Anda di halaman 1dari 24

A.

Jejunum

1. Anatomi Jejunum

Bagian pertama duodenum kadang-kadang disebut duodenal cap


atau duodenal bulb. Daerah inilah yang mendapat isi lambung yang
bersifat asam yang disemprotkan melalui pilorus dan merupakan ulkus
peptikum sering terjadi. Di ligamentum treitz, duodenum berubah menjadi
jejunum. Berdasarkan perjanjian, 40% bagian atas usus halus setelah
duodenum disebut jejunum dan 60% bagian bawah disebut ileum,
walaupun tidak terdapat batas anatomik yang jelas diantara keduanya.
Katup ileosekum menandai titik berakhirnya ileum pada kolon.

Usus halus berukuran lebih pendek dalam keadaan hidup daripada


ukurannya pada mayat; setelah kematian, usus halus melemas dan
memanjang. Jarak dari pilrus ke ketup ileosekum pada manusia hidup
diperkirakan 285 cm, tetapi pada saat otopsi jarak tersebut menjadi 700
cm.

Di sepanjang usus halus, membran mukosa diliputi oleh vilus.


Terdapat 20-40 vili per milimeter persegi mukosa. Setiap vili usus
merupakan tonjolan berbentuk jari yang panjangnya 0,5-1cm, dibungkus
oleh satu lapisan epitel kolumner dan berisi jaringan kapiler dan pembuluh
limfe (lakteal). Di setiap vilus terdapat perluasan otot polos lapisan
submukosa yang berjalan longitudinal sampai ke ujung vilus. Ujung bebas
sel-sel epitel vilus dibagi menjadi mikrovili yang halus. Mikrovili ini
diselimuti oleh glikokaliks, lapisan amorf yang kaya akan gula netral dan
gula amino. Mikrovili dan glikokaliks membentuk brush border. Sel-sel
dihubungkan satu sama lain oleh taut erat. Lapisan luar membran sel
mukosa mengandung banyak enzim yang berperan dalam proses
pencernaan diawalli oleh enzim air liur, lambung, dan pankreas. Enzim
yang terdapat pada membran ini ialah berbagai disakaridase, peptidase,
dan enzim yang berperan dalam penguraian asam nukleat.
Permukaan absorptif usus haus meningkat sekitar 600 kali lipat oleh
adanya valvulae conniventes, vilus, dan mikrvilus. Diperkirakan luas
permukaan bagian dalam silinder mukosa seukuran usus halus adalah
sekitar 3300cm2, valvulae meningkatkan luas permukaan menjadi 10.000
cm2, vilus meningkatkannya menjadi 100.000 cm2, dan mikrovilus
meningkatkannya menjadi 2 juta cm2.

Enterosit pada usus halus dibentuk dari sel-sel yang tidak


berdiferensiasi yang membelah secara aktif di kriptus lieberkuhn. Sel-sel
ini bermigrasi ke ujung vilus, mengalami apoptosis kemudian copot dan
dilepaskan kedalam lumen usus halus dalam jumlah besar. Lama hidup sel-
sel ini rata-rata 2-5 hari, pada manusia, jumlah sel yang dilepaskan per hari
diperhitungkan sekitar 17 miliar, dan jumlah protein yang disekresikan
dengan cara ini adalah sekitar 30g/hari. Di lambung, sel-sel mukosa juga
dengan cepat dilepas dan diganti sel baru. Kriptus juga merupakantempat
sekresi air dan elektrolit yang diperantarai oleh cAMP.

