosis, sedangkan pada sel
termasuk nyeri kepala, namun Cathcart dkk menemukan bahwa latihan ini
dan menjadi barrier yang melindungi dari xenobiotic toksin potensial yang
dengan SSP. Ada 5 jalur sitokin melewati sawar darah otak, yaitu : 1.
dibawa oleh leukosit yang berinfiltrasi melewati sawar darah otak (Quan
level SDO. Signaling sitokin pada level SDO merupakan bentuk regulasi
dinamis yang penting, yang mampu mengubah fungsi SDO secara cepat
mengalami gangguan.
Sawar darah-otak terdiri dari 3 dimensi, yang terletak diantara otak dan
beberapa sitokin, berupa IL-1, IL-1, IL-1 reseptor antagonis (IL-1ra), IL-
Growth Factor (TGF-) tertahan di vaskular serebral dan TGF- tidak bisa
karena itu leptin harus mampu melewati SDO dari tempat asalnya di
berbagai jalur signaling yang diaktifasi ikatan yang berbeda. Sawar darah-
data yang didapatkan masih kurang, namun hal ini jelas bahwa signaling
yang satu dengan yang lainnya. Interaksi signal peptidergic pada SDO
pada hipotalamus. Seperti halnya interaksi leptin dan urocortin, leptin tidak
faktor ikatan yang diaktifasi oleh proses transkripsi. Ikatan yang terjadi
otak. Pompa aktif efluks yang utama terdiri dari P Glycoprotein (P-gp,
luminal vaskular, astrocytic end feet bagian abluminal SDO, mikroglia dari
parenkim otak dan endotel pleksus koroidalis. Pada saat terjadi inflamasi,
berbagai sitokin seperti TNF, IL-1 dan IL-6 dapat mengubah aktifitas
mencolok pada sel endotel otak yang secara fungsional sama dengan
yang dijumpai pada jaringan lain namun dengan kapasitas dan kecepatan
dapat masuk ke SSP dengan mekanisme difusi pasif yang diatur oleh
2011).
influx transporter dan keluar dari otak melalui efflux transporter yang harus
perubahan SDO yang terjadi saat nyeri inflamasi dan TGF- dimediasi
2.6. Amitriptilin
TTH kronik. Amitriptilin terbukti lebih baik dari plasebo pada kebanyakan
penderita TTH kronik tanpa depresi. Kedua obat ini terbukti efektif untuk
terapi TTH kronik tanpa depresi, namun Amitriptilin lebih efektif bila
2003).
mental, perbaikan nafsu makan dan pola tidur lebih baik, serta
diabetik dan neuralgia post herpetik, dan menunjukkan efikasi pada nyeri
diabetika (Bril, England, Franklin, Backonja, Cohen, Del Toro, et.al., 2011).
Pada nyeri sentral pasca stroke, Amitriptilin juga lebih efektif mengurangi
(Huang, Jiang, Jia, You, Huang, Gong, et.al., 2013). Review sistematik
periodic limb movements (PLM) saat tidur pada orang sehat sehingga
berwarna putih, tidak berbau, berbentuk serbuk kristal atau kristal kecil
berasa pahit dan rasa terbakar, dan larut dalam air dan alkohol, memiliki
yang kuat pada transporter serotonin dan efek yang moderat pada
reseptor 5-HT2, 5-HT3, 5-HT6, 5-HT7, 1-adrenergik, H1, H2, H4, dan
dapat terjadi, oleh karenanya pola terapi harus dimulai dengan dosis kecil,
atau sedikit lebih besar dibandingkan dalam serum ibu hamil. Waktu paruh
plasma Amitriptilin berkisar dari 10-50 jam. Obat ini dimetabolisasi melalui
(McEvoy, 2004).
2.7. Deksketoprofen
salah satu inhibitor sintesis prostaglandin paling kuat secara in vitro. Efek
urine, dan tidak ada obat yang dieliminasi tanpa diubah. Pada dosis diatas
plasebo pada penderita dengan nyeri sedang dan berat. Hubungan dosis-
Gich, 2001).
IL-1 dan IL-6 serum. Amitriptilin dipilih karena merupakan obat golongan
kronik dan efektif sebagai terapi preventif TTH kronik. Penelitian ini
dan efektif pada TTH akut Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah
Deksketoprofen juga efektif pada TTH kronik. Efektifitas kedua obat ini
pada skala intensitas nyeri NRS. Juga dibandingkan pengaruh kedua obat
pengukuran kadar TNF-, IL-1 dan IL-6 serum, sebelum dan sesudah
misalnya Visual Analog cale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS) for Pain,
(SF-MPQ), Chronic Pain Grade Scale (CPGS), Short Form-36 Bodily Pain
sering digunakan. Skala ini berupa garis horizontal sepanjang 100 mm,
dan penderita diminta untuk memberi tanda pada garis tersebut yang
mewakili apa yang dirasakannya pada saat diperiksa. Skor VAS diperoleh
dengan mengukur dari ujung kiri sampai ke tanda yang dibuat penderita
beberapa variasi, model yang paling sering digunakan adalah yang terdiri
bersegmen dari VAS dimana penderita diminta untuk memilih salah satu
nomor (antara 0-10) yang paling baik merefleksikan intensitas nyeri yang
melalui NRS adalah nyeri yang mereka alami dalam 24 jam terakhir atau
tidak adanya nyeri dan angka 10 menggambarkan nyeri yang paling hebat
nyeri pada penelitian ini digunakan NRS, karena telah teruji dan sering
dipergunakan
Variabel terikat:
1. Intensitas nyeri
Variabel bebas :
1. Amitriptilin
2. Deksketoprofen