BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Dalam laporan Sibai dkk (1986), pasien sindrom HELLP secara bermakna
lebih tua (rata-rata umur 25 tahun) dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi
tanpa sindrom HELLP (rata-rata umur 19 tahun). lnsiden sindrom ini juga lebih
tinggi pada populasi kulit putih dan multipara. Penulis lain juga mempunyai
observasi serupa. Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ketiga, walaupun
pada 11% pasien muncul pada umur kehamilan <27 minggu; di masa antepartum
pada sekitar 69% pasien dan di masa postpartum pada sekitar 31%. Pada masa
post partum, saat terjadinya dalam waktu 48 jam pertama post partum .4
Kehamilan multipel
Berbagai faktor risiko antara lain :
Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
Faktor spesifik maternal
2.4 Etiologi
Sampai saat ini etiologinya yang pasti belum diketahui. Penyebab sindrom
HELLP sampai sekarang belum jelas. Yang ditemukan pada penyakit multisistem
ini adalah kelainan tonus vaskuler, vasospasme, dan kelainan koagulasi. Sampai
1. Iskemia Plasenta.
Peningkatan deportasi sel tropoblast yang menyebabkan kegagalan invasi
ke arteri spiralis dan akan mengakibatkan iskemia pada plasenta.
2. Maladaptasi Imun.
Terjadinya maladaptasi imun dapat menyebabkan dangkalnya invasi sel
tropoblast pada arteri spiralis dan memicu pembentukkan sitokin, enzim
proteolitik, dan radikal bebas yang menyebabkan terjadinya disfungsi
endotel.
3. Genetik Inpreting.
Terjadinya preeklampsia dan eklampsia mungkin didasarkan pada gen
resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna.
Penetrasi mungkin tergantung pada genotip janin.
4. Perbandingan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) dan TxPA (Toxicity
Preventing Activity).
Sebagai kompensasi untuk peningkatan energi selama kehamilan, asam
lemak non-esterifikasi akan dimobilisasi. Pada wanita hamil dengan kadar
albumin yang rendah, pengangkatan kelebihan asam lemak non-
esterifikasi dari jaringan lemak kedalam hepar akan menurunkan aktifitas
antitoksin albumin sampai pada titik dimana VLDL terekspresikan. Jika
kadar VLDL melebihi TxPA maka efek toksik dari VLDL akan muncul.
2.5 Klasifikasi
Dua sistem klasifikasi digunakan pada sindrom HELLP. Klasifikasi
pertama berdasarkan jumlah kelainan yang ada. Dalam sistem ini, pasien
diklasifikasikan sebagai sindrom HELLP parsial (mempunyai satu atau dua
kelainan) atau sindrom HELLP total (mempunyai ketiga kelainan). Wanita dengan
ketiga kelainan lebih berisiko menderita komplikasi seperti DIC, dibandingkan
dengan wanita dengan sindrom HELLP parsial. Konsekuensinya pasien sindrom
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan
RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
06 Juni 2016 20 Agustus 2016 5
SINDROM HELLP
2.6 Patogenesis
Pasien sindrom HELLP dapat mempunyai tanda dan gejala yang sangat
bervariasi, dari yang bernilai diagnostik sampai semua tanda dan gejala pada
pasien preeklampsi-eklampsi yang tidak menderita sindrom HELLP .1
Sibai (1990) menyatakan bahwa pasien biasanya muncul dengan keluhan
nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas (90%), beberapa mengeluh mual dan
muntah (50%), yang lain bergejala seperti infeksi virus. Sebagian besar pasien
(90%) mempunyai riwayat malaise selama beberapa hari sebelum timbul tanda
lain .7
Dalam laporan Weinstein, mual dan/atau muntah dan nyeri epigastrium
diperkirakan akibat obstruksi aliran darah di sinusoid hati oleh deposit fibrin
intravaskuler. Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan peningkatan berat
badan yang bermakna karena oedem menyeluruh. Hal yang penting adalah bahwa
hipertensi berat (sistolik 160 mmHg, diastolik 110 mmHg) tidak selalu ditemukan.
Walaupun 66% dari 112 pasien pada penelitian Sibai dkk (1986) mempunyai
tekanan darah diastolik 110 mmHg, 14,5% bertekanan darah diastolik 90 mmHg
.6
2.8 Diagnosis
Dengan meningkatnya SGOT, SGPT (> 70 iu) dan LDH (> 600 iu) maka
merupakan tanda degenerasi hati. LDH > 1400 iu, merupakan tanda
spesifik kelainan klinik .2,3
3. Low platelets
Jumlah trombosit < 100.000/mm3 merupakan tanda koagulasi
intravaskuler.
