Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sekitar delapan juta perempuan/tahun mengalami komplikasi kehamilan dan lebih dari
setengah juta diantaranya meninggal dunia, dimana 99% terjadi di Negara berkembang. Angka
kematian akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di Negara maju yaitu 1 dari 5000 perempuan,
dimana angka ini jauh lebih rendah dibandingkan di Negara berkembang, yaitu 1 dari 11
perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. (WHO, 2007)

Partus kasep merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan bayi baru lahir. Persalinan
normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal pembukaan sampai anak lahir.
Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten ( primi : 20 jam, multi : 14 jam ). Fase aktif ( primi :
1,2 cm per jam, multi 1.5 cm per jam ) atau kala pengeluaran ( primi : 2 jam, multi : 1 jam ),
maka akan timbul kemungkinan partus kasep.

Partus kasep sering dianggap sama dengan partus lama. Partus kasep adalah suatu
keadaan dari persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul
komplikasi pada ibu dan anak. Sedangkan pertus lama adalah partus lebih dari 24 jam
(perpanjangan kurve friedmann). Partus lama ada 3 hal yaitu :

1. Prolonged laten phase pada primi >20 jam pada multi >14jam
2. Protraction disorder perpanjangan waktu dilatasi serviks, dan perpanjangan waktu
penurunan bagian terbawah janin.
3. Arrest disorder secondary arrest of dilatation (tidak adanya dilatasi servix yang
progresif pada fase aktif arrest of descent (terjadi kegagalan penurunan untuk satu
jam lebih biasanya partus lama akan menjadi partus kasep dimana ada komplikasi
pada ibu (meteorismus, exhausted, dehidrasi, dll) dan anak (fetal distress, IUFD.

Jika partus lama tidak segera ditangani akan menjadi partus kasep yang akan menimbulkan
komplikasi bagi ibu dan bayi baru lahir yg lebih berbahaya, (Osungbade, 2011).

1
BAB II

Tinjauan pustaka

A. Definisi
Partus kasep/ macet adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami
kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun anak. Partus
kasep merupakan satu fase akhir dari suatu persalinan yang telah berlangsung lama dan
tidak mengalami kemajuan sehingga timbul komplikasi pada ibu, janin atau
keduanya. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung dari
awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten
(pada primipara 20 jam, multipara 14 jam) dan fase aktif (pada primipara 1,2 cm per jam
dan 1,5 cm perjam pada multipara) atau kala pengeluaran (primipara 2 jam dan multipara
1 jam), maka kemungkinan dapat terjadi partus kasep.
B. Etiologi
Penyebab persalinan macet diantaranya adalah:
1. Kelainan letak janin
2. Kelainan jalan lahir

Jalan lahir dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan sendi-
sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-
ligamen. Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi atas:

a. Distosia karena kelainan panggul


Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan, penyakit tulang
dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna vertebralis (kyphosis,
scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior (coxitis, fraktur, dll). Kelainan panggul
dapat menyebabkan kesempitan panggul. Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi
tiga bagian yaitu;
1. Kesempitan pintu atas panggul, pintu atas panggul dikatakan sempit jika
ukuran konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari
12 cm. Kesempitan pintu atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang
lama atau persalinan macet karena adanya gangguan pembukaan yang
diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian

