Anda di halaman 1dari 7

Tahapan Persalinan

Tahap I : Pembukaan
Tahap II : Pengeluaran bayi
Tahap III : Pengeluaran plasenta

Proses melahirkan yang akan dijalani ibu hamil berlangsung melalui tahapan-tahapan yang
dikelompokkan ke dalam tiga tahapan atau kala. Tahapan persalinan ini berlangsung mulai pada
saat terjadinya tanda-tanda melahirkan sampai semua materi kelahiran keluar dari perut ibunya.
Ketiga tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tahap I : Pembukaan

Tahapan ini merupakan tahapan membuka jalan lahir, yang


dimulai sejak munculnya tanda-tanda melahirkan, sampai saat
kepala bayi sudah menempati posisi di jalan lahir. Lamanya
berbeda-beda pada tiap-tiap ibu hamil, berkisar antara dua jam
sampai dua hari, tergantung beberapa faktor.

Tahap pembukaan ini berlangsung dari pembukaan satu


sampai pembukaan sepuluh. Pembukaan yang sudah mencapai
delapan sampai sepuluh, dikenal dengan istilah tahap transisi,
yang merupakan saat yang paling pendek, paling kuat, serta
paling berat. Jalan lahir sudah hampir membuka penuh, serta
kepala bayi sudah berada tepat di jalan lahir, tetapi belum
cukup turun ke jalan lahir. Saat seperti ini sang ibu belum
boleh mengejan.

Tahap II : Pengeluaran Bayi


Tanda-tanda awal melahirkan
Tahap ini berlangsung dari membukanya mulut rahim secara
penuh (10 cm), yang disertai oleh keinginan sang ibu untuk
mengejan, sampai bayi lahir. Bayi sudah siap keluar melalui
jalan lahir. Kepala dan tubuh bayi akan bergerak melalui jalan
lahir tersebut, yang dibantu oleh kontraksi rahim dan otot-otot
perut saat sang ibu mengejan. Bayi perlahan-lahan keluar
dengan kepala terlebih dahulu muncul, disusul kemudian tubuh
bayi. Bila denyut pada tali pusat berhenti, maka tali pusat
tersebut akan dipotong, dan segera bayi akan mulai bernapas
dengan paru-parunya. Proses pengeluaran bayi
Tahap III : Pengeluaran Plasenta

Tahap ini dimulai dari saat lahirnya bayi sampai keluarnya plasenta atau ari-ari yang disertai
kontraksi, dan biasanya berlangsung cepat, tidak sampai 20 menit. Bila rahim berkontraksi cukup
kuat maka ari-ari akan terlepas dari dinding rahim, lalu keluar dengan bantuan tarikan yang halus
dari bidan atau dokter. Proses persalinan selesai. Tinggal dokter atau bidan mengurus proses
perbaikan daerah sekitar vagina yang mengalami kerusakan serta proses pembersihan bayi
sehingga bayi dapat beristirahat dengan nyaman.

TAHAPAN PERSALINAN
Setiap proses bersalin sulit dilepaskan dari rasa nyeri yang selalu menyertainya. Mengapa
muncul rasa nyeri ini? Ternyata, nyeri bersalin berasal dari gerakan (kontraksi) rahim yang
berusaha mengeluarkan bayi keluar. Jadi rasa nyeri ini memang harus ada agar bayi dapat keluar
dengan lancar dan selamat.
Selain rasa nyeri yang terasa di seluruh bawah perut, seringkali ibu juga merasakan sakit
punggung. Yang terakhir ini timbul karena kepala bayi yang menekan tulang belakang seiring
perjalanannya keluar dari rahim sepanjang jalan lahir.
Persepsi awam umumnya menyamakan dimulainya proses kelahiran dengan rasa sakit dan
bersalin Namun, kadang-kadang rasa sakit ini tidak segera muncul meskipun proses persalinan
sudah mulai. Karena itu, perlu diketahui tanda-tanda persalinan lainnya. Yang terutama dijumpai
adalah:

1Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir Keluarnya lendir ini terjadi akibat terlepasnya
gumpalan lendir yang selama kehamilan menumpuk di sekitar leher rahim, diikuti terbukanya
pembuluh darah kapiler serta pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam rahim.

2Penipisan dan pendataran leher rahim (hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan dalam oleh
dokter atau bidan) Leher rahim akan membuka hingga ukuran 10 cm, pada saat itu biasanya
janin sudah bisa dilahirkan.