Jejunum mendapat vaskularisasi dari aa. jejunales yang merupakan


cabang dari a.mesenterica superior dan vena jejunales yang bermuara ke
v.mesenterica superior sebelum mengalirkan darah menuju v.potae
hepaticadan masuk ke dalam sistem porta. Sistem limfe pada jejunum
bermuara ke nl.ileocoelici, pembuluh limfe eferent bermuara ke
nl.mesenterica superior. Persarafan simpatisnya berasal dari segmen VT5-9
yg berfungsi menurunkan peristaltik dan sekresi enzim, juga berperan
dalam vasokonstriktor, sedangkan pasrasimpatisnya berasal dari truncus
vagalis posterior brfungsi meningkatkan peristaltik dan sekresi enzim.
Juga terdapat serabut sensoris yang responnya tidak peka tehadap rangsang
nyeri, namun peka thd pengembungan kolik abdomen (kejang).

2. Histologi Jejunum

Epitel kolumner simplek, sel goblet (+)

Pleksus submuskularis Kerckring seperti pohon rindang dengan villi2


yang panjang yang pada penampang sering tak terlihat.
Tunika propria : Kripte Lieberkuhn
Submukosa tidak ada kelenjar
Muskularis terdiri dari 2 lapisan yaitu sirkuler dan longitudinal
Pada dasar kripte terlihat sel panet (sel besar segitiga, granula merah di
lapisan apek)
Sel paneth (celulla panethensis), terletak di dasar kelenjar intestinal
(kripte lieberkuhn), adalah sel eksokrin dan menghasilkan lisozim, suatu
enzim antibakterial yang mencerna dinding sel bakteri dan
menghancurkannya. Sel paneth juga memiliki fungsi fagositik. Karena itu,
sel ini memiliki peran penting dalam mengontrol flora mikroba di usus
halus.

Gambar 1.1 Mikroskopis Jejunum


B. Ileum

1. Anatomi Ileum

Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan olehusus buntu .
Ileum memiliki PH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Awal intestinum jejunum terdapat pada flexura duodenojejunalis,
dan intestinum ileum berakhir pada ileocecal junctions, pertemuan ileum
dengan caecum. Panjang jejunum dan ileum bersama adalah 6-7 cm, dari
sepanjang ini dua perlima bagian adalah jejunum dan sisanya ileum.
Bagian terbesar jejunum terletak di regio umbilikal, sedangkan ileum
terutama terdapat di regio suprapubik dan regio inguinal kanan. Bagian
akhir ileum biasanya terdapat dalam pelvis dan dari sini melintas ke
kranial untuk berakhir pada permukaan medial caecum. Meskipun tidak
terdapat garis batas yang jelas antara jejunum dan ileum, masing-masing
bagian memiliki sifat berbeda yang paling dalam ilmu bedah.
Sebuah mesenterium menghubungkan bagian terbesar intestinum
tenue pada dinding abdomen dorsal. Radix mesenterii (panjangnya kira-
kira 15 cm) mulai dari sisi vertyebra L2, melintas serong ke kaudal kanan
sampai di articulatio sacroiliaca dextra.
Radix mesenterii menyilang menjadi :
1. Pars horizontalis duodenum
2. Pars abdominalis aortae
3. Vena cava inferior
4. Musculus psoas major dekster
5. Ureter dexter
6. Pembuluh testicularis atau ovarica.
Arteria mesenterica superior mengantar darah kepada jejunum dan
ileum. Pembuluh ini melintas antara lembar-lembar mesenterium dan
melepaskan 15-18 cabang intestinum. Cabang-cabang ini saling
berhubungan dengan membentuk anastomosis berupa arcus, dikenal
sebagai lengkung-lengkung arterial yang melepaskan vasa recta. Vena
mesenterica superior membawa balik darah dari jejunum dan ileum. Vena
ini terletak ventral kanan dari arteri mesenterica superior dalam radix
mesenterii. Vena mesenterica superior berakhir dorsal dari collum pancreas
pada persatuannya dengan vena splenica (lienalis) membentuk vena portae
hepatis.
Pembuluh limfe jejunum dan ileum melintas antar lembar-lembar
mesenterium ke nodi lymphoidei mesenterici yang terletak :
1. Dekat pada dinding intestinum
2. Antara lemgkung-lengkung arterial
3. Sepanjang bagian proksimal areteria mesenterica superior.
Saraf simpatis untuk jejunum dan ileum berasal dari segmen medulla
spinalis T5-T9 damn mencapai pada coeliacus melalui kedua truncus
sympathicus dan nervus splanchnicus major. Serabut praganglion
bersinaps dalam ganglia coeliaca dan ganglion mesenterium superius.
Saraf parasimpatis berasal dari truncus vagalis posterior. Serabut simpatis
pascaganglion dan serabut parasimpatis praganglion mengadakan sinaps
dalam pleksusd mienterik dan pleksus submukosa dinding intestinum.
Pada umumnya, rangsang simpatis menurunkan peristaltic dan sekresi
yang berperan sebagai vasokontriktor, sedangkan rangsang parasimpatis
meniungkatkan peristaltic dan sekresi. Terdapat pula serabut sensoris.
Intestinum tidak peka terhadap rangsang nyeri terbanyak.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus
yang terdiri dari 2 lapis, yaitu: lapisan otot polos longitudinal yang terletak
dibagian luar dan lapisan otot sirkuler yang terletak disebelah dalam.
Lapisan otot sirkuler lebih tebal dari lapisan otot longitudinal, dan kedua
lapisan otot semakin kearah distal akan semakin tipis sampai mencapai
ileocaecal junction.
Usus halus mendapat persarafan dari susunan saraf otonom dan
susunan saraf enteric melalui pleksus mienterikus yang terdapat diantara
lapisan otot longitudinal dan sirkuler, serta pleksus submukosa.
Gambar 1.2 Usus Halus

