Anda di halaman 1dari 2

Tentang Pare

Pada awalnya tak ada yang menyangka semua akan berakhir seperti ini. Saya telah melalui waktu tiga
bulan disini. Tujuan utama hanya belajar. Itu saja. Titik!

Cinta tak bisa ditebak. Ia datang dan pergi tanpa tanpa ada yang mengetahui. Rencana boleh jadi
rencana. Takdir yang akan menentukan hasil akhirnya.

Saya mulai mengenal dia, dan pertama kali mengenalnya tak pernah terlintas untuk menjadikannya
kekasih. Dia banyak meminta saran tentang sesuatu kepada saya. Curhat adalah aktivitas yang paling dia
gemari. Curhat tentang cinta yang membuat dia tak bisa tenang menjalani hidup.

Aku masih ingat waktu itu pertama kali kami berjalan bersama. Aku membonceng dia menggunakan
sepeda ontel. Ada acara di rumah koleganya di sudut lain kota Pare. Itu kali pertama aku merasa dekat
dengannya. Dia pinjam jaket saya. Dia mulai sms intens dengan saya.

Pernah suatu waktu seorang teman mengajak saya ke acara nikah seseorangyang tak saya kenaltapi
karena dia juga ikut, meski berat aku juga ikut. Kami bertemu di camp salah seorang teman cewek yang
memperkenalkan saya pada dia. Kami waktu itu berangkat bersama menuju titik akhir pertemuan untuk
menuju acara.

Malang tak bisa di tolak. Mobil Cuma satu, yang ingin ikut lebih dari sepuluh orang. Awalnya saya
berniat membatalkan keberangkatan. Dia meyakinkan saya kalau ada tempat kosong. Saya tak bisa
menolak. Dia tenang duduk di depan. Menikmati perjalanan.

***

Perlahan namun pasti, dari cuaca yang panas berubah menjadi Susana sejuk. Terlihat hamparan bambu
disepanjang perjalanan. Ngarai yang curam. Hamparan warna hijau pertanda ini adalah perbukitan.
Orang di mobil berbisik bahwa kami telah memasuki sebuah daerah bernama KOTA BATU, Malang.

Teringat sebuah Koran yang pernah saya baca setahun lalu. Batu merupakan sarang teroris. Di kota batu
inilah terjadi penyerbuan sadis oleh Densus 88 terhadap terduga teroris. Saya tak menyangka kota
sesejuk dan setenang ini seperti itu.

Siapa yang tak ingin mampir tuk menikmati kota kelahiran Yuni shara ini. Termasuk saya. Ada beribu villa
dan gadis cantik disini. Ada tawaran dunia yang bisa membuat kita lupa.

***

Pernikahan itu berjalan sederhana. Wali nikah di wakili seorang mahasiswa semester pertama, dilihat
dari tampangnya yang masih lugu. Sementara penghulu dilakukan oleh salah seorang dari yang hadir.
Masih mudah juga. Seorang mahasiswa. Ia bahkan masih belum fasih membaca rukun-rukun nikah.

Tak yang peduli. Tak sedikit yang ketawa. Ada yang mengkerutkan muka. Ada yang terharu. Semua
campur aduk. Pernkahan berjalan lancar. Meski begitu, tak ada kado istimewa yang di bawa buat
mempelai. Tak ada makan prasmanan. Yang tersedia hanya beberapa nampan kue kering dengan aqua
gelas.

Disinilah kenangan tentang hidup terukir. Di kota batu malang yang indah.

***

Di perjalanan pulang, letih jelas terlihat di raut wajah mereka termasuk dia. Perjalanan yang di tempuh
dua jam itu semua tertidur. Saya tak henti memandang keluar. Melihat hamparan indahnya ngarai dan
bukit yang sungguh indah. Ada rumah tertata rapi diantara bukit-bukit kecil.

Tak ada yang menyangka, kenangan ini mengukirkan seberkas kenangan buat saya. Entah juga buat dia.
Dua bulan setelah itu semua berlalu. Berlalu dan saya masih ingat ketika menuju camp masing-masing
saya menggunakan becak bedua dengannya. Pernah makan bakso berdua. Sampai akhirnya menyatukan
hati berdua MALAM MINGGU, 15 SEPTEMBER 2012. Sekian!

Anda mungkin juga menyukai