Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telianga luar
ialah pH di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi
terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur
mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan akibat mengorek
telinga.1
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah daerah yang panas dan lembab serta jarang pada
iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek, banyak peneliti
mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953) mengatakan bahwa
berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia (1984) menganggap
bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga luar merupakan
faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke (1984) mengemukakan pemaparan
terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang akut
maupun kronik.2,3
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar
ke pina, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi
pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna
difusa merupakan tipe infeksi bakteri pathogen. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah
pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).
Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisi inflasi kulit dari liang telinga bagian luar.1,2,4,5
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga,
terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak diobati
secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau
akan menetap.1,4
Adapun tujuan dari laporan kasus ini sendiri adalah untuk mempermudah menegakkan
diagnosis otitis eksterna, serta dapat memahami apa saja penatalaksanaan, patogenesis serta
pencegahan juga prognosis dari penyakit ini.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. F
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : RT.02 Kec. Olak Kemang
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT

II. ANAMNESIS
(Autoanamnesis Tgl : 19 Oktober 2016)

Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada telinga kanan terus menerus sejak 1 hari yang lalu setelah
dikorek menggunakan cotton bud.

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke Poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan nyeri terus menerus
pada telinga kanan sejak 1 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan pendengaran pada telinga
kanan sedikit terasa berkurang dan terasa bengap. Keluhan dirasakan semakin memberat saat
telinga dipegang dan saat mengunyah. Keluhan berkurang saat istirahat. Pasien mengaku
pernah mengorek liang telinganya menggunakan cotton bud. Riwayat gatal dan keluar sekret
atau cairan dari telinga disangkal. Pasien tidak mengeluhkan demam. Riwayat batuk, pilek dan
nyeri tenggorokan juga disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku pernah mengalami penyakit yang sama 4 bulan yang lalu dan pasien sudah
pernah mendapatkan pengobatan dan sembuh. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang
berat, riwayat sinusitis (-), riwayat rhinitis (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-), asma (-),
riwayat trauma pada telinga (-).
Riwayat penyakit keluarga
hipertensi (-), diabetes melitus (-), asma (-), riwayat alergi (-).
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya (penggunaan obat tetes)

III. HAL-HAL PENTING


Tabel 2.1 Anamnesis Pasien

2
TELINGA HIDUNG TENGGOROK LARING

Keluhan Ka/Ki Keluhan Ka/Ki Keluhan Keluhan

Gatal -/- Rinore -/- Sukar :- Suara parau :-


Menelan
Dikorek +/+ Buntu -/- Sakit Menelan :- Afonia :-

Nyeri +/- Bersin - Trismus :- Sesak napas : -


*Dingin/Lembab
Bengkak -/- * Debu Rumah Ptyalismus :- Rasa sakit :-

Otore -/- Rasa Ganjal :- Rasa ganjal :-

Tuli +/- Berbau - Rasa :-


Berlendir
Tinitus -/- Mimisan -/- Rasa Kering :-

Vertigo - Nyeri Hidung -

Mual - Suara sengau -

Muntah -

IV. Pemeriksaan Fisik


2.3.1 Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C
Nadi : 70x/menit
TD : 120/80 mmHg
Anemia :-
Sianosis :-
Stridor inspirasi :-

2.3.2 Telinga
Tabel 2.2 PF Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -

3
Fistel - -
Ott hematoma - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Liang telinga sempit + -
Atresia - -
Serumen prop - -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Edema + -
Hiperemis + -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis Sulit dinilai -
Retraksi Sulit dinilai -
Bulging Sulit dinilai -
Atropi Sulit dinilai -
Perforasi Sulit dinilai -
Bula Sulit dinilai -
Sekret Sulit dinilai -
Refleks Cahaya Sulit dinilai + (jam 7)
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

