PENDAHULUAN
1
5. Mendapatkan pengalaman di lapangan yang tidak didapat di bangku kuliah.
6. Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
7. Untuk memenuhi tugas studi sebagai mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Universitas Jambi .
Adapun Manfaat Kerja Praktek Lapangan yang dapat diambil adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Universitas
Mempererat dan meningkatkan kerja sama antara Universitas sebagai lembaga
pendidikan dengan industri konstruksi serta untuk memperkenalkan pendidikan
di Universitas.
2. Bagi Mahasiswa
Memperoleh bekal pengetahuan dan menambah cakrawala pandang dalam
dunia industri konstruksi sipil secara nyata sebelum akhirnya terjun ke
lapangan. Menambah informasi aktual mengenai dunia konstruksi dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan.
3. Bagi Industri Konstruksi
Dengan adanya Kerja Praktek Lapangan, industri konstruksi akan mendapatkan
masukan-masukan yang dapat diterima di lapangan dan berguna untuk industri
konstruksi.
1. Pengamatan Umum
Berisi tentang latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek, lokasi proyek,
struktur organisasi proyek, metode pembayaran, jenis kontrak, dan
pengendalian mutu.
2. Pengamatan Khusus
Meliputi pelaksanaan pekerjaan secara khusus selama praktek berlangsung
yaitu tentang pekerjaan pondasi dan pekerjaan abutment.
2
1. Observasi Lapangan
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek Lapangan ini mahasiswa melakukan
pengamatan atau observasi terhadap pembangunan Gedung Diagnostik Terpadu
RSUD H Hanafi Muaro Bungo Provinsi Jambi. Dikhususkan kepada
pelaksanaan pembuatan :
Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi
Pelaksanaan Pekerjaan Sloof
Pelaksanaan Pekerjaan Kolom
2. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan kerja praktek dimulai dari awal pelaksaan kerja praktek
sampai dengan waktu yang ditentukan.
BAB I : PENDAHULUAN
Di dalam pendahuluan ini penulis membahas tentang latar belakang praktek
kerja lapangan, objek kerja praktek, tujuan dan manfaat dari praktek kerja
lapangan, metoda pelaksanaan kerja lapangan, serta sistematika penyusunan
laporan.
BAB IV : PEMBAHASAN
3
Bab ini berisi perbandingan antara standar yang ada dengan pelaksanaan
konstruksi yang diamati selama melaksanakan kerja praktek.
BAB II
LANDASAN TEORI
4
yang dibiayai dengan Perjanjian Penerusan Pinjaman (PPP)/Subsidiary Loan
Agreement (LOA).
2. Proyek Swasta
Proyek Swasta merupakan proyek yang di latar belakangi olek manfaat
ekonomis dan dilandasi oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
5
penanganan darurat dilakukan bersamaan dengan pemasukan dokumen
penawaran.
Proses prakualifikasi menghasilkan daftar calon penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya atau daftar pendek calon penyedia jasa konsultansi.
Dalam proses prakualifikasi, ULP/Pejabat Pengadaan segera membuka dan
mengevaluasi dokumen kualifikasi paling lama 2 (dua) hari kerja setelah diterima.
Tender adalah tawaran untuk mengajukan harga, memborong pekerjaan,
atau menyediakan barang yang diberikan oleh perusahaan swasta besar atau
pemerintah kepada perusahaan-perusahaan lain. Mengikuti tender adalah salah
satu cara untuk mendapatkan kontrak bisnis dalam skala besar atau memperluas
usaha Anda.
2.3. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan
dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya.
Perencanaan memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber
daya untuk melaksanakan kegiatan (Imam Soeharto, 1997). Secara garis besar,
perencanaan berfungsi untuk meletakkan dasar sasaran proyek, yaitu penjadwalan,
anggaran dan mutu.
Pengertian di atas menekankan bahwa perencanaan merupakan suatu proses,
ini berarti perencanaan tersebut mengalami tahap-tahap pengerjaan tertentu.
Tahap-tahap pekerjaan itu yang disebut proses. Dalam menyusun suatu
perencanaan yang lengkap minimal meliputi :
a. Menentukan tujuan.
Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari
kegiatan yang akan dilakukan.
b. Menentukan sasaran.
Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan suatu
tujuan yang lelah ditetapkan sebelumnya.
c. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan.
Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan
kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang
hendak dicapai.
6
d. Memilih alternatif.
Selalu tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan
tujuan dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang paling sesuai untuk
suatu kegiatan yang hendak dilakukan memerlukan kejelian dan pengkajian
perlu dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak merugikan kelak.
e. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan
Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat
dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan.
Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang
dilakukan sesuai urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun dan
selanjutnya dilakukan penjadwalan.
Dalam merencanakan suatu proyek kontruksi diperlukan standar-standar
yang telah ditetapkan sebelumnya, adapun standar-standar nya sebagai berikut:
Tahapan- tahapan perencanaan struktur bangunan gedung bertingkat :
1. Menentukan lokasi soil test (sondir/deep boring), denah diambil dari gambar
arsitektur.
2. Evaluasi hasil tes tanah dengan referensi dari hasil uji lab. tanah. Dari tahapan
ini bisa ditentukan jenis pondasi yang dipakai dan daya dukung pondasi.
3. Menghitung dan menganalisis bangunan dengan menggunakan bantuan
program struktur (ETABs/SAP). Memodelkan bangunan harus sesuai dengan
gambar arsitektur yang terbaru bukan gambar yang lama. Input beban pada
model struktur harus sesuai Peraturan Pembebanan Indonesia.
4. Dari hasil perhitungan di atas maka dapat diperoleh ditentukan :
Dimensi kolom : Jumlah, diameter tulangan dan diameter, jarak sengkang
(syarat minimum tulangan kolom harus terpenuhi)
Dimensi balok : Jumlah, diameter tulangan dan diameter, jarak sengkang
(syarat minimum tulangan pada balok harus terpenuhi)
Dimensi plat dan diameter tulangan, jarak tulangan (syarat minimum
tulangan pada plat harus terpenuhi)
5. Setelah item 4 selesai, kita buat sketsa untuk denah balok, penulangan balok
tiap lantai, penulangan plat lantai dan penulangan kolom. Kemudian sketsa kita
dituangkan dengan gambar dengan menggunakan AUTOCAD. Pada tahapan
ini yang perlu diperhatikan adalah :
7
Koordinasi antara gambar struktur dengan gambar arsitektur dan juga
gambar M/E. Jangan sampai gambar perencanaan tidak bisa dipakai di
lapangan.
Sebagai misal plafond di gambar arsitektur menempel persis di bawah
balok, pada pelaksanaannya ada conduit dan pipa drain AC yang harus
lewat di bawah balok, maka kalau ada kondisi seperti ini sebaiknya antara
balok dengan plafond diberi spasi sekitar 5-10 cm untuk kebutuhan M/E
seperti pipa air hujan, pipa drain AC (ini khusus bangunan rendah tanpa
menggunakan shaft). Dan masih banyak lagi masalah-masalah yang timbul
antara pekerjaan M/E dengan pekerjaan arsitektur dan juga dengan
struktur karena kurangnya koordinasi bersama antara arsitektur, struktur
dan M/E
8
merupakan perikatan secara hukum antara pemberi kerja dan penerima kerja,
dimana pemberi kerja adalah pemilik proyek dan penerima kerja adalah
kontraktor/pemborong atau pemasok/penjual (supplier) bahan/barang atau
konsultan perencana atau konsultan biaya atau konsultan pengawas/manajemen
konstruksi.
Kontrak atau perjanjian antara pemilik proyek dan kontraktor/pemborong
pada umumnya terdiri dari beberapa dokumen yang saling melengkapi dan secara
bersama disebut dokumen kontrak. Sebagai contoh, dokumen kontrak suatu
proyek dapat terdiri dari dokumen-dokumen seperti tersebut di bawah ini :
1. Dokumen tender.
2. Surat penunjukan (Letter of Acceptance/Award).
3. Surat perjanjian (Articles/Form of Agreement).
4. Syarat-syarat pernjanjian (Conditions of Contract).
5. Rincian pekerjaan dan harga (Bill of Quantities).
6. Dokumen lain, seperti: Berita acara prebid meeting, berita acara klarifikasi,
data penyelidikan tanah, dsb.
Dokumen kontrak yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah
dokumen syarat-syarat pernjanjian (Conditions of Contract), karena dalam
dokumen inilah dituangkan semua ketentuan yang merupakan aturan main yang
disetujui oleh kedua belah pihak yang membuat perjanjian. Syarat-syarat
perjanjian berisi ketentuan-ketentuan yang merupakan hak dan kewajiban dari
masing-masing pihak serta pihak ketiga yang terkait dalam perjanjian,
persyaratan, tanggung jawab, larangan dan sanksi-sanksi untuk kedua belah pihak.
Karena itu syarat-syarat kontrak merupakan inti dari perjanjian/kontrak,
sedangkan dokumen-dokumen lainnya merupakan penunjang yang melengkapi
perjanjian. Dengan demikian, maka dokumen syarat-syarat perjanjian inilah yang
terutama perlu di kelola dalam melakukan administrasi kontrak.
9
Konsultan pengawas adalah orang-orang atau organisasi yang berbadan
hukum yang bertugas untuk mengawasi dan mengendalikan jalannya pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku yang ditetapkan secara tertulis
oleh pimpinan proyek.
Kontraktor adalah orang/ badan yang bertugas untuk melaksanakan
pekerjaan yang ditunjuk melalui lelang oleh pemilik proyek dan telah
menandatangani kontrak untuk melaksanakan, menyelesaikan dan memelihara
pekerjaan. Dalam pelaksanaan proyek kontraktor harus mengacu kepada
persyaratan dan gambar- gambar yang ada dalam dokumen kontrak.
Struktur organisasi yang dimaksud adalah struktur organisasi pemilik
proyek, struktur organisasi konsultan pengawas dan struktur organisasi kontraktor.
10
Project Manager adalah penanggung jawab pada organisasi kontraktor
pelaksana.
Adapun tugas dari project manager adalah :
Membuat rencana kerja dan anggaran konstruksi.
Mengendalikan seluruh kegiatan konstruksi.
Melakukan koordinasi dengan semua pihak terkait.
c. Site Manager
Site Manager adalah wakil dari project manager yang bertugas
membantu project manager dalam mengendalikan jalannya proyek di
lapangan.
Adapun tugas dari bagian site manager adalah :
Melaksanakan kegiatan sesuai dokumen kontrak.
Memotivasi pelaksana agar mampu bekerja dengan tingkat efisiensi
dan efektifitas yang tinggi.
Menetapkan rencana dan petunjuk pelaksanaan untuk keperluan
pengendalian dari pelaksanaan pekerjaan.
d. Site Engineer (Koodinator Pelaksana Proyek)
Koordinator pelaksana proyek adalah seorang tenaga ahli yang
mengkoordinir berbagai pekerjaan di lapangan dan bertanggung jawab
kepada ketua tim teknis pembangunan atas kemajuan pelaksanaan
pekerjaan.
Adapun tugas dari bagian site engineer adalah :
Bertanggung jawab kepada pemilik proyek.
Mengecek dan menandatangani dokumen tentang pengendalian
mutu dan volume pekerjaan.
Mengatur atau menggerakkan kegiatan teknis agar dicapai efisiensi
pada setiap kegiatan.
e. Logistik
Logistik adalah penanggung jawab segala hal terkait barang dan alat
yang akan dipergunakan.
Adapun tugas dari bagian logistik adalah :
Mengatur dan mengawasi keluar masuknya barang dari gudang.
Membuat pembukuan pembelian dan persewaan alat-alat.
Mengatur tempat penyimpanan material dan merawat barang-
barang di dalam gudang.
f. Pelaksana
Pelaksana adalah seorang tenaga ahli yang membantu kepala pelaksana
dalam mengerjakan fisik secara keseluruhan.
Adapun tugas dari pelaksana adalah :
Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
Mengkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.
