MORTALIT
MORTALITASPADA PASIEN CEDERA KEPALA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
DidikPamungkas
NIM S1 1013
MORTALIT
MORTALITASPADA PASIEN CEDERA KEPALA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Mencapai Gelar Sarjana
Keperawatan
Oleh :
DidikPamungkas
NIM S1 1013
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya. Pada akhirnya penulis mampu
menyelesaikan skripsi dengan judul HubunganantaraRevised Trauma
ScoredenganAngkaMortalitaspadaPasienCederaKepaladi RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Skripsi penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
menempuh mata ajar skripsi di Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan
yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns., Happy Indri Hapsari, M.Kep, selaku pembimbing utama yang telah
skripsi.
skripsi.
bersediauntukmemberikanijinuntukmelakukanpenelitian di ICU.
iv
7. Ns.,NunukHaryatun, S.Kep, selakuketuaruang IGD yang
bersediauntukmemberikanijinuntukmelakukanpenelitian di IGD.
bersediauntukmembantupenelitiandalammelakukanpenilaianresponden.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan
mandapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah
SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
DidikPamungkas
NIM. S1 1013
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, doa, materi dan kasih
sayangnya sepanjangwaktu.
Putra, Gregorius C.W ,Rini Wulandari dan temen seperjuangan S-1 Keperawatan
angkatan 2011 yang selalu mendukung dan membantu dalam proses pembuatan
skripsi.
Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material dalam
penyusunan skripsi ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
2.1.1 CederaTepala...................................................................... 11
vii
2.1.1.2 Mekanisme Terjadinya Cedera .................................... 12
2.2 KerangkaTeori.......................................................................... 30
2.4 Hipotesis................................................................................... 31
3.3.1 Tempat.......................................................................... 35
viii
3.4 VariabelPenelitian, DefinisiOperasional,
danSkalaPengukuran ................................................................ 37
3.6.1 KontenValiditas............................................................ 40
Kepala ......................................................................................... 50
ix
5.2 Gambaran Mortalitas terhadap Pasien Cedera Kepala ................ 55
62 Saran ............................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
3.1 VariabelPenelitian,
DefinisiOperasional,
danSkalaPengukuran 36
Moewardi Surakarta 48
xi
DAFTAR GAMBAR
2.2 KerangkaKonsep 30
xii
DAFTAR LAMPIRAN
F 01 UsulanTopikPenelitian................................................................. 1
F 02 PengajuanPersetujuanJudul.......................................................... 2
PermohonanStudiPendahuluanPenelitian ............................................ 4
JadwalPenelitian................................................................................... 6
SuratPermohonanResponden ............................................................... 8
LembarObservasiMortalitas ................................................................. 10
F 05 LembarOponen ............................................................................ 11
F 06 LembarAudience .......................................................................... 12
PermohonanStudiPenelitian ................................................................. 14
BalasanPengantarPenelitian ................................................................. 17
LembarKonsultasi ................................................................................ 20
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AS : Amerika Serikat
CKB : CederaKepalaBerat
CKR : CederaKepalaRingan
CKS : CederaKepalaSedang
IGD : InstalasiGawatDarurat
OR : Odd Ratio
RR :Respiratory Rate
TBI :TraumaticBrainIinjury
xiv
TCDB : Traumatic Coma Data Bank
xv
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
DidikPamungkas
Abstrak
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam subtansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak. Revised Trauma Score (RTS)
merupakanskoruntukmenilaikondisiawalpasien trauma kepala. Penelitian ini
bertujuan mengetahuiada hubungan tidak antara RTSdengan angka
mortalitascedera kepaladalamwaktu lebih dari 24 jam pertamarawatinap.
Penelitian menggunakan desain cross-sectional yang dilakukan di ICU
RSUD Dr. Moewardi Surakarta danpenelitiandilakukanpadaperiodeFebruari 2015
April 2015. Tehnik pengambilan sample menggunakanpurposivesampling
dengan jumlah respondensebanyak 24 responden.
Hasil didapatkan nilai korelasi 0.860 dengan p value 0,000 (<0,05), maka
Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara RTS dengan mortalitas
terhadap pasien cedera kepala. Dengan kekuatan hubungan sangat kuat dan arah
hubungan + (positif) artinya searah, berarti semakin tinggi nilai RTS terhadap
cedera kepala, maka semakin tinggi angka mortalitas pada pasien yang mengalami
cedera kepala.