Hemolisis
-kelainan hapusan darah tepi
-total bilirubin >1,2 mg/dl
-laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L
Peningkatan fungsi hati
-serum aspartate aminotransferase (AST) > 70 U/L
-laktat dehidrogenase (LDH) > 600 U/L
Jumlah trombosit yang rendah
-hitung trombosit < 100.000/mm
Temuan patologis .4
Eritrosit: Terjadi kerusakan eritrosit, mengalami fragmentasi yang dapat
dilihat pada darah tepi.
Trombosit
Umur trombosit normal adalah 8 10 hari. Pada preeklampasia umur
trombosit menjadi 5 8 hari.
Pada sindrom HELLP, umur trombosit makin pendek, disertai
peningkatan kerusakan trombosit, dan agregasi trombosit pada lapisan sel
endotel.
Kerusakan trombosit menghasilkan thromboxane yang merupakan
vasokonstriktor kuat dan agregator trombosit.
Gangguan ginjal :
Pasien sindrom HELLP dapat menunjukkan tanda dan gejala yang sangat
bervariasi, yang tidak bernilai diagnostik pada preeklampsi berat. Akibatnya
sering terjadi salah diagnosis, diikuti dengan kesalahan pemberian obat dan
pembedahan .8
Diagnosis banding pasien sindrom HELLP meliputi:
Perlemakan hati akut dalam kehamilan
Apendistis
Gastroenteritis
Kolesistitis
Batu ginjal
Pielonefritis
Ulkus peptikum
Glomerulonefritis trombositopeni idiopatik
Trombositipeni purpura tromboti
Sindrom hemolitik uremia
Ensefalopati dengan berbagai etiologi
Sistemik lupus eritematosus (SLE)
mempunyai gejala khas berupa : mual, muntah, nyeri abdomen, dan ikterus.
Sindrom HELLP dan AFLP keduanya ditandai dengan peningkatan tes fungsi hati,
tapi pada sindrom HELLP peningkatannya cenderung lebih besar. PT dan PTT
biasanva memanjang pada AFLP tapi normal pada sindrom HELLP. Pemeriksaan
mikroskopik hati merupakan tes diagnosis untuk menentukan AFLP. Panlobular
microvesicular fatty change (steatosis) difus derajat rendah merupakan gambaran
patognomonik AFLP. Penanganan AFLP meliputi terminasi kehamilan segera dan
atasi hiperglikemi atau koagulopati yang timbul.
2.10 Penatalaksanaan
Terapi Medikamentosa
Tabel 2.4 Penatalaksanaan sindrom HELLP pada umur kehamilan < 35 minggu
- Maintenance dose : 6 gram dalam larutan ringer laktat dalam 6 jam; atau
diberikan 4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4
gram im tiap 4-6 jam
Syarat-syarat pemberian MgSO4
- Harus tersedia antidotum MgSO4 untuk mengatasi intoksikasi yaitu kalsium
glukonas 10% = 1 gram (10% dalam 10 cc) diberikan iv 3 menit
- Refleks patella (+) kuat
- Frekuensi pernafasan > 16x/menit, tidak ada tanda tanda distress nafas
Dosis terapeutik dan toksis MgSO4
- Dosis terapeutik: 4-7 mEq/liter atau 4,8-8,4 mg/dl
- Hilangnya reflex tendon: 10 mEq/liter atau 12 mg/dl
- Terhentinya pernafasan: 15 mEq/liter atau 18 mg/dl
- Terhentinya jantung: >30 mEq/liter atau > 36 mg/dl
Magnesium sulfat dihentikan bila ada tanda tanda intoksikasi atau setelah 24
jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir. Pemberian magnesium
sulfat dapat menurunkan resiko kematian ibu dan didapatkan 50 % dari
pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa panas) .7
Diuretikum
Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru,
payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai ialah furosemida.
Pemberian diuretikum dapat merugikan, yaitu memperberat hipovolemia,
memperburuk perfusi uteroplasenta, meningkatkan hemokonsentrasi,
menimbulkan dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat janin .7
Antihipertensi
Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan batas (cut
off) tekanan darah untuk mulai memberikan antihipertensi. Misalnya Belfort
mengusulkan cut off yang dipakai adalah 160/110 mmhg dan MAP 126
mmHg .7
Di RSU Dr. Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian
antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan/atau tekanan
2.11 Komplikasi
2.12 Prognosis
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA