Anda di halaman 1dari 48

BAB III

TAHAPAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI

3.1. Proses Perencanaan dan Dokumen Proyek


Pada proses perencanaan dan dokumen proyek terdapat beberapa data
yang diamati seperti :
3.1.1. Gambar-gambar perencanaan
Gambar perencanaan adalah gambar yang dihasilkan dari pemikiran para
perencana seperti arsitek, engineer struktur, mekanikal dan elektrikal. Gambar
perencanaan merupakan imajinasi dari para perencana yang digunakan sebagai
alat komunikasi dengan pemilik pekerjaan sehingga pemilik pekerjaan dapat
mengetahui perkembangan bangunan yang direncanakan tersebut memenuhi
keinginan dan kebutuhannya. Gambar-gambar perencanaan terdiri dari :
a. Gambar-gambar arsitektur
Gambar arsitektur adalah gambar teknik dari sebuah bangunan atau proyek
bangunan yang termasuk dalam defenisi arsitektur. Gambar arsitektur
digunakan oleh arsitek dan lain-lain yntuk beberapa tujuan seperti
mengembangkan ide desain ke dalam proposal yang koheren, untuk
mengkomunikasikan ide-ide dan konsep, untuk meyakinkan pemilik
pekerjaan tentang manfaat desain, untuk memungkinkan kontraktor bangunan
untuk melakukan pekerjaannya dengan mudah, dan lain sebagainya. Gambar-
gambar arsitektur pada gedung diantaranya diantaranya :
1. Denah lantai.
2. Detail tampak.
3. Denah pola lantai dan potongan lantai.
4. Detail plafond dan potongan plafond.
5. Potongan A-A dan B-B.
6. Detail kusen, tangga, pantry, toilet, ruang operasi dan ruang
laboratorium.

23
b. Gambar-gambar struktur
Gambar struktur adalah desain atau gambar yang dibuat berdasarkan ukuran,
bentuk, dan perhitungan yang telah direncanakan pihak perencanan
berdasarkan persetujuan pemilik proyek (owner). Gambar-gambar struktur
pada gedung diantaranya :
1. Rencana dan detail pondasi.
2. Gambar rencana sloof.
3. Rencana dan tabel penulangan balok.
4. Rencana dan tabel penulangan kolom.
5. Detail tangga dan penulangan tangga.
c. Gambar-gambar mekanikal
Mekanikal adalah sebuah prinsip ilmu yang mencakup tentang hal-hal
mekanis. Yang intinya memerlukan prinsip mekanis dalam penerapannya.
Gambar-gambar mekanikal pada gedung diantaranya :
1. Detail tata udara.
2. Detail instalasi air bersih dan air kotor.
3. Detail instalasi gas medis.
4. Detail instalasi hydrant.
5. Detail plumbing.
6. Detail sanitary.
d. Gambar-gambar elektrikal
Elektrikal adalah sebuah prinsip ilmu yang mencakup tentang hal-hal yang
memerlukan tenaga listrik dalam penerapannya. Gambar-gambar elektrikal
pada gedung diantaranya :
1. Denah rencana instalasi penerangan.
2. Denah rencana instalasi stop kontak dan instalasi stop kontak UPS.
3. Denah rencana instalasi fire alarm.
4. Denah rencana instalasi telepon.
5. Denah rencana instalasi data.
6. Denah rencana instalasi tata suara.
7. Denah rencana instalasi CCTV.

24
8. Denah rencana instalasi kabel tray.
9. Denah rencana dan detail instalasi penangkal petir.

3.1.2. Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS)


RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) adalah pedoman penting dalam
melaksanakan suatu proyek di samping gambar. Sehingga penting untuk direview
dan dipahami seawal mungkin untuk kelancaran pelaksanaan proyek. RKS adalah
bagian dari dokumen kontrak disamping ketentuan kontrak, gambar, dan dokumen
lainnya. Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) memiliki lima bagian
yaitu:
a. RKS administratif
RKS administratif adalah rencana kerja dan syarat-syarat dalam pelaksanaan
proyek di bidang administrasi yang harus dipenuhi oleh setiap pihak yang
terlibat di dalam proses pekerjaan proyek, baik sebelum pengerjaan ataupun
setelah pengerjaan. RKS administratif berisi tentang hal – hal sebagai berikut:
1. Syarat – syarat teknik umum
Terdapat beberapa bagian pada syarat – syarat teknik umum ini, yaitu :
a) Umum
Pada bagian ini menjelaskan dan menggambarkan secara umum
kepada pemborong hal - hal yang harus diperhatikan dalam proses
pekerjaan dan tanggung jawab serta hak pemborong dalam masa
pekerjaan berlangsung.
b) Jadwal pelaksanaan
Bagian ini menjelaskan kepada pemborong bahwa setelah pemborong
memenangkan lelang pemborng harus melengkapi dan membuat
segala jadwal yang terkain dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan
seperti time schedule , jadwal pengadaan tenaga kerja, jadwal
pengadaan material, jadwal pengadaan dan pemakaian peralatan dan
pembuatan diagram cash - flow (arus tunai).

25
c) Gambar-gambar kerja
Bagian ini merupakan penjelasan tentang gambar – gambar kerja yang
akan digunakan pemborong dalam proses pelaksanaan konstruksi.
d) Petunjuk-petunjuk/instruksi direksi/konsultan pengawas
Bagian ini menjelaskan kepada pemborong mengenai hubungan kerja
sama mereka dengan konsultan pengawas elama proses pelaksanaan
konstruksi berlangsung.
e) Hasil pekerjaan
Pada bagian ini menjelaskan tentang hal-hal yang harus disediakan
pemborong dalam menjamin mutu/kualitas hasil pekerjaan dan
kelancaran pelaksanaan pekerjaan seperti, pemborong harus
menyediakan pelaksana atau tenaga ahli, alat bantu kerja, dan alat-alat
pengaman dalam proses pekerjaan.
f) Penempatan ukuran
Pada bagian ini menjelaskan kepada pemborong bahwa ukuran atau
dimensi dari setiap pekerjaan bersifat mutlak dan pemborong dilarang
untuk mengubah ukuran pekerjaan yang telah direncanakan
sebelumnya oleh pihak perencana.
g) Buku harian lapangan
Bagian ini menjelaskan kepada pemborong mengenai tata cara
pengisian buku harian lapangan yang digunakan pemborong selama
proses pekerjaan berlangsung.
h) Kebersihan dan ketertiban
Pada bagian ini menjelaskan kepada pemborong untuk tetap menjaga
kebersihan dan ketertiban lingkungan disekitar lokasi proyek.
i) Alat kerja
Bagian ini menjelaskan tentang tanggung jawab pemborong dalam
menyediakan alat-alat kerja selama proses pekerjaan berlangsung.

26
j) Kecelakaan dan kebakaran
Bagian ini menjelaskan tentang kecelakaan yang terjadi selama
pekerjaan merupakan tanggung jawab pemborong dan pemborong
juga harus menyediakan alat kesehatan dan alat pemadam kebakaran.
k) Keamanan
Pada bagian ini menjelaskan tentang proses penjagaan material dan
segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan , maka pemborong
diminta untuk menyediakan petugas keamanan.
l) Penyediaan bahan / material bangunan
Pada bagian ini menjelaskan tentang tanggung jawab dan kebijakan
pemborong dalam penyediaan bahan bangunan harus sesuai melalui
laporan dan penyetujuan dari konsultan pengawas.
m) Serah terima hasil pekerjaan
Pada bagian ini menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan
pemborong ketika proses pekerjaan telah selesai dan akan
diadakannya serah terima hasil pekerjaan.
n) Photo proyek
Pada bagian ini menjelaskan tentang dokumentasi yang dilakukan oleh
pemborong di setiap tahapan pekerjaan sesuai dengan bobot pekerjaan
yang telah ditentukan. Dan itu harus di laporkan kepada pihak
konsultan pengawas.
2. Lingkup pekerjaan
Terdapat beberapa bagian pada pembahasan lingkup pekerjaan ini, yaitu :
a) Pekerjaan yang harus dilaksanakan
Bagian ini menjelaskan tentang pekerjaan yang akan dilakukan secara
menyeluruh mulai dari awal pekerjaan sampai tahap akhir pekerjaan
atau finishing.
b) Lokasi pekerjaan
Bagian ini menjelaskan pekerjaan yang dilakukan harus ditunjukkan
sesuai kontrak.

27
c) Jenis paket pekerjaan
Bagian ini menjelaskan tentang pengelompokan lingkup pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh pemborong.
3. Pekerjaan persiapan umum
Pada bagian ini secara umum menjelaskan pekerjaan persiapan yang
dilakukan dalam proses pembangunan gedung mulai dari pemasangan
patokan dasar , papan nama proyek, pagar pengaman hingga hal – hal
lain yang diaanggap perlu sebelum dilaksanakannya proses pekerjaan
pembangunan.
b. RKS arsitektur
RKS arsitektur adalah rencana kerja dan syarat-syarat yang harus di ikuti dan
di penuhi oleh setiap pihak yang terlibat di dalam proses pekerjaan proyek
yaitu dalam hal rancangan dan desain proyek yang akan dilaksanakan. RKS
arsitektur berisi tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Pekerjaan pasangan
Terdapat beberapa bagian pada pekerjaan pasangan ini, yaitu :
a) Bata ringan
Bagian ini menjelaskan tentang syarat dan mutu bahan bata yang akan
digunakan dan proses pelaksanaan pekerjaannya.
b) Adukan dan plesteran
Bagian ini menjelaskan tentang syarat pemilihan bahan – bahan yang
akan digunakan dalam proses adukan beton dan juga membahas
tentang proses pelaksanaan pekerjaan plesteran yang baik dan benar.
2. Pekerjaan metal
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan, pengadaan tenaga kerja,
bahan, peralatan kerja, dan pemasangan bahan – bahan metal yang
berhubungan dengan pekerjaan non-struktural.
3. Pekerjaan kayu
Bagian ini menjelaskan tentang penyediaan secara lengkap tenaga, alat-
alat dan bahan - bahan, serta pembuatan dan pemasangan pekerjaan kayu
arsitektural.