3Pecahnya ketuban secara spontan, diikuti keluarnya cairan ketuban yang bening dan berbau
agak amis Ibu mungkin merasa seperti tiba-tiba ngompol. Jika ketuban sudah pecah, segeralah
ke rumah sakit/bidan. Jika dibiarkan terlalu lama, dikhawatirkan bisa terjadi infeksi yang
membahayakan baik ibu maupun janin.
Kenapa timbul nyeri bersalin?
1 Gerakan kontraksi rahim menyebabkan otot-otot dinding rahim mengerut, menjepit
pembuluh darah, sehingga timbul nyeri.
2 Vagina (jalan lahir) dan jaringan lunak di sekitarnya meregang, sehingga terasa nyeri.
3 Keadaan mental si ibu (ketakutan, cemas, khawatir atau tegang), serta hormon prostaglandin
yang meningkat sebagai respons terhadap stres.
Sebelum dan selama persalinan, sebaiknya ibu didampingi oleh dokter atau bidan yang
berpengalaman. Dengan demikian, semua tahap persalinan dapat dilewati dengan aman dan
segala masalah yang muncul bisa cepat dikenali dan ditangani.
Pada awal persalinan, biasanya ibu akan dibimbing ke kamar bersalin dan disana dilakukan
persiapan seperti buang air kecil/besar agar proses persalinan lebih lancar. Setelah itu dokter
akan melakukan beberapa rutin, seperti pemeriksaan perut sang ibu untuk menentukan letak
janin, observasi kekuatan kontraksi rahim (his) dengan jalan meraba daerah puncak rahim (kira-
kira di atas pusar), serta observasi detak jantung bayi lewat alat seperti teropong yang
ditempelkan di perut bayi (disebut alat Laennac) atau secara elektronik menggunakan alat
Doppler. Tidak lupa juga dokter melakukan periksa dalam untuk mengetahui kondisi pembukaan
leher rahim, sudah pecahkah selaput ketaput, posisi janin (normal atau tidak), dan kondisi jalan
lahir ibu (apakah memungkinkan untuk dilakukan persalinan normal).
Setelah semua pemeriksaan dilakukan dan tidak ditemukan kelainan, ibu dibiarkan beristirahat,
bisa sambil berbaring (biasanya dianjurkan berbaring miring ke sisi dimana punggung janin
berada agar proses persalinan lebih cepat, serta mencegah penekanan pembuluh darah besar di
perut ibu oleh janin yang dapat mengganggu aliran darah) Dari waktu ke waktu, dokter/bidan
akan mengulang pemeriksaan di atas hingga pembukaan lengkap dan tiba saatnya melahirkan.
Ingat, sebelum pembukaan lengkap (yang dinyatakan oleh bidan dengan memberi aba-aba mulai
meneran), ibu DILARANG mengedan/meneran.

