Anda di halaman 1dari 24

Nasal saline irrigation with or without systemic antibiotics in

treatment of children with acute rhinosinusitis


DISUSUN OLEH : LARRYAN MESAK MEOK/42160045
BACKGROUND
Estimasi pengeluaran langsung dan tidak langsung terhadap
Acute rhinosinusitus (ARS) yang tinggi per tahun.
Penanganan ARS merupakan tantangan besar ketika harus
membedakan infeksi bakteri atau virus.
Beberapa penelitian yang mengulas penggunaan antibiotik dalam
penanganan ARS masih menghasilkan kesimpulan kontradiktif.
Nasal Saline Irigation (NSI) dihipotesiskan dapat memperbaiki
gejala-gejala hidung
Penelitian yang menguji manfaat NSI pada anak dengan ARS
biasanya terbatas pada
1. Metodologi yang tidak konsisten

2. Kriteria inklusi yang berbeda

3. Penilaian objektif terbatas pada hasilnya.


Tujuan studi ini adalah
Untuk menentukan efek tambahan dari manfaat NSI yang normal
dengan atau tanpa antibiotik dalam pengobatan ARS yang ditandai
dengan penilaian hasil yang berbeda (yaitu secara klinis, kualitas
hidup, bakteriologis meatus tengah dan perubahan sitologi).
Materials and Method
A. Partisipan
◦ Inklusi : Riwayat infeksi pernapasan bagian atas baru-baru ini lebih dari
10 hari dan kurang dari 28 hari kelompok usia anak. Minimal 3 tanda
dan gejala harus ada; gejala yang cenderung unilateral dengan sekret
berwarna; sekresi purulen dari MM; nyeri hebat lokal, demam (>38
derajat selsius), keparahan ganda (perburukan setelah Fase awal yang
lebih ringan. Tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat lain.
◦ Eksklusi : Pasien alergi penisilin atau amoksisilin, penggunaan antibiotik
4 minggu sebelumnya, terdapat komplikasi sinusitis, penyakit kronik
atau operasi THT, komorbid penyakit yang mempengaruhi sistem imun,
ketidakmampuan mengikuti protokol penelitian (ct. masalah mental).
B. Desain Penelitian
Penelitian ini mengunakan prospective RCT. Pengacakan dilakukan
dahulu oleh peneliti yang tidak terlibat dalam pendaftaran pasien atau
penilaian hasil. Pasien secara acak dibagi menjadi 2 kelompok;
1. Kelompok 1 menerima pengobatan (100 mg/kg/hari) Diberikan
dalam dosis terbagi 8 jam per hari dan nasal salin 0,9%.
2. Kelompok 2 menerima plasebo (serupa dalam hal penampilan dan
rasa seperti antibiotik ) dan nasal salin 0,9%. (Blinding terjamin
antara peneliti dan pasien)
3. NSI diberikan melalui disposable syringe yang terisi 15-20 ml nasal
salin 0,9% (0,9g NaCL dalam 100mL H20) untuk setiap lubang hidung
sebanyak 1-3 kali per hari selama penelitian.
Posisi pasien saat pemberian nasal salin :
Larutan normal salin diirigasi dengan cepat ke atas dalam posisi duduk
atau berdiri, dengan kepala ditarik ke belakang untuk membiarkan
sekresi mengalir ke bawah dari hidung tanpa pasien bernafas. Anak-
anak dan keluarga diajari cara melakukan irigasi melalui demonstrasi
langsung. Dalam setiap kunjungan, mereka dievaluasi untuk toleransi,
teknik irigasi dan efek samping. Pasien diberhentikan dari penelitian jika
terjadi inkonsistensi pada irigasi nasal.
C. Pengukuran
◦ Pada semua pasien dilakukan analisis gejala, analisis skor
gejala hidung, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
endoskopik hidung, MM nasal smear (untuk identifikasi
jenis bakteri, dan penilaian sitologi terhadap perubahan
sel terkait), dan diminta untuk melengkapi Kuesioner
PRQLQ pada kunjungan awal dan pada hari ke 7 dan 14
hari kunjungan.
◦ Penilaian dilakukan sampai terjadi perbaikan secara
lengkap gejala dan pemeriksaan pasien.
A. Nasal Symptoms Score
Enam gejala nasal (rhinorrhea, nasal tersumbat / kongesti, gatal pada
hidung, dan bersin, sakit wajah dan sakit kepala) dan empat gejala non-
nasal (batuk, sakit tenggorokan, demam dan malaise) tercatat setiap
minggu dengan meminta pada anak tersebut kecuali mereka terlalu
muda (Di bawah 6 tahun), dalam hal ini orang tua membantu. Skor
gejala total adalah jumlah dari sepuluh gejala yang skor yang tercatat.
Setiap gejala sinusitis diukur dengan menggunakan skala 10 tingkat,
dengan skor berkisar antara 0 sampai 10 dimana 0 tidak ada gejala
dan10 gejala maksimal
B. PRQLQ
Memiliki 23 item di lima area yaitu gejala hidung, gejala okular, masalah
praktis, gejala lainnya, dan Keterbatasan aktivitas. Setiap item dinilai
menggunakan skala 7 poin dari 0 sampai 6. Anak usia lebih muda (di
bawah 6 tahun) mencatat skor dengan bantuan orang tua mereka.
C. MM Swab
Dua MM swab diperoleh dari cairan purulen dengan cotton bud wol.