28
4. Pekerjaan perlindungan panas dan lembab
Terdapat beberapa bagian pada pekerjaan perlindungan panas dan
lembab, yaitu :
a) Lembaran pelindung metal
Bagian ini menjelaskan tentang penyediaan alat, bahan serta
pemasangan lembaran pelindung dan lembaran metal untuk talang air
hujan dan perlengkapan atap lainnya pada seluruh bangunan.
b) Penutup dan pengisi celah
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan dan pemasangan bahan
penutup dan pengisi celah.
5. Pekerjaan pintu dan jendela
Terdapat beberapa bagian pada pekerjaan pintu dan jendela , yaitu :
a) Pintu dan jendela aluminium
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan, pembuatan dan
pemasangan kusen pintu dan jendela, daun pintu dan daun jendela
serta dan pekerjaan lainnya yang menggunakan bahan profil
aluminium.
b) Pintu baja dan kusen
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan tenaga, bahan, dan
fabrikasi serta pemasangan pintu baja berikut kusen.
c) Pintu kayu
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan dan pemasangan pintu
kayu, jendela kayu dan termasuk bingkai dan kusen untuk pintu,
jendela, jalusi seperti ditunjukkan dalam gambar kerja atau spesifikasi
teknis ini, termasuk tenaga kerja, pengawas, bahan - bahan, peralatan
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
d) Alat penggantung dan aksesori
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan bahan dan pemasangan
semua alat penggantung dan pengunci pada semua daun pintu dan
jendela sesuai petunjuk dalam gambar kerja dan/atau spesifikasi
teknis.

29
e) Kaca dan aksesori
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan, penyediaan tenaga
kerja, alat-alat dan bahan-bahan serta pemasangan kaca dan cermin
beserta aksesorinya, pada tempat - tempat seperti ditunjukkan dalam
gambar kerja.
6. Pekerjaan finishing / penyelesaian
Terdapat beberapa bagian pada pekerjaan finishing / penyelesaian, yaitu :
a) Batu alam
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan, pengadaan tenaga
kerja, peralatan bantu dan bahan serta pemasangan ubin batu alam
untuk dinding, lantai dan plin pada tempat-tempat seperti ditunjukkan
dalam gambar kerja.
b) Pekerjaan gypsum dan aksesori
Bagian ini menjelaskan tentang penyediaan bahan, tenaga kerja,
peralatan bantu dan pemasangan :
1) Langit-langit panel gypsum dan aksesori,
2) Partisi gypsum dan aksesori, dll, pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam gambar kerja dan spesifikasi teknis ini.
c) Ubin Homogenesus/granit buatan
Bagian ini menjelaskan tentang penyediaan bahan dan pemasangan
ubin homogenous/granit buatan pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam gambar kerja serta spesifikasi teknis ini atau sesuai
petunjuk pengawas lapangan.
d) Ubin keramik
Bagian ini menjelaskan tentang penyediaan bahan dan pemasangan
ubin keramik pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam gambar
kerja serta spesifikasi teknis ini atau sesuai petunjuk pengawas
lapangan.
e) Pengecatan
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan dan pengadaan semua
peralatan, tenaga kerja dan bahen-bahan yang berhubungan dengan

30
pekerjaan pengecatan selengkapnya, sesuai dengan gambar kerja dan
spesifikasi teknis ini.
f) Lapisan transparan
Bagian ini menjelaskan tentang :
1) Pekerjaan finishing melamik yaitu pengecatan kayu untuk
permukaan yang dinyatakan ditampakkan serat kayunya atau
seperti ditunjukkan dalam gambar.
2) Pekerjaan finishing khusus kayu kamper oven warna tua (kamper
samarinda oven) yaitu pekerjaan “pemutihan" kayu khususnya
untuk kayu kamper oven yang permukaan serat kayunya
ditampakkan atau seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
7. Pekerjaan sanitari
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan, pengadaan dan
pemasangan semua aksesori daerah basah pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam gambar kerja dan/atau spesifikasi teknis ini, termasuk
pengawasan percobaan yang diperlukan agar keseluruhan sistem dapat
berjalan dengan baik.
8. Pekerjaan luar bangunan
Terdapat beberapa bagian pada pekerjaan luar bangunan, yaitu :
a) Perkerasan jalan dan parkir
Bagian ini menjelaskan tentang pengupasan pelapisan perkerasan ,
pembuatan perbaikan dan perluasan serta pembuatan kantin jalan.
b) Saluran drainase
Bagian ini menjelaskan tentang persyaratan yang harus dilaksanakan
oleh kontraktor dalam hal pengerjaan maupun pengadaan material dan
peralatan. Dalam hal ini syarat-syarat teknis pekerjaan struktur dan
arsitektur adalah bagian dari syarat-syarat teknis ini.
c) Pagar dan pintu pagar
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan dan pemasangan pagar
sesuai kelas, elevasi dan kerataan seperti ditunjukkan dalam gambar

31
kerja dan/atau spesifikasi teknis ini dan/atau sesuai petunjuk pengawas
lapangan.
d) Lansekap
Bagian ini menjelaskan tentang penyediaan tenaga, bahan-bahan,
peralatan dan alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pekerjaan ini guna mendapatkan hasil yang baik. Pekerjaan lansekap
yang dilaksanakan meliputi semua pekerjaan yang tetera dalam
gambar kerja dan sesuai petunjuk pengawas lapangan.
c. RKS struktur
RKS struktur adalah rencana kerja dan syarat-syarat yang harus di ikuti dan di
penuhi oleh setiap pihak yang terlibat di dalam proses pekerjaan proyek
terutama dalam segala bagian-bagian yang membentuk bangunan proyek
tersebut. RKS struktur berisi tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Pekerjaan persiapan
Terdapat beberapa bagian pada pekerjaan persiapan, yaitu :
a) Persiapan permukaan lahan
Bagian ini menjelaskan tentang :
1) Pengadaan tenaga kerja, peralatan yang memadai, alat-alat dan
bahan.
2) Pekerjaan persiapan lapisan pendukung untuk pekerjaan badan
jalan, perkerasan jalan , saluran terbuka, saluran tertutup/gorong-
gorong, jalur utilitas dan lain-lain seperti ditunjukkan dalam
gambar kerja.
3) Pengupasan, perataan, pengaturan kemiringan, pemadatan
permukaan tanah, penghamparan dan pemadatan lapisan pasir
dan/atau sirtu sesuai gambar kerja.
b) Persiapan tanah dasar
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan dan pengerjaan persiapan
permukaan tanah untuk lapis pondasi bawah seperti ditunjukkan
dalam gambar kerja.

32
c) Pengukuran
Bagian ini menjelaskan tentang semua pekerjaan pengukuran
batas/garis dan elevasi persiapan lahan dan pekerjaan pengukuran
lainnya yang ditentukan dalam gambar kerja dan/atau yang ditentukan
pengawas lapangan dan tennasuk penyediaan tim ukur yang
berpengalaman dan peralatan pengukuran lengkap dan akurat yang
memenuhi ketentuan spesifikasi ini.
2. Pekerjaan tanah
Terdapat beberapa bagian pada pekerjaan persiapan, yaitu :
a) Galian, ukuran kembali, dan pemadatan
Bagian ini menjelaskan tentang :
1) Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-
bahan, tenaga kerja yang cukup untuk menyelesaikan semua
pekerjaan termasuk pelat turap sementara dan bendungan
sementara jika diperlukan.
2) Penggalian, pengurukan kembali dan pemadatan semua pekerjaan
yang membutuhkan galian dan/atau urukan kembali seperti jalan,
saluran terbuka, gorong-gorong, jalur utilitas, pondasi dan lainnya
seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
3) Membuang semua bahan-bahan galian yang tidak memenuhi
persyaratan ke suatu tempat pembuangan yang telah ditentukan.
4) Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat
galian.
5) Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam spesifikasi ini.
b) Timbunan
Bagian ini menjelaskan tentang seluruh pelaksanaan penimbunan
dengan penempatan dan pemadatan bahan-bahan yang disetujui pada
tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam gambar kerja dan/atau sesuai
petunjuk pengawas lapangan.