2
terbawah kurang menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat
menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat
menekan cerviks karena tertahan pada pintu atas panggul.
2. Kesempitan panggul tengah, bila jumlah diameter interspinarum ditambah
diameter sagitalis posterior 13,5 cm (normalnya 10,5 +5 cm =15,5 cm ). Pada
panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis
posterior persisten atau presentasi kepala dalam posisi lintang tetap
(transverse arrest)
3. Kesempitan pintu bawah panggul, diartikan jika distansia intertuberum 8
cm dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (N =11
cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran
janin ukuran biasa. Sedangkan kesempitan panggul umum, mencakup adanya
riwayat fraktur tulang panggul, poliomielitis, kifoskoliosis, wanita yang
bertubuh kecil, dan dismorfik, pelvik kifosis
b. Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak (kelainan
tractus genitalis). Kelainan tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan
uterus:
1. abnormalitas vulva ( atresia vulva, inflamasi vulva, tumor dekat vulva)
2. abnormalitas vagina (atresia vagina, seeptum longitudinalis vagina, striktur
anuler)
3. abnormalitas serviks (atresia dan stenosis serviks, Ca serviks)
4. Kelainan letak uterus (antefleksi, retrofleksi, mioma uteri, mioma serviks)
5. Tumor ovarium
3. kelainan keluaran his dan meneran
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan
lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat
megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di
fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan
adanya dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara
merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat

3
dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya
caput succedaneum.
Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:
a. Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada
bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi berlangsung terlalu
lama dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas janin. Keadaan ini
dinamakan dengan inersia uteri primer. Jika setelah belangsungnya his yang kuat
untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini
persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama (hingga menimbulkan kelelahan otot
uterus) maka inersia uterus sekunder jarang ditemukan2.
b. His yang terlalu kuat
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam
waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam disebut
partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga normal,
kelainannya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus presipitatus
bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan
perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
c. Kekuatan uterus yang tdak terkoordinas
Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah
dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara
kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus
otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan
hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower segment, colicky uterus,
lingkaran kontriksi dan distosia servikalis
4. Kelainan Mengejan
Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh hejan perut, yang
biasanya dikerjakan bersama-sama pada waktu his. Kelainan mengejan disebabkan oleh:
a. Otot dinding perut lemah
b. Distasis recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m. recti lebar

4
c. Refleks mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi
d. Kelelahan (otot dinding perut menjadi lemah)

pimpinan persalinan yang salahpimpinan persalinan yang salah dari penolong juga bisa
menjadi salah satu penyebab terjadinya partus macet.

5. primi tua primer atau sekunder.

C. Patofisiologi
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal
pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi 20
jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per jam) atau kala
pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep.
Partus yang lama, apabila tidak segera diakhiri, akan menimbulkan:
1. Kelelahan ibu, Karena mengejan terus, sedangkan intake kalori biasanya
kurang.
2. Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena intake
cairan kurang
3. Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi infeksi rahim
yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril.
4. Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul juga
manipulasi dan dorongan dari penolong.
5. Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam Rahim

D. Gejala klinis
Tanda-tanda kelelahan dan dehidrasi
1. Dehidrasi: nadi cepat dan lemah
2. Meteorimus
3. Febris
4. His hilang atau melemah
Tanda-tanda infeksi intra uterin

5
1. Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan berbau kadang bercampur
meconium
2. Suhu rectal > 37,6 C

Tanda-tanda rahim robek (rupture uteri)


1. Perdarahan melalui ostium uteri eksternum
2. His hilang
3. Bagian anak mudah diraba dari luar
4. Periksa dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke atas
5. Robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina

Tanda-tanda gawat janin.


1. Air ketuban bercampur meconium
2. Denyut jantung janin takikardi/bradikardi/ireguler
3. Gerak anak berkurnag atau hiperaktif ( gerakan yang convulsive)
Pemeriksaan dalam
1. Keluar air ketuban yang keruh dan berbau bercamput dengan meconium
2. Bagian terendah anak sukar digerakkan, mudah didorong jika sudah terjadi rupture
uteri
3. Suhu rectal lebih tinggi 37,50c.
4.

