Anda di halaman 1dari 6

Makalah Kesehatan Jiwa Konsep Dasar Menarik Diri

Selengkapnya :
http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-kesehatan-jiwa-konsep-dasar.html

1. Pengertian Menarik Diri


Sosialisasi adalah kemauan untuk menjalin hubungan kerjasama, saling
tergantung pada orang lain (Stuart & Sundeen. 2010)
Menarik diri adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif
dan mengancam (Nursalam, 2008)
Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain mengatakan sikap negatif atau mengancam (Nursalam 2008)
Menarik diri adalah usaha menghindari interaksi dengan orang lain, individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi peralatan, pikiran frustasi dan kegagalan. Ia mempunyai kesulitan
untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan
dengan sikap memisahkan, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi
pengalaman dengan orang lain (Depkes RI, 2002 : 114)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kerusakan interaksi
sosial menarik diri merupakan suatu keadaan yang dialami oleh seseorang,
dimana orang tersebut menghindari interaksi dan menghindari hubungan dengan
orang lain.
2. Tanda dan Gejala Menarik Diri
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri dari
orang lain
c. Komunikasi kurang / tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain / perawat
d. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk
e. Berdiam diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang mobilitasnya
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap cakap
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur (Keliat, 2006).
3. Etiologi Perilaku Menarik Diri
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang, mulai dari usia bayi sampai dewasa
lanjut, untuk dapat mengembangkan hubungan sosial yang positif, diharapkan
setiap tahapan perkembangan dapat dilakukan dengan sukses. Sistem keluarga
yang terganggu dapat menunjang perkembangan respons sosial maladaptif.
2) Faktor Biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif.
3) Faktor Sosial Kultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia,
orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas.
4) Faktor dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal-hal yang negatif akan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang
bertentangan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak menjadi enggan
berkomunikasi dengan orang lain.
b. Faktor Presipitasi
1) Stressor Sosio Kultural
Stress dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di Rumah Sakit.
2) Stressor Psikologis
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi. (Nursalam, 2008).
4. Rentang Respon Sosial
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan
sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari. Manusia tidak akan
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada hubungan dengan lingkungan
sosialnya. Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya menimbulkan
respon-respon sosial pada individu.
1) Respon adaptif Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma spsoail
dan kultural dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal
(Hawari, 2007).
Respon ini meliputi:
a) Menyendiri (Solitude)
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan di
lingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengawasi diri dan menemukan
langkah berikutnya.
b) Otonomi (kebebasan)
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran.
c) Kebersamaan (Mutuality)
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.
d) Saling ketergantungan (Interdependence)
Saling ketergantungan antar individu dengan orang lain dalam hubungan
interpersonal.
2) Respon Maladaptif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma norma sosial dan
kebudayaan suatu tempat (Suliswati, 2009). Sedangkan Respon maladaptif yang
paling sering ditemukan adalah :
a) Manipulasi
Pada gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
b) Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan.
c) Narkisisme
Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus-menerus
berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu,
marah jika orang lain tidak mendukung
5. Dampak Menarik Diri terhadap sistem tubuh
Bila terjadi suatu konflik pada individu seperti gangguan jiwa maka akan
timbullah gejala-gejala holistik pada manusia (Hawari, 2007).
Berdasarkan uraian diatas dan dari beberapa referensi yang didapat penulis
menyimpulkan bahwa gangguan jiwa (psikologik) yang terjadi pada satu individu
maka tidak hanya komponen psikologik saja yang terganggu tetapi akan
mengakibatkan gangguan atau dampak terhadap fungsi badaniah atau sistem
tubuh untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan beberapa dampak terhadap
sistem tubuh yaitu :
Pemeriksaan Fisik (Hawari, 2007)
a. Sistem kardiovaskuler
Pada individu yang mengalami gangguan psikologi seperti adanya stress, rasa
cemas dan ketakutan seperti pada klien yang menarik diri, maka dapat terjadi
perubahan-perubahan seperti meningkatnya kecepatan denyut jantung,
meningginya daya pompa jantung dan tekanan darah, frekuensi nadi meningkat,
serta dapat timbul sakit kepala karena vasokonstriksi atau vasodilatasi pembuluh
darah akibat ketegangan emosi (Yosep,2010).
b. Sistem pernafasan
Pada klien dengan perasaan akut, cemas dan emosi yang meningkat biasanya
menimbulkan gejala seperti adanya napas dalam batas normal, tidak ada sesak,
tidak ditemukan napas pendek seperti terengah-engah dan tidak ditemukan
adanya serangan asma yang selalu dialami pada pasien dengan Perilaku
Kekerasan (Yosep,2010).
c. Sistem pencernaan
Diperlukan pemeriksaan yang betul-betul karena untuk membedakan gejala yang
disebabkan oleh faktor biologis/ organ atau oleh faktor psikologis. Bila
disebabkan oleh stress psikologik seperti karena kecemasan atau emosi yang lebih
labil biasanya ditemukan adanya gastritis, tidak enak atau nyeri pada epigastrium,
pedas atau keluar rasa asam kedalam mulut, peningkatan nafsu makan atau
penurunan nafsu makan, anoreksia, nausea, muntah, disfagia, konstipasi, diare,
rasa nyeri pada usus, sindrom kolon yang mudah terangsang, motilitas usus
meningkat, obesitas karena makan berlebihan (Yosep,2010)
d. Sistem integumen
Dikarenakan karena adanya emosi yang meningkat dan kesukaran penyesuaian
diri terhadap stress maka dapat menimbulkan gangguan pada kulit seperti pruritus,
nerodermatosis, hiperhidrosis dan reaksi kulit lain seperti alergi, pada klien
dengan halusinasi dapat ditemukan banyak keringat (Yosep,2010).
e. Sistem endokrin
Pada klien gangguan jiwa cenderung terjadi konflik atau stress dan krisis
emosional yang dapat menimbulkan adanya gejala hipertiroid seperti
mengerasnya sifat-sifat kepribadiannya, sindroma menopouse pada
wanita(Yosep,2010).
f. Sistem perkemihan dan reproduksi
Pada klien wanita gejala-gejala yang mungkin timbul karena faktor-faktor
psikogenetik ialah rasa nyeri dan parestesi dipanggul, dismenorea, disparenia.
Pada anak-anak adanya enuresis. Pada pria dewasa adanya hiperemi didaerah
genital karena rangsangan seksual sehingga timbul tidak enak atau
nyeri(Yosep,2010).
g. Sistem muskuloskeletal
Dapat ditemukan adanya artritis rematoid karena terlalu aktif berkenaan dengan
gangguan dan berminat pada olah raga, nyeri otot karena faktor emosi, tonus otot
meningkat, nyeri kepala dan nyeri punggung bawah, ketegangan otot dapat
menyebabkan ketegangan sendi dan nyeri sendi.
(Yosep,2010).

Selengkapnya : http://warungbidan.blogspot.com/2017/08/makalah-kesehatan-
jiwa-konsep-dasar.html

Anda mungkin juga menyukai