33
3. Pekerjaan pondasi
Terdapat beberapa bagian pada pekerjaan pondasi, yaitu :
a) Lapisan pondasi bawah
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan, pengangkutan,
penempatan dan pemadatan bahan lapis pondasi bawah pada tanah
dasar yang telah disiapkan sesuai garis, kelas, dimensi dan potongan
melintang seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
b) Lapisan kedap air
Bagian ini menjelaskan tentang penyediaan bahan, tenaga, peralatan
bantu dan pengerjaan pelapisan kedap air pada tempat-tempat
sepertiditunjukkan dalam gambar kerja.
c) Lapisan pondasi atas
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan, penyebaran,
penyiraman, penggilasan dan pemadatan bahan batu bergradasi di atas
permukaan tanah yang telah disiapkan untuk membentuk jalan sesuai
ketentuan dalam gambar kerja.
d) Batu kali
Bagian ini menjelaskan tentang konstruksi seperti ditunjukkan dalam
gambar kerja atau sesuai petunjuk .pengawas lapangan yang dibuat
dari pasangan batu kali, seperti saluran air, headwalls, dan lainnya.
4. Pekerjaan baja dan beton
Terdapat beberapa bagian pada pekerjaan baja dan beton, yaitu :
a) Baja struktur
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan, pengadaan, fabrikasi,
pemeriksaan di pabrik atau lapangan serta pemasangan uraiam
struktur, seperti ditunjukkan dalam gambar kerja dan/atau spesifikasi
teknis ini.
b) Rangka dan penutup atap
Bagian ini menjelaskan tentang pegukuran (sebelum fabrikasi)
bentang balok-balok tumpuan di lapangan, pembuatan (fabrikasi)
kuda-kuda besi baja dengan alat sambung, pengangkutan kuda-kuda

34
dan bahan lain terkait sampai ke lokasi proyek, penyediaan tenaga
kerja beserta alat / bahan lain yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan, dan pemasangan seluruh rangka kuda-kuda sampai siap
dipasangi bahan penutup atap, sesuai dengan surat kontrak kerja.
c) Adukan encer (Grout)
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan tenaga kerja, alat-alat dan
bahan serta pemasangan adukan cair pada pekerjaan-pekeriaan seperti
ditunjukkan dalam gambar kerja dan /atau sesuai petunjuk pengawas
lapangan.
d) Perkerasan blok beton
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan, pemasangan
perkerasan blok beton kerja penyediaan bahan, tenaga, alat-alat bantu
lainnya dan pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam gambar.
e) Perkuatan beton
Bagian ini menjelaskan tentang pengadaan bahan baja tulangan yang
sesuai gambar kerja pekerjaan ini termasuk semua mesin, peralatan,
tenaga kerja, dan pemasangan baja tulangan spesifikasi ini akan tebih
kuat dari pada gambar kerja bila ada perbedaan detail yang mungkin
terjadi.
f) Beton cor di tempat
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan, pengadaan bahan,
peralatan dan tenaga kerja serta pelaksanaan pekerjaan beton pada
tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
g) Beton pracetak
Bagian ini menjelaskan tentang pengangkutan, pengadaan bahan,
tenaga kerja, peralatan kerja, pemasangan beton pracetak untuk
saluran, gorong-gorong dan lainnya pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam gambar kerja.
d. RKS mekanikal
RKS mekanikal adalah rencana kerja dan syarat-syarat yang harus di ikuti dan
di penuhi oleh setiap pihak yang terlibat di dalam proses pekerjaan proyek

35
terutama dalam segala hal-hal mekanis yang ada pada pekerjaan proyek
tersebut. RKS mekanikal berisi tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Persiapan plumbing/sanitasi
Bagian ini menjelaskan tentang persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material
dan peralatan.
2. Pekerjaan pemadam kebakaran
Bagian ini menjelaskan tentang persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material,
dan peralatan.
3. Pekerjaan tata udara
Bagian ini menjelaskan tentang persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengertan instalasi maupun pengadaan material dan
peralatan.
e. RKS elektrikal
RKS elektrikal adalah rencana kerja dan syarat-syarat yang harus di ikuti dan
di penuhi oleh setiap pihak yang terlibat di dalam proses pekerjaan proyek
terutama dalam segala hal yang memerlukan tenaga listrik dalam
penerapannya. RKS elektrikal berisi tentang hal–hal sebagai berikut :
1. Unit diesel generating set
2. Bagian ini menjelaskan tentang syarat dan klasifikasi mesin diesel yang
digunakan harus sesuai denga standar yang telah ditetapkan.
3. Syarat-syarat umum teknis pekerjaan elektrikal.
4. Bagian ini menjelaskan tentang perincian yang
memperjelas/menambahkan hal-hal yang tercantum dalam buku syarat-
syarat administrasi. Dalam hal ini buku syarat-syarat administratif saling
melengkapi dengan syarat - syarat umum teknis elektrikal.
5. Pekerjaan instalasi listrik
6. Bagian ini menjelaskan tentang persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material

36
dan peralatan untuk seluruh pekerjaan listrik di dalam maupun diluar
bangunan gedung.
7. Pekerjaan penangkal petir
8. Bagian ini menjelaskan tentang persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dan hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material dan
peralatan.
9. Pekerjaan fire alarm
10. Bagian ini menjelaskan tentang persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material
dan peralatan.
11. Pekerjaan telepon dan data
12. Bagian ini menjelaskan tentang persyaratan yang dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material
dan peralatan.
13. Pekerjaan tata suara
14. Bagian ini menjelaskan persyaratan yang harus dilaksanakan oleh
Kontraktor dalam hal pengerjaan instalasi maupun pengadaan material
dan peralatan.

3.1.3. Dokumen Spesifikasi Teknis Pekerjaan


Menurut Destyarini (2014), spesifikasi teknis merupakan sumber dari
seluruh proses pengadaan barang/jasa. Spesifikasi teknis sebagai dasar menyusun
perkiraan biaya yang dibungkus dalam terminologi Harga Perkiraan Sendiri
(HPS). Kemudian perkiraan biaya ini menjadi salah satu komponen dalam
menetapkan tipe dan ruang lingkup kontrak hingga didapatkannya barang/jasa.
Secara umum spesifikasi teknis pekerjaan merupakan deskripsi detail
tentang persyaratan kinerja barang, jasa atau pekerjaan dalam memenuhi
kebutuhan yang telah ditetapkan (performance) atau deskripsi detail mengenai
kualitas bahan, metode dan standar kualitas barang, jasa atau pekerjaan yang harus
diberikan oleh penyedia (conformance).

37
3.2. Proses Seleksi Penunjukkan Konsultan/Kontraktor
Landasan peraturan yang digunakan dalam proses pengadaan dan proses
seleksi penunjukan penyedia barang/jasa :
a. PERMEN PU Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi.
b. Lampiran Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Buku PK
01 A : Standar Dokumen Pengadaan Pekerjaan Konstruksi (Pelelangan
Umum/Pemilihan Langsung) Pascakualifikasi Metode Satu Sampul dan
Evaluasi Sistem Gugur Kontrak Harga Satuan.
c. PERPRES Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.

3.3. Organisasi dan Personil


Pada organisasai dan personil terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, seperti :
3.3.1. Bentuk Organisasi Proyek
Menurut Destyarini (2014), usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah
bangunan diawali dengan tahap ide hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang
terlibat dalam proyek konstruksi dari tahap perencana sampai pelaksanaan dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) pihak, yaitu pihak pemilik proyek (Owner),
pihak perencana (Designer), dan pihak kontraktor (Aannemer).
Orang/badan yang membiayai, merencanakan dan melaksanakan bangunan
tersebut disebut unsur-unsur pelaksana pembangunan. Masing-masing unsur
tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang sesuai
posisinya masing-masing. Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan bangunan,
masing-masing pihak sesuai posisinya berinteraksi satu sama lain sesuai
hubungan kerja yang telah ditetapkan.
Pihak-pihak yang terlibat langsung dalam suatu proyek (Owner),
Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas, dan kontraktor. Hubungan antara
pihak-pihak yang terlibat dalam proyek dibedakan atas hubungan kontrak dan
hubungan koordinasi.

38
Bentuk dari organisasi pada Proyek Pembangunan Gedung Diagnostik
RSUD H. Hanafie Kab. Bungo adalah organisasi proyek pemerintah dimana
pihak-pihak yang terlibat dan hubungan antar pihak dapat dilihat pada gambar
berikut:

Owner
Pemerintah Kabupaten Muara Bungo

Konsultan Perencana Konsultan Pengawas Kontraktor


PT. Indah Karya (Persero) PT. Bimige Consulting Engineering PT. Belimbing
sriwijaya

Keterangan: Hubungan Formal


Hubungan Koordinasi
Gambar 3.1 Sistem Organisasi Proyek
Sumber : Kontraktor Pelaksana PT. Belimbing Sriwijaya, 2017
Hubungan formal adalah hubungan yang berkaitan dengan aspek
legalitas/hukum antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, sedangkan
hubungan Koordinasi adalah hubungan yang berkaitan dengan koordinasi / kerja
sama dalam melakukan pekerjaan.
Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah seseorang
atau instansi yang memiliki proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada
pihak lain yang mampu melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja.
Seorang pemilik proyek proyek juga berhak memberikan pekerjaan atau
menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan berkewajiban
membayar biaya pekerjaan tersebut. Hak dan Kewajiban Pemberi Tugas (Pemilik
Proyek), antara lain :
a. Menunjuk penyedia jasa (Konsultan dan Kontraktor).
b. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa (Konsultan dan Kontraktor).

39
c. Menyediakan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh pihak penyedia jasa (Konsultan dan Kontraktor) untuk kelancaran
pekerjaan di lapangan.
d. Menyediakan lahan untuk pelaksanaan pekerjaan.
e. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
(Konsultan dan Kontraktor) sejumlah biaya yang diperlukan untuk
mewujudkan sebuah bangunan.
f. Ikut mengawasi dalam pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan
jalan menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak
atas nama Pemberi Tugas (Pemilik Proyek).
g. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi perubahan).
h. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki/direncanakan.
Wewenang Pemberi Tugas (Pemilik Proyek), antara lain :
a. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing
kontraktor.
b. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahu
secara tertulis kepada kontraktor jika terjadi hal-hal diluar kontrak yang
ditetapkan.
Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang dipercaya oleh pemilik proyek
untuk melaksanakan proses desain. Perencana dapat menuangkan ide atau gagasan
dari owner ke dalam gambar kerja serta perhitungan ataupun perkiraan yang
terjadi pada tahap desain. Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah :
a. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar
rencana,rencana kerja dan syarat-syarat,hitungan struktur, rencana
anggaran biaya.
b. Memberikan usulan dan pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.