2. Histologi Ileum

a) Mukosa
1) Epitel selapis silindris
2) vili tinggi-tinggi dengan banyak sel goblet
3) Tunika propria : Plaque peyers
b) Submukosa : Diisi nodulus lomfatikus
c) Tunika muskularis : terdiri dari dua lapisan, sirkuler dan longitudinal.
Potongan melintang ileum memperlihatkan keempat lapisan dinding
usus . vili menurut berbagai bidang irisan tampak tidak teratur. Kelenjar
intestinal (kripte lieberkuhn) trdapat didalam lamina propria, dua
diantaranya bermuara kedalam ruang intervili.

Ciri khas ileum adalah kumpulan limfonoduli yang disebut plaque


peyer. Setiap plkaque peyer adalh gabungan atau lebih limfonoduli yang
terdapat pada dinding ileum berhadapan dengan perlekatan mesenterium.
Bagian plaque peyer menampakkan Sembilan limfonodulus dan sebagian
besar mempunyai pusat germinal. Limfonoduli menyatu dan batas
diantaranya biasanya tidak jelas lagi.

Nodul ini berasal dari jaringan limfoid difus lamina propria. Vili
tidak terdapat pada daerah lumen usus tempat nodule mencapai permukaan
mukosa. Biasanya limfonoduli ini meluas kedalam submukosa, menembus
muskularis mukosa, dan menyebar di jaringan ikat longgar dari
submukosa.

Limfonoduli plaque peyer mengandung limfosit B, sedikit limfosit T,


makrofag dan sel plasma. Diatas nodule plaque peyer terdapat sel M
(epitel membranosa) yang akan menggantikan sel epitel silindris usus
halus. Sel M secara tetap memantau antigen lumen usus, mengingesti
antigen, dan menyajikannya untuk limfosit dan makrofag di lamina propria
dibawahnya tempat antibody spesifik dan respons terhadap antigen asing
dikembangkan.
Gambar 1.3 Mikroskopis Ileum

C. Caecum

1. Anatomi Caecum

Caecum adalah bagian pertama intestinum crassum dan beralih


menjadi colon ascendens. Caecum terletak dalam kuadran kanan bawah,
yakni dalam fossa iliaca. Biasanya hamper seluruh caecum diliputi
peritoneum dan dapat diangkat dengan mudah, tetapi caecum tidak
memiliki mesenterium. Ileum memasuki caecum secara miring dan untuk
sebagian menyembul ke dalamnya dengan membentuk sebuah labium
superius dan sebuah labium inferius yang membentuk valva ileocaecalis
dan ke ostium valvae ileocaecalis.