Cedera kepala menyumbang angka mortalitas yang tinggi, sehingga untuk
menilai keseriusan cedera kepala dapat dinilai dengan RTSdalam waktu lebih dari
24 jam pertama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RTS dapat digunakan
sebagaialat untuk memprediksi angka kematian pasien
trauma.Sehinggarumahsakitsecaraumumdanintensive care
unitpadakhususnyadiharapkandapatmeningkatkanpelayanankeperawatanuntukmen
urunkanangkamortalitaspadapasiencederakepala.
xvi
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
DidikPamungkas
ABSTRACT
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam subtansi otak tanpa
salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia
produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, penilaian
dan masalah sosiol ekonomi di India dan negara berkembang. Orang yang
terjadi 1,56 juta kasus, 290.000 pasien dirawat inap dan 51.000 pasien
meninggal dunia pada tahun 2003 (Brown, Langlois, Thomas, et al., 2006).
Cedera kepala akan terus menjadi masalah yang sangat besar meskipun
kecelakaan jalan raya dan diperkirakan akan menjadi tiga penyebab utama
yang sangat besar diberbagai belahan dunia yaitu sekitar 45% berasal dari
1
2
pasien trauma yang rawat inap di rumah sakit. Cedera kepala didunia
diperkirakan sebanyak 1,2 juta jiwa nyawa melayang setiap tahunnya sebagai
tingkat kerusakan awal otak dan patologi sekunder yang terkait (Stillwell &
Susan, 2011). Cedera kepala berat adalah gangguan traumatic otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan intertisial dalam substansi tanpa diikuti
amnesia > 24 jam, tanda neurologis fokal, cedera kepala penetrasi atau teraba
orang meninggal di seluruh dunia setiap hari yang diakibatkan oleh semua
Kecelakaan lalu lintas di dunia pada tahun 2009 telah merenggut satu juta
orang setiap tahunnya sampai sekarang dan dari 50 juta orang mengalami luka
dengan sebagian besar korbannya adalah pemakai jalan yang rentan seperti
2012).
3
penting dengan estimasi kejadian pertahun hampir 500 dari 100.000 populasi
dan lebih dari 200 per 100.000 pasien rawat inap di Eropa setiap tahunn
terjadi pada umur 15-24 tahun, laki-laki, tamat SMA, status pegawai, dan
(sepeda motor dan darat lain) dari 25,9% menjadi 47,7% (Litbangdepkes,
2013).
Gawat Darurat RS Panti Nugroho pada bulan Mei sampai dengan Juli 2005,
sedang (15%), dan 7 kasus cedera kepala berat (9%) (Jovan, 2007). Menurut
laporan tahunan Instalasi Rawat Darurat RSUP Sardjito tahun 2006, angka
Croft, Perel et al., 2013). Semakin berat derajat cedera kepala berhubungan
(Japardi, 2007).
setiap tahun terdapat 53.014 kasus kematian akibat cedera kepala berat atau
sekitar 18,4 dari 100.000 populasi. Kematian akibat cedera kepala berat
kepala berat hampir sepertiga dari kematian akibat trauma pada umumnya
setelah pasien cedera, umumnya saat sebelum masuk rumah sakit atau ketika
berada di unit gawat darurat. Revised Trauma Score telah divalidasi sebagai
atau buruk. Penilaian Revised Trauma Score dapat mengidentifikasi lebih dari
97% orang yang akan meninggal jika tidak mendapat perawatan (Fedakar,
menunjukkan bahwa Glasgow Coma Scale dari Revised Trauma Score adalah
Revised Trauma Score memiliki aplikasi universal di bidang pra - rumah sakit
skala adalah memprediksi dari angka kematian pada pasien trauma dan pilihan
lebih kritis untuk pengobatan dan perawatan pasien trauma yang khusus.
6
dengan kematian dalam 24 jam pertama rawat inap dinilai pada pasien trauma
yang ditujukan untuk semua pasien trauma antara lain trauma multiple, trauma
leher, trauma kepala, trauma perut, trauma thorax, trauma tulang belakang.
pertama revised trauma score dan kematian dalam 24 jam rawat inap pada
pasien trauma mutiple. Hal itu juga ditemukan dalam penelitian ini bahwa
sebagian besar kematian korban terlihat dalam Revised Trauma Score 9-10
menyatakan bahwa karakteristik pada pasien trauma berusia 21,4 51,4 tahun,
trauma lainnya. GAP melibatkan skor GCS (3-15) dengan usia pasien kurang
dari 60, nilai SBP (60-120 mmHg, > 120 mmHg). Nilai C Statistik skore
GAP (0,933 untuk menetukan mortilitas jangka panjang dan 0,965 untuk
GCS, Injury Severity Score (ISS), New Injury Severity Score (NISS), dan
Trauma and Injury Severity Score (TRISS). Penilaian dibagi menjadi dua
kelompok ISS 53,3% dan NISS 46,6%, data cidera yang menyebabkan
kematian dari kelompok ISS. RTS secara signifikan lebih rendah dari
cidera yang mengancam jiwa dengan proporsi 35,2 % kasus yang diperiksa.