Tabel 1 Diagnosis Kelainan Partus Lama

Tanda dan gejala klinis Diagnosis


Pembukaan serviks tidak membuka Belum inpartu, fase labor
(kurang dari 3 cm) tidak didapatkan
kontraksi uterus
pembukaan serviks tidak melewati 3 Prolonged laten phase
cm sesudah 8 jam inpartu

6
pembukaan serviks tidak melewati
garis waspada partograf
- Frekuensi dan lamanya kontraksi - Inersia uteri
kurang dari 3 kontraksi per 10 menit
dan kurang dari 40 detik
- Secondary arrest of - Disporporsi
dilatation atau arrest of descent sefalopelvik
- Secondary arrest of dilatation dan
bagian terendah dengan caput - Obstruksi
terdapat moulase hebat, edema serviks,
tanda rupture uteri immenens, fetal
dan maternal distress
- Kelainan presentasi (selain vertex) - Malpresentasi
Pembukaan serviks lengakap, ibu ingin kala II lama (prolonged,
mengedan, tetapi tidak ada kemajuan second stage)

E. Komplikasi
1. Ibu
a. Infeksi sampai sepsis
b. Asidosis dengan gangguan elektrolit
c. Dehidrasi, syock, kegagalan fungsi organ-organ
d. Robekan jalan lahir
e. Fistula buli-buli, vagina, rahim dan rectum
2. Janin
a. Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
b. Lahir dalam asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak menetap
c. Trauma persalinan, fraktur clavicula, humerus, femur
F. Pencegahan

7
Memperhatikan status gizi saat hamil, status gizi harus baik dengan demikian
tenaganya saat persalinan akan bagus.
Membiasakan senam hamil, karena Senam hamil diperlukan untuk melemaskan
otot-otot, belajar bernafas selama persalinan, dan memperkenalkan posisi ,
persiapan mental menjelang persalinan.
Jangan mengejan sebelum diperintahkan karena jika tidak teratur, tenaga makin
berkurang, dan jalan lahir bisa membengkak. Hal ini diakibatkan karena saat
meneran, terdapat cairan yang keluar di jalan lahir. Akibat lebih jauh, akan
menyulitkan penjahitan jika vagina ibu mengalami pembengkakan.
Rutin kontrol kehamilan agar bisa mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan.
G. Penatalaksanaan
Penanganan partus lama menurut Saifudin AB, 2007adalah :
1. False labor (Persalinan Palsu/Belum inpartu)
Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya
infeksi saluran kencing, KPD dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara
adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan.
2. Prolonged laten phase (fase laten yang memanjang).
Diagnosis fase laten memanjang dibuat secara retrospektif. Bila his berhenti disebut
persalinan palsu atau belum inpartu. Bilamana kontraksi makin teratur dan
pembukaan bertambah sampaim 3 cm, dan disebut fase laten. Dan apabila ibu berada
dalam faselaten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan, lakukan pemeriksaan dengan
jalan melakukan pemeriksaan serviks. :
Bila didapat perubahan dalam penipisan dan p[embukaan serviks, lakukan
drip oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau NaCl) mulai dengan
8 tetes permenit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat
(maksimal 40 tetes/menit) atau berikan preprat prostaglandin, lakukan
penilaian ulang setiap 4jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan
pemberian oksitosin, lakukan secsio sesarea.
Bila tidak ada perubahan dalam penapisan dan pembukaan serviks serta tak
didapat tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya kemungkinan ibu belum
dalam keadaan inpartu.