40
c. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal hal
yang kurang jelas dalam gambar rencana,rencana kerja dan syarat syarat.
d. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
e. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
Konsultan pengawas
Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek
(owner) untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas dapat
berupa badan usaha atau perorangan. perlu sumber daya manusia yang ahli
dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal,
listrik dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan baik dalam
waktu cepat dan efisien.
Konsultan pengawas biasa diadakan pada proyek bangunan dengan skala
besar seperti gedung bertingkat tinggi, bagian ini bisa merangkap dalam hal
management konstruksi atau MK namun perbedaanya adalah MK mengelola
jalanya proyek dari mulai perencanaan,pelaksanaan sampai berakhirnya proyek
sedangkan konsultan pengawas hanya bertugas mengawasi jalanya pelaksanaan
proyek saja. dalam kondisi nyata dilapangan diperlukan kerjasama yang baik
antara konsultan pengawas dengan kontraktor agar bisa saling melengkapi dalam
pelaksanaan pembangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan misalnya
kontraktor dibatasi oleh waktu dalam melaksanakan pekerjaan jadi akan sangat
terpengaruh dari proses aproval material atau shop drawing dari konsultan
pengawas. Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah :
a. Melaksanakan pengawasan teratur dalam pelaksanaan proyek yang
dikerjakan olek kontraktor.
b. Mempublikasikan laporan prestasi kerja proyek kepada semua pihak yang
terkait.
c. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak
kerja dalam proyek.
d. Memperingatkan atau menegur pihak peleksana pekerjaan dalam
penyimpangan kontrak kerja.

41
e. Memberikan komentar pada proposal dari pihak yang melaksanakan
proyek.
f. Konsultan pengawas berhak untuk memeriksa gambar shop drawing yang
dierjakan di proyek.
g. Membuat perubahan dengan penerbitan berita acara perubahan (instruksi
site)/SI.
h. Berhak memperhentian pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan.
Kontraktor
Kontraktor adalah orang/suatu badan hukum/badan usaha yang di
kontrak/di sewa untuk mengerjakan proyek pekerjaan berdasarkan isi kontrak
yang dimenangkannya dari pihak pemilik proyek yang merupakan instansi atau
lembaga pemerintahan, badan hukum, badan usaha, maupun perorangan, yang
sudah melakukan penunjukan secara resmi. Hak dan kewajiban kontraktor adalah:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan, dan syarat-syarat tambahan
yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
b. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh Konsultan
pengawas sebagai wakil pengguna jasa di lapangan.
c. Menyediakan alat keselamatan pekerjaan seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
d. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan
bulanan.
e. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan
dengan ketetapan yang berlaku.

42
3.3.2. Organisasi Kontraktor
Pada organisasi kontraktor terdapat beberapa hal yang perlu dipelajari dan
diperhatikan, anatara lain:
a. Struktur organisasi
Menurut Hengga Arrisa (2012), struktur organisasi lapangan adalah struktur
organisasi untuk memudahkan pekerjaan dan memberikan kejelasan
komunikasi internal kontraktor. Selain itu, organisasi lapangan juga
bermanfaat untuk kepentingan komunikasi atau hubungan kerja dengan
owner dan konsultan. Tugas dan tanggung jawab serta hubungan kerja
masing-masing personal ditetapkan secara rinci oleh perusahaan dalam
Deskripsi dan Spesifikasi Jabatan Karyawan Proyek sebagai berikut :
1. Project manager
Tugas project manager antara lain :
a) Mengkoordinir bagian-bagian di bawahnya dan menjamin pelaksanaan
pekerjaan sesuai spesifikasi yang ditentukan oleh pihak pengguna jasa
serta mengoreski bila ada review design,
b) Mengkoordinir pelaksanaan penyelesaian keluhan pelanggan dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penyelesaian produk yang
tidak sesuai,
c) Mendata perubahan-perubahan pelaksanaan terhadap kontrak,
d) Melakukan tindakan koreksi dan pencegahan yang telah direkomendasi
pengendalian sistem mutu,
e) Menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi standar
mutu yang telah ditetapkan,
f) Membuat laporan-laporan yang telah ditetapkan perusahaan dan
laporan-laporan lain yang berhubungan dengan bidang tugasnya,
g) Berkoordinasi dengan pihak konsultan supervisi, aparat setempat,
utamanya pihak direksi PU serta menyelesaikan masalah-masalah
teknis lapangan dengan pengawas,
h) Membantu bidang administrasi kontrak untuk memeriksa dan
menyetujui tagihan upah mandor, sub kontraktor, dan sewa alat yang

43
berhubungan dengan prestasi fisik lapangan serta mengajukan request
ke direksi proyek sebelum pekerjaan dimulai termasuk koordinasi
dengan konsultan supervisi.
Tanggung Jawab :
a) Menetapkan sasaran mutu,
b) Memimpin setiap pertemuan,
c) Melakukan komunikasi dengan pihak-pihak terkait dilokasi proyek,
d) Memberikan persetujuan atas permintaan kebutuhan proyek ke kantor
pusat/cabang.
2. Site engineer
Tugas dan kewajiban site engineer adalah sebagai berikut:
a) Menjamin bahwa semua isi dari kerangka acuan pekerjaan akan
dipenuhi dengan baik yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan,
b) Membantu pejabat pelaksana teknis kegiatan dalam penyelesaian
administrasi kemajuan proyek. Bantuan ini termasuk mengumpulkan
data proyek seperti kemajauan pekerjaan, kunjungan pekerjaan,
kunjungan lapangan, rapat-rapat koordinasi dilapangan, data
pengukuran kuantitas, dan pembayaran kepada kontraktor.
c) Menjamin semua pelaksanaan detail teknis untuk pekerjaan mayor tidak
akan terlambat selama masa mobilisasi untuk masing-masing paket
kontrak dalam menentukan lokasi, tingkat serta jumlah dari jenis-jenis
pekerjaan yang secara khusus disebutkan dalam dokumen kontrak.
d) Membantu dan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan dalam
melaksanakan pekerjaan pengawasan teknis segera setelah kontrak fisik
ditandatangani, menyiapkan rekomendasi secara terinci atas usulan
desain, termasuk data pendukung yang diperlukan, mengendalikan
kegiatan-kegiatan kontraktor, termasuk pengendalian pemenuhan waktu
pelaksanaan pekerjaan, serta mencari pemecahan-pemecahan atas
permasalahan yang timbul baik sehubungan dengan teknis maupun
permasalahan kontrak.

44
e) Mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan
penyelidikan bahan/material baik di lapangan maupun laboratorium
serta menyusun rencana kerjanya.
3. Site operation manager
Tugas dan kewajiban site operation manager, antara lain:
a) Menyimpan gambar kerja dengan baik, tidak boleh merubah/mencoret
tanpa seizin atasan langsung.
b) Melaksanakan pekerjaan dengan konsisten sesuai dengan rencana mutu
proyek (instruksi kerja), speksifikasi teknis dari pelanggan, dan gambar
kerja yang diterimanya dengan mengarahkan tukang/sub kontraktor dan
pekerjanya hingga didapat pekerjaan yang bermutu, tepat waktu, dan
biaya yang seefisien mungkin.
c) Melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan.
d) Membuat dan melaksanakan detail program kerja berdasarkan program
harian/mingguan/bulanan yang adan serta melaporkan prestasi kerja ke
kepala proyek.
e) Membuat opname prestasi pekerjaan bersama-sama kepala proyek dan
sub kontraktor (bila ada) yang bersangkutan untuk keperluan tagihan
dan lain-lain.
f) Menyelenggarakan pencatatan-pencatatan atas tindakan yang telah
dikerjakan baik qualitatif maupun quantitatif untuk dapat membuat
laporan mingguan.
4. Quality Engineer
Tugas dan kewajiban quality engineer, adalah sebagai berikut:
a) Membuat rencana berkala pelaksanaan pemeriksaan dan pengetesan
sesuai RMP,
b) Melaksanakan pemeriksaan dan/atau pengetesan barang serta
memberikan tanda status pada pekerjaan barang yang telah
diperiksa/dites,
c) Melakukan final inspection atau memastikan bahwa seluruh kegiatan
pemeriksaan dan pengetesan telah dilaksanakan semuanya serta

45
melakukan tes terhadap material yang masuk khususnya yang dominan
untuk mutu,
d) Mengontrol barang/alat yang dipasok untuk pelanggan apakah sesuai
persyaratan/perjanjian atau tidak dan menjamin bahwa keluhan
pelanggan atau produk tidak sesuai ditangani (prosedur mutu yang
berlaku),
e) Mengkoordinir pelaksanaan lapangan terhadap tindakan koreksi dan
pencegahannya,
f) Bertanggung jawab penuh ke kepala proyek dan berkoordinasi ke
konsultan supervisi maupun direksi PU.
5. Quantity Engineer
Tugas dan kewajiban quantity engineer, antara lain:
a) Melakukan opname pekerjaan,
b) Memonitor pelaksanaan pekerjaan di lapangan,
c) Menyampaikan rencana pekerjaan (request) kepada pengguna
jasa/pemilik proyek,
d) Membuat laporan kemajuan fisik proyek,
e) Membuat sertifikat bulanan dan data pendukungnya,
f) Membina, mengarahkan, dan mengkoordinasi bawahan,
g) Memastikan diimplementasikannya sistem manajemen mutu di bagian
proyek,
h) Memenuhi sasaran mutu yang telah ditetapkan di bagian proyek,
i) Menyimpan arsip.
6. Logistic
Tugas dan tanggung jawab dari pihak logistic, antara lain :
a) Melakukan pembelian barang langsung/alat, sesuai dengan tingkatan
proyek dengan mengambil pemasok yang sudah termasuk dalam daftar
pemasok terseleksi dan atas persetujuan direktur perusahaan,
b) Menyediakan tempat yang layak dan memelihara dengan baik barang
langsung maupun barang/alat yang dipasok pelanggan termasuk
memberi label keterangan setiap barang,