2.3.3 Hidung
Tabel 2.3 PF Hidung
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi DBN DBN

4
Kavum nasi Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Selaput lender DBN DBN
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung DBN DBN
Konka inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Meatus nasi inferior DBN DBN
Konka media Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Meatus nasi media DBN DBN
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


Kavum nasi
Selaput lender
Koana
Septum nasi Tidak Dilakukan
Konka superior
Meatus nasi media
Muara tuba
Adenoid
Massa tumor
Polip
Transiluminasi Sinus Kanan Kiri
Sinus Maksilaris Terang Terang
Sinus Frontalis

2.3.4 Mulut
Tabel 2.4 PF Mulut
Penilaian Hasil
Selaput lendir mulut DBN
Bibir DBN
Lidah DBN

5
Gigi DBN
Kelenjar ludah DBN

2.3.5 Tonsil dan Faring


Tabel 2.5 PF Tonsil dan Faring
Penilaian Hasil
Uvula Bentuk normal, terletak ditengah
Palatum mole Hiperemis (-), benjolan (-)
Palatum durum Hiperemis (-), benjolan (-)
Plika anterior Hiperemis (-)

Penilaian Hasil
Tonsil Dekstra:
tonsil T1,
hiperemis (-)
permukaan rata
kripta tidak melebar
detritus (-)
Sinistra:
tonsil T1,
hiperemis (-)
permukaan rata
kripta tidak melebar
detritus (-)
Plika posterior Hiperemis (-)
Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

2.3.6 Laringoskopi indirect


Tabel 2.6 PF Laring
Penilaian Hasil
Pangkal lidah Tidak Dilakukan
Epiglottis
Sinus piriformis
Aritenoid
Sulcus aritenoid

6
Corda vocalis
Massa

2.3.7 Kelenjar Getah Bening Leher


Tabel 2.7 PF KGB Leher
KGB Leher Kanan Kiri
Regio I Dbn Dbn
Regio II Dbn Dbn
Regio III Dbn Dbn
Regio IV Dbn Dbn
Regio V Dbn Dbn
Regio VI Dbn Dbn
area Parotis Dbn Dbn
Area postauricula Dbn Dbn
Area occipital Dbn Dbn
Area supraclavicula Dbn Dbn

2.4 Pemeriksaan saraf kranialis


Tabel 2.8 PF Saraf Kranialis
Nervus Hasil
NI Dbn
N II Dbn
N III Dbn
N IV Dbn
NV Dbn
N VI Dbn
N VII Dbn
N VIII Dbn
N IX Dbn
NX Dbn
N XI Dbn
N XII Dbn

7
2.5 Pemeriksaan Audiologi
Tabel 2.9 Tes Penala
Frekuensi Kanan Kiri
128 Hz + +
256 Hz + +
512 Hz - -
1024 Hz - -
Interpretasi : Batas atas turun

Tabel 2.10 Pemeriksaan Pendengaran


Tes Pendengaran Kanan Kiri
Tes rinne + +
Tes weber Tidak ada lateralisasi
Tes schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Kesimpulan : Tidak ada gangguan pendengaran.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Tabel 2.11 Hasil Laboratorium Darah
Hb Tidak dilakukan SGOT Tidak dilakukan

BT Tidak dilakukan SGPT Tidak dilakukan


CT Tidak dilakukan GDS Tidak dilakukan
Trombosit Tidak dilakukan GDP -
Leukosit Tidak dilakukan GD2PP -
Hitung Jenis: Fungsi Ginjal
Granulosit Tidak dilakukan Ureum Tidak dilakukan
Limfosit Kreatinin
Monosit

I. DIAGNOSIS BANDING
Otitis Eksterna Difus
Otitis Eksterna Sirkumskripta
Otomikosis

II. DIAGNOSIS
Otitis Eksterna Difus Dextra

8
III. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Pasien diberitahu bahwa pasien mengalami infeksi pada liang telinga
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin terjadi pada
pasien
Pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering
Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud dan
segera berobat jika terdapat keluhan di telinga

Medikamentosa
Lokal
Antibiotik topikal: dapat diberi antibiotik topikal polimiksin B dan neomisin 3-4 tetes/3-4
kali perhari
Sistemik
Antibiotik : ciprofloxacin tab 500 mg 3x1
Analgetik : Asam Mefenamat 500 mg 3x1

VI PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi

9
Gambar 3.1 Anatomi Telinga
Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga
luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani.1,5,6
Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Kearah liang
telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga
lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan berhubungan
dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan cekungan serta
bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya
resonansi bunyi sebesar 3500 Hz.1,6,7

10
Gambar 3.2 Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi atas tiga
bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas atas membran timpani,
mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari membran timpani dan
hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani. 1,5,6

Gambar 3.3 Kavum Timpani


Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani, rangkaian tulang
pendengaran, ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan tingkap bundar. 1,5,6
Kontraksi otot tensor timpani akan menarik manubrium maleus ke arah anteromedial,
mengakibatkan membran timpani bergerak ke arah dalam, sehingga besar energi suara yang masuk
dibatasi. 1,5,6
Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal dari telinga luar
kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi akan diamplifikasi melalui
perbedaan ukuran membran timpani dan tingkap lonjong, daya ungkit tulang pendengaran dan
bentuk spesifik dari membran timpani. Meskipun bunyi yang diteruskan ke dalam koklea
mengalami amplifikasi yang cukup besar, namun efisiensi energi dan kemurnian bunyi tidak
mengalami distorsi walaupun intensitas bunyi yang diterima sampai 130 dB. 1,5,6
Aktifitas dari otot stapedius disebut juga reflek stapedius pada manusia akan muncul pada
intensitas bunyi diatas 80 dB (SPL) dalam bentuk reflek bilateral dengan sisi homolateral lebih
kuat. Reflek otot ini berfungsi melindungi koklea, efektif pada frekuensi kurang dari 2 khz dengan

11
masa latensi 10 mdet dengan daya redam 5-10 dB. Dengan demikian dapat dikatakan telinga
mempunyai filter terhadap bunyi tertentu, baik terhadap intensitas maupun frekuensi. 1,5,7
Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran. Telinga dalam
terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin karena bentuknya yang kompleks.
Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah sempurna dan hanya mengalami pembesaran
seiring dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin
tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam
pars petrosa os temporalis (ruang perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin
tulang terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea. 1,5,6
Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang dengan ukuran panjang 5
mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding medial menghadap ke meatus akustikus internus dan
ditembus oleh saraf. Pada dinding medial terdapat dua cekungan yaitu spherical recess untuk
sakulus dan eliptical recess untuk utrikulus. Di bawah eliptical recess terdapat lubang kecil
akuaduktus vestibularis yang menyalurkan duktus endolimfatikus ke fossa kranii posterior diluar
duramater. 1,5,6
Di belakang spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular crest. Pada ujung bawah
alur ini terpisah untuk mencakup recessus koklearis yang membawa serabut saraf koklea ke basis
koklea. Serabut saraf untuk utrikulus, kanalis semisirkularis superior dan lateral menembus dinding
tulang pada daerah yang berhubungan dengan N. Vestibularis pada fundus meatus akustikus
internus. Di dinding posterior vestibulum mengandung 5 lubang ke kanalis semisirkularis dan
dinding anterior ada lubang berbentuk elips ke skala vestibuli kohlea. 1,5,6,7
Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior dan lateral
yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Bentuknya seperti dua pertiga lingkaran dengan
panjang yang tidak sama tetapi dengan diameter yang hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada salah satu
ujungnya masing-masing kanalis ini melebar disebut ampulla yang berisi epitel sensoris vestibular
dan terbuka ke vestibulum. 1,5,6
Ampulla kanalis superior dan lateral letaknya bersebelahan pada masing-masing ujung
anterolateralnya, sedangkan ampulla kanalis posterior terletak dibawah dekat lantai vestibulum.
Ujung kanalis superior dan inferior yang tidak mempunyai ampulla bertemu dan bersatu
membentuk crus communis yang masuk vestibulum pada dinding posterior bagian tengah. Ujung

12
kanalis lateralis yang tidak memiliki ampulla masuk vestibulum sedikit dibawah cruss communis.
1,5,6

Kanalis lateralis kedua telinga terletak pada bidang yang hampir sama yaitu bidang miring
ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat terhadap bidang horizontal bila orang berdiri.
Kanalis lainnya letaknya tegak lurus terhadap kanal ini sehingga kanalis superior sisi telinga kiri
letaknya hampir sejajar dengan posterior telinga kanan demikian pula dengan kanalis posterior
telinga kiri sejajar dengan kanalis superior teling kanan. 1,5,6
Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan panjang sekitar 35 mm
dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala timpani dan skala vestibuli
berisi cairan perilimfa dengan konsentrasi K+ 4 mEq/l dan Na+ 139 mEq/l. Skala media berada
dibagian tengah, dibatasi oleh membran reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan dinding
lateral, berisi cairan endolimfa dengan konsentrasi K+ 144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l. Skala media
mempunyai potensial positif (+ 80 mv) pada saat istirahat dan berkurang secara perlahan dari basal
ke apeks. 1,5,6
Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di bagian basal dan
melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral. Beberapa komponen penting
pada organ corti adalah sel rambut dalam, sel rambut luar, sel penunjang Deiters, Hensens,
Claudius, membran tektoria dan lamina retikularis. 1,5,6
Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris sel rambut luar yang terletak
lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh pilar-pilar Corti, dan sebaris sel rambut dalam
yang terletak di medial terhadap terowongan. Sel rambut dalam yang berjumlah sekitar 3500 dan
sel rambut luar dengan jumlah 12000 berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam bentuk energi
mekanik menjadi energi listrik. 1,5,6

Vaskularisasi Telinga Dalam


Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A. Cerebelaris anteroinferior
atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis. Arteri ini masuk ke meatus akustikus internus
dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Koklearis communis yang bercabang pula
menjadi A. Koklearis dan A. Vestibulokoklearis. A. Vestibularis anterior memperdarahi N.
Vestibularis, urtikulus dan sebagian duktus semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di
mediolus daerah putaran basal koklea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang
koklear. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis semisirkularis dan ujung

13
basal kohlea. Cabang kohlear memperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan
ligamen spiralis. A. Koklearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan
didalam koklea mengitari modiolus. 1,5,6
Vena dialirkan ke V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau sinus
sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke sinus petrosus
superior dan inferior. 1,5,6

Persarafan Telinga Dalam


N.Vestibulokoklearis (N.akustikus) yang dibentuk oleh bagian koklear dan vestibular,
didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis dan masuk batang otak
antara pons dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis dipersarafi oleh N.Koklearis dengan ganglion
vestibularis (scarpa) terletak didasar dari meatus akustikus internus. Sel-sel sensoris pendengaran
dipersarafi N.Koklearis dengan ganglion spiralis corti terletak di modiolus. 1,5,6,7

Fisiologi Pendengaran
Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah membran
tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur penting tersebut sangat berperan
dalam proses mendengar. Pada bagian apikal sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang
kuat antara satu bundel dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik akan
terjadi gerakan yang kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai pengikat
yang menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang lebih rendah, sehingga pada
saat terjadi defleksi gabungan stereosilia akan mendorong gabungan-gabungan yang lain, sehingga
akan menimbulkan regangan pada rantai yang menghubungkan stereosilia tersebut. Keadaan
tersebut akan mengakibatkan terbukanya kanal ion pada membran sel, maka terjadilah depolarisasi.
Gerakan yang berlawanan arah akan mengakibatkan regangan pada rantai tersebut berkurang dan
kanal ion akan menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa dan endolimfa
yang menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea disebut koklea mikrofonik,
berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang berfungsi sebagai pembangkit pembesaran
gelombang energi akustik dan sepenuhnya diproduksi oleh sel rambut luar.1,5,6,7
Pola pergeseran membran basilaris membentuk gelombang berjalan dengan amplitudo
maksimum yang berbeda sesuai dengan besar frekuensi stimulus yang diterima. Gerak gelombang
membran basilaris yang timbul oleh bunyi berfrekuensi tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran

14
maksimum pada bagian basal koklea, sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz)
mempunyai pergeseran maksimum lebih kearah apeks. Gelombang yang timbul oleh bunyi
berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi
sangat rendah dapat melalui bagian basal maupun bagian apeks membran basilaris. Sel rambut luar
dapat meningkatkan atau mempertajam puncak gelombang berjalan dengan meningkatkan gerakan
membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan ini disebut sebagai cochlear amplifier. Skema
proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh telinga luar, lalu menggetarkan
membran timpani dan diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengamplifikasi getaran tersebut melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan
akan diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan pada membran basilaris, sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran. 1,5,6,7

Gambar 3.4 Fisiologi Pendengaran

3.2 DEFINISI OTITIS EKSTERNA

15
Otitis eksterna adalah peradangan liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri, jamur, dan virus. 1
Faktor predisposisi yang mempengaruhi radang telinga luar adalah perubahan PH di liang
telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila PH menjadi basa, maka proteksi terhadap infeksi
menurun.1,2
Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Hal lain
adalah trauma ringan (ketika mengorek telinga) atau karena berenang yang menyebabkan
perubahan kulit karena terkena air. 1,2

3.3 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang sering dijumpai, disamping
penyakit telinga lainnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan mulai Januari sampai Desember
2000 di poliklinik THT RS H. Adam Malik Medan didapati 10746 kunjungan baru dimana,
dijumpai 867 kasus (8,07%) otitis eksterna, 282 kasus (2,62) otitis eksterna difusa dan 585 kasus
(5,44%) otitis eksterna sirkumsripta.7
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada
iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun
1844 banyak penelitit mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini yang mengatakan bahwa
berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Bahwa keadaan panas, lembab
dan trauma terhadap epitel dari liang merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.7

3.4 ETIOLOGI
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas aeruginosa,
Proteus mirabilis, Staphylococcus, Streptococcus, dan beberapa bakteri gram negatif. Serta dapat
juga disebabkan oleh jamur seperti jamur golongan Aspergilus atau Candida sp. Otitis eksterna
difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.1,5,7,8

Beberapa faktor yang memudahkan terjadinya otitis eksterna, yaitu: 1,5,8


Derajat keasaman (pH)

16
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi sebagai protektor
terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa maka akan mempermudah
terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun.
Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah tumbuh.
Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan faktor predisposisi
terjadinya otitis eksterna.
Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit liang telinga
dapat terjadi setelah terkena air.

3.5 KLASIFIKASI OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna dapat dibagi berdasarkan etiologinya, yaitu : 8

(A) Kelompok infektif :


Bacterial :
- localized otitis eksterna (furuncle)
- otitis eksterna difus
- otitis eksterna malignant
Fungal :
- Otomikosis
viral:
- herpes zoster otikus
- otitis eksterna haemorrhagica
(B) Kelompok reaktif :
Eczematous otitis eksterna
Seborrhoeic otitis eksterna
Neurodermatis

Otitis eksterna diklasifikasikan atas :1,5


17
1) Otitis eksterna akut :
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
b. Otitis eksterna difus
c. Otomikosis
d. Herpes zoster otikus
2) Otitis eksterna kronik
a. Keratosis obturans dan kolesteatoma eksterna
b. Otitis eksterna maligna

Gambar 3.5 Otitis eksterna akut Gambar 3.6 Otitis eksterna kronis

Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkle/bisul)


Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti
folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka di tempat itu dapat terjadi
infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. 1,5,7
Gejalanya adalah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini di
sebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya,
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium dan tragus. Rasa nyeri dapat
juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu
terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.
Terdapat tanda infiltrat atau abses pada sepertiga liang telinga. 1,5,7
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Tatalaksana pada awal kasus, tanpa
abses diberikan antibiotic sistemik, analgetik dan pemanasan lokal. Untuk mengurangi
18
nyerinya dapat digunakan ear pack yang berisi 10 % ichthammol glicerine dengan
memberikan balutan.dimana gliserin bekerja untuk mengurangi edema, dan ichthammol
bekerja sebagai antiseptik.8
Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya.
Lokal diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitracin, atau
anti septik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%). Kalau dinding furunkel tebal dilakukan
insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu
diberikan antibiotik secara sistemik, antibiotik diberikan dengan pertimbangan infeksi
yang cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisilin 250 mg, eritromisisn 250 mg,
anak-anak diberikan 40-50 mg/kgBB. Berikan obat asimptomatik seperti analgetik seperti
Parasetamol atau Asam mefenamat 500 mg. 1

Otitis Eksterna Difus


Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang
telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasanya, serta tidak terdapat furunkel.1
Dua faktor penting yang mempengaruhi terjadinya otitis eksterna difusa antara
lain; trauma liang telinga dan invasi organism pathogen.8
Infeksi ini dikenal juga dengan nama swimmers ear. Biasanya pada cuaca yang
panas dan lembab, terutama disebabkan oleh golongan Pseudomonas. Kuman lain yang
sebagai penyebab adalah Staphylococcus albus, escheria koli, staphylococcus aureus,
pseudo pyocyaneus, B proteus. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada
otitis media supuratif kronis. 1,5,7
Trauma dapat terjadi akibat mengorek liang telinga menggunakan hair pins atau
batang korek api, alat yang tidak benar untuk mengambil benda asing, membersihkan
dengan penuh semangat liang telinnga. Beberapa kasus dapat terjadi akibat infeksi
8
sekunder dari otitis media atau otitis media supuratif kronik.
Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang terdapat
sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang
keluar dari kavum timpani pada otitis media.

19
Pengobatannya adalah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke
liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang.
Kadang-kadang diperlukan obat antibiotik sistemik. 1
Gejala klinik dari otitis eksterna difusa dapat akut ataupun kronis dengan berbagai
derajat dan perluasan. Pada fase akut dirasakan sensasi panas seperti terbakar yang
semakin memberat dengan pergerakan rahang. Pada telinga sudah mulai mengeluarkan
sedikit discharge serosa, yang lama kelamaan menjadi kental dan purulen.lapisan meatus
menjadi radang dan membengkak. Kumpulan debris dan discharge disertai
pembengkakan pada meatus menimbulkan gangguan pendengaran konduktif. Pada
beberapa kasus ditemukan adeanya pembengkakan regional limphonodus disertai selulitis
pada sekitar jaringan. 8
Pengobatan pada fase akut otitis eksterna difusa yaitu meliputi : 8
1. Ear toilet
2. Medicated wicks : setelah toilet menyeluruh, sumbu kasa direndam dalam preparat
antibiotic-steroid dan dimasukkan ke liang telinga dan disarankan untuk tetap lembab
dengan meneteskan preparat yang sama 2-3 kali/hari.sumbu kasa diganti setelah 2-3
hari.
3. Antibiotic spectrum luasjika ditemukan selulitis dan limpadenitis.
4. Analgetik untuk mengurangi nyeri

otitis eksterna difus fase kronik ditandai dengan adanya iritasi dan gatal. discharge
sedikit dan akan mongering membentuk krusta. Kulit meatal menjadi lebih tebal dan
membengkak. Untuk pengobatan pada fase ini bertujuan untuk mengurangi edema
sehingga ear toilet dapat dilakukan dan mengurangi rasa gatal sehingga stratching
dihentikan dan kekambuhan dapat dikontrol. dengan menggunakan sumbu kasa yang
direndam pad 10% icthammol glycerin dimasukkan kedalam liang telingadapat
membantu mengurangi edema.kemudian dilanjutkan dengan ear toilet. Untuk rasa gatal
dapat diberikan antibiotic steroid cream. 8