Vaskularisasi
a. Arteri : r.caecalis anterior superior cabang a.ileocolica cabang
a.mesenterica superior
b. Vena : v.mesenterica superior
Gambar 1.4 Caecum

2. Histologi Caecum

Caecum memiliki gambaran mikroskopis yang serupa dengan colon.


Tunika muskularisnya terdiri dari epitel kolumner simplek tidak bervilli. Pada
lamina propria banyak sel limfoid dan nodul yg menjalar sampai kedalam tunika
submukosa. Terdapat taenia coli pada tunika muskularis, dan pada tunika serosa
terdapat appendix epiploica.

D. Appendix

1. Anatomi Appendix

Appendix vermiformis adalah organ sempit, berbentuk tabung yang


mempunyai otot dan mengandung banyak jaringan limfoid. Panjang
appendix vermiformis bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat
pada permukaan posteromedial caecum,sekitar 1 inci (2,5 cm) di bawah
junctura ileocaecalis.
Bagian appendix vermiformis lainnya bebas. Appendix vermiformis
diliputi seluruhnya oleh peritoneum, yang melekat pada lapisan bawah
mesenterium intestinum tenue melalui mesenteriumnya sendiri yang
pendek, mesoappendix.
Mesoappendix berisi arteria, vena appendicularis dan saraf-saraf.
Appendix vermiformis terletak di regio iliaca dextra, dan pangkal
diproyeksikan ke dinding anterior abdomen pada titik sepertiga bawah
garis yang menghubungkan spina iliaca anterior superior dan umbilicus
(titik McBurney). Di dalam abdomen, dasar appendix vermiformis mudah
ditemukan dengan mencari taenia coli caecum dan mengikutinya sampai
dasar appendix vermiformis, tempat taeniae coli
bersatu membentuk tunica muscularis longitudinal yang lengkap.

Gambar1.5 Appendix

Ujung appendix vermiformis mudah bergerak dan mungkin


ditemukan pada tempat-tempat berikut ini: (1) tergantung ke bawah ke
dalam pelvis berhadapan dengan dinding pelvis dextra; (2) melengkung di
belakang caecum, (3) menonjol ke atas sepanjang pinggir lateral caecum,
dan (4) di depan atau di belakang pars terminalis ileum. Posisi pertama dan
kedua merupakan posisi yang sering ditemukan. Vaskularisasi appendix
oleh arteri appendicularis merupakan cabang arteri caecalis posterior arteri
ini berjalan menuju ujung appendix vermiformis di dalam meso-appendix.
Sedangkan venanya adalah v. Appendicularis yang kemudian mengalirkan
darahnya ke v. caecalis posterior. Aliran Limfe oleh pembuluh limfe
mengalirkan cairan limfe ke satu atau dua nodi yang terletak di dalam
mesoappendix dan dari sini dialirkan ke nodi mesenterici superiores.
Persarafannya oleh saraf-saraf berasal dari cabang-cabang saraf
simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari plexus mesentericus
superior. Serabut saraf aferen yang menghantarkan rasa nyeri visceral dari
appendix vermiformis berjalan bersama saraf simpatis dan masuk ke
medulla spinalis setinggi vertebra thoracica X.

