Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
orthogonal ke sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat
menjadi satu kesatuan yang monolit dengan menyatukan pangkal tiang pancang
yang terdapat di bawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi.
Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah
kuat terletak sangat dalam. Pondasi jenis ini dapat digunakan untuk mendukung
bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, terutama pada bangunan-bangunan
tingkat tinggi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya penggulingan akibat beban angin.
Tianga-tiang juga digunakan untuk mendukung bangunan dermaga. Pada
bangunan ini, tiang-tiang dipengaruhi oleh gaya-gaya benturan kapal dan
gelombang air.
Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, anatara lain :
a. Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas air atau tanah lunak,
ke tanah pendukung yang kuat.
b. Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai kedalaman
tertentu sehingga pondasi bangunan mampu memberikan dukungan yang
cukup untuk mendukung beban tersebut oleh gesekan dinding tiang dengan
tanah disekitarnya.
c. Untuk mengangker bangunan yang dipengaruhi oleh gaya angkat keatas
akibat tekanan hidrostatis atau momen penggulingan.
d. Untuk menahan gaya-gaya horisontal dan gaya yang arahnya miring.
e. Untuk memadatkan tanah pasir, sehingga kapasitas dukung tanah tersebut
bertambah.
f. Untuk mendukung pondasi bangunan yang permukaan tanahnya mudah
tergerus air.

4
2.2. Macam-macam Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yang berada di bawahnya. Terdapat dua klasifikasi
pondasi, yaitu :
a. Pondasi dangkal
Pondasi dangkal didefenisikan sebagai pondasi yang mendukung bebannya
secara langsung, seperti :
1. Pondasi telapak yaitu pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung
kolom.
2. Pondasi memanjang adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung
dinding memanjang atau digunakan untuk mendukung sederetan kolom
yang berjarak dekat, sehingga bila dipakai pondasi telapak sisi-sisinya
akan berimpit satu sama lain.
3. Pondasi rakit (raft foundation atau mat foundation) adalah pondasi yang
digunakan untuk mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak
atau digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya sedemikian dekat
disemua arahnya, sehingga bila dipakai pondasi telapak, sisi-sisinya akan
berimpit satu sama lain.
b. Pondasi dalam
Pondasi dalam didefenisikan sebagai pondasi yang meneruskan beban
bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak relatif jauh dari permukaan,
seperti :
1. Pondasi sumuran (pier foundation) yaitu pondasi bentuk peralihan antara
pondasi dangkal dan pondasi tiang, digunakan bila tanah dasar yang kuat
terletak pada kedalaman yang relatif dalam., dimana pondasi sumuran
nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya (B) lebih besar 4 sedangkan
pondasi dangkal Df/B≤1.
2. Pomdasi tiang (pile foundation), digunakan bila tanah pondasi pada
kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya, dan tanah
keras terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Pondasi tiang

5
umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang dibandingkan
dengan pondasi sumuran. (Bowles, 1991).

Gambar 2.1 Macam-macam tipe pondasi : (a) pondasi memanjang, (b)


pondasi telapak, (c) pondasi rakit, (d) pondasi sumuran, (e) pondasi tiang
(Hardiyatmo, 1996)
2.3. Penggolongan Pondasi Tiang
Pondasi tiang dapat dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut :
a. Tiang perpindahan besar (large displacement pile)
Tiang perpindahan besar (large displacement pile) yaitu tiang pejal atau
berlubang dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga
terjadi perpindahan volume tanah yang relatif besar. Termasuk dalam tiang
perpindahan besar adalah tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang
(pejal atau berlubang), tiang baja bulat (tertutup pada ujungnya).
b. Tiang perpindahan kecil (small displacement pile)