3.6 PATOFISIOLOGI
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan
dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat

20
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis
berupa lekukan pada liang telinga.7
Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika
mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat dan gelap pada liang telinga merupakan
tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. 7
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal
yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit sehingga terjadi inflamasi dan cairan eksudat.
Rasa gatal memicu timbulnya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman
dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa menumpuk
dalam liang telinga (meatus akustikus eksternus) sehingga hantaran suara akan terhalang dan
terjadilah penurunan pendengaran. 7
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu pseudomonas (41%),
sterptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroideus (11%). Infeksi pada liang
telilnga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler, dan tulang temporal. 7
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan: 7
Kulit liang telinga luar beralaskan periostium dan perikondrium bukan bantalan jaringan
lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang
rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke
kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat
pada penderita otitis eksterna.

3.7 GEJALA KLINIK


Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahaului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. 7

21
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan penduhulu rasa sakit yang
berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai ras penuh
dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akut. Pada otitis
eksterna kronik merupakan keluhan utama. 7
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit,
perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta
berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang sominan, keluhan ini juga sering
merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini ditegakkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema
dermmis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan
tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan
dari liang telinga luar dan mengakibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis
eksterna. 7
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna. Edema kulit
liang telinga, sekret yang serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna
yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin
yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam liang
telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara. 7

Selain gejala-gejala diatas otitis eksterna juga dapat memberikan gejala-gejala klinis berikut:
7

1. Deskuamasi.
2. Tinnitus.
3. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga (otore).
Kadangkadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret / cairan berwarna putih atau
kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak menyenangkan. Tidak bercampur
dengan lendir (musin).
4. Demam.
5. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.

22
6. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna sirkumskripta. Bisul
menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor
dari telinga.
7. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga pada otitis eksterna
difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang tidak jelas. Bisa tidak terjadi
pembengkakan, pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat menjadi bengkak yang
benar-benar menutup liang telinga.

3.8 DIAGNOSIS
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa gatal. Rasa gatal
berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai dengan kondisi penyakitnya (mis,
pada faskulitis atau otitis eksterna sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik,
nyeri tekan dan ketika mengunyah makanan atau membuka mulut. 7
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur, biasanya akan bermanifestasi
sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau. 7
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada besarnya furunkel
atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang telinga. 7
Didapat kan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang pada pasien, ataupun
kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud bahkan menggunakan bulu ayam yang
merupakan media penyebaran infeksi. 7
Pemeriksan fisik pada pasien biasanya menunjukkan: 7
Kulit MAE edema, hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan liang.
MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani dapat tidak tampak.
Pada folikulitis akan didapatkan edema, hiperemis pada pars kartilagenous MAE
Nyeri tragus (+)
Tidak adanya partikel jamur
Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan

3.9 KOMPLIKASI7
Perikondritis

23
Selulitis
Dermatitis aurikularis

BAB IV
ANALISA KASUS

Pada kasus ini pasien didiagnosis otitis eksterna difus aurikula dekstra ditegakkan
berdasarkan anamnesis gejala klinis dan pemeriksaan fisik pada pasien. Dari anamnesis
didapatkan bahwa Pasien mengeluhkan nyeri pada telinga kanan terus menerus sejak 1 hari yang
lalu setelah dikorek menggunakan cotton bud. Pasien mengaku sebelumnya mengorek liang
telinganya menggunakan cotton bud. Hal ini yang kemungkinan dapat menyebabkan trauma ringan
sehingga terjadi perubahan pada kulit liang telinga yang memudahkan terjadinya infeksi kuman. Pasien
juga mengeluhkan pendengaran pada telinga kiri sedikit terasa berkurang dan terasa bengap sejak keluhan
utama muncul. Hal ini sesuai dengan gejala otitis eksterna difus. Pasien mengaku pernah mengalami