11
Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.
g. Surveyor
Surveyor adalah tenaga ahli yang membantu kepala pelaksana dalam
masalah pengukuran.
Adapun tugas dari bagian surveyor adalah :
Bertanggung jawab atas data-data pengukuran di lapangan.
Melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek.
h. Quality Control
Quality Control adalah tenaga ahli yang bertanggung jawab atas hasil
yang telah di kerjakan pelaksana.
Adapun tugas dari bagian quality control adalah :
Memeriksa kualitas hasil pekerjaan yang telah selesai.
Memberikan saran kepada pelaksana agar hasil pekerjaan tersebut
sesuai dengan dokumen.
Memeriksa kualitas material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.
i. Drafter
Drafter adalah tenaga ahli yang bertanggung jawab terhadap gambar-
gambar kerja di dalam proyek.
Adapun tugas dari bagian drafter adalah :
Membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan dalam proyek.
Bertanggung jawab atas data-data pengukuran di lapangan.
j. Quantity Surveyor
Quantity Surveyor adalah tenaga ahli yang bertanggung jawab terhadap
pengawasan ketelitian pengukuran di dalam proyek.
Adapun tugas dari bagian quantity surveyor adalah :
Melakukan pengawasan ketelitian pengukuran oleh kontraktor
terhadap titik-titik penting sehingga tidak terjadi selisih dimensi
maupun elevasi.
Mengumpulkan semua data pekerjaan yang di laksanakan di
lapangan dan bertanggung jawab atas ketelitian yang didapat.
12
Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/ mendatangkan peralatan, personil,
dan perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan, dan
mengembalikan pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.
Dalam pelaksanaan proyek ini mobilisasi dan demobilisasi peralatan yang
dilakukan terdiri dari:
Tower Crane
Alat Pancang
Genset
Mix Batching Plan
Truck
Concrete Pump
Wheel Loader
Scafolding
Bar Cutter
Bar Bender
Excavator
Buldoser
Compresssor
Concrete vibrator
Personil terdiri dari:
Kepala Proyek
Site Manager
Tenaga Ahli di bidangnya masing-masing
Quality Control
Koordinator HSE
Logistik
Surveyor
Operator-operator alat berat
Tenaga harian
Pada saat mobilisasi alat berat diangkut menggunakan mobil trailer, trailer
yang digunakan harus memiliki perlengkapan yang memadai.
b. Pekerjaan Demobilisasi
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pengembalian dan pemindahan peralatan
yang telah dipergunakan. Dan mengembalikan kondisi lapangan yang telah
digunakan sebagai tempat penyimpanan alat, barak pekerja, gudang, dan lain
sebagainya kembali ke kondisi awal.
Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan
Sebelum pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi
dari sampah, rumput, dan berbagai hal lain yang dapat menggangu
13
pelaksanaan pekerjaan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan
bantuan alat berat excavator. Sampah-sampah yang dihasilkan dari
pekerjaan ini dikumpulkan di suatu tempat yang telah disetujui oleh
pengawas, kemudian baru diangkut dengan menggunakan dump truck
untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.
Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama proyek, papan nama
proyek ini dipasang pada tempat yang mudah dilihat dengan
mencantumkan data-data proyek antara lain nama proyek, pekerjaan,
lokasi, nilai proyek, waktu pelaksanaan, pengawas pelaksana proyek, dll.
Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai dilakukan, barulah
dilakukan pengukuran lokasi. Hal ini bertujuan untuk menentukan letak
bangunan, elevasi dan titik ikat (Bench Mark). Dalam pengukuran
digunakan alat Theodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dilakukan oleh
seorang surveyor. Titik-titik yang menjadi acuan ditandai dengan
menggunakan patok. Patok terbuat dari kayu bulat dengan panjang 1m
yang ditancapkan kedalam tanah.
Pekerjaan Pemasangan Bouplank
Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan
pengukuran dilakukan. Pemasangan Bouwplank (Pematokan) dilaksanakan
bersama-sama oleh pihak proyek, perencana pengawas, pelaksana dan
dibuat berita acara pematokan.
Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok
kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat. Untuk
menentukan ketinggian papan bouwplank secara rata bagian atasnya dari
papan bowplank harus di waterpass (horizontal dan siku), sedangkan untuk
mengukur dari titik As ke As antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik
pengukuran ditandai dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis
ukuran pada papan bouwplank agar mudah di cek kembali. Pemasangan
papan bowplank dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari As sekeliling
bangunan dan dipakukan pada patok patok yang terlebih dahulu
ditancapkan kedalam tanah.
Pembuatan Direksi Keet
Dalam pelaksanaan proyek ini direksi keet yang dibuat terdiri dari kantor
ukuran 5x10 m2, ruang rapat ukuran 4x4 m2, gudang ukuran 6 x 10 m2,
barak pekerja ukuran 3x10 m2 (2 Lantai), rumah genset, serta toilet.
14
Untuk ruang kantor dan ruang rapat didalamnya dilengkapi meja, kursi,
gambar kerja, time schedule, struktur organisasi proyek, papan tulis, alat
pemadam kebakaran, buku tamu, buku direksi dan laporan harian proyek.
Ruang ini digunakan sebagai kantor sementara kontraktor dan dipakai
sewaktu-waktu perlu dilakukannya rapat kerja.
Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material yang
sifatnya untuk menjaga keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gudang
penyimpanan semen, tempatnya harus baik sehingga terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan
harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.
Letak direksi keet dibuat pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah
dicapai dalam proses bongkar muat material yang akan digunakan.
Pembuatan Jalan Kerja Proyek.
Pekerjaan ini dilakukan untuk mempermudah aksesibiltas kendaraan yang
masuk ke dalam lokasi proyek, sehingga pengangukatan material dapat
berjalan lancar. Jalan tersebut terbuat dari material timbunan tanah yang
dipadatkan. Jika cuaca panas dan permukaan jalan kering maka dapat
dilakukan pennyiraman dengan menggunakan water tanker. Pekerjaan ini
dilakukan beriringan dengan pekerjaan direksi keet.
Selain Pekerjaan diatas, ada hal lain yang perlu disampaikan kepada setiap
orang dilokasi proyek yaitu memberikan aturan bahwa setiap orang yang berada di
dalam lokasi proyek harus selalu memakai alat pelindung diri dan Senantiasi
mematuhi peraturan K3 yang ada di lokasi.
15
Tanah hasil galian ditumpuk ditempat yang telah ditentukan oleh pengawas,
karena tanah tersebut akan dipakai kembali.
b. Pekerjaan Lantai Kerja
Setelah tanah digali dan diberikan urugan pasir, selanjutnya dibuat lantai kerja
dengan campuran beton 1Pc:3Ps:5Kr. Sebelum campuran beton diletakkan,
dasar tanah diratakan terlebih dahulu. Tebal dari lantai kerja ini sekitar 5 cm,
setelah lantai kerja mengeras barulah diatasnya diletakkan pondasi plat
setempat.
c. Penyemprotan Anti Rayap
Penyemprotan anti rayap dilakukan sebelum lantai kerja dibuat. Daerah yang
disemprotkan antara lain seluruh lapisan bawah dan dinding samping mat
foundation. Penyemprotan anti rayap ini dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan penghalang kimia atara kontruksi bangunan dan tanah, sehingga
melindungi bangunan dari serangan rayap. Material yang digunakan adalah
stedfast 15 EC dengan komposisi satu liter stedfast 15 EC dicampur dengan 50
liter air. Aplikasi untuk 1m membutuhkan 5 liter campuran. Pada waktu
penyemprotan anti rayap ini kondisi tanah harus kering / tidak ada genangan
air.
d. Pekerjaan Urugan Pasir
Permukaan tanah yang sudah digali diatasnya diberikan pasir urug, kemudian
dipadatkan dengan menggunakan alat stamper. Urugan pasir ini berfungsi
untuk menstabilkan permukaan tanah asli dan menyebarkan beban. Urugan
pasir dipadatkan perlapis hingga mencapai ketebalan urugan pasir yang sesuai
dengan gambar kerja dan spesifikasi teknis yang ada yaitu sekitar 7 cm.
e. Pekerjaan Urugan Tanah
Pekerjaan urugan tanah dilakukan setelah pondasi selesai dan telah mengeras.