46
c) Bertanggung jawab terhadap cara penyimpanan barang dan mencatat
keluar masuknya barang-barang yang tersedia di penyimpanan/gudang,
d) Membuat/menyusun laporan yang telah ditetapkan perusahaan dan
laporan lainnya yang berhubungan dengan bidang tugasnya,
e) Membuat berita acara penerimaan/penolakan bahan/material setelah
pengontrolan kualitas oleh (quality control) dan kuantitas,
f) Selalu berkoordinasi dengan bagian teknik dan pelaksana dalam
pengiriman bahan/material termasuk berkoordinasi ke pihak direksi PU
serta mengamankan aktiva perusahaan berikut bukti-bukti kerjanya.
7. Surveyor
Tugas dan kewajiban surveyor adalah:
a) Melakukan pelaksanaan survei lapangan dan penyelidikan/pengukuran
tempat-tempat lokasi yang akan dikerjakan terutama untuk pekerjaan
mayor item,
b) Mencatat dan mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan
sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan melakukan tindak koreksi
dan pencegahannya,
c) Melaporkan dan bertanggung jawab hasil pekerjaan ke kepala proyek.
8. Operator
Tugas dan kewajiban operator, antara lain:
a) Mengoperasikan mesin/peralatan dengan benar,
b) Menjaga kebersihan, kondisi, dan keamanan mesin/peralatan,
c) Melaporkan ke atasan apabila mesin/peralatan rusak/perlu diperbaiki.
b. Jumlah tenaga kerja
Menurut Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Pekerjaan Perencanaan DED
Gedung Diagnostik H. Hanafie (2013), jumlah tenaga kerja yang terlibat
selain seluruh nama yang tertera pada struktur organisasi, dibantu oleh
beberapa tenaga kerja diantaranya :
1. Mandor lapangan.
2. Tukang besi.
3. Tukang kayu.

47
4. Pekerja Electrical.
5. Pekerja Plumbing.
6. Operator dan co-operator alat mekanis (sesuai jumlah alat mekanis yang
digunakan).
7. Pemborong dan tenaga kerja harian yang dibawa oleh pemborong untuk
setiap pekerjaan yang disub-kontrakkan.
8. Tenaga keamanan (security).
9. Pekerja harian lepas yang jumlahnya disesuaikan untuk setiap pekerjaan.
c. Hubungan kerja
Hubungan kerja pada organisasi kontraktor adalah hubungan formal yang
dominan bersifat perintah dan hubungan koordinasi untuk beberapa personil
(sebagian dijelaskan dalam struktur organisasi).
d. Sistem pembayaran tenaga kerja
Sistem pembayaran tenaga kerja (upah) yang dilakukan kontraktor dapat
dibagi dalam beberapa jenis yaitu :
1. Gaji tetap
Gaji tetap dominan diberikan kepada personil inti yang besarnya
disesuaikan.
2. Gaji harian
Gaji harian dibayar sesuai kesepakatan dan diterima oleh pekerja lapangan
(mandor, tukang, security, operator dan pekerja harian lepas).
3. Gaji borongan
Gaji borongan yang dimaksud adalah pembayaran upah untuk setiap
pekerjaan yang disub-kontrakkan dan diterima oleh pemborong yang
besarnya sesuai kesepakatan.
4. Lembur
Gaji lembur dibayar untuk seluruh personil yang terlibat dalam pekerjaan
yang dilemburkan dan dihitung untuk setiap jam lembur.
5. Bonus
Jika pekerjaan sesuai target atau lebih cepat dari target yang direncanakan
maka ada pembayaran lebih di akhir pekerjaan yang diberikan oleh

48
kontraktor kepada beberapa personil dan besarnya sesuai kemampuan
keuangan Kontraktor.

3.3.3. Sistem Pelaporan


Menurut Putri (2016), manajemen proyek yang baik selalu menerapkan
administrasi yang tertib sehingga semua kegiatan bisa terkendali dengan baik.
Salah satu bentuk administrasi yang harus dibuat adalah laporan proyek. Antar
kontraktor memiliki format laporan yang berbeda-beda namun memiliki tujuan
yang sama yaitu mengendalikan semua kegiatan yang ada di proyek.
a. Jenis-jenis laporan
Jenis-jenis laporan pada Pembangunan Gedung Diagnostik RSUD H. Hanafie
Kab. Bungo adalah :
1. Laporan Harian (Daily Report)
Laporan harian adalah laporan yang dibuat oleh pelaksana lapangan yang
kemudian diolah oleh bagian teknik. Laporan harian ini sangat simpel
karena biasanya hanya 1 lembar kertas saja. Laporan ini memuat beberapa
informasi penting yang harus ditulis antara lain :
a) Pekerjaan yang sedang dikerjakan termasuk lokasi pekerjaan.
b) Cuaca pada hari tersebut, Berapa jam hujan dan berapa jam cerah.
c) Alat-alat yang digunakan termasuk jumlah alat (alat berat, alat
pendukung, dan alat bantu)
d) Bahan-bahan material yang digunakan
e) Tanda tangan dari pelaksana dan konsultan pengawas.
2. Laporan Mingguan (Weekly Report)
Laporan mingguan berbeda dengan laporan harian karena isi yang
dilaporkan tentu lebih lengkap. Laporan mingguan ini dibuat oleh teknik
berdasarkan kondisi lapangan saat itu. Pada proyek dengan sistem
kontraktor yang dilaporkan hanya progress saja kepada owner. Format
laporan mingguan ini biasanya mengikuti format RAB (Rencana Anggaran
Biaya) untuk item-item pekerjaan. Isi dari laporan ini antara lain :

49
a) volume RAB dan bobot dimasing-masing pekerjaan.
b) volume yang sudah dikerjakan (minggu lalu, minggu ini dan total).
c) Bobot dalam persen di masing-masing item pekerjaan (minggu lalu,
minggu ini dan total).
d) Nilai kumulatif progress pada minggu ini (dalam persen).
3. Laporan Bulanan (Monthly Report)
Jenis laporan proyek yang paling lengkap adalah laporan bulanan karena
terdiri dari beberapa informasi penting yang dirangkum dalam satu buku.
Berikut isi dari laporan bulanan pada proyek dengan sistem kontraktor :
a) Data proyek, meliputi nama proyek, nama paket, lokasi proyek, nomor
kontrak, tanggal kontrak, tanggal SPMK, waktu pelaksanaan, Waktu
serah terima pekerjaan, nama kontraktor, nama konsultan pengawas dan
sebagainya.
b) Lokasi proyek, berisi peta lokasi dan sket lokasi proyek.
c) Laporan progres akhir bulan.
d) Daftar staf di proyek tersebut.
e) Daftar alat yang digunakan dan jumlah alat.
f) Foto dokumentasi pekerjaan.
b. Persetujuan dan pihak-pihak penerima laporan
Setiap laporan kontraktor disetujui oleh konsultan pengawas dan pejabat
pelaksana teknis kegiatan serta diketahui oleh kuasa pengguna anggaran.
Sementara pihak yang menerima laporan adalah kuasa pengguna anggaran.

3.4. Metoda Pelaksanaan dan Peralatan


Pada metoda pelaksanaan dan peralatan terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, anatara lain :
3.4.1. Peralatan Yang Digunakan
Menurut Wibowo (2011), dalam suatu proyek konstruksi, peralatan sangat
dibutuhkan demmi terlaksananya berbagai pekerjaan dengan mudah dan cepat.
Pemilihan peralatan yang tepat dari segi jenis, kapasitas dan jumlah akan
ditentukan sesuai dengan kondisi lapangan dan progres kerja yang akan

50
dilaksanakan untuk menjamin sasaran pelaksanaan pekerjaan dengan tolak ukur
biaya hemat, mutu akurat dan tepat waktu.
Pada pelaksanaan tugasnya, maka pelaksana pekerjaan atau pemborong
menyediakan seluruh kebutuhan peralatan dan perlengkapan kerja sesuai
kebutuhan untuk menunjang pelaksanaan fisik di lapangan, sehingga pekerjaan
bisa selesai tepat pada waktunya dan sesuai dengan yang direncanakan. Semua
peralatan tersebut disediakan oleh kontraktor, sedangkan alat-alat yang tidak
dipunyai oleh kontraktor biasanya disewa dengan sistem kontraktor. Pada Proyek
Pembangunan Gedung Diagnostik RSUD H. Hanafie Kab. Bungo ini sebagian
peralatan yang digunakan merupakan peralatan milik PT. Belimbing Sriwijaya
dan sebagian lagi merupakan peralatan yang disewa dengan sistem kontrak.
Peralatan yang digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung Diagnostik
RSUD H. Hanafie Kab. Bungo adalah sebagai berikut :
a. Concrete vibrator
Concretre vibrator merupakan alat penggetar yang digunakan untuk
meratakan adukan beton yang dituangkan kedalam bekisting sehingga akan
didapat adukan beton yang padat dan dapat masuk diantara sela-sela besi
beton sehingga tidak akan menimbulkan rongga pada beton. Alat ini berupa
tongkat besi dengan bagian penggetar pada ujungnya. Pemakaian alat ini
dengan cara memasukkan tongkat penggetar kedalam adukan padat bekisting,
akan tetapi ujung vibrator tidak boleh mengenai baja tulangan, karena akan
berpengaruh pada daya ikat beton dengan baja tulangan yang lama akan lepas
kembali.