6
Tiang perpindahan kecil (small displacement pile) yaitu sama seperti tiang
kategori pertama hanya volume tanah yang dipindahkan saat pemancagan
relatif kecil, contohnya : tiang beton berlubang dengan ujung terbuka, tiang
baja H, tiang baja bulat ujung terbuka, tiang ulir.
c. Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile)
Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile) terdiri dari tiang yang
dipasang didalam tanah dengan cara menggali atau mengebor tanah.
Termasuk dalam tiang tanpa perpindahan adalah tiang bor, yaitu tiang beton
yang pengecorannya langsung didalam lubang hasil pengeboran tanah (pipa
baja diletakkan dlam lubang dan dicor beton).
Pondasi tiang dapat digolongkan berdasarkan kualitas materialnya, cara
pelaksanaan, pemakaian bahan-bahan dan sebaginya. Penggolongan bedasarkan
kualitas material dan cara pembuatan, diperlihatkan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Macam-macam tipe pondasi berdasarkan kualitas material dan cara
pembuatan
Kualitas Bahan Nama Tiang Cara Pembuatan Bentuk
Tiang Baja Tiang pipa baja Disambung secara elektris, Lingkaran
di arah datar, mengeliling

Tiang dengan flens lebar (Penampang H) Diasah dalam keadaan H


panas, dilas
Tiang Beton Tiang beton pracetak Tiang beton bertulang Diaduk dengan gaya Bulat
pracetak sentrifugal Segetiga Dan
Diaduk dengan penggetar lain-lain
Tiang beton prategang Sistem penarikan awal Bulat
pracetak Sistem Penarikan akhir
Tiang yang dicor di tempat Tiang alas Sistem pemancangan Bulat
Tiang beton Raymond
Dengan menggoyangkan Sistem pemboran
semua tabung pelindung
Dengan membor tanah
Dengan pemutaran
berlawanan arah Dengan
pondasi dalam

Berdasarkan penyaluran beban ke tanah, pondasi tiang dibedakan menjadi


tiga yaitu :
a. Pondasi tiang dengan tahanan ujung (end bearing pile). Tiang ini meneruskan
beban melalui tahanan ujung tiang kelapisan tanah pendukung.

7
b. Pondasi tiang dengan tahanan geseran (friction pile). Tiang ini meneruskan
beban ke tanah melalui tahanan geser selimut tiang.
c. Kombinasi friction dan end bearing capacity.

2.4. Pondasi Bored Pile


Tiang bor atau bored pile dipasang ke dalam tanah dengan cara mengebor
tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi dengan tulangan dan dicor beton. Tiang
ini biasanya, dipakai pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan
untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air,
pipa besi dibutukan untuk menahan dinding lubang dan pipa ini ditarik ke atas
pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang keras atau batuan lunak, dasar
tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan dukung ujung tiang.
(Hardiyatmo, H.C, 2008)
Terdapat bebearapa jenis pondasi bored pile, yaitu :
a. Bored pile lurus untuk tanah keras.
b. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel.
c. Bored pile yang ujungnya diperbear berbentuk trapesium.
d. Bored pile lurus untuk tanah berbatu-batuan.

Gambar 2.2 Jenis-jenis Bored Pile (Braja M. Das,1941)

8
Ada beberapa alasan digunakannya pondasi bored pile dalam konstruksi :
a. Bored pile tuggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap.
b. Kedalaman tiang dapat divariasikan.
c. Bored pile dapat didirikan sebelum penyelesaian tahapan selanjutnya.
d. Ketika proses pemancangan dilakukan, getaran tanah akan mengakibatkan
kerusakan pada bangunan yang ada di dekatnya, tetapi dengan penggunaan
pondasi bored pile hal ini dapat dicegah.
e. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung akan
membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang sebelumnya
bergerak ke samping. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi pondasi bored pile.
f. Selama pelaksanaan pondasi bored pile tidak ada suara yang ditimbulkan oleh
alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang pancang.
g. Karena dasar dari pondasi bored pile dapat diperbesar, hal ini memberikan
ketahanan yang besar untuk gaya keatas.
h. Permukaan diatas dimana dasar bored pile didirikan daoat diperiksa secara
langsung.
i. Pondasi bored pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.
Selain kelebihan juga terdapat beberapa kelemahan dari pondasi bored
pile, anatara lain :
a. Keadaan cuaca yang buruk dapat mempersulit pengeboran dan pengecoran,
dapat diatasi dengan cara menunda pengeboran dan pengecoran sampai
keadaan cuaca memungkinkan atau memasang tenda sebagai penutup.
b. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa
pasir atau tanah berkerikil maka menggunakan bentonite sebagai penahan
longsor.
c. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak
dapat dikontrol dengan baik maka diatasi dengan cara ujung pipa tremie
berjarak 25-50 cm dari dasar lubang pondasi.
d. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan
tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang, maka air
yang mengalir langsung dihisap dan dibuang kembali kedalam kolam air.