8
Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengan oksitosin
5U dan 500 cc dekstrose (atau NaCl) mulai dengan 8 tetes permenit, setiap 15
menit ditambah 4 tetes sampai adekuat (maksimal 40 tetes/menit) atau berikan
preprat prostaglandin, serta obati infeksi dengan ampisilin 2 gr IV sebagai
dosis awal dan 1 gr IV setiap 6 jam dan gentamicin 2x80 mg.
3. Prolonged active phase (fase aktif memanjang)
Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD (chepalo Pelvic Disporportion) atau adanya
obstruksi :
Berikan berikan penanganan umum yang kemungkinan akan memperbaiki
kontraksi dan mempercepat kemajuan persalinan
Bila ketuban intak, pecahkan ketuban. Bila kecepatan pembukaan serviks
pada waktu fase aktif kurang dari 1 cm/jam, lakukan penilaian kontraksi
uterusnya.
4. Kontraksi uterus adekuat
Bila kontraksi uterus adekuat (3 dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik)
pertimbangkan adanya kemungkinan CPD, obstruksi, malposisi atau malpresentasi.
5. Chefalo Pelvic Disporpotion (CPD)
CPD terjadi karena bayi terlalu besar atau pelvis kecil. Bila dalam persalinan terjadi
CPD akan kita dapatkan persalinan yang macet. Cara penilaian pelvis yang baik
adalah dengan melakukan partus percobaan (trial of labor)
kegunaan pelvimetri klinis terbatas.
Bila diagnosis CPD ditegakkan, lahirkan bayi dengan SC
Bila bayi mati lakukan kraniotomi atau embriotomi (bila tidak mungkin
lakukan SC)
6. Obstruksi (Partus Macet) Bila ditemukan tanda-tanda obstruksi :
Bayi hidup lahirkan dengan SC
Bayi mati lahirkan dengan kraniotomi/embriotomi.
7. Malposisi/Malpresentasi
Bila tejadi malposi atu malpresentasi pada janin secara umum :
Lakukan evaluasi cepat kondisi ibu (TTV)

9
Lakukan evaluasi kondisi janin DJJ, bila air ketuban pecah lihat warna air
ketuban :
- Bila didapatkan mekoneum awasi yang ketat atau intervensi
- Tidakada cairan ketuban pada saat ketuban pecah menandakan adanya
pengurangan jumlah air ketuban yang ada hubungannya dengan gawat
janin.
Pemberian bantuan secara umum pada ibu inpartu akan memperbaiki
kontraksi atau kemajuan persalinan
Lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
Bila terjadi partus lama lakukan penatalaksanaan secar spesifik sesuai dengan
keadaan malposisi atau malpresentasi yang didapatkan.
8. Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disporporsi atau obstruksi bias disingkirkan,
penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi yang tidak adekuat
9. Kala II memanjang (prolonged explosive phase)
Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen
ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan, mengedan
dan menahan nafas yang etrlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJbradikardi yang
lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat. Dalam hal ini lakukan ekstraksi vakum /
forcep bila syarat memenuhi.
Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bias disingkirkan, berikan oksitosin drip. Bila
pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan
bantuan ekstraksi vacuum / forcep bila persyaratan terpanuhi. Lahirkan dengan
secsio sesarea.

10
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. KASUS
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. MZ
Tanggal lahir : 01 Juli 1992
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : jl. Mas Suharto no. 16, tegal panggung, danurejan-
yogyakarta
St Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : karyawan swasta
b. Anamnesis
Keluhan Utama:
Perut kenceng-kenceng
Riwayat kehamilan Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan perut kenceng-kenceng sejak jam 02.00 WIB. Pasien
mengatakan adanya lendir, pasien menyangkal adanya darah. Pasien rutin
memeriksakan kehamilannya di bidan. Pasien sudah melakukan imunisasi TT pada
kehamilan sekarang. Kehamilan saat ini merupakan kehamilan pertama dari pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat serupa (-)
- Riwayat sakit berat yang lain: kejang (-) malaria (-) tetanus (-) diabetes melitus (-)
asma (-), hipertensi (-), Penyakit jantung (-), hepatitis (+)
- Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
- diabetes melitus (-) asma (-), hipertensi (-), penyakit jantung (-), hepatitis (+)
Riwayat Pemakaian Obat
Tidak Ada
Riwayat menstruasi

11
Menarche 13 tahun
Siklus 28-30 hari (teratur)
Durasi menstruasi 5 hari
Kuantitas 2-3x ganti pembalut
Dismenorea Disangkal
Flour albus Disangkal
Hari pertama menstruasi terakhir 9 november 2016
Hari perkiraan lahir 16 agustus 2017

Riwayat Kehamilan
G1P0Ab0 Ah0

No. Tahun Kehamilan Persalinan Penolong JK BB H/M


(gr)