Satu swab dikirim untuk kultur bakteri dan identifikasi sementara yang
lain untuk penilaian sitologis kandungan seluler. Untuk penilaian
bakteriologis; spesimen dibiakkan sesuai prosedur standar. Spesimen
mikroorganisme yang benar dilakukan, dan semua organisme yang
tumbuh diidentifikasi dengan metode bakteriologis standar oleh ahli
mikrobiologi berpengalaman yang blind terhadap status klinis subjek.
Untuk penilaian sitologi swab hidung MM; Slide diwarnai dengan
Papanicolaou stain (PAP) dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
Ahli sitologi yang berpengalaman (Samaka R.) yang blind akan status
klinis pasien melakukan penilaian terhadap slide yang disiapkan.
Kandungan seluler dari nasal smear dicatat dan dinyatakan sebagai
persentase neutrofil dan eosinofil sebagai proporsi dari jumlah total
leukosit yang dihitung pada setiap slide.
METODE
◦ Data dianalisa menggunakan SPSS
◦ Jumlah sampel di analisa menggunakan Epi Info TM
◦ Variabel kategorikal dianalisis dengan Chi square
◦ Perbedaan 2 kelompok parametrik dianalisa dengan
student’s t-test dan jika non-parametrik menggunakan
uji mann whitney
◦ Karakteristik pasien
◦ Ada 62 pasien yang masuk kriteria inklusi.
◦ Sekret berwarna unilateral pada 45 orang (72,5%)
◦ Nyeri lokal wajah di sinus maksilaris 51 orang (82%)
◦ 32 (52%) pasien demam dilaporkan lebih dari 38 drtj
◦ Munculnya hidung tersumbat pada 33 (53%)
◦ Gatal 15 (24%) dan hyposmia 8 (13%) pasien
◦ Dari sini pasien akan menerima penggunaan NSI dengan
plasebo atau NSI dengan antibiotik.
hasil
◦ Nasal Symptoms Score
◦ Di kedua kelompok; Ada perbaikan gejala lokal,
sistemik dan total yang signifikan antara (hari 0
dan hari 7) dan (hari 7 dan 14) pengobatan (p =
0.00). Tidak ada perbedaan yang signifikan
secara statistik antara kedua kelompok dalam
skor gejala nasal total yang dilaporkan dan skor
gejala total perbaikan pada hari ke 7 (p = 0,09 &
0,65) dan hari ke 14 (p = 0,29 & 0,14)
hasil
◦ PRQLQ
◦ Untuk setiap nilai item PRQLQ tidak ada
perbedaan antar kelompok kecuali peningkatan
bersin lebih banyak pada kelompok amoksisilin
(p = 0,045). Kelompok NSImemiliki nilai PRQLQ
rata-rata yang sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan kelompok amoksisilin setelah 2 minggu
pengobatan (p = 0,06). Perbandingan domain
PRQLQ (dari awal sampai hari ke 7 dan 14)
antara kedua kelompok: tidak menunjukkan
perbedaan antara kedua kelompok
hasil
MM swabs
◦ Untuk penilaian sitologi swab hidung meatus media
◦ Pada nasal smear, kedua kelompok menunjukkan
penurunan proporsi neutrofil sel pasca pengobatan
pada 7 dan 14 hari. Pada hari ke 7, neutrofil berkurang
secara signifikan pada kelompok amoksisilin
dibandingkan dengan kelompok plasebo (p = 0,004).
Pada hari ke 14 tidak ada perbedaan yang signifikan
yang diamati pada kedua kelompok (p = 0,07).
hasil
◦ Untuk Penilaian Bakteri
◦ Kultur bakteri didapat tidak ada perbedaan
antar kelompok (p> 0,05). Setelah 14 hari
pengobatan tidak ada pertumbuhan yang
diamati pada 24 (77,4%) dibandingkan
dengan 22 (71%). Tidak ada perbedaan
respon bakteri antara kedua kelompok (p =
0,99).
Adverse events
Tidak ada efek samping yang serius yang diamati pada kedua kelompok.
Efek samping yang dilaporkan lebih banyak terjadi pada kelompok
amoksisilin 18 (58,1%), dibandingkan 8 (25,8%) pasien pada kelompok
plasebo (p = 0,005). Efek samping yang paling umum diidentifikasi
adalah diare pada kelompok amoksisilin 9 pasien (29%) dibandingkan 1
pasien (3,2%) pada kelompok plasebo diikuti oleh sakit perut dan mual
pada kelompok amoksisilin 5 (16,1%) dan 2 (6%) dibandingkan dengan 4
(12,9%) dan 5 (16,1%) pasien pada kelompok plasebo.
DISCUSSION
◦ Temuan pada penelitian ini menemukan bahwa tidak ada
perbedaan keunggulan antara NSI dengan antibiotik dan
NSI dengan plasebo pada anak dengan ARS.
◦ Desain triple-blind berdasarkan pedoman diagnosis
terbaru, menggunakan parameter penilaian obyektif
termasuk evaluasi bakteriologis dan sitologis respon
inflamasi seluler, kepatuhan pengobatan yang tinggi, daya
ingat pasien yang tinggi dan tidak adanya penggunaan
pengobatan tambahan di kedua kelompok studi tersebut
menambah kekuatan validitas dalam penelitian ini.
Nasal symptoms score
Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan antara antibiotik dan plasebo ketika
NSI normal ditambahkan pada keduanya dengan tingkat kesembuhan (83,9%)
dan (71%).