Penilaian menggunakan GCS, RTS, ISS, NISS, dan TRISS untuk mengetahui
RTS (76,9), ISS (88,7), NISS (86,6), dan TRISS (68,8%). Penelitian ini lebih
Revised Trauma Score digunakan dalam penelitian ini untuk menilai tingkat
revised trauma score juga dapat menilai trauma dengan resiko mengancam
jiwa.
ringan pada periode tahun 2013 sebesar 219 pasien, sedangkan pada periode
tahun 2014 sebesar 139 pasien. Prevalensi periode tahun 2013 cedera kepala
berat sebesar 120 pasien, sedangkan periode tahun 2014 sebesar 111 pasien.
Cedera kepala berat dalam runtun waktu September sampai November 2014
mortalitas pada periode tahun 2014 berjumlah 111 pasien yang meninggal
dunia.
cedera kepala di Rumah Sakit Dr. Moewardi Provinsi Jawa Tengah cukup
tinggi sejumlah 111 pasien yang meninggal karena cedera kepala berat.
kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi
segera setelah pasien cedera, umumnya saat sebelum masuk rumah sakit atau
kepala berat hampir sepertiga dari kematian akibat trauma pada umumnya.
1.4 Manfaat
kepala.
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan scoring dalam menilai cedera
kepala.
10
TINJAUAN PUSTAKA
yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstiil dalam subtansi otak
adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga
mulai dari bagian terluar hingga terdalam, termasuk tengkorak dan otak
(Japardi, 2007).
dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
11
12
menjadi dua:
1. Static Loading
bekerja lambat, lebih dari 200 milidetik. Mekanisme static loading ini
jarang terjadi kerusakan yang terjadi sangat berat mulai dari cedera
pada kulit kepala sampai pada tulang kepala, jaringan dan pembuluh
2. Dynamic Loading
Gaya yang bekerja pada kepala dapat secara langsung (impact injury)
arah secara tiba-tiba dan dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala
utama cedera kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu
sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan
dari setengah (55%) dari TBI antara anak-anak 0-14 tahun disebabkan
karena jatuh, lebih dari dua pertiga (81%) dari TBI pada orang dewasa
penyebab utama kedua kematian terkait TBI (26 %) untuk periode 2006-
2010 tahun.
inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1% dan 29,8% per100.000
seperti berikut:
2. Jatuh
dari setengah (55%) dari TBI antara anak-anak 0-14 tahun disebabkan
karena jatuh, lebih dari dua pertiga (81%) dari TBI pada orang dewasa
3. Kekerasan
orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang
1. Jenis Kelamin
2. Umur
Resiko trauma kepala adalah dari umur 15-30 tahun, hal ini
kedua (usia 11-20 tahun) dan diikuti oleh dekade ketiga (usia 21-30
dilakukan diluar rumah dan memiliki mobilitas yang tinggi terutama saat
terkait dengan TBI terjadi pada orang dewasa dengan usia 15-44 tahun.
bahwa cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu
atau utuh pada kepala setelah luka.The Brain and Spinal Cord
1. Fraktur
2010).
retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat
dari fraktur linear pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan
(Padila, 2012).
2012).
tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek adalah
apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit.
Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya pada
4. Abrasi
ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri
5. Avulsi
6. Fraktur maxsilofasial
2.1.1.6 Tingkat keparahan cedera kepala dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
scala adalah:
suatu tabel Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale) (Padila, 2012).
Tabel 2.1
dibagi menjadi 3 gradasi yaitu cedera kepala derajat ringan, bila GCS: 13
15, Cedera kepala derajat sedang, bila GCS: 9 12, cedera kepala berat,
bila GCS kurang atau sama dengan 8. Pada penderita yang tidak dapat
diberi tanda X, atau oleh karena kedua mata oedema berat sehingga
tidak dapat di nilai reaksi membuka matanya maka reaksi membuka mata
mmol/L.
22
Sakit. Hampir 100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala
dapat disertai dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak
segera setelah pasien cedera, umumnya saat sebelum masuk rumah sakit
atau ketika berada di unit gawat darurat. Revised Trauma Score telah
memiliki prognosis baik atau buruk (Fedakar, Aydiner, & Ercan, 2007).
23
pertama yang diperoleh pada pasien, dan terdiri dari Glasgow Coma Scale,
Tekanan Darah Sistolik dan Respiratory Rate (Francis, Erin, & Benedict,
2010).
Tabel 2.2
Keterangan:
seseorang dengan nilai antara lain serius (Nilai < 6), berat (Nilai 6 7),
sedang (Nilai 8-10), ringan (Nilai 11-12)(Jin, Shao, He, et al, 2006).
perubahan fisiologis utama. Sebuah ambang RTS <6 telah diusulkan untuk
meskipun nilai ini mungkin agak rendah(Jin, Shao, He, et al, 2006).