9
e. Akan terjadi tanah runtuh (ground loss) jika tindakan pencegahan tidak
dilakukan, maka dipasang casing untuk mencegah kelongsoran.
f. Karena diameter tiang cukup besar dan memerlukan banyak beton dan
material, untuk pekerjaan kecil mengakibatkan biayanya sangat melonjak
maka ukuran tiang bored pile disesuaikan dengan beban yang dibutuhkan.
g. Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung pondasi dianggap telah
terpenuhi, kadang-kadang terjadi bahwa tiang pendukung kurang sempurna
karena adanya lumpur yang tertimbun di dasar.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya pondasi bored pile dapat dibedakan
menjadi 3 macam tipe :
a. Sistem augering
Pada sistem ini selain augernya sendiri, untuk kondisi lapangan pada tanah
yang mudah longsor diperlukan casing atau bentonite slurry sebagaipenahan
longsor. Penggunaan bentonite slurry untuk kondisi lapisan tanah yang
permeabilitinya besar tidak disarankan, karena akan membuat bentonite
slurry yang banyak dengan terjadinya perembesan melalui lapangan
permeable tersebut.
b. Sistem grabbing
Pada penggunaan sistem ini diperlukan casing (continuous semirotary motion
casing) sebagai penahan kelongsoran. Casing tersebut dimasukkan ke dalam
tanah dengan cara ditekan sambil diputar. Sistem ini sebenarnya cocok untuk
semua kondisi tanah, tetapi yang paling sesuai adalah kondisi tanah yang sulit
ditembus.
c. Sistem wash boring
Pada sistem ini diperlukan casing sebagai penahan kelongsoran dan juga
pompa air untuk sirkulasi airnya yang dipakai untuk pengeboran. Sistem ini
cocok untuk kondisi tanah pasir lepas. Untuk jenis bored pile ini perlu
diberikan tambahan tulangan praktis untuk penahan gaya lateral yang terjadi.
Penulangan minimum 2% dari luas penampang tiang.
Pada saat ini ada tiga metode dasar pengeboran (untuk beberapa situasi
mungkin memerlukan perpaduan beberapa metode), yaitu :

10
a. Metode kering
Pada metode kering yang pertama dilakukan adalah sumuran digali (dan
dasarnya dibentuk lonceng jika perlu). Kemudian sumuran diisi sebagian
dengan beton dan kerangka tulangan dipasang dan setelah itu sumuran telah
selesai dikerjakan. Harap diingat bahwa kerangka tulangan tidak boleh
dimasukkan sampai mencapai dasar sumuran karena diperlukan pelindung
beton minimum, tetapi kerangka tulangan boleh diperpanjang sampai akhir
mendekati kedalaman penuh dari pada hanya mencapai kira-kira setengahnya
saja.
Metode ini membutuhkan tanah tempat proyek yang tak berlekuk (kohesif)
dan permukaan air dibawah dasar sumuran atau jika permeabilitasnya cukup
rendah, sumuran bisa digali (mungkin juga dipompa) dan dibeton sebelum
sumuran terisi air cukup banyak sehingga bisa mempengaruhi kekuatan
beton.

Gambar 2.3 Metode kering konstruksi pilar yang dibor

11
b. Metode Acuan
Pada metode ini , acuan dipakai pada pada tempat proyek yang mungkin
terjadi lekukan atau deformasi lateral yang berlebiha terhadap rongga sumur
(sharf cavity). Metode ini juga dipakai sebagai sambungan perapat (seal)
lubang terhadap masuknya air tanah tetapi hal ini membutuhkan lapisan tanah
yang tak bisa ditembus (kedap) air di bawah daerah lekukan tempat acuan
bisa dipasang (disok). Perlu diingat bahwa sebelum casing dimasukkan, suatu
adonan spesi encer (slurry) digunakan untuk mempertahankan lubang.
Setelah acuan dipasang, adonan dikeluarkan dan sumur diperdalam hingga
pada kedalamn yang diperlukan dalam keadaan kering. Bergantung pada
kebutuhan site dan proyek, sumuran di bawah acuan akan dikurangi paling
tidak sampai ID acuan kadang-kadang 25 sampai 50 mm kurangnya untuk
jarak ruang bor tanah (auger) yang lebih baik.
Acuan bisa saja ditinggalkan dalam sumuran atau bisa juga dikeluarkan jika
dibiarkan ditempat, maka ruangan melingkar antara OD acuan dan tanah
(yang diisi dengan adonan atau lumpur hasil pengeboran) diganti dengan
adukan encer (grout) maka adonan akan dipindahkan keatas puncak sehingga
rongga tersebut diisi dengan adukan encer.