Tanah hasil galian dikembalikan lagi, dan digunakan untuk menimbun pondasi.
Tanah tersebut dipadatkan lapis demi lapis baik dengan cara manual atau
menggunakan alat stamper.
Selain itu urugan tanah juga dilakukan pada permukaan lantai. Bagian lantai
yang perlu ditinggikan di urug dengan tanah urug. Tanah urug yang dipakai
dapat berasal dari hasil galian ataupun tanah urug yang didatangkan. Tanah
16
dihamparkan kemudian dipadatkan lapis demi lapis hingga didapatkan
kepadatan dan ketebalan yang sesuai dengan spesifikasi teknis.
f. Pekerjaan Pondasi
Dalam proyek ini ada dua buah jenis pondasi yang digunakan yaitu pondasi
tiang pancang dan pondasi plat setempat, yang mana metode pelaksanaan
kedua pondasi tersebut berbeda. Pondasi plat setempat dipakai pada bangunan
pos jaga, pagar dan bangunan utama, sedangkan pondasi tiang pancang
digunakan pada gudang, bangunan utama dan pagar luar.
Adapun Pelaksanaan Pekerjaan Tiang Pancang yaitu :
Pondasi Tiang Pancang
Tiang Pancang yang digunakan yaitu tiang pancang beton dengan ukuran
35x35 cm2 dan panjang sekitar 30 m. Tiang Pancang ini merupakan barang
pabrikan. Sekitar 1 minggu sebelum kegiatan pemancangan dilakukan,
tiang pancang telah dipesan.
Pelaksanaan pemancangan yaitu sebagai berikut :
Melakukan pengukuran kembali dengan theodolit untuk mendapatkan
titik-titik yang akan dipancang dan sesuai dengan gambar kerja.
Setelah didapatkan titik-titik yang akan dipancang, selanjutnya diatur
posisi atau kedudukan dari crane.
Setelah itu dilakukan penyetelan tiang pancang agar tepat pada
posisinya (Centre Line).
Jika tiang pancang telah pas (Centre) maka selanjutnya tiang pancang
dipukul dengan menggunakan hammer. Jika tiang pancang tersebut
telah hampir tertancap seluruhnya namun setelah dilakukan tes
calendering (PDA Test) masih belum mencapai tanah keras, maka tiang
pancang disambung dengan menggunakan las.
Kegiatan pemancangan dapat dihentikan jika hasil tes calendering
(PDA Test) telah menunjukkan nilai yang diinginkan atau telah
mencapai tanah keras. Untuk mengetahui tiang pancang telah mencapai
tanah keras yaitu jika dipukul hammer (alat pemukul) akan membalik.
17
Sisa tiang pancang yang muncul di permukaan tanah dipotong dan
dibobok dengan menggunakan alat potong, kemudian besi dari tiang
pancang yang muncul disambungkan ke pilecap
Pondasi Plat Setempat
Pondasi plat setempat terbuat dengan mutu beton K-300. Hal pertama
dilakukan yaitu merakit tulangan dan bekisting pondasi sesuai dengan
gambar kerja. Perakitan dan pembuatan mal ini dapat dilakukan bersamaan
dengan pengalian tanah pondasi. Setelah itu bekisting diletakkan diatas
lantai kerja dan besi tulangan dimasukkan ke dalam bekisting. Sebelum
besi tulangan diletakkan di dalam bekisting, diatas lantai kerja di berikan
beton tahu kira-kira berukuran 2x2x2 cm3 dengan mutu beton yang sama.
Beton tahu ini berfungsi agar kedudukan tulangan pas berada di tengah
dan memberikan ruang untuk selimut beton yang cukup.
Jika tulangan dan bekisting telah dipasang maka campuran beton dapat
dituang. Ketinggian curahan harus diperhatikan agar seluruh rongga dapat
tertutupi oleh material.
Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton harus sesuai dengan
job mix design yang ada. Bebas dari material organik, debu dan telah
mendapat persetujuan dari pengawas.
18
teknis. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini perlu adanya persetujuan dari
pengawas.
b. Pekerjaan Cor Beton Kolom
Proses pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :
Pekerjaan pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan ditempat fabrikasi. Besi yang digunakan
sesuai gambar rencana. Besi ini dirakit dan dibentuk sesuai dengan shop
drawing.
Pembuatan bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6
dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh.
Melakukan kontrol kualitas.
Ada 2 kontrol kualitas yang dilakukan. Kontrol kualitas pertama yaitu
Kontrol kualitas sebelum dilakukan pengecoran meliputi kontrol kualitas
terhadap posisi dan kondisi bekisting, posisi dan penempatatan pembesian,
jarak antar tulangan, panjang penjangkaran, ketebalan beton decking
(Beton tahu), ukuran baja tulangan yang digunakan, posisi penempatan
water stop.
Kontrol kualitas kedua yaitu kontrol kualitas saat pengecoran. Pada saat
berlangsungnya pengecoran, campuran dari concrete mixer truck diambil
sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam
spesifikasi.
Pekerjaan Kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan
konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan
kontrol kualitas.
Kegiatan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh.
Kegiatan Curing (perawatan)
Curing (perawatan) dilakukan sehari (24 jam) setelah pengecoran selesai
dilakukan dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam
keadaan basah.
19
c. Pekerjaan Cor Beton Balok & Ring Balok
Pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pelaksanaan pekerjaan kolom, hanya
saja dalam pengerjaan bekisting perlu adanya tambahan kayu dolken/ubar.
Kayu ini berfungsi sebagai steger/penopang dari bekisting agar bekisting tetap
pada tempatnya (tidak terjadi lendutan). Kayu steger tersebut ditegakkan
dengan jarak sekitar 40 cm. Pelaksanaan pengecoran balok atau ring balok,
biasanya seiringan dengan pelaksanaan plat lantai.
d. Pekerjaan Cor Beton Plat Lantai
Proses pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :
Pekerjaan Pengukuran dan Bekisting
Pemasangan bekisting pelat lantai didahului dengan pengukuran posisi
balok. Pengukuran dilakukan dengan cara memberi tanda as bangunan
pada kolom lantai bawah yang tadinya ada pada lantai bawah. Pengukuran
ini ditujukan untuk mengantisipasi kesalahan pada posisi balok.
Dari hasil pengukuran tersebut maka bekisting balok dan pelat dapat
difabrikasi pada posisi yang benar diatas perancah yang telah disiapkan.
Pengaturan level balok dan pelat dapat dilakukan dengan mengatur
ketinggian perancah (Scafolding). Proses pemasangan bekisting ini dibantu
oleh surveyor untuk mengontrol level balok dan pelat.
Pekerjaan Pembesian
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah bekisting siap,
besi tulangan yang telah siap dipasang dan dirangkai dilokasi. Pembesian
balok dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian pelat
lantai. Panjang penjangkaran dipasang 30xD tulangan utama.
Leveling Pengecoran pelat lantai
Agar pengecoran pelat lantai mencapai level yang benar dan tidak terjadi
perbedaan tinggi finishing cor, maka perlu dibuat alat bantu leveling
pengecoran. Leveling pengecoran dibuat dari besi siku L.50.50.5 yang
ditumpukan pada beberapa titik besi beton. Besi beton ini ditancapkan
hingga posisi besi siku tidak lagi bergeser. Penempatan besi siku diukur
dengan waterpass dan diukur pada level sesuai gambar desain.
Pekerjaan Kontrol Kualitas
20
Kontrol kualitas yang dilakukan sama dengan kontrol kualitas yang
dilakukan pada pekerjaan kolom.
Pengecoran beton
Pengecoran dilakukan dengan ready mix truck yang dibantu dengan
penggunaan concrete pump. Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara
sekaligus balok dan pelat seluruh lantai. Untuk mempercepat proses
pengecoran dipakai concrete pump. Pengecoran dibantu dengan alat
vibrator untuk meratakan dan memadatkan campuran. Selanjutnya
finishing lantai cor ini adalah rata namun dibiarkan kasar karena
selanjutnya akan dilakukan pekerjaan lantai.