Untuk mengatasi rasa nyeri saat persalinan ini, coba terapkan tips berikut:
1 Selama kontraksi, coba ambil posisi seperti merangkak di atas matras. Posisi ini mengurangi
tekanan kepala bayi terhadap tulang punggung Anda. Dalam posisi merangkak ini, lurukan
tangan dan punggung. Saat kontraksi selesai, taruhlah banyak bantal-bantal untuk menyangga
kepala Anda. Dan saat kontraksi mulai lagi, singkirkan bantal-bantal tersebut agar Anda dapat
kembali dalam posisi merangkak lagi.
2 Mintalah pasangan Anda memijat punggung bawah, atau mengompres punggung Anda
dengan air hangat di antara saat-saat kontraksi Gunakanlah talk atau vaselin sebagai pelicin
saat memijat.
3 Bergeraklah terus di antara tiap kontraksi Ini akan membantu Anda untuk mengatasi rasa
nyeri saat persalinan. Saat kontraksi, pilihlah posisi yang paling nyaman.
4 Pertahankan posisi punggung yang tegak, baik saat berdiri, duduk, maupun posisi lainnya
Gunanya agar kepala bayi tetap berada di leher rahim dengan baik, sehingga kontraksi yang
terjadi semakin kuat dan efektif.
5 Berkonsentrasilah pada pernafasan Anda, untuk menenangkan dan mengurangi rasa sakit.
6 Bernyanyilah atau bersuaralah saat nyeri timbul untuk melepaskan rasa nyeri Anda. Namun,
tidak perlu terlalu keras agar tidak membuang energi yang sangat Anda perlukan saat
pengeluaran bayi nantinya.
7 Berkonsentrasilah pada tiap kontraksi Jangan memikirkan rasa sakit atau ketakutan untuk
kontraksi yang berikutnya. Cobalah untuk melihat kontraksi sebagai gelombang yang harus
diikuti untuk mencapai saat pengeluaran sang bayi.
8 Buang air kecil sesering mungkin agar kandung kencing tidak menghalangi saat kontraksi.
9 Jika perlu, Anda bisa minta dibius secara epidural untuk mengurangi nyeri. Epidural adalah
pembiusan untuk mengurangi rasa sakit dengan membuat baat sementara saraf-saraf di tubuh
bagian bawah. Epidural harus diberikan secukupnya saja, sehingga pada tahap 2 persalinan (yaitu
tahap pengeluaran bayi), pembiusan ini sudah menghilang. Apabila pembiusan ini tidak
menghilang pada tahap 2 tersebut, maka proses pengeluaran bayi dapat menjadi lebih lama dan
mungkin harus dilakukan episiotomi (pengguntingan vagina agar jalan lahir keluar bayi lebih
luas) atau harus dipergunakan alat bantu forseps untuk melahirkan bayi.
Tahap 1: Fase Pematangan/Pembukaan Leher RahimTahap awal persalinan ini dimulai begitu
sudah ada pembukaan leher rahim (diketahui dari pemeriksaan dalam oleh dokter/bidan) akibat
His. His atau nyeri bersalin adalah kontraksi rahim yang teratur, muncul dalam bentuk rasa sakit
yang perlahan-lahan makin nyeri dan sering, serta makin lama. Sejak pembukaan 0 cm hingga 3
cm, umumnya persalinan masih berjalan lambat (bisa sampai 8 jam), sehingga masa ini disebut
juga dengan fase laten. Setelah itu hingga pembukaan lengkap biasanya berjalan lebih cepat.
Keseluruhan tahap ini berlangsung hingga tercapai pembukaan lengkap (kurang lebih 10 cm),
dan saat itu persalinan memasuki tahap 2. Tahap ini biasanya berjalan lebih lama pada kelahiran
anak pertama (bisa sampai 20 jam) dibanding kelahiran anak selanjutnya.
Tahap 2: Fase Pengeluaran BayiSaat ini, his sudah terasa sangat kuat, lebih sering, dan lebih
lama ketimbang sebelumnya. Ibu akan merasakan keinginan mengejan yang sangat kuat dan
tidak lagi bisa ditahan. Dokter atau bidan akan mulai memimpin ibu meneran. Caranya, ibu
dalam posisi berbaraing terlentang atau miring ke samping, kedua lengan merangkul kedua lipat
lutut, kepala dan mata melihat ke arah perut. Seiring munculnya his, ibu meneran/mengedan
sekuat-kuatnya, dan dihentikan/istirahat saat his berhenti. Dengan tenaga mengejan ini, janin
perlahan-lahan didorong keluar dari rahim hingga kepalanya mulai tampak di mulut jalan lahir.
Kadang-kadang, agar persalinan lebih lancar, dokter perlu melakukan episiotomi (memperlebar
jalan lahir dengan cara digunting). Perlahan seiring tenaga mengejan ibu, kepala janin akan
dilahirkan, yang segera disusul badan dan anggota badan. Setelah lahir seluruhnya, tali pusat
akan dipotong. Setelah itu, bayi segera dikeringkan dan dihangatkan, serta diperiksa (pernafasan,
warna kulit, detak jantung, tangisan dan gerakannya) untuk memastikan bayi dalam keadaan
sehat.
Tahap 3: Fase Pengeluaran Plasenta5-15 menit setelah bayi lahir, rahim akan berkontraksi (terasa
sakit). Rasa sakit ini biasanya menandakan lepasnya plasenta dari perlekatannya di rahim.
Pelepasan ini biasanya disertai perdarahan baru. Setelah itu, plasenta akan keluar (dilahirkan)
lewat jalan lahir, baik secara otomatis maupun dengna bantuan dokter/bidan. Setelah itu plasenta
akan diperiksa guna memastikan sudah lahir lengkap (jika masih ada jaringan plasenta yang
tertinggal dalam rahim, bisa terjadi perdarahan).
Tahap 4: Observasi Setelah PersalinanSetelah persalinan selesai dan plasenta sudah dilahirkan,
ibu biasanya masih beristirahat di ruang persalinan hingga 1 jam setelah melahirkan. Gunanya
agar dokter/bidan bisa mengawasi kondisi ibu agar tidak timbul komplikasi seperti perdarahan
pasca persalinan.
Tahapan Proses Persalinan - Kala III
Persalinan merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang
menyenangkan namun di sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa
akan menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam perut
anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi mendebarkan khususnya
bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan yang menyakitkan, mengeluarkan
energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan yang cukup melelahkan.
Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti apa, sehingga para
calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna menghadapi proses persalinan ini. Proses
persalinan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu :

kala I; Tahap Pembukaan

In partu (partus mulai) ditandai dengan lendir bercampur darah, karena serviks mulai membuka
dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar karnalis servikalis
karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Pada kala ini terbagi atas dua fase yaitu:
Fase Laten: dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
Fase aktif: yang terbagi atas 3 subfase yaitu akselerasi, steady dan deselerasi
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam
untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena
adanya kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap
kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan
jalan lahir. Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang
berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I,
pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan
semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan wanita yang pernah
mengalami masa inilah yang merasakan masa yang paling berat. Anda akan merasakan
datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah
bawah, seperti ingin buang air besar.
Menjelang akhir kala pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir
sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala II.

Kala II; Tahap Pengeluaran Bayi

Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3
menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti mau
buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waku mengedan, kepala janin mulai kelihatan,
vulva (bagian luar vagina) membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina) meregang.
Dengan mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
Ibu akan merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum bersifa elastis, tapi
bila dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah perineum
(episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan paksa daerah
perineum akibat tekanan bayi
Kala III; Tahap Pengeluaran Plasenta

Dimulai setelah bayi lahir, dan plasenta akan keluar dengan sendirinya. Proses melahirkan
plasenta berlangsung antara 5-30 menit. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim, plasenta akan terlepas. Setelah itu
dokter/bidan akan memeriksa apakah plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu
barulah dokter/bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila tindakan
episiotomi dilakukan

Kala IV; Tahap Pengawasan

Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan. Pengawasan ini
dilakukan selam kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari
vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat
terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan cairan sedikit darah
yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan.
Pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran menjadi banyak. Ini
disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat
dilakukan tindakan secepatnya.

Tiga Tahap Persalinan Normal

Tahap pertama (pembukaan)

Tahap ini merupakan yang paling lama, dimulai dari kontraksi sampai saluran rahim
terbuka penuh oleh kepala bayi. Pada persalinan pertama, prosesnya bisa lebih dari 18
jam, sementara pada persalinan kedua dan seterusnya antara 2-3 jam.
Kontraksi yang lemah namun teratur dimulai dari bagian atas rahim ke bawah sampai
vagina, biasanya diawali dengan nyeri di punggung terus menjalar menjadi seperti kram
di perut bawah.
Sedikit demi sedikit kontraksi akan semakin seringdan kencang untuk mengeluarkan
mendesak kepala bayi ke mulut rahim. Setiap kontraksi berlangsung 30 sampai 60 detik.
Jarak antar kontraksi adalah 10-20 menit. Rasa sakit menghilang setiap kali rahim
mengendor.
Mulut rahim menjadi lunak, tipis dan melebar sehingga memudahkan bayi keluar dari
rahim.
Sedikit cairan dan darah biasanya ikut menyertai proses persalinan, sebelum akhirnya
pecah air ketuban.

Tahap kedua (mengedan)


Tahap dari pembukaan penuh sampai bayi lahir. Dalam tahap ini bayi lahir melalui mulut
rahim ke vagina, lalu dikeluarkan. Tahap ini biasanya berlangsung kurang dari satu jam
untuk persalinan pertama. Pada persalinan kedua, hanya sekitar 20 menit.
Ibu akan merasakan keinginan untuk mengedan (menekan otot perut) dan merasakan
sensasi seperti orang yang ingin buang air besar. Semakin lama, dorongan mengedan itu
akan semakin kuat dan sering. Bayi lalu akan keluar melalui mulut rahim.
Pada posisi normal di mana kepala keluar terlebih dahulu, kepala bayi berfungsi sebagai
pembuka jalan. Dengan demikian, bayi dapat bernafas bahkan sebelum seluruh badan
keluar dari rahim.

Tahap ketiga (plasenta)

Pada tahap ini plasenta (jawa: ari-ari) akan terlepas dari dinding rahim. Prosesnya
biasanya terjadi 15-20 menit setelah kelahiran bayi.
Kontraksi rahim yang keras terus berlanjut setelah kelahiran bayi dan akan menekan
pembuluh darah, mengurangi perdarahan dan menyebabkan plasenta lepas dari dinding
rahim.

Anda mungkin juga menyukai