Gambar 2.4 Metode acuan konstruksi pilar yang dibor

12
c. Metode adonan
Metode ini diterapkan pada semua keadaan yang membutuhkan acuan. Hal ini
diperlukan jika tidak mungkin mendapatkan penahan air (water seal) yang
sesuai dengan acuan untuk menjaga air tidak masuk ke dalam rongga
sumuran (shaft cavity).

Gambar 2.5 Metode adonan konstruksi pilar yang dibor


Hal-hal yang diperhatikan dalam metode ini adalah :
1. Jangan membiarkan adonan terlalu lama dalam sumuran sehingga
terbentuk lapisan penyaring yang terlalu tebal pada dinding sumuran
karena lapisan yang tebal sukar untuk digeserkan oleh beton selama
pengisian sumuran.
2. Memompa adonan keluar dan partikel-partikel yang lebih besar dalam
suspensi dipisahkan dengan memakai adonan ‘conditioned’ yang
dikembalikan lagi kedalam sumuran sebelum beton.

13
3. Hati-hati sewaktu menggali lempung melalui adonan, sehingga penarikan
kepingan yang besar tidak menyebabkan tekanan atau pengisapan pori
negatif yang bisa menurunkan sebagian dari sumuran.
Setelah sumuran selesai digali, tulangan kerangka dimasukkan kedalam
sumuran dan corong pipa-cor (treme) dipasang (urutan ini perlu diperhatikan
sehingga corong pipa-cor tidak perlu ditarik sewaktu akan memasang
kerangka (cage) dan lalu dipasang kembali yang pasti akan mengakibatkan
terputusnya pembentukan lapisan adonan dalam sumuran). Beton dipompa
dengan hati-hati sehingga corong pipa-cor selalu terendam dalam beton
sehingga hanya ada sedikit daerah permukaan yang terbuka dan
terkontaminasi oleh adonan.

2.5. Pengaruh Pemasangan Bored Pile


Pengaruh pemasangan bored pile dapat dibagi menjadi dua bagian kondisi
tanah, yaitu :
a. Bored pile dalam tanah granuler
Pada waktu pengeboran, biasanya dibutuhkan tabung luar (casing) sebagai
pelindung terhadap longsoran dinding galian dan larutan tertentu kadang-
kadang juga digunakan dengan maksud yang sama untuk melindung dindig
galian tersebut. Gangguan kepadatan tanah, terjadi saat tabung pelindung
ditarik keatas saat pengecoran. Karena itu, dalam hitungan kapsitas tiang bor
di dalam tanah pasir, Tomlinson (1975) menyarankan untuk menggunakan
sudut gesek dalam (φ) ultimit dari contoh terganggu, kecuali jika tiang
diletakkan pada kerikil padat dimana dinding lubang yang bergelombang
tidak terjadi. Jika pemadatan yang seksama dapat diberikan pada beton yang
berada di dasar tiang, maka gangguan kepadatan tanah dapat dieliminasi
sehingga sudut gesek dalam (φ) pada kondisi padat dapat digunakan. Akan
tetapi, pemadatan tersebut mungkin sulit dikerjakan karena terhalang oleh
tulangan beton.