24
penyakit yang sama sekitar 4 bulan yang lalu dan pasien sudah pernah mendapatkan pengobatan
dan sembuh.
Pada pemeriksaan fisik telinga kanan pasien didapatkan adanya gejala klinis otitis eksterna difus
berupa nyeri tekan tragus. Selain itu terdapat peradangan pada meatus akustikus telinga kanan yaitu
terdapat edema, hiperemi, dan liang telinga sangat sempit.
Pada otitis eksterna pengobatannya amat sederhana tetapi membutuhkan kepatuhan penderita
terutama dalam menjaga kebersihan liang telinga. Pembersihan liang telinga dengan mengorek-ngorek
telinga dengan benda asing seperti cotton bud tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan trauma atau
iritasi. Penatalaksanaannya dapat diberikan obat tetes telinga yang mengandung neomisin, polimiksin B
dan kortikosterodi juga dapat menjadi pilihan. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotik sistemik.

BAB V
KESIMPULAN

1. Telah dilaporkan pasien Ny.F, 32 tahun dengan diagnosa Otitis Eksterna Difus dextra
2. Otitis eksterna adalah peradangan liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh
bakteri
3. Gejala Otitis Eksterna Difus dapat berupa rasa nyeri pada telinga, rasa penuh pada telinga,
gatal, kurang pendengaran, tinnitus, terkadang ditemukan sekret
4. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit MAE edema, hiperemis, Nyeri pada tragus (+), dan
liang telinga tampak menyempit
5. Penatalaksanaan dapat berupa pemberian antibiotik topikal dan sistemik serta analgetik

25
6. Komplikasi dapat berupa perikondritis, selulitis, dermatitis aurikularis

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, iskandar, N., bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007). Buku ajar ilmu kesehatan telinga,
hidung, tenggorokan, kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Gaya Baru
2. Aryanugraha PT, Setiawan EP. Kejadian Otitis Eksterna pada Masyarakat Penebel Tabanan
dan Yangapi Bangli yang Berkunjung Ke Bakti Sosial Staf Medis Fungsional Telinga Hidung
Tenggorokan Fakultas Kedokteran Universitas Udayanan- Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Pada Tahun 2012. ISM, Vol 5 No 1. Hal 60-63. Sanglah; 2012.
3. R Msges R, Nematian S, Eichel A. Treatment of acute otitis externa with ciprofloxacin otic
0.2% antibiotic ear solution. Institute of Medical Statistics Informatics and Epidemiology
Faculty of Medicine University of Cologne, Germany. 2011.

26
4. Patton R, Mukerji S, Francis B, Quinn Jr, Quinn MS. Pediatric Acute Infectious Otitis
Externa. Grand Rounds Presentation, UTMB, Dept of Otolaryngology, 2010.
5. Boies, 1997. Buku ajar penyakit tht. Edisi keenam. Jakarta : EGC
6. Bluestone C.D. Anatomy and physiology of the eustacian tube system. In: Bailey B.J,
Calhoun K.H, Healy G.B, Johnson J.T, Jackler R.K, Pillbury H.C, et al., editor. Head and
Neck Surgery Otolaryngology. Philadephia: Lippincot William & Wilkins; 2001.
7. Abdullah Farhan. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring Dengan Salep
Ichthyol (Ichthammol) Pada Otitis Eksterna Akut. Program Pendidikan Dokter Spesialis
Bidang Studi Ilmu Penyakit THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara; 2003.
8. Dhingra PL. Disease Of EAR, NOSE and THROAT. Third edition. New Delhi : Elsavier.

27

Anda mungkin juga menyukai