Pekerjaan curing
Sama hal nya dengan pekerjaan kolom, curing (Perawatan) dilakukan
sehari setelah dilakukan pengecoran.
21
1. Perencanaan teknis konstruksi merupakan tahap penyusunan rencana teknis
(desain) bangunan gedung negara, termasuk yang penyusunnya dilakuan
dengan menggunakan desain berulang atau dengan desain prototip.
2. Penyusunan rencana teknis bangunan gedung negara dilakukan dengan cara
menggunakan penyedia jasa perencanaan konstruksi, baik perorangan ahli
maupun badan hukum yang kompeten, sesuai dengan ketentuan, dan apabila
tidak terdapat penyedia jasa perencanaan konstruksi yang bersedia, dapat
dilakukan oleh instansi pekerjaan umum/instansi teknis setempat.
3. Rencana teknis disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang
disusun oleh pengelola kegiatan.
4. Dokumen rencana teknis bangunan gedung negara secara umum meliputi :
a. Gambar rencana teknis (arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, serta
tata lingkungan).
b. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), yang meliputi persyaratan umum,
administratif, dan teknis bangunan gedung negara yang direncanakan.
c. Rencana anggaran biaya pembangunan.
d. Laporan akhir tahap perencanaan, meliputi :
Laporan arsitektur.
Laporan perhitungan struktur termasuk laporan penyelidikan tanah.
Laporan perhitungan mekanikal dan elektrikal.
Laporan perhitungan IT (Informasi & Teknologi).
Laporan tata lingkungan.
e. Keluaran akhir tahap perencanaan, yang meliputi dokumen perencanaan,
berupa : Gambar Rencana Teknis, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS),
Rencana Anggaran Biaya, dan Daftar Volume Pekerjaan yang di susun
sesuai ketentuan.
f. Kontrak kerja perencanaan konstruksi dan berita acara kemajuan
pekerjaan/serah terima pekerjaan perencanaan, yang disusun dengan
mengikuti ketentuan yang tercantum dalam peraturan presiden tentang
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, dan pedoman
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah beserta petunjuk teknik
pelaksanaannya.
5. Tahap perencanaan teknis konstruksi untuk bangunan gedung negara :
a. Yang berlantai diatas 4 lantai ; dan / atau
b. Dengan luas total diatas 5.000 m2 ; dan / atau
c. Dengan klasifikasi khusus ; dan / atau
d. Yang melibatkan lebih dari satu konsultan perencana maupun pemborong ;
dan / atau
e. Yang dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran.
22
Diharuskan melibatkan penyedia jasa manajemen konstruksi, sejak awal tahap
perencanaan.
23
10. Apabila tidak ditentukan lain dalam kontrak kerja pelaksanaan konstruksi
bangunan gedung negara, masa pemeliharaan konstruksi untuk bangunan
gedung semi permanen minimal selama 3 (tiga) bulan dan untuk bangunan
gedung permanen minimal 6 (enam) bulan terhitung sejak serah terima pertama
pekerjaan konstruksi.
11. Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah :
a. Bangunan gedung negara yang sesuai dengan dokumen untuk pelaksaan
konstruksi.
b. Dokumen hasil Pelaksanaan Konstruksi, meliputi :
Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan.
Semua berkas perizinan yang diperoleh pada saat pelaksanaan
konstruksi fisik, termasuk Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaan pengawasan
beserta segala perubahan/addendumnya.
Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama pelaksanaan
konstruksi fisik, laporan akhir manajemen konstruksi/pengawasan,
dan laporan akhir pengawasan berkala.
Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang, serah
terima I dan II, pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi fisik.
Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan
pelaksanaan konstruksi fisik.
Manual pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, termasuk
petunjuk yang menyangkut pengoperasian dan perawatan peralatan
dan perlengkapan mekanikal-elektrikal bangunan.
24