2. Histologi Appendix

Secara struktural, appendix mirip kolon. Kecuali beberapa


modifikasi yang khas untuk appendix. Terdapat beberapa persaaan antara
mukosa appendix dan kolon: epitel pelapis dengan banyak sel goblet;
lamina propria di bawahnya yang mengandung kelenjar intestinal (kripti
Lieberkuhn), dan mukosa muskularis.
Kelenjar intestinal pada appendix kurang berkembang, lebih pendek,
dan sering berjauhan letaknya. Jaringan limfoid difus di dalam lapina
propria sangat banyak dan sering terlihat sampai ke submukosa
berdekatan. Di sini terdapat sangat banyak limfonoduli dengan pusat
germinal, dan sangat khas untuk appendix. Noduli ini berawal di lamina
propria; namun karena ukurannya besar, noduli ini meluas dari epitel
permukaan sampai ke submukosa. Submukosanya sangat vaskular dengan
banyak pembuluh darah. Muskularis eksterna terdiri atas lapisan sirkular
dalam dan longitudinal luar; ketebalan lapisan otot ini bervariasi.
Ganglia parasimpatis pleksus mientericus Auerbach terlihat di antara
lapisan sirkular dalam dan longitudinal luar. Lapisan terluar appendix
adalah serosa.
Gambar 1.6 Mikroskopis Appendix
E. Colon

Usus besar merupakan sambungan dari usus halus dan berakhir di


rectum yang memiliki panjang sekitar 1,5 meter, lebarnya sekitar 5-6 cm.
Usus besar ini menghasilkan lendir yang berfungsi menyerap air dan
elektrolit dari tinja. Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi,
bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting seperti
vitamin K. (Price & Wilson, 2006 : 457)
Usus besar berbentuk saluran muscular berongga yang membentang
dari caecum hingga canalis ani. Menurut letaknya colon dibagi menjadi :
Ekstra peritoneal (colon asendens dan colon desendens)
Intra peritoneal ( caecum, sigmoid, dan colon transversum)

1. Colon ascendens

Panjangnya 14 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan


membujur keatas dari ileum ke bawah hati. Dibawah hati melengkung
kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai colon
transversum.
Colon ascendens merupakan kelanjutan dari caecum, terletak
retroperitoneal dorsal pada dinding abdomen, sedangkan bagian ventralnya
intraperitoneal, lapisan peritoneum kanan dan kiri mebentuk fossa paracolica.
Bagian ventral terpisah dari dinding abdomen oleh intestinume tenue dan
omentum majus. Terletak mulai dari valvula ileocaecalis sampai bawah lobus
hepatis dextra.Flexura colli dextra/hepatis, terletak ventral terhadap vesica fellea.
Vaskularisasi oleh :
A.illeocolica dan a. colica dextra cabang dari a.mesenterica superior
A.colica dextra cabang A.mesenterica superior
V.illeocolica dan v. colica dextra yang bermuara ke v.mesenterica superior
Pembuluh limfe nermuara ke nl. Parocoli dan nl. Epicolici kmd ke
nl.mesenterica. superior

2. Colon transversum

Colon transversum panjangnya sekitar 38 cm dan berjalan menyilang


abdomen. Colon transversum terbentang menyilang abdomen, menduduki
regio umbilicalis dan regio hypogastrium. Colon transversum melengkung
ke bawah dengan bagian cekungnya menghadapi ke atas. Karena
mempunyai mesenterium, posisinya breubah-ubah. Pembuluh arteri yang
memperdarahi dua pertiga proksimal colon transversum adalah a. Colica
media, suatu cabang a. Mesenterica superior dan A.marginal coli, anastomose
cab a. colica dextra cab a.mesenterica superior. Sepertiga distal diperdarahi
oleh a. Colica sinistra, suatu cabang dari a. Mesenterica inferior. Sistem
vena akan bermuara ke vena mesenterica inferior. Saraf yang mempersarafi
colon transversum berasal dari saraf simpatis dan n vagus dan dari saraf
parasimpatis pelvis. Pembuluh limfe bermuara ke nl. Colici medii bermuara ke
nl. Mesenterica superior.

3. Colon Descendens

Terletak dalam peritoneum. Peritonium menutupi bagian ventral dan


lateral dan menetapkan pada dinding dorsal abdomen. Retroperitoneal dr
flexus coli sinistra ke fossa iliaca sinistra dan beralih menjadi colon
sigmoideum. Ke caudal colon melewati tepi lateral ren sinistra. Fossa
paracolica terdapat disebelah medial dan lateral colon descendens.