2.1.3 Mortalitas
melalui dua sisi yang bertautan. Manusia yang memiliki sel sebagai satuan
dan somatic death yang berkembang menjadi konsep Brain death is death
25
bahwa proses kematian otak tidak terjadi bersamaan, namun sesuai dengan
Thalamus(Staerkeby, 2008).
mati apabila fungsi sistem jantung, sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti
telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah
kematian dan pemanfaatan organ donor pada pasal 11, menyatakan bahwa
e. tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks batuk terhadap
3. Bila tes arefleksia batang otak dan tes henti napas sebagaimana
berdenyut.
5. Bila pada tes henti napas timbul aritmia jantung yang mengancam
pupil, reflek cahaya pupil, reflek kornea, gerak mata, rangsangan nyeri,
hasil kurang dari 13 resiko kematian batang otak dan lebih dari 13
Tabel. 2.1
Keterangan Skore
Ukuran Pupil Normal kanan kiri 6
(Normal=5 mm) Penurunan pada kedua mata 5
Yang normal dalam satu mata saja 4
Penurunan dalam satu mata saja 3
Peningkatan di kedua mata 2
Peningkatan dalam satu mata saja 1
Benar-benar melebar di kedua mata 0
Respon cahaya Cepat di kedua mata ( normal ) 4
Pupil ( langsung Cepat di kedua mata ( normal ) 3
dan berisiko dalam satu mata dan
Konstruksi lambat di mata lainnya
konsensual pupil ) Lambat di kedua mata 2
Lambat dalam satu mata saja 1
Tidak ada respon ( melebar dan 0
tetap )
Refleks kornea Ada dalam kedua mata 2
Ada dalam satu mata saja 1
Tidak ada reflex 0
Reflek Penuh 2
oculocephalic [ Minimal 1
gerakan mata Doll ] Tidak ada ( mata tetap ) 0
Keterangan Skore
Pola pernafasan Regular , tingkat normal 4
Biasa, tapi hyperapnea / tachyapnea 3
Chyne- Stokes 2
Irregular 1
Hypo-/ apnea 0
Total = [6 +4 + 2 +2 + 4 + 3 + 4]= 25
(Obiako & Ogunniyi, 2010)
Keterangan :
a. Umur,
b. Jenis kelamin,
c. Penyakit,
c. Kedudukan sosial-ekonomi,
d. Tingkat pendidikan,
e. Pekerjaan,
Penyebab
cedera kepala:
Cedera kepala
- Kecelakaan Faktor
- Jatuh Mempengaruhi
- Kekerasan Cedera kepala ringan Mortalitas :
Brainstem
- Penyakit
Cedera kepala sedang Signs Score
- Kecelakaan
Komponen RTS :
Revised Trauma Score Glascow Coma
Scale, Sistolic
Blood Pressure,
dan Respiratory
Sumber: Padila, (2012). Jin, Shao, He, et al., (2006) dan Koksal, Ozdemir,
2.4 Hipotesis
Tabel 2.3
Keaslian Penelitian
Nama Metode
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Hendry Perbandingan prospektif Dari hasil analisis
Irawan,Feli Glasgow Coma observasiona statistikdidapatkan
cia Scale danRevised l hubungan yang
Setiawan, TraumaScore bermakna antara GCS
Dewi,Georg dalam dan DRS (p=0,046).
iusDewanto MemprediksiDisab Komponen GCS
, 2010. ilitas Pasien yangmenunjukkan
Trauma Kepaladi hubungan bermakna
31
Nama Metode
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Rumah Sakit Atma dengan DRS adalah
Jaya respons
motorik(p=0,001) dan
responsmembuka mata
(p=0,014). Penilaian
RTS tidak
menunjukkan
hubungan bermakna
denganDRS (p=0,207),
hanya komponen GCS
dari RTS tersebut yang
menunjukkan
hubunganbermakna
(p=0,012).
Nastaran Correlation prospective Data minimum dan
Heydari- ofRevised Trauma cross- maksimal revised trauma
Khayat,Has Score with sectional score terhadap luka
san Mortality Rate of pasien nilainya 7 dan 12.
Sharifipoor, Traumatic 80 % dari kematian
terlihat di korban dengan
Mohammad Patientswithin the
skor 9-10. Kedua uji 2
AliRezaei,N First 24 hours dan regresi logistik
edaMoham ofHospitalization menunjukkan hubungan
madinia,Fat yang signifikan
emeh antara yang pertama skor
Darban, trauma direvisi dan angka
2014. kematian pasien trauma
dalam 24 jam pertama
rawat inap ( p = 0,001 ).
