BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
artinya dengan memberi energi aktivasi pada atom penyusun bahan tersebut, sehingga
dengan adanya energi aktivasi menyebabkan atom penyusun bahan akan bervibrasi
kemudian melepaskan ikatannya dan bergerak ke posisi baru atau berpindah ke kisi
lainnya, proses tersebut sering disebut proses difusi.
Sehingga semakin tinggi temperatur kalsinasi maka semakin banyak atom-
atom yang mempunyai energi yang sama atau melebihi energi aktivasi untuk dapat
tersebar dari posisinya dan bergerak menuju ke tempat-tempat kekosongan (vacancy)
atau disebut proses substitusi. Selain melalui cara substitusi, perubahan fasa dapat
disebabkan oleh perpindahan atom secara intertisi akibat pemberian temperatur
kalsinasi.
radiasi inframerah agar sinyal radiasi inframerah yang diterima oleh detektor secara
utuh dan lebih baik (Day, R.A dan A.L. Underwood. 2002).
4.2.1 Prosedur Pengujian FTIR
1. Menimbang 1 gram sampel yang akan diuji.
2. Menempatkan sampel yang akan diuji pada lintasan sinar alat
FTIR.
3. Melakukan pengukuran dengan alat FTIR dan mengamati grafik
yang terbentuk pada monitor.
4. Menyimpan data yang dihasilkan dan melakukan pembahasan
terhadap puncak-puncak (peak) yang terbentuk.
5. Melakukan langkah-langkah yang sama terhadap sampel yang akan
diuji.
mengindikasikan adanya gugus N-H dan pada panjang gelombang 1630,70 cm -1 yang
mengindikasikan adanya gugus C=C.
Gambar 4.3 menunjukkan hasil FTIR material CeNi5 yang telah dikalsinasi
1150 oC. Dari gambar tersebut dapat dilihat ada peak pada panjang gelombang
1068,88 cm-1 yang menunjukkan bahwa pada material CeNi5 tersebut mengandung
gugus C-O stretching, selain itu juga dapat dilihat terdapat peak pada panjang
gelombang 2980,03 cm-1 yang menunjukkan bahwa pada material CeNi5 tersebut
mengandung gugus C-H stretching.
Dari hasil uji FTIR pada material CeNi 5 masih mengandung oksigen.
Kemungkinan disebabkan adanya sedikit kandungan oksigen di dalam lingkungan
saat proses kalsinasi dan karena dilakukan pada lingkungan inert gas dengan
menggunaka gas argon. Selain itu juga adanya kemungkinan gas oksigen masuk ke
dalam lingkungan kalsinasi saat proses memasukkan dan mengeluarkan sampel.
CeNi5 dengan
suhu 1050 C
Intensity
CeNi5 dengan
suhu 850 C
0 20 40 60 80 100
2-Theta (degree)
didapat dari spectrum pada kisaran tertentu. Puncak intensitas dari spectrum
digunakan untuk menentukan struktur Kristal material yang diuji. Prinsip kerja XRD
menggunakan prinsip Braggs law yaitu n. = 2.d.sin .
Hasil puncak intensitas pada pengujian XRD tergantung dari beberapa faktor
seperti tipe atom, kepadatan bidang, ukuran kristalit dan strain rate in crystal.
Pengujian XRD hanya dapat digunakan untuk material kristalin yang ditandai dengan
tingginya intensitas refleksi. Pengujian XRD untuk material berstruktur amorf,
ditandai dengan puncak yang dihasilkan seperti lembah. Hal ini terjadi karena tidak
adanya bidang Kristal sebagai bidang pantul didalam material.
Struktur kristal dalam material berfasa tunggal atau lebih akan memiliki pola
XRD yang unik. Hasil pola dari pengujian XRD ini nantinya akan dicocokan dengan
database. Database pola-pola XRD material tersimpan dalam kumpulan data
International Centre for Diffraction Data (ICDD). Database ini nantinya digunakan
sebagai data pencocokan untuk puncak-puncak intensitas 2 yang sama menandakan
jenis material yang diuji sesuai dengan jenis material pada data ICDD.
Pengujian X-Ray Diffraction (XRD) pada penelitian ini dilakukan untuk
melihat struktur kristal dan jenis material yang terbentuk sebelum dan sesudah proses
milling maupun setelah proses anil. Pengujian XRD pada penelitian ini juga bertujuan
untuk melihat pengaruh dari penambahan CeO2 seperti apakah terbentuk Kristal atau
fasa baru ataupun melihat pengaruh milling terhadap ukuran kristalit. Pengujian XRD
dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas XRD di LIPI Seprong.
Hal ini dimungkinkan karena hilangnya senyawa organik atau karena penyerapan air.
Pada suhu-suhu yang semakin tinggi, material semakin berkurang massanya.
proses oksidasi, yaitu interaksi bahan dengan suasana pengoksidasi, dan absorpsi.
Material mulai mengalami penurunan massa saat dikenai temperatur sebesar 200 oC.
Material terus mengalami penurunan massa hingga temperatur 1200 oC.
Dari ketiga grafik TGA di atas, terdapat perbedaan antara CeNi 5 tanpa
kalsinasi dengan CeNi5 yang dikalsinasi dengan suhu 850 oC dan 1150 oC. Pada CeNi5
tanpa kalsinasi, material hanya mengalami penurunan massa. Sedangkan pada CeNi5
yang di kalsinasi baik pada suhu 850 oC maupun 1150 oC, material mengalami
kenaikan massa di awal grafik. Hal ini disebabkan karena perlakuan heat treatment
saat kalsinasi. Sehingga material mengalami proses oksidasi. Proses oksidasi ini
menyebabkan material mengalami kenaikan massa.
terjadi reaksi eksotermik. Pada temperatur di bawah 200 oC, material CeNi5
mengalami dehydration, pada temperatur sekitar 250 oC, 500 oC dan 850 oC material
CeNi5 mengalami glass transition.
1150 oC. Terdapat perbedaan pada reaksi-reaksi yang terjadi pada material CeNi 5. Hal
ini dikarenakan pada CeNi5 yang dikalsinasi diberi perlakuan heat treatment.
Perlakuan heat treatment ini mempengaruhi reaksi yang terjadi pada material CeNi 5
tersebut.