Vaskularisasi oleh :

A.coloca sinistra
V.ascendens
A.sigmoid
V.bermuara ke vena mesentrica inferior

4. Colon Sigmoid
Colon sigmoid merupakan bagian colon paling sempit, terletak di
fossa iliaca sinistra (dasar cavum pelvicum). Terletak intraperitoneal oleh
mesocolon sigmoideum. Bentuk seperti huruf S melanjut sebagai
rectum. Peralihan rectosigmoid terletak 15 cm dari anus.
Vaskularisasi:
a.colica sinistra
a.sigmoid superior cab a.mesenterica superior
Sistem limfe dialirkan ke nl.cilici medii persyarafan simpatis dari
truncus simpaticus lumbal dan pleksus hipogastricus superior.

Persarafan berasal parasimpatis dari nervi splanchhnici pelvici.

Gambar 1.7 Colon

5. Histologi Colon

Colon panjangnya kurang lebih 180 cm dan terdiri dari caecum,


berhubungan dengan ileum melalui katup ileosekal; apendiks, suatu
divertikulumkecil dari caecum; colon, mulai dari caecum dan dibagi dalam
bagian ascenden, transversa dan bagian descenden; kemudian rektum dan
saluran anus, berakhir sebagai anus pada permukaan tubuh. Bahan
makanan masuk ke dalam caecum dalam keadaan setengah cair kemudian
dalam colon menjadi setengah padat, yang merupakan konsistensi feses.
Jadi, salah satu fungsi colon adalah absorbsi cairan. Fungsi lainnya adalah
mensekresi mukus (pelumasan menjadi lebih penting karena cairan
diabsorbsi dan feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan merusak
mukosa menjadi lebih besar), dan pencernaan yang dilakukan oleh enzim
yang ada di dalam makanan, dan pembusukan oleh bakteri yang selalu ada
di dalam colon. Tidak ada enzim pencerna yang dikeluarkan oleh colon.

Colon tidak memiliki plika sirkularis maupun vili intestinales, jadi


permukaan tampak lebih rata daraipada yang ada pada usus halus, dan
kelenjar usus atau intestinal terletak lebih dalam daripada di usus halus dan
letaknya lebih berhimpitan. Kelenjar intestinal usus besar juga tidak
memiliki sel Paneth, namun memiliki berbagai sel enteroendokrin. Sel-sel
goblet pada epitel colon jauh lebih banyak dibandingkan dengan di usus
halus. Sel goblet ini juga bertambah dari bagian caecum dan colon
sigmoid.

Mukosa :
o Epitel kolumner simplek
o Banyak sel goblet dengan mikrovili dan traktur semilunaris dari
mukosa Tunika muskular lapisan sirkuler
Submukosa : - Banyak di jumpai sel limfoid
Tunika Muskularis : Terdapat tenia coli penebalan dari muskularis Tunika
longitudinal
Tunika Serosa : Apendiks epiploica tonjolan yang terdapat jaringan lemak
Gambar 1.8 Mikroskopis Colon