32
Nama Metode
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Yutaka Revised trauma prospective, Skor GAP dihitung
Kondo, scoring system to observational terlibat GCS skor (3-15
Toshikazu predictin-hospital study poin), usia pasien < 60
Abe, mortality in the tahun (tiga poin) dan SBP
Kiyotaka emergencydepartm (> 120 mmHg (enam
poin), 60 sampai 120
Kohshi, ent:Glasgow Coma
mmHg (empat poin)). C-
Yasuharu Scale, Age, statistik untuk nilai GAP
Tokuda, E andSystolic Blood (0,933 untuk mortalitas
Francis Pressure score jangka panjang dan 0,965
Cook and untuk mortalitas jangka
Ichiro pendek) lebih baik dari
Kukita, atau sebanding dengan
2011. nilai trauma yang
dihitung dengan
menggunakan skala
lainnya.
Nama Metode
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Ozlem Comparison Of study was Tingkat kematian adalah
Koksal, Trauma Scoring conducted 12,6 %. Pasien rata-rata
Fatma Systems For GCS, skor RTS, ISS,
Ozdemir, Predicting NISS, dan TRISS nilai
Mehtap MortalityIn masing-masing adalah
13,41 0,31, 10,65
Bulut, Sule Firearm Injuries
0,26, 17,04 1,20, 21,94
Aydin,Mera 1,45, dan 9.52 2.37,.
l Leman Para pasien dibagi
Almacioglu, menjadi dua kelompok
Halil sebagai ISS = Niss ( 53,3
Ozguc. % ) dan ISS < Niss ( 46,7
2009. %).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti dapat diukur secara serentak dari
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011).
3.2.1 Populasi
semua pasien yang berada di rawat inap di IGD dan ICU rumah sakit Dr.
34
35
3.2.2 Sampel
diteliti (Nursalam, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah pasien cedera
2015 sampai April 2015 yang berada di IGD dan ICU RSUD Dr.
1. GCS <8
April 2015.
Tabel 3.1
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Revised Revisi Trauma Score Lembar RTS= Skore Nilai skor 0 Ordinal
Trauma (RTS) adalah sistem Observasi GCS + Skore 12. Nilai
Score penilaian SBP+ Skore tertinggi 12
fisiologis.Penilaian RR dan
menggunakan terendah 0.
Glasgow Coma Hasil ukur:
Scale, Tekanan Darah 1. Serius
Sistolik dan (<6)
Respiratory Rate 2. Berat (7-
8)
3. Sedang
(9-10)
4. Ringan
(11-12)
37
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Mortalita Mortalitas atau Lembar BSS: Hasil Skor Nominal
s kematian merupakan Observasi Pupillary 0-25. Nilai
kejadian dimana Size + tertinggi 25
dapat dinilai dari Pupillary dan
berbagai score, antara Light terendah 0.
lain pemeriksaan Responses + Hasil ukur :
batang otak. Corneal 1.Resiko
Reflexes + mengalam
Oculocephali i batang
c Reflexes + otak (<
Eye 13)
Movements 2. Tidak ada
+ Motor kematian
Posturing To batang
Painful otak (>
Stimuli + 13)
Respiration
Pattern
dari pengaturan data pertama yang diperoleh pada pasien, dan terdiri
Rate. RTS = Skor GCS + Skor SBP + Skor RR. Berdasarkan nilai
lain serius (Nilai <6), berat(Nilai 6 7), sedang (Nilai 810), ringan
(Nilai 1112).
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yag diambil dari subyek
2. Data Sekunder
nama pasien, literatur yang relevan dan sumber lain yang mendukung
penelitian ini.
4. Tahap Pelaksanaan
a. Wawancara
b. Studi Dokumentasi
kesimpulan yang lebih luas tentang individu yang diukur dalam kaitannya
vs AUCRTS = 0.84 ).
41
negative nilai ( NPV ) dari 100 % pada evaluasi awal hingga hari ke-28,
dan nilai-nilai prediktif positif ( PPVs ) dari 100 % dari pertama sampai
hari ke-7, nilai negatif dan positif pada evaluasi awal kurang dari 80 %,
Oleh karena itu, tampaknya lebih baik dalam memprediksi hasil koma atau
3.6.2 Reliabilitas
sangat penting dalam penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan
1. Serius (<6)
2. Berat (7-8)
3. Sedang (9-10)
4. Ringan (11-12)
Mortalitas :
kontingensi.
4. Tabulasi
tertentusehinggafrekuensidarimasing-masing item.