PRQLQ
Tidak adanya perbedaan nilai total PRQLQ antara kedua kelompok
menambahkan bukti keefektifan amoksisilin yang sama terhadap NSI dalam
pengobatan ARS.

MM swabs
Dalam penelitian ini, perbedaan obyektif pengobatan amoksisilin atas
plasebo dalam pengobatan ARS adalah pengurangan sitologis neutrofil MM
yang terhitung setelah 7 hari pengobatan. Pencapaian tersebut menjadi sama
setelah 2 minggu pengobatan tanpa perbedaan antara kedua kelompok.
Adverse events
Profil keamanan lebih banyak diamati saat menggunakan NSI tanpa
antibiotik amoksisilin. Diare adalah efek samping terkait pengobatan
yang paling sering dilaporkan pada lengan amoksasilin sistemik.
Beberapa hipotesis dapat diajukan sebagai penyebab mis. Gangguan
mikroflora gastrointestinal normal dan gangguan motorik dengan
melepaskan mediator intraluminal seperti motilin
Kesimpulan
Mengingat tingkat resep antibiotik tinggi di seluruh dunia untuk ARS
dan perbedaan parameter perbaikan yang tidak ada dalam penelitian ini
antara antibiotik dan NSI dan plasebo dengan NSI; Kita dapat
menyimpulkan bahwa antibiotik amoksisilin sistemik tidak memiliki
keunggulan dibandingkan plasebo atas kombinasi keduanya dengan NSI
dalam pengobatan ARS yang didiagnosis secara klinis pada anak-anak.
Normal NSI dapat digunakan dengan perubahan klinis, bakteriologis
dan sitologi yang sama dan dengan profil keamanan yang lebih tinggi
setelah 14 hari pengobatan.
Terima Kasih
Tuhan memberkati

Anda mungkin juga menyukai