F. Rektum

1. Anatomi rektum

Panjang rectum sekitar 5 inci (13 cm) dan berawal di depan vertebra
sacralis III sebagai lanjutan colon sigmoideum. Rectum berjalan ke bawah
mengikuti lengkung os sacrum dan coccygis, dan berakhir di depan ujung
cocccygis dengan menembus diaphragma pelvis dan melanjutkan diri sebagai
canalis analis. Bagian bawah rectum melabar membentuk ampula recti.
Bila dilihat dari depan, sebagian kecil rectum tampak deviasi ke kiri,
tetapi bagian bawahnya berada di planum medianum. Bila dilihat dari lateral,
rectum mengikuti lengkung anterior os sacrum sebelum melengkung ke
bawah dan belakang pada perbatasannya dengan canalis analis.
Musculus puborectalis, yang merupakan bagian dari musculus levator
ani, membentuk suatu cincin yang melingkari perbatasan rectum dengan
canalis analis dan bertanggung jawab atas penarikan bagian usus ini ke depan,
sehingga terbentuk angulus anorectalis.
Peritoneum meliputi facies anterior dan lateral sepertiga bagian pertama
rectum dan hanya meliputi permukaan anterior pada sepertiga bagian tengah,
sedangkan sepertiga bagian bawah bawah rectum tidak diliputi peritoneum.
Tunika muscularis rectum tersusun atas stratum longitudinale otot poloe
di sebalah luar stratum circulare dan disebalah dalam. Ketiga taenia coli colon
sigmoideum bersatu dan membentuk pita lebar pada facies anterior dan
posterior rectum.
Tunika mucosa rectum bersama dengan stratum ciculare membentuk
tiga lipatan permanen yang dinamakan plicae transversae recti. Plicae ini
adalah plicae semisirkularis yang bervariasi jumlah dan posisinya.

Gambar 1.9 Rektum

a. Hubungan
Ke posterior : Rectum berhubungan dengan os sacrum dan os
coccygis, musculus piriformis, musculus coccygeus, dan musculus
levator ani ;plexus sacralis; dan truncus symphaticus
Ke anterior : Pada laki-laki, dua pertiga bagian atas rectum
yang diliputi oleh peritoneum berhubungan dengan colon
sigmoideum dan lengkung ileum yang menempati excavatio
rectovesicalis. Sepertiga bagian bawah rectum yang tidak diliputi
peritoneum berhhubungan dengan facies posterior vesica urinaria,
ujung terminal ductus deferens, vesicula seminalis pada masing-
masing sisi, serta dengan prostata. Struktur-sttruktur ini tertanam
dalam fascia pelvis visceralis. Pada Perempuan, dua pertiga baian
atas rectum yang diliputi oleh peritoneum berhubungan dengan
colon sigmoideum, lengkung ileum yang terdapat pada excavatio
rectouterina (cavum Douglasi). Sepertiga bagian bawah rectum yang
tidak diliputi peritoneum berhubungan dengan facies postreior
vagina.
b. Perdarahan
1) Arteriae
Arteria rectalis superior merupkan lanjutan arteria
mesenterica inferior dan merupakan arteria utama yang mendarahi
tunika mucosa rectum. Arteria rectalis superior masuk ke pelvis
dengan berjalan turun pada radix mesocolon sigmoideum dan
bercabang dua menjadi ramus dexter dan sinister. Kedua cabang
ini mula-mula terletak dibelakang rectum dan kemudian
menembus tunica muscularis dan mendarahi tunica mucosa.
Arteria ini beranastomosis satu dengan yang lain serta dengan
arteria rectalis media dan arteria rectalis inferior.
Arteria rectalis media merupakan cabang kecil arteria iliaca
interna. Pembuluh ini berjalan ke dapan dan medial rectum,
terutama mendarahi tunica muscularis
Arteria rectalis superior merupakan cabang arteria pudenda
interna di dalam perineum. Arteria rectalis inferior
beranastomosis dengan arteria rectalis media pada junctio
anorectalis.
2) Venae
Venae pada rectum sesuai dengan arterianya. Vena rectalis
superior merupakan cabang sirkulasi portal dan mengalirkan
darahnya ke vena mesenterica inferior. Vana rectalis media
bermuara ke vena iliaca interna dan vena rectalis inferior
bermuara ke vena pudenda interna. Gabungan antara venae
rectales membentuk anastomosis portal-sistemik yang penting.