43
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
data kuantitatif (skala interval atau rasio) (Hidayat, 2014). Jadi Uji
variable yang berdata ordinal, dapat juga salah satu data ordinal dan
2
6di
berikut:
agar informan mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang
informan pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya
3. Confidentially (kerahasiaan)
4. Beneficience
5. Non maleficience
HASIL PENELITIAN
Pada BAB ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan antara
revised trauma score dengan angka mortalitas pada pasien cedera kepala di RSUD
yang telah memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian, didapatkan hasil sebagai
berikut:
RSUD Dr. Moewardi merupakan salah satu rumah sakit tipe A terbesar
negeri yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berada di
132 Surakarta.Ruang Intensif Care Unit (ICU) yang ada di RSUD dr.
sebagai tempat rujukan yang tepat. Ruang ICU memiliki 12 tempat tidur, 2
yang bertugas juga mempunyai skill yang baik dalam melakukan tindakan
apapun.
46
47
Rumah sakit ini juga memiliki angka kejadian cedera kepalayang lumayan
banyak pada pada kasus cedera kepala dibandingkan dengan rumah sakit
Deskriptif variabel atas data yang dilakukan selama tiga bulan dari
bulan Februari 2015 sampai dengan April 2015 dengan jumlah data secara
yaitu RTS, sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah mortalitas.
berikut:
menjadi 4 tingkat yaitu serius (< 6), berat (7 8), sedang (9 10), ringan
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Revised Trauma Score terhadap pasien
cedera kepala diruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta
(N:24)
Kategori Persentase ( % )
Serius 10 41.7
Berat 6 25.0
Sedang 5 20.8
Ringan 3 12.5
Total 24 100.0
41.7%.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Mortalitasterhadap pasien cedera kepala
diruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta (N:24)
Kategori Persentase ( % )
Risiko Kematian Batang Otak 16 66.7
Tidak Risiko Kematian Batang Otak 8 33.3
Total 24 100.0
Tabel 4.3
Uji Spearmans rho tentang Hubungan antara Revised Trauma Score
dengan angka Mortalitas terhadap Cedera Kepala
r p
Revised Trauma Score
Mortalitas 24 0.860 0.000
dengan kategori sangat kuat.Arah korelasi +(positif) yaitu searah. Hal ini
PEMBAHASAN
serius. Penggunaan RTS pada pasien cedera kepala di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta yaitu dengan kondisi serius (< 6 ) adalah 41.7% responden, berat (7-
ringan (11-12) adalah 12.5% responden. Responden dengan hasil RTS harus
maka kondisi ini dalam keadaan yang perlu diperhatikan untuk melakukan
tindakan yang intensif, hal ini menunjukkan semakin rendah hasil RTS maka
akan semakin memperburuk keadaan pasien. Hasil Skor RTS kondisi berat
yaitu sama dengan hasil RTS serius merupakan keadaan dimana dikatakan
melakukan tindakan yang tepat, cepat, dan akurat dalam penanganan untuk
RTS dalam kondisi sedang dan ringan dapat dikatakan dalam kondisi yang
50
51
stabil pada pasien, akan tetapi jangan menunda dalam penanganan terhadap
pasien dalam koategri sedang dan ringan untuk menjaga kestabilan kondisi
pasien. Hal ini, bisa dapat meningkatkan status kondisi pasien dari kondisi
empat kali lebih besar untuk mengalami cedera kepala dan sepuluh kali lebih
besar untuk mengalami cedera otak pada saat kecelakaan, untuk status
(53,4%) dan 34 orang menggunakan helm (46,6%) (Yu WY, Chen CY, Chiu
WT, et al., 2011). Kewajiban memakai helm bagi pengendara dan penumpang
2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Badan Standarisasi Nasional,
2012).
pada saat kejadian (WHO, 2011. ). Penelitian di Florida dari 995 pasien yang
menggunakan helm dan 473 orang (47,5%) tidak menggunakan helm (Hooten
tidak menggunakan helm (Nura, 2012). Beberapa negara Asia lebih dari
cedera kepala berat sebanyak 12 orang (16,4%). Pasien cedera kepala yang
26 orang (78,8%), cedera kepala sedang sebanyak 5 orang (15,2%), dan cedera
cedera kepala sedang sebanyak 9 orang (22,5%), dan cedera kepala berat
cedera pasien cedera kepala pada penelitian ini antara lain kecelakaan lalu
penyebab cedera kepala pada penelitian ini adalah kecelakaan lalu lintas yaitu
kasus, motor vs truk satu kasus, motor vs pejalan kaki 10 kasus dan jatuh dari
53
motor 19 kasus, sedangkan yang paling sedikit adalah akibat tindak kekerasan
bahwa kasus CKR paling banyak, yaitu 61,4%, kasus CKS yaitu 22,4% dan
cedera kepala setelah kecelakaan meningkat bervariasi antara 2,3 kali sampai
4,4 kali lebih tinggi pada pengendara motor yang tidak menggunakan helm
Kasantikul mendapati bagi pengendara yang tidak menggunakan helm 3,5 kali
lebih besar untuk mengalami cedera serius (Liu BC, Ivers R, Norton R, et al.,
2008).