1 - - - - - - -

2 - - - - - - -

3 - - - - - - -

Status Pernikahan
- Nama Suami : Bp. A
- Menikah : 1x
- Umur menikah : 29 Tahun
- Usia Pernikahan : 1 tahun
Riwayat Kontrasepsi
Tidak ada
Kebiasaan / Habit:
Merokok : tidak
Minum alkohol : tidak

12
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis; GCS: E4 V5 M6
BB : 54 kg TB : 15.5 cm
Sebelum Hamil
BB: 43 Kg TB: 156 cm
Vital Sign
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nafas : 22 x/menit
Nadi : 96 x/menit
Suhu : 37 C

Status Generalis
Kepala:
CA (-), SI (-), mata cekung (-) pupil isokhor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+),
Pandangan Kabur (+)
Leher:
pembengkakan tiroid (-), pembengkakan limfonodi (-)
Thorak:
Simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor, vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
S1S2 jantung (dbn)
Mamae:
Simetris, tidak ada lesi, areola hiperpigmentasi ukuran 3x3 cm, putting ukuran
1x1cm, retraksi(-), nipple discharge (-)
Abdomen:
Gravid, striae gravidarum (+), linea nigra (+), nyeri tekan (-) TFU : 28cm TBJ : -
gr, janin tunggal, L1 : bokong, L2 : punggung kanan, L3 : kepala, L4 : kepala
belum masuk PAP. DJJ : 170 x/menit
Ekstremitas:
Akral hangat, Capillary Refill < 2 detik, nadi kuat, edema (-) pada keempat

13
ekstremitas
VT
Pembukaan 5
Ketuban negative hijau, mekonium

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Darah
Hasil Satuan Nilai Normal
DARAH
LENGKAP
Hemoglobin 12.3 g/dL 11.7-15.5
Hematokrit/HCT 37.0 % 35-49
Eritrosit 3.87 (L) juta/mmk 4.2-5.4
RDW 11.6 % 11.5-14.5
MCV 95.6 (H) fL 80-94
MCH 31.8 pg 26-32
MCHC 33.2 g/dL 32-36
Leukosit 13.77 (H) ribu/mmk 4.5-11.5
%Eosinofil 0.1 (L) % 2-4
%Basofil 0.3 % 0-1
% Limfosit 11.7(L) % 18-42
% Monosit 5.7 % 2-8
Trombosit 288 10.e3/ L 150-440
HEPATITIS
HbsAg Reaktif Reaktif

USG:

Bayi letak kepala, placenta corp.

14
e. Diagnosa Kerja
G1P0Ab0 Ah0, usia 25 tahun, Gravid UK 37+2 minggu aterm, inpartu dengan partus macet
gawat janin Primigravida.

f. Terapi
Medikamentosa
Infus RL
Terapi Obat (Pre Op):

eritromisin 3x500gr
Kaltrofen sup 1
Operatif
Sectio cesarean pukul 14.00 tanggal 31 Juli 2017
Terapi Post OP:

Monitor Vital Sign


gentamicin 3x1 gr I.V
Ketorolac 3x1 Amp I.V

Tindakan
Secsio cesaria
Laporan Operasi Secsio Cesaria :
1. Disinfeksi
pada dinding perut dan lapangan operasi dan dipersempit dengan kain
suci hama.
2. Pada dinding perut dilakukan skin scratches.
3. Membuka dinding perut lapis demi lapis :
- Insisi kulit perut dan sub kutis secara pfanenstrels
- Sayatan kecil pada fasia m. Recti abdommis (lamina ant) dan
dengan bantuan pinsetanatomis lalu fascia digunting kebawah
dan keatas.