Gambar 1.10 Arteri rektum dan anus


Gambar 1.11 Vena rektum dan anus

c. Aliran Limf
Pembuluh limf rectum mengalirkan cairan limf ke nodi
rectales superiore. Pembuluh limf kemudian mengikuti arteria
rectales superior ke nodi mesenterici inferiores. Pembulih limf dari
rectum bagian bawah mengikuti arteria rectalis media ke nodi iliaci
interni.
d. Persarafan
Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus
hypogastricus inferior. Rectum hanya peka terhadap regangan.
Parasimpatis dari n. Sphlanchnici pelvici. Saraf visceroaferent atau
somatis juga masuk pleksus ini dialirkan dari medulla spinalis
melalui n.sphlanchnici pelvici atau lumbalis.
Gambar 1.12 Innervasi rektum dan anus

2. Histologi Rektum

Histologi potongan melintang melalui rektum bagian atas tampak


serupa dengan kolon. Lapisan dindingnya sama termasuk unsur-unsur
dalam setiap lapisan kecuali lapisan otot longitudinal yang mengelilingi
lumen.
Gambar 1.13 Mikroskopis Rektum

Epitel permukaan :

a. Lumen dilapisi sel-sel silindris dengan mikrovili dan sel goblet.


b. Kelenjar intestinal didalam mukosa, sel-sel lemak dan sebaran
limfonoduli didalam lamina propria serupa dengan yang ada di
kolon. Namun kelenjar-kelenjarnya lebih panjang, lebih rapat
dan terutama terdiri atas sel goblet. Dibawah lamina propria
terdapat mukosa muskularis otot polos.
c. Lipatan memanjang pada rectum bagian atas dan kolon bersifat
sementara. Lipatan ini berpusatkan submukosa dan ditutupi
mukosa. Lipatan transversal permanen rectum, jika terlihat pada
sediaan mengandung serat otot polos lapisan sirkular dalam
muskularis eksterna. Lipatan memanjang permanen (kolumna
rektalis) terdapat pada rectum bagian bawah yaitu saluran atau
liang anus.

G. Anus

1. Anatomi Anus
Gambar 1.14 Rektum dan kanal anal.

Canalis analis terletak menyilang pada regio iliaka sinistra sampai


suprapubik. Canalis analis dapat digolongkan menjadi :

a. Columna rectalis/analis (morgagni)

b. Valvula analis, terbagi menjadi :

o Sinus rectalis

o Zone haemorrhoidales

2. Histologi Anus

Bagian atas liang anus di atas valvula ani, merupakan bagian


terbawah rektum.bagian bawah liang anus di bawah valvula ani,
merupakan peralihan dari epitel selapis silindris ke epitel berlapis gepeng
kulit. Perubahan mukosa rektum menjadi mukosa anal terjadi pada apeks
valvula ani. Daerah ini merupakan batas/taut anorektal.

Mukosa rektal serupa dengan mukosa kolon; tetapi kelenjar


intestinal lebih pendek dan lebih longgar susunannya. Akibatnya, lamina
propria lebih nyata, jaringan limfoid difus lebih banyak, dan limfonoduli
lebih banyak.
Mukosa muskularis dan kelenjar intestinal saluran cerna berakhir di
dekat valvula ani. Lamina propria rektum di ganti oleh jaringan ikat padat
tidak teratur lamina propria liang anus. Submukosa rektum menyatu
dengan jaringan ikat lamina propria liang anus yang merupakan daerah
yang sangat vaskular; pleksus vena hemorodial interna terletak di dalam
submukosa rektum. Hemoroid interna berkembang dari pelebaran
menahun pembuluh ini. Hemoroid eksterna berkembang dari pembuluh
pleksus vena eksterna anus.

Lapisan otot sirkular muskularis eksterna bertambah tebal di bagian


atas liang anus dan membentuk sfingter ani eksterna. Di luar sfingter ini
terdapat muskulus levator ani. Lapisan longitudinal muskularis eksterna
menipis dan menghilang di jaringan ikat sfingter ani eksterna.

Gambar 1.15 Mikroskopis Anus

Anda mungkin juga menyukai