dengan skor RTS serius dikarenakan akibat dari benturan. Responden dengan
yang kasat mata, Trauma yang membentur dahi, kontusio terjadi didaerah otak
sehingga kesadaran menurun sampai koma yang dalam, pupil kontra lateral
reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Penilaian RTS yang
responden mengalami serius dikarenakan nilai <6 yaitu skor GCS kurang dari
kematian batang otak pada tabel 4.2 dapat diketahui tingkat kematian batang
kematian batang otak (<13) sebesar 66.7% dan tidak ada risiko kematian
batang otak (>13) sebesar 33.3 %.. Responden dengan hasil BSS menunjukan
dariObiako & Ogunniyi (2010), kematian batang otak terjadi karena akibat
adanya cedera trauma kepala. Penilaian kematian batang otak dapat dinilai
dengan menggunakan skor BSS yang sudah ada, dalam penelitian sebelumnya
digunakan dalam penilaian pasien strok. Penilaian ini dengan angka kurang
dari 13 maka sudah dianggap terjadi risiko kematian batang otak yang
diakibatkan oleh trauma kepala atau pendarahan dikepala. Penilaian lebih dari
13 maka dianggap kematian batang otak tidak ada, akan tetapi nilai lebih dari
Sekitar 52.000 kematian AS per tahun dari hasil TBI. Faktor lokal di
Midwest dan Timur Laut dan tertinggi di Selatan. Tingkat kematian untuk
kematian di luar rumah sakit adalah sekitar 17 per 100.000 orang. Sekitar 6
per 100.000 orang untuk pasien yang dirawat di rumah sakit. Awal skor GCS
kematian dari cedera. Tingkat kematian yang tinggi di TBI berat dan rendah
moderat TBI. Dalam sebuah penelitian TCDB, angka kematian di TBI berat
juga 26 kasus bukan cedera kepala yang terdiri dari 23 kasus yang tidak di
periksa dan 3 kasus yang telah di periksa didapati bukan cedera kepala. Pada
tahun 2012 terdapat 71 kasus kecelakaan yang diperiksa dan 7 kasus yang
Terdapat juga 9 kasus bukan cedera kepala yang terdiri dari 7 kasus yang tidak
di periksa dan 2 kasus yang telah di periksa didapati bukan cedera kepala.
korban paling banyak meninggal dengan cedera kepala pada kecelakaan lalu
value (PPV) sebesar 90-100% dalam jangka 7 hari. Sehingga BSS sebagai
gambaran skor untuk menilai mortalitas seseorang dengan jangka waktu 7 hari
dengan risiko kematian batang otak dengan nilai kurang dari 13.
adanya penuruan reflek pupil, respon pupil terhadap cahaya, reflek kornea,
5.3 Hubungan Antara Revised Trauma Score Dengan Angka Mortalitas Pada
(0.860) dengan nilai probabilitas atau taraf kesalahan (p : 0.000) lebih kecil
antara revised trauma score dengan mortalitas pada pasien cedera kepala.
Tingkat hubungan kedua variabel kategori sangat kuat, karena nilai korelasi
kuat. Arah korelasi +(positif) yaitu searah. Hal ini berarti semakin tinggi nilai
57
RTS terhadap cedera kepala, berarti semakin tinggi angka mortalitas pada
dengan kategori risiko kematian batang otak, kategori berat sebesar 25.0 %
dilakukan peneliti merupakan keadaan dimana pasien dalam rawat inap lebih
dari 24 jam, sehingga dapat ditentukan nilai RTS dan BSS sesuai kondisi
kecelakaan lalu lintas dan ada yang mengalami tabrak lari. Penelitian ini
rumah sakit dan memiliki gambaran dari fisiologis pasien trauma. Beberapa
pasien kritis untuk perawatan di pusat khusus trauma. Penelitian dari Khayat,
58
24 jam pertama dari rawat inap dinilai pada pasien mutlipel trauma. Hasil
menunjukan rata rata RTS dan ISS terhadap tingkat kematian yaitu 12,6 %
pasien meninggal dalam keadaan gawat darurat dan setelah dirawat inap
kurang dari 24 jam pertama. RTS dan ISS memiliki angka probilitas
cedera.
ketika berhadapan dengan kurangnya sumber daya, tetapi tidak cukup sebagai
Penilaian RTS yang pertama dan pengukuran mortalitas dalam waktu lebih
antara lain revised trauma score dan mortalitasmerupakan hal yang baru bagi
diruang ICU.