14
b. Bored pile dalam tanah kohesif
Penelitian pengaruh pekerjaan pemasangan bored pile pada adhesi antara
dinding tiang dan tanah sekitarnya, menunjukkan bahwa nilai adhesi lebih
kecil dari pada nilai kohesi tak terdrainase (undrained cohesion) tanah
sebelum pemasangan tiang. Hal ini, adalah akibat dari pelunakan lempung di
sekitar dinding lubang. Pelunakan tersebut adalah dari pengaruh
bertambahnya kadar air lempung oleh pengaruh-pengaruh air pada
pengecoran beton, pengaliran air tanah ke zone yang bertekanan yang lebih
rendah disekitar lubang bor, dan air yang dipakai untuk pelaksanaan
pembuatan lubang bor. Pelunakan pada tanah lempung dapat dikurangi jika
pengeboran dan pengecoran dilaksanakan dalam waktu 1 atau 2 ajam (Palmer
dan Holland 1966).
Pelaksanaan pengeboran juga mempengaruhi kondisi dasar lubang yang di
buat. Hal ini, mengakibatkan pelunakan dan gangguan tanah lempung di
dasar lubang, yang berakibat bertambah besarnya penuruan. Pengaruh
gangguan ini sangat besar terutama bila diameter ujung tiang diperbesar,
dimana tahanan ujungnya sebagian ditumpu oleh ujung tiang. Karena itu,
penting untuk membersihkan dasar lubang. Gangguan yang lain dapat pula
terjadi akibat pemasangan tiang yang tidak baik, seperti: pengeboran yang
melengkung, pemisahan campuran beton saat pengecoran dan pelengkungan
tulangan beton saat pemasangan. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan saat
pemasangan.

2.6. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek


Ditinjau dari cara mendukung beban, taiang dapat dibagi menjadi 2 (dua)
macam (Hardiyatmo, 2008), yaitu :
a. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas
dukungnya ditentukan oleh tahanan uung tiang. Umumnya tiang dukung
ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras.
Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau lapsian keras lain
yang mendukung beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan

15
berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung
lapisan keras yang berada dibawah ujung tiang.
b. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapsitas dukungnya lebih di
tentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya.
Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya
diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.

Gambar 2.6 Tiang ditinjau dari cara mendukung bebannya (Hardiyatmo, 2002)

2.7. Kapasitas Daya Dukung Bored Pile Dari Hasil Sondir


Diantara perbedaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT)
seringkali sangat dipertimbangkan beperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini
tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis, dan tes tersebut dapat dipercaya
dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar.
CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan memperkirakan
kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang, data
tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing
capacity) dari bored pile sebelum pembangunan dimulai, guna menentukan
kapsitas daya dukung ultimit dari pondasi tiang.
Untuk mendukung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hsil
pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukug ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x Kll) ...................................................... (2.1)
dimana :
Qult = Kapasitas dayang dukung tiang pancang tunggal.

16
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
Kll = Keliling tiang.
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus :
qc x Ap 𝐽𝐻𝐿 𝑥 Kll
Qijin = + ........................................................... (2.2)
3 5

dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
Kll = Keliling tiang.
Untuk menghitung daya dukung bored pile berdasarkan data hasil
pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Aoki dan De
Alencar.
Daya dukung ultimate pondasi bored pile dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qb x Ap) ........................................................................ (2.3)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung bored pile.
qb = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung
ultimit dari data sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh
sebagai berikut :
q𝑐𝑎 (𝑏𝑎𝑠𝑒)
qb = ............................................................................ (2.4)
F𝑏

dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D
dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik
tergantung pada tipe tanah.
Fb = Faktor empirik yang tergantung pada tipe tanah.

17
Tabel 2.2 Faktor empirik Fb
Tipe Tiang Pancang Fb
Bored pile 3,5
Baja 1,75
Beton pratekan 1,75
(Titi & Farsakh, 1999)
Pada perhitungan kapasitas pondasi bored pile dengan sondir tidak diperhitungkan
daya dukung selimut bored pile. Hal ini dikarenakan perlawanan geser tanah yang
terjadi pada pondasi bored pile dianggap sangat kecil sehingga dianggap tidak
ada.

2.8. Faktor Aman


Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi
kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu :
a. Untuk dasar tiang yang dibesarkan dengan d < 2 m.
𝑄𝑢
Qa = .......................................................................................... (2.5)
2,5

b. Untuk dasar tiang tanpa pembesaran dibagian bawah


𝑄𝑢
Qa = .......................................................................................... (2.6)
2

18

Anda mungkin juga menyukai