Gambar 3.2 Concrete Vibrator


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

51
b. Truck Mixer
Truck Mixer adalah alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton dan
batching plant ke lokasi proyek. Selama pengangkutan tangki pengaduk harus
dalam keadaan terus berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Pada saat
pengecoran Truck Mixer yang membawa adukan beton tidak boleh berhenti
atau datang terlambat ke lokasi karena akan mengurangi kualitas beton yang
dicor satu dengan yang lainnya.

Gambar 3.3 Truck Mixer


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
c. Concrete Mixer
Concrete Mixer adalah alat pengaduk material beton agar lebih homogen
campurannya. Dengan menggunakan alat ini semen dapat dipertahankan dan
diperiksa dengan baik. Pada proyek ini Concrete Mixer digunakan untuk
membuat adukan beton structural yang volume nya kecil. Alat ini terdiri dari
dua bagian utama yaitu motor penggerak dan bucket pengaduk.

Gambar 3.4 Concrete Mixer


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

52
d. Scaffolding
Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk
menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung
dan bangunan-bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu
sistem modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat
menggunakan bahan-bahan lain.

Gambar 3.5 Scaffolding


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
e. Bar Bender (alat pembengkok besi)
Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja tulangan
dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Pada proyek ini
menggunakan Bar bender manual.

Gambar 3.6 Bar Bender


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
f. Bar Cutter (alat pemotong besi)
Bar Cutter berfungsi untuk memotong besi tulangan sehingga didapat
tulangan menurut panjang yang dibutuhkan. Pada proyek ini hanya
menggunakan 1 buah Bar cutter.

53
Gambar 3.7 Bar Cutter
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
g. Alat-alat Pertukangan
Alat ini meliputi semua peralatan yang digunakan oleh tukang sehari-hari
dalam melaksanakan pertukangan. Alat-alat ini antara lain:
1. Cangkul
2. Gergaji
3. Palu
4. Gerobak pasir
5. Sekop
6. Meteran, dan lain-lain

3.4.2. Material Yang Digunakan


Menurut Tanubrata (2015), material adalah setiap bahan yang digunakan
untuk tujuan konstruksi. Banyak bahan alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan
batu, bahkan ranting dan daun telah digunakan untuk membangun bangunan.
Selain dari bahan alami, produk buatan banyak digunakan, dan beberapa lagi
kurang sintetik.
Penggunaan bahan bangunan hendaknya bahan yang masih baru,
sedangkan pemakaian bahan yang lama atau bekas harus mendapat persetujuan
dari pemberi tugas melalui konsultan. Untuk material tertentu harus melalui
pengetesan dan surat pernyataan (sertifikasi/klarifikasi) dari instansi tertentu yang
ditunjuk oleh konsultan.
Jika suatu pekerjaan membutuhkan material dan alat tertentu (material
approval), maka kuantitas material tersebut dihitung dan disetujui oleh PT.

54
Belimbing Sriwijaya selaku pihak kontraktor. Setelah disetujui, pelaksana akan
memberikan Surat Permintaan Material (SPM) ke bagian pengadaan. Setelah itu
material tersebut akan dicek mutunya oleh Quality Inspector berdasarkan
sertifikasi, pengujian, dll. Apabila material tersebut lolos spesifikasi, maka
material tersebut akan dikirim ke tempat penyimpanan atau gudang. Setelah
material sampai di gudang, supervisor akan meminta material tersebut dan
kemudian menggunakannya di lapangan.
Sumber material akan dipenuhi dari lokasi terdekat yang memenuhi
persyaratan material seperti yang tertera dalam spesifikasi, sebagai berikut :
a. Material Alam
Material alam adalah material yang berasal dari alam dan tercipta secara
alamiah tanpa pengaruh dari luar. Material-material ini antara lain pasir dan
kerikil.
b. Material Pabrikan
Material pabrikan yang diperlukan untuk proyek ini akan dipenuhi dari
beberapa perusahaan produsen material yang sesuai dengan bidang
spesialisasi masing-masing. Contoh material pabrikan yang digunakan pada
proyek ini adalah keramik, pipa hydrant, dll.
c. Material Olahan
Material olahan adalah material yang diolah disuatu tempat sesuai dengan
spesifikasi yang dibutuhkan. Material olahan tersebut sesuai dengan
karakteristik yang ditentukan, material Agregat klas A, Agregat klas B, dll.
Menurut Aminah (2013), material yang digunakan pada proyek
pembangunan konstruksi gedung adalah sebagai berikut :
a. Air
Air disini sebagai bahan pembantu dalam konstruksi bangunan, sedangkan
kegunaannya antara lain :
1. Air untuk pembuatan campuran dan perawatannya tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali dan bahan-bahan organik.
2. Apabila terdapat keraguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan
contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan, untuk diselidiki seberapa

55
jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton dan tulangan
agar dalam pelaksanaan air dapat digunakan semaksimal mungkin.
3. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton dapat ditentukan
dengan ukuran isi atau ukuran berat.
4. Untuk melakukan pembersihan dilokasi proyek.
b. Semen
Semen adalah salah satu bahan campuran bahan bangunan yang berfungsi
sebagai pengikat agregat, pada konstruksi beton bertulang dapat berbagai
jenis semen produksi dalam negeri yang mana sudah dapat memenuhi syarat
yang tercantum dalam Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI).
Proyek Pembangunan Gedung Diagnostik RSUD H. Hanafie Kab. Bungo ini
menggunakan semen Padang yang diproduksi oleh PT. Semen Padang.

Gambar 3.8 Semen


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
c. Agregat halus
Agregat halus merupakan salah satu bahan isian pada suatu adukan campuran
beton. Bahan tersebut dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami
dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat pemecah batu.
Pasir yang digunakan dalam suatu konstruksi harus pasir yang memiliki
kualitas yang baik, karena fungsi pasir disini adalah sebagai bahan pengisi
beton.
d. Agregat kasar
Split adalah agregat dengan butir lebih dari 3 cm. Split yang digunakan terdiri
dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori. Besar butiran maksimal
yang diijinkan tergantung maksud pemakaiannya seperti halnya dengan

56
semen dan pasir, maka untuk agregat kasar sebagai campuran beton
mempunyai kualitas yang baik.
e. Baja tulangan
Baja tulangan beton adalah baja berbentuk tulangan penampang bundar yang
digunakan untuk penulangan beton. Baja tulangan beton merupakan bagian
dari struktur beton bertulang yang berfungsi menahan gaya tarik. Berdasarkan
bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
1. Baja tulangan beton polos
Baja tulangan beton polos adalah baja tulanagan berpenampang bundar
dengan permukaan rata tidak bersirip.
2. Baja tulangan beton ulir
Baja tulangan adalah baja tulangan beton dengan bentuk khusus, yang
permukaannya memiliki ulir melintang dan rusuk memanjang untuk
meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari
batang secara relatif terhadap beton.

Gambar 3.9 Baja tulangan


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)

3.4.3. Tata Cara Pelaksanaan Proyek


Menurut Aulia (2016), tata cara pelaksanaan proyek merupakan tahap
pelaksanaan suatu pekerjaan sesuai dengan time schedule yang telah ditentukan
untuk menyelesaikan suatu paket pekerjaan secara berkesinambungan dan
terkontrol.
Pada proyek pembangunan konstruksi gedung terdapat beberapa tahapan
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan yaitu :

57
a. Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang
Tahapan pemancangan :
1. Tiang pancang ini digunakan hanya untuk mendukung
bangunan/konstruksi ringan dengan kedalaman maksimal 12 m.
2. Buat skala pada tiang pancang menurut kedalamannya.
3. Pengangkatan pile dilakukan dengan menggunakan sling baja yang
diikatkan ke pile di dua lokasi.
4. Perlu dibuat penandaan oleh pabrikan untuk menentukan dimana lokasi
pengangkatan yang diizinkan.
5. Tiang pancang berada di dalam topi pancang.
6. Selama pemancangan pastikan posisi tiang pancang tetap tegak lurus
terhadap 2 sumbu horizontal yang saling tegak lurus.
7. Pembuatan Cushion, berfungsi untuk menjaga agar kepala tiang tidak
rusak akibat pemukulan, bertempat di antara anvil dan kepala tiang.
8. Catat jumlah pukulan hammer dari saat mulai sampai dengan berakhirnya
pemancangan.
9. Penghentian pemancangan hanya diijinkan setelah mendapat ijin dari
pengawas.
10. Membuat pile record dan data hasil kalendering.
11. Membuat sambungan jika diperlukan.
b. Pekerjaan Kolom
Tahapan pekerjaan kolom :
1. Kolom yang berada di atas pile cap (kolom basement), pembesiaanya
langsung dirakit di atas pile cap.

Gambar 3.10 Pekerjaan Pembesian Kolom


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017

58
2. Setelah pemebsian kolom selesai dekerjakan, pada permukaan pembesian
dipasang beberapa beton decking. Beton decking diikatkan pada
sengkang, bukan pada tulangan utama. Pemasngan decking bertujuan
untuk memperoleh tebal selimut beton yang seragam.
3. Bekisting dibuat dengan menggunakan multipleks dengan ketebalan
minimal 12 mm.
4. Agar tetap pada posisi vertikal, pada kedua sisi bekisting dipasang adjust
bracing dan kicker yang bertumpu pada kuku babi.

Gambar 3.11 Adjust Braching dan Kicker


Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017
5. Pengecoran beton pada kolom ini menggunakan adukan beton secara
manual.
6. Beton dituangkan oleh pekerja secara manual kedalam bekisting kolom.
7. Segera setelah beton dituaang, dilakukan pemaatan dengan menggunakan
concrete vibrator. Tujuannya adalah untuk melepaskan udara yang
terperangkap di dalam campuran beton dan untuk meratakan campuran
beton.
8. 3 (tiga) hari setelah pengecoran bekisting dapat dilepaskan dari
permukaan kolom.
c. Pekerjaan Balok dan Plat Lantai
Tahapan pekerjaan balok dan plat lantai :
1. Pemasangan scaffolding dan bekisting
a) Setelah pengecoran kolom, pemasangan scaffolding dimulai.
b) Bekisting balok dan pelat lantai dapat dipasang setelah pemasangan
scaffolding dilakukan.