60
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Revised trauma score sebagian besar pasien cedera kepala berat RSUD Dr.
2. Mortalitas sebagian besar pasien cedera kepala besat RSUD Dr. Moewardi
6.2 Saran
3. Peneliti selanjutnya
Barmawi, A. (2007). Laporan tahunan instalasi gawat darurat RSUP dr. Sardjito.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Brown W.R., Langlois, J.A., Thomas, K.E., Xi, Y.L. (2006). Incidence of
traumatic brain injury in United States, 2003. J Head Trauma
Rehabil, 21(6), 544-8.
Centers for Disease Control[CDC]. (2011, Mei). Surveillance for Traumatic Brain
InjuryRelated Deaths United States 19972007. MMWR,
60(5), 1-30.
Centers for Disease Control [CDC]. (2011, October). Traumatic brain injury in the
United States: Fact Sheet. MMWR, 60(39), 1337-1342.
Coronado, V.G., Xu, L., Basavaraju, S.V., McGuire, L.C., Wald, M.M., Faul,
M.D., et al. (2011). Surveillance for traumatic brain injury-related
deaths United States 1997-2007. MMWR, 60(5),1-36.
David, Gallimore. (28 March 2006). The diagnosis of brainstem death and its
implications, is tutor in adult nursing, School of Health Science,
University of Wales, Swansea. Nursing Time, 102(13), 28-30.
Eynon, C.A. (2005). Brain death and brainstem testing. Care of the Critically Ill,
21(5), 147150.
Garg, Krishna. (2004). Chaurasias human anatomy: Head, neck & brain. (Fourth
edition). CBS Publishers, 3, 34-38.
Gururaj, G., Kolluri S.V.R., Chandramouli, B.A., Subbakrisna, D.K., Kraus, J.F.
(2005). Traumatic brain injury. India: National Institute of Mental
Health & Neuro Sciences Bangalore.
Hemingway, H., Croft, P., Perel, P., Hayden, J.A., Abrams, K., Timmis, A., et al.
(2013). Prognosis research strategy (PROGRESS): A framework
for researching clinical outcomes. BMJ, 346, 1-11.
Hidayat, A.A. (2014) Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.
Lingsma, H.F., Roozenbeek, B., Steyerberg, E.W., Murray, G.D., Maas, A.S.
(2010). Early prognosis in traumatic brain injury: from prophecies
to predictions. Lancet Neurol. 9, 543-554.
Litbang, Depkes. (2013). Riskesdas: Prevalensi cidera kepala nasional. (accessed
25 November 2014).
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_
Riskesdas2013.PDF
Liu BC, Ivers R, Norton R, et al.. (2008). Helmets for preventing injury in
motorcycle riders. Cochrane Database of Syst Rev, (1).
Nura M. Hubungan penggunaan helm dengan kejadian cedera kepala pada korban
kecelakaan sepeda motor di RSUD Sleman Yogyakarta. Jurnal
Medika Respati 2012; 7 (4).
Nurfaise. (2012). Hubungan Derajat Cedera Kepala Dan Gambaran Ct Scan Pada
Penderita Cedera Kepala Di Rsu Dr. Soedarso Program Periode
Mei-Juli 2012. Skripsi Naskah Publikasi. Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Obiako O,R. Ogunniyi A. (2010). The Glasgow coma scale and brainstem signs
score: Which is a better predictor of coma outcome in acute stroke.
Journal of Medicine and Medical Sciences, 1(9), 395-400.
Parenrengi, M.A. (2007). Peranan senyawa oksigen reaktif pada cedera kepala
berat dan pengaruhnya pada gangguan fungsi enzim akonitase dan
kondisi asidosis primer otak. Official Journal of The Indonesian
Neurosurgery Society,2(3), 157-166.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Nomor 37 tahun 2014
tentang penentuan kematian dan pemanfaatan organ donor.
Indonesia.
Rendi, Clevo, M., Margareth, TH., (2012). Asuhan keperawatan medical bedah
dan penyakit dalam. Yogjakarta: Nuha Medika.
Stillwell, B & Susan. (2011). Pedoman keperawatan kritis. (Edisi 3). Jakarta:
EGC.
Styrke, J., Stalnacke, B.M., Sojka, P., Bjornstiq, U. (2007). Traumatic brain
injuries in a well-defined population: epidemiological aspects and
severity. J Neurotrauma,24(9), 14251436.
Tobing, HG. (2011). Synopsis ilmu bedah saraf. Jakarta: Sagung Seto.
Yu WY, Chen CY, Chiu WT, et al. Effectiveness of different types of motorcycle
helmets and effects of their improper use on head injuries. Int J
Epidemiol 2011; 110.