15
- M. Recti abdommis di kuakkan secara tumpul ke lateral sehingga
peritoneum bebas.
- Peritoneum parietalis dijepit dengan pinset anatomis,
diangkat,digunting keatas dan bawah, pinggir-pinggirnya di klem
(peritoneal klem)
- Buikspreder dan blass haak dipasang.
4. Membuka Uterus.
- Blass peritoneum diangkat dengan pinset, digunting tangan kiri,
dipisahkan, diklem.
- Insisi segmen bawah rahim melintang (transversal) 10 cm
berbentuk konkaf sampai endometrium. Endometrium ditembus
secara tumpul dengan jari.
5. Mengeluarkan janin plasenta dan selaput ketuban.
- Janin ditarik keluar menurut presentasinya seperti menolong
kelahiran biasa.
- Plasenta dan selaput ketuban dilahirkan secara manual.
6. Menutup luka uterus dengan jahitan one layer dengan benang vicryl
secara jelujur feston. Menutup luka dinding perut. Luka dinding perut
dijahit lapis demi lapis. Peritonium parietalis dijahit secara jelujur
dengan benang vicryl. Otot dibiarkan tidak dijahitFascia m.recti
abdominis dijahit secara jelujur feston dengan benang vicryl. Subcutis
dijahit secara jelujur dengan benang vicryl. Kutis dijahit secara jelujur
dengan catgut plain.
7. Anestesi selesai
8. Operasi selesai

16
B. PEMBAHASAN KASUS
Pasien masuk ke rumah sakit Bethesda kenceng-kenceng sejak jam 02.00 WIB. Pasien
mengatakan adanya lendir tanpa disertai darah. Berdasarkan keterangan dari pasien, pasien
melakukan pemeriksaan rutin ANC di bidan di bogor. Kehamilan ini merupakan kehamilan
pertama bagi pasien, tidak pernah ada keluhan mengenai kehamilannya, pasien tidak
mengikuti senam hamil.
Pemeriksaan obstetri ditemukan mamma membesar dan tegang. Inspeksi abdomen membesar
dan simetris. Palpasi abdomen didapatkan tinggi fundus uteri 3 jari bawah processus xyphoideus,
letak punggung kanan, bagian terbawah janin kepala dan kepala belum masuk pintu panggul atas
4/5 dari symphisis pubis. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 5, ketuban negatif hijau
kental bercampur mekonium dan adanya caput.
Pasien masuk ke ruang bersalin, pada pukul 06.00 saat di VT sudah pada pembukaan 5,
pada pukul 10.00 dilakukan induksi diberikan synto 10 tpm/30 menit. Saat dilakukan observasi
selama 15 menit untuk memantau HIS dan DJJ. Pada pasien selama observasi hasil DJJ normal
dan HIS masih sama, pada pukul 14.00 dilakukan pemeriksaan DJJ terjadi fetal disstres dengan
takikardi 170/menit maka segera dilakukan operasi Caesar akibat adanya fetal distress.

17
BAB IV
KESIMPULAN
Partus kasep adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun anak. Persalinan normal rata-rata
berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal pembukaan sampai lahirnya anak.
Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (primi: 20 jam, multi: 14 jam) fase aktif
(primi: 1,2 cm per jam, multi 1 cm per jam) atau kala pengeluaran (primi: 2 jam, multi:
1jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep.
Partus yang lama apabila tidak segera diakhiri akan menimbulkan, kelelahan pada ibu, dehidrasi,
dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit, infeksi, perlukaan jalan lahir, gawat janin
sampai kematian karena asfiksia dalam rahim

18
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary., Leveno, Kenneth J., Bloom, Steven L., Spong, Catherine Y., Dashe, Jodi
S., Hoffman, Barbara L., Casey, Brian M., Shefield, Jeanne S.2014.Williams
Obstetric 24th edition. Mc Graw Hill.New York

Sarwono, P., Saifuddin, Abdul Bari.,Rachimhadhi, Trijatmo., Wiknjosastro, Gulardi H.,2010.Ilmu


kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta

World Health Organization (WHO). 2007. Dibalik angka - Pengkajian kematian maternal dan
komplikasi untuk mendapatkan kehamilan yang lebih aman. Indonesia: WHO

19

Anda mungkin juga menyukai