59
2. Pembesian
a) Pembesian balok dirakit diatas scaffolding
b) Tulangan utama balok dihubungkan dengan kolom.
c) Tulangan utama balok selesai dikerjakan, pada permukaan pembesian
dipasang beberapa beton decking. Beton decking diikatkan pada
sengkang, bukan pada tulangan utama. Pemasangan beton decking
bertujuan untuk memperoleh tebal selimut beton yang seragam.
3. Pengecoran
a) Balok dan pelat lantai harus dicor monolit dengan kolom.
b) Pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan minimal 2 (dua) jam
setelah pengecoran kolom.
c) Pengecoran beton menggunakan material ready mix concrete.
d) Ready mix concrete disalurkan dengan menggunakan concrete pump.
e) Tinggi jauh adukan beton tidak diizinkan lebih dari 2000 mm.
f) Segera setelah beton dituang, dilakukan pemadatan dengan
menggunakan concrete vibrator. Tujuannya adalah untuk melepaskan
udara yang terperangkap di dalam campuran beton dan untuk
meratakan campuran beton.
g) Untuk bagian yang berdekatan dengan bekisting atau bidang-bidang
permukaan, pemadatan dapat dibantu dengan alat penumbuk/sekup
agar kehalusan dan kepadatan permukaan dapat terjamin.
4. Pembongkaran bekisting
14 (empat belas) hari setelah dilakukan pengecoran, bekisting dilepaskan
dari permukaan balok dan pelat lantai.

3.4.4. Metoda Pengendalian Kualitas


Dalam pelaksanaan suatu proyek, dibutuhkan suatu pengendalian, agar
proyek yang sedang dikerjakan dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat pada tahap persiapan. Dalam pengendalian suatu
proyek harus memenuhi persyaratan mutu, yang merupakan sasaran pengelolaan
proyek disamping jadwal dan biaya.

60
Pengawasan adalah suatu proses penilaian kegiatan dengan tujuan agar
hasil pekerjaan sesuai dengan rencana dan mengusahakan agar semua anggota
kelompok dapat melaksanakan kegiatan dengan berpedoman pada perencanaan
serta pengadaan tindakan koreksi dan perbaikan atau penyesuaian bila terjadi
penyimpangan.
Pengawasan kualitas (quality control) langsung ditujukan pada kontraktor
saat pelaksanaan pekerjaan. Hal ini dilakukan pada setiap jenis pekerjaan. Sebagai
contoh pada pengerjaan pengecoran, sebelum melaksanakan suatu pengecoran,
kontraktor wajib mengajukan rencana kerja dan bahan-bahan yang digunakan.
Bahan yang digunakan harus dites di laboratorium sebelum bahan tersebut
digunakan dan harus memenuhi syarat serta spesifikasi yang telah ditentukan.
Material yang diperiksa untuk pengecoran contohnya tulangan dan beton. Untuk
mencapai karakteristik pekerjaan yang disyaratkan di atas, maka untuk pekerjaan
pembuatan campuran beton sebelum memulai pelaksanaan harus membuat Mix
Design untuk menentukan komposisi campuran material beton.
Pengendalian mutu pekerjaan adalah suatu kegiatan yang memberikan
perlakuan-perlakuan khusus pada tahap-tahap pekerjaan yang dilakukan.
Pengendalian mutu ini berguna untuk meningkatkan kualitas suatu bahan yang
dipengaruhi oleh situasi dan keadaan di lapangan.

3.5. Administrasi Proyek


Pada administrasi suatu proyek terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, anatara lain :
3.5.1. Kontrak dan Lampiran-Lampiran Kontrak
Dalam dunia konstruksi, perjanjian antara pihak owner dengan pihak
kontraktor diikat dalam sebuah kontrak kerja. Kontrak proyek konstruksi ini
berupa dokumen tertulis dan wajib menjelaskan tentang kesepakatan keselamatan
umum dan tertib bangunan karena sebuah proyek konstruksi merupakan pekerjaan
yang mengandung resiko tinggi. Menurut Aminah (2013), jenis-jenis kontrak
proyek konstruksi adalah :
a. Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract)

61
Dalam menggunakan kontrak jenis ini, kontraktor hanya menentukan
harga satuan pekerjaan. Kontraktor perlu memperhitungkan semua biaya yang
mungkin dikeluarkan pada item penawarannya, seperti biaya overhead dan
keuntungan.
Jenis kontrak ini digunakan jika kuantitas aktual masing-masing item
pekerjaan sulit untuk diestimasi secara akurat sebelum proyek dimulai. Untuk
menentukan kuantitas pekerjaan yang sesungguhnya, dilakukan pengukuran
(opname) bersama pemilik dan kontraktor terhadap kuantitas terpasang.
Kelemahan dari penggunaan kontrak jenis ini, yaitu pemilik tidak dapat
mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek itu selesai.
b. Kontrak Biaya Plus Jasa (Cost Plus Fee Contract)
Pada kontrak jenis ini, kontraktor akan menerima pembayaran atas
pengeluarannya, ditambah dengan biaya untuk overhead dan keuntungan.
Besarnya biaya overhead dan keuntungan, umumnya didasarkan atas persentase
biaya yang dikeluarkan kontraktor.
Kontrak jenis ini umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek belum
bisa diestimasi secara akurat, karena perencanaan belum selesai, proyek tidak
dapat digambarkan secara akurat, proyek harus diselesaikan dalam waktu singkat,
sementara rencana dan spesifikasi belum dapat diselesaikan. Kekurangan dari
kontrak jenis ini, yaitu pemilik tidak dapat mengetahui biaya aktual proyek yang
akan dilaksanakan.
c. Kontrak Biaya Menyeluruh (Lump Sum Contract)
Kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan melaksanakan proyek
sesuai dengan rancangan biaya tertentu. Jika terjadi perubahan dalam kontrak,
perlu dilakukan negosiasi antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan
besarnya pembayaran (tambah atau kurang) yang akan diberikan kepada
kontraktor terhadap perubahan tersebut.
Kontrak ini dapat diterapkan jika perencanaan benar-benar telah selesi,
sehingga kontraktor dapat melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Pemilik
dengan anggaran terbatas akan memilih jenis kontrak ini, karena merupakan satu-

62
satunya jenis kontrak yang memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan
dikeluarkan.

3.5.2. Tata Cara Penghitungan Kuantitas / Volume Pekerjaan


Menurut Wibowo (2011), volume pekerjaan adalah menghitung jumlah
banyaknya pekerjaan dalam satu-satuan. Volume juga disebut kubikasi, jadi
volume pekerjaan bukanlah isi sesungguhnya, melainkan jumlah bagian-bagian
pekerjaan dalam satu-kesatuan. Untuk volume pekerjaan, penentuannya dapa
dibuat oleh :
a. Pihak owner, sedangkan kontraktor hanya menentukan harga satuan
pekerjaan.
b. Kontraktor menentukan volume pekerjaan dan harga satuan berdasarkan
gambar rencana dan spesifikasi teknis.
Mengitung volume pekerjaan harus diuraikan jenis pekerjaan kemudian
dihitung volume (m3), luas (m2) dan panjang (m). Dalam menghitung jenis volume
pekerjaan, diperlukan :
a. Ketelitian membaca gambar dan pengertian terhadap spesifikasi teknis.
b. Menyusun urutan kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan pelaksanaan.
c. Menghitung setiap jenis kegiatan/pekerjaan.
Pada pelaksanaan proyek juga diukur kemajuan volume pekerjaan yang
telah dilaksanakan. Salah satu tugas dari konsultan pengawas adalah mengukur
sejauh mana kemajuan pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor untuk
dilaporkan kepada owner.
Penghitungan volume pekerjaan dilakukan berdasarkan progress pekerjaan
dilapangan (opname lapangan), dengan menghitung volume pekerjaan yang
diselesaikan, ditambah dengan perkiraan harga material yang telah didatangkan ke
lokasi (Material On Site) dan mobilisasi peralatan ke lokasi pekerjaan.

3.5.3. Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pengambilan Pembayaran


Menurut Wibowo (2011), pada proyek ini, pengajuan permohonan
pembayaran oleh kontraktor dilakukan dengan MC (Monthly Certificate) selama

63
waktu pelaksanaan pekerjaan berdasarkan realisasi progres fisik proyek. PT.
Belimbing Sriwijaya mengajukan monthly payment pada pihak owner sesuai
dengan progres proyek yang telah selesai dan kemudian owner akan
mengeluarkan berita acara pemeriksaan kemajuan pekerjaan dan pembayaran
akan dilaksanaakan selambat-lambatnya 7 hari sejak tanggal pengajuan monthly
payment.
Permohonan pembayaran ini telah diatur dalam kontrak kerja dengan cara-
cara sebagai berikut :
a. Pembayaran harga borongan dilakukan berdasarkan persentase fisik komulatif
setiap bulan dinyatakan dengan Monthly Sertificate (MC) dan dipotong
sebesar 5% sebagai jaminan pemeliharaan (Retensi) serta dipotong
pengembalian Uang Muka sebesar 20% dari persentase tagihan.
b. Jaminan pemeliharaan hasil pelaksanaan pekerjaan ditetapkan sebesar 5%,
separuh dari jumlah yang ditahan dapat dibayarkan kembali setelah
diterbitkannya berita acara serah terima pertama pekerjaan (PHO), sedangkan
separoh lainnya dibayarkan pada saat masa pemeliharaan selesai (FHO) atau
dapat dibayarkan pada saat (PHO) setelah kontraktor menyerahkan Bank
garansi sebesar jumlah yang belum dibayar.
c. Pembayaran dilakukan melalui Kantor Pelayanan Pembendaharaan Negara
(KPPN) Jambi.
d. Uang muka kerja dapat diberikan maksimum 20% dari nilai kontrak.
e. Jaminan pemeliharaan ditetapkan sebesar 5% dari nilai kontrak.

3.5.4. Tatacara Contract Change Order (CCO)


Menurut Wibowo (2011), tata cara perubahan volume pekerjaan (CCO)
telah diatur dalam kontrak apabila:
a. Jika sewaktu-waktu owner karena keadaan tertentu harus
mengurangi/menambah volume pekerjaan, maka kontraktor tidak
diperkenankan mengajukan tuntutan biaya, waktu dan lain-lain.

64
b. Pekerjaan tambah kurang dianggap sah apabila ada perintah tertulis dari
owner kepada kontraktor dan penentuan harga CCO dihitung sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
c. Pekerjaan tambah kurang tidak dapat dijadikan alasan untuk menambah
waktu penyelesaian pekerjaan kecuali atas perintah tertulis dari owner.
d. Pekerjaan tambah kurang, perpanjangan waktu pekerjaan atau perubahan
lainnya harus diikuti dengan pembuatan Addendum Kontrak.

3.5.5. Tata cara Penyerahan Hasil Pekerjaan (Hand Over)


Menurut Destyarini (2016), penyerahan hasil pekerjaan pada proyek
konstruksi dilakukan dengan tatacara sebagai berikut:
a. Setelah menyelesaikan 100% pekerjaan, kontraktor mengajukan secara
tertulis penyerahan pertama pekerjaan berupa berita acara serah terima
pertama kepada owner.
b. Owner melakukan pemeriksaan pekerjaan dilapangan dan hasilnya
dicantumkan dalam berita acara pemeriksaan pekrejaan untuk mendapatkan
perbaikan dari kontrktor.
c. Bila berdasarkan pertimbangan owner, biaya perbaikan kekurangan / cacat
pekerjaan ditanggung owner.
d. Berdasarkan berita acara pemeriksaan penyelesaian pekerjaan, jika owner
menyatakan pekerjaan telah selesai yang memuaskan maka setelah
pemeriksaan akhir owner menerbitkanberita acara penyerahan pertama
pekerjaan (PHO) dan sejak itu masa pemeliharaan.
e. Pemeriksaan pekerjaan dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh owner.

3.6. Pengendalian dan Pengawasan Mutu


Pada pengendalian dan pengawasan mutu terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain :

65
3.6.1. Dokumen Proses Pengendalian Mutu
Menurut Aminah (2013), dokumen proses pengendalian mutu terdiri dari :
a. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
Prosedur pelaksanaan pekerjaan yang dibuat berbentuk dokumen yang
merupakan pedoman bagi kontraktor untuk melaksanakan prose pekerjaan di
lapangan. Untuk melakukan pengendalian mutu pekerjaan di lapangan juga
dapat menggunakan dokumen prosedur pelaksanaan pekerjaan sebagai
pedoman bagi owner, konsultan pengawas dan juga kontraktor dalam
mengamati proses pekerjaan di lapangan.
b. Shop Drawing
Shop drawing adalah gambar teknis lapangan yang digunakan sebagai acuan
pelaksanaan pekerjaan. Shop drawing ini dibuat oleh kontraktor, yang
diajukan approval terlebih dahulu ke MK/Konsultan Pengawas/Owner,
sebeleum mulai dikerjakan. Pengendalian mutu pada proses pekerjaan juga
dapat dilakukan dengan cara mengamati shop drawing yang ada apakah telah
sama dengan yang telah diterapkan di lapangan. Shop drawing juga
merupakan acuan kerja yang sangat penting bagi pihak kontraktor dalam
proses pelaksanaan pekerjaan.
c. Request
Request disini maksudnya adalah berupa dokumen pengajuan memulai
pekerjaan dari pihak kontraktor kepada pihak pemilik proyek (owner).
d. Daftar Periksa mutu
Daftar periksa mutu terdiri dari :
1. Data kalendering
2. Data hasil uji slump
3. Data hasil uji kuat tekan beton.

66
3.6.2. Tatacara Pengawasan dan Jenis-jenis Pengujian Mutu
Menurut Aminah (2013), tatacara pengawasan untuk jenis-jenis
pengendalian mutu yang diamati seperti :
a. Kalendering
Secara umum kalendering digunakan pada pekerjaan pemancangan tiang
pancang (beton maupun pipa baja) untuk mengetahui daya dukung tanah
secara empiris melalui perhitungan yang dihasilkan oleh proses pemukulan
alat pancang. Alat pancang disini bisa berupa diesel hammer maupun
hydraulic hammer.
b. Uji slump
Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari
campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability
nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air
yang digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton
kekurangan, kelebihan, atau cukup air.
c. Uji kuat tekan beton
Pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas,
yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya
tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat desak beton
merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-
sifat lain. Kekuatan desak beton ditentukan oleh pengaturan dari
perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air dan berbagai jenis
campuran. Perbandingan dari air semen merupakan faktor utama dalam
meientukan kekuatan beton. Semakin rendah perbandingan air semen,
semakin tinggi kekuatan desaknya.

3.6.3. Prosedur Pengujian Mutu Dilapangan dan di Laboratorium


Menurut Aminah (2013), beberapa prosedur pengendalian mutu yang
diamati yaitu antara lain adalah :
a. Pengujian mutu dilapangan yang meliputi :

67
1. Kalendering
Tahapan Pelaksanaan Kalendering Tiang Pancang :
a) Saat kalendering telah ditentukan dihentikan pemukulannya oleh
hammer.
b) Memasang kertas millimeter block pada tiang pancang menggunakan
selotip.
c) Menyiapkan spidol yang ditumpu pada kayu, kemudian menempelkan
ujung spidol pada kertas millimeter.
d) Menjalankan pemukulan.
e) Satu orang melakukan kalendering dan satu orang mengawasi serta
menghitung jumlah pukulan.
f) Setelah 10 pukulan kertas millimeter diambil
g) Tahap ini bisa dilakukan 2-3kali agar memperoleh grafik yang bagus.
h) Usahakan kertas bersih, karena kalau menggunakan diesel hammer
biasanya kena oli dan grafiknya jadi kurang valid karena tertutup oli.
i) Setelah tahapan selesai hasil kalendering ditanda tangani kontraktor,
pengawas, dan direksi lapangan untuk selanjutnya dihitung daya
dukungnya.
2. Uji slump beton
Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk
menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari
campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat
workability nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan
berapa banyak air yang digunakan. Untuk itu uji slump menunjukkan
apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air. Prosedur
Uji Slump Beton di Lapangan :
a) Siapkan alat berupa kerucut terpancung (diemeter atas 10 cm,
diameter bawah 30 cm, tinggi 30 cm), Batang besi diameter 10-16 mm
panjang 50 cm, penggaris, dan papan triplek atau plat besi.
b) Basahi kerucut terpancung tersebut dengan air.
c) Letakkan triplek atau plat besi pada tempat yang datar.

68
d) Letakkan kerucut terpancung di atas triplek, kemudian adukan beton
masukkan ke dalam kerucut dalam 3 lapis.
e) Adukan beton dimasukkan sampai tinggi 1/3 kerucut lalu ditusuk
menggunakan batang besi sebanyak 30 kali .Setelah itu masukkan lagi
adukan beton sampai 2/3 bagian dan lakukan hal yang sama.
f) Adukan beton dimasukkan sampai penuh ke dalam kerucut terpancung
dan ratakan permukaannya, Tunggu sekitar 30 detik.
g) Angkat kerucut terpancung pelan-pelan tegak lurus ke atas.
h) Letakkan kerucut terpancung di samping adukan beton pada alas yang
sama.
i) Letakkan batang besi secara horizontal pada atas kerucut terpancung
yang melintas diatas adukan beton yang telah runtuh (seperti gambar
di atas).
j) Ukur dengan penggaris jarak antara batang besi dengan puncak
adukan beton yang telah runtuh.
3. Pengambilan sampel uji kuat tekan beton
Tahapan Pengambilan Sampel Uji Kuat Tekan Beton :
a) Cetakan disapu dengan vaselin atau lemak agar nantinya benda uji
beton mudah dilepaskan dari cetakan.
b) Adukan beton diambil langsung dari wadah adukan beton dengan alat
yang tidak menyerap air.
c) Isilah cetakan dengan beton segar hingga penuh.
d) Denagn menggunakan vibrator, padatkan adukan adalam cetakan
sampai terlihat permukaan beton mengkilap.
e) Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-
lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup. Ratakan permukaan
beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air dan tahan
karat. Dan kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan
tempatkan di tempat yang bebas getaran.
f) Setelah 24 jam bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.

69
g) Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air (waterbath) yang
telah memenuhi persyaratan untuk perawatan (curing) selama waktu
yang dikehendaki.
b. Pengujian mutu di laboratorium
Pengujian mutu di laboratorium yang diamati hanya pengujian kuat tekan
beton dengan metoda :
1. Ambil benda uji dari tempat perawatan;
2. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris;
3. Jalankan mesin tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur;
4. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah
beban maksimum hancur yang terjadi selama pemeriksaan benda uji;
5. Lakukan proses 1 s/d 4 sesuai jumlah benda uji yang akan ditetapkan
kekuatan tekan karakteristiknya.

70

Anda mungkin juga menyukai