Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
PENGENDALIAN INFEKSI

A. PENGERTIAN
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005)
Menurut Utama (2006), infeksi adalah adanya suatu organisme pada
jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun
sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat atau setelah
selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat
berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen
disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada di dalam
tubuh dan berpindah ke tempat baru yang disebut dengan self infection atau
auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dari satu pasien ke pasien
lainnya.
B. TANDA DAN GEJALA
Tanda-tanda infeksi menurut Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell &
Cotran, 2003 antara lain:
1. Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah
yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi
pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga
lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang
dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut
hiperemiaatau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena
peradangan akut.
2. Kalor
Disebabkan karena hypervaskularisasi lokal pada tempat terinfeksi dan
adanya sisa metabolisme kalor daripada antibodi. Kalor terjadi bersamaan
dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalordisebabkan pula oleh
sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37C
disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak
daripada ke daerah normal.
3. Dolor
Dolor adalah rasa nyeri, nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami
infeksi. Ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi
mengeluarkan histamin atau zat bioaktif lainnya sehingga menimbulkan
nyeri menangis.
4. Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar
ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstitial.
5. Functio laesa
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang. Functio
laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang
meradang.
C. POHON MASALAH

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dalam pemeriksaan penyakit infeksi di laboratorium, ada beberapa tahap
yang dilakukan; antara lain: skrining, diagnosis (meliputi routine laboratory
test, dan confirmatory lab.test), prognosis penyakit terhadap pemeriksaan dan
melakukan monitoring.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk penyakit infeksi yaitu:
Rutin:
1. HEMATOLOGI
Yaitu pemeriksaan blood cell count dan pemeriksaan laju endap darah
(ESR). Pemeriksaan blood cell count meliputi pemeriksaan konsentrasi
hemoglobin, Periksaan Sel Darah Putih (WBC), Platelet time, white blood
cell differential count, red blood cell count dan hitung hematocrit. Pada
penyakit anemia kronik, ditemukan penurunan kadar Hb.
Hitung sel darah putih dilakukan untuk menghitung jumlah total sel
darah putih tersebut, yang dilakukan baik secara manual maupun otomatis.
Prinsipnya, mendilusikan darah dengan larutan asam untuk melisiskan
eritrosit. Pada penyakit leukositosis, dengan WBC >11.0 (x 10 9/L),
biasanya disebabkan karena infeksi bakteri. Pada Leukopenia, dengan
WBC < 4.0 (x109/L), biasanya disebabkan oleh infeksi virus.
WBC differential count dilakukan untuk menghitung jumlah relative
dan setiap jenis sel darah putih yang terdapat dalam darah. Pada blood
smear, dapat ditemukan jumlah relative, leukosit imatur dan dapat melihat
morfologi abnormal dari tiap jenis sel darah putih. Abnormalitas yang
ditemukan dapat secara kuantitatif maupun kualitatif. Jenis leukosit yaitu:
Granulocyte Non-granulocyte
Netrofil, Monosit
Eosinofil, Limfosit
Basofil
Polimorfonuclear Mononuclear
Netrofil, Monosit
Eosinofil, Limfosit
Basofil
Phagocyte Immunocyte
Netrofil Limfosit
Monosit
Neutrofilia disebabkan oleh 3 penyebab utama yaitu infeksi, inflamasi,
dan maglinansi. Keparahan penyakit neutrofilia dipengaruhi oleh virulensi
organism, umur (pada anak2 lebih besar), dan keadaan imun pasien.
Neutrofilia sendiri disebabkan oleh: infeksi bacterial, agen toksik,
metabolik (uremia, eklamsia, asidosis metabolic), obat-obatan dan bahan
kimia (merkuri, digitalis, steroid), stimulus fisik dan emosional, kerusakan
jaringan dan nekrosis ( misalnya pada myocardiac infark, luka, penyakt
neoplastik), perdarahan (khususnya pada kavitas intraserosa peritoneal,
pleural, sendi, subdural-), dan penyakit hematologi (leukemia).
Qualitative Abnormality pada hitung jenis lukosit, dilakukan
perhitungan jenis dimulai dengan MYELOBLAST PROMYELOCYTE
MYELOCYTE METAMYELOCYTE BATANG SEGMEN,
dengan keterangan: shift 2 dleft (yaitu pada peningkatan sel imatur, dan
merujuk pada infeksi bakteri akut), dan shift 2dright (yaitu terjadi
peningkatan segmen /hipersegmentasi, dan merujuk pada infeksi kronik).
Pemeriksaan Laju endap darah (ESR) yaitu kecepatan laju
pengendapan darah dalam satu jam ( di hitung dalam satuan millimeter).
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap penyakit inflamatori. Normalnya 0-20
mm/jam pada wanita dan 0-15mm/jam pada pria. Peningkatan laju endap
darah mengindikasikan infeksi bakteri.
3. URINALIS
Dilakukan dengan Pemeriksaan Fisik (meliputi pemeriksaan warna,
kekeruhan, berat jenis, volume, odo, maupun clarity), Pemeriksaan
Kimiawi (meliputi pemeriksaan Specific gravity, pH, Blood, Leukocyte
esterase, Nitrit, Protein, Glucose, Ketones, Bilirubin & Urobilinogen), dan
Pemeriksaan Mikroskopik (White blood cells, Red Blood Cells,
Epithelial cells, Crystal, Bacteria).
4. FECAL EXAMINATION
Meliputi beberapa pemeriksaan antara lain:
a. Pemeriksaan Makroskopik; yaitu pemeriksaan terhdap warna,
konsistensi dan bentuk, serta mucus. Feses normal berwarna
kecoklatan karena dipengaruhi oleh pigmen bile. Feses yang berwarna
orange-coklat mengindikasikan adanya bakteriuria anawrobik pada
intestinal. Pada feses normal tidak ditemukan mucus, kecuali pada
adenoma vilosa, colitis, TB intestine, inflamasi rectal, dll.
b. Microscopic examination; yaitup pemeriksaan feses di bawah
mikroskop untuk melihat adanya cyst, tropozoit, telur parasit, maupun
telur cacing. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk melihat leukosit
dalam feses. Jika dalam feses ditemukan lemak >6 gr/d
mengindikasikan terjadinya malabsorpsi atau maldigesti lemak.
5. CHEMICAL EXAMINATION; yaitu pemeriksaan darah dalam feses
(melihat perdarahan pada intestinal)
SERO-IMMUNOLOGY TESTS
Prinsipnya yaitu reaksi antara antigen dan antibodi
a. Antigen Identification
misalnya: HBsAg
b. Antibody measurement
misalnya: Anti HBs
MICROBIOLOGIC EXAMINATION
Yaitu mengidentifikasi mikroorganisme dengan cara:
- Direct staining: melihat jamur +/-, bacteria dll.
- culture of bacteria & fungi. Sensitif terhadap antibiotic.
- Polymerase chain reaction yaitu untuk mendeteksi DNA/ RNA
mikroorganisme.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan Medis:
1. Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah
ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakaukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan
besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi
atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda
hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman
digunakan.
2. Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh
lain.
3. Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani
oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis
sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-
alat kesehatan, dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau
cairan tubuh di saat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
4. Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau
setiap benda asing seperti debu dan kotoran
5. Sterilisasi, yaitu tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri,
jamur, parasit, dan virus) termasuk bakteri endospora dari benda mati.
6. Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua)
mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat
tinggi dilakuakn dengan merebus atau menggunakan larutan kimia.
Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali
beberapa bakteri endospora.
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan:
a. Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap
dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat
asimptomatik (tanpa gejala).
b. Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.
c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan
dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah
harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus
dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah
diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
e. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan
pencegahan infeksi yang benar dan konsisten.

Tindakan-tindakan pencegahan infeksi meliputi :


a. Pencucian tangan.
b. Penggunaan sarung tangan.
c. Penggunaan cairan antiseptic untuk membersihkan luka pada kulit.
d. Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi
tingkat tinggi atau sterilisasi).
e. Pembuangan sampah.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Selama fase pengkajian proses keperawatan, perawat mengumpulkan
riwayat klien, melakukan pengkajian fisik, dan mengumpulkan data
laboratorium.
1. Riwayat Keperawatan
Selama pengkajian riwayat keperawatan, perawat mengkaji:
a. Tingkat risiko klien terkena infeksi
b. Semua keluhan klien mengenai adanya infeksi.
Untuk mengidentifikasi klien berisiko, perawat meninjau bagan status
klien dan membuat daftar wawancara keperawatan guna mengumpulkan
data mengenai faktor yang memengaruhi perkembangan infeksi, terutama
proses penyakit yang ada, riwayat infeksi berulang, pengobatan dan
tindakan terapeutik saat ini, stresor emosi saat ini, status nutrisi dan
riwayat imunisasi
2. Pengkajian Fisik
Tanda dan gejala infeksi sangat beragam, bergantung pada area tubuh yang
terkena. Sebagai contoh, bersin, rabas cair atau mukoid dari hidung, dan
hidung tersumbat biasanya terjadi bersamaan dengan infeksi pada hidung
atau sinus; sering berkemih dan urine keruh atau gelap sering menyertai
infeksi saluran kemih. Pada umumnya, kulit dan membran mukosa terlibat
dalam proses infeksi lokal, yang mengakibatkan:
- Pembengkakan lokal
- Kemerahan lokal
- Nyeri atau nyeri tekan saat palpasi atau saat digerakkan
- Teraba panas pada area yang terinfeksi
- Kehilangan fungsi pada bagian tubuh yang terkena, tergantung pada
area dan perluasan area yang terkena
Selain itu, luka terbuka dapat menghasilkan eksudat dengan berbagai warna.
Tanda infeksi sistemik mencakup:
a. Demam
b. Peningkatan frekuensi nadi dan frekuensi napas, jika demam tinggi
c. Malaise dan kehilangan energi
d. Anoreksia, dan pada beberapa situasi, mual dan muntah
e. Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe yang mengalir ke area
infeksi
3. Data Laboratorium
Data laboratorium yang mengindikasikan adanya infeksi mencakup:
a. Peningkatan hitung leukosit (normal 4.500 sampai 11.000/ml)
b. Peningkatan leukosit tertentu pada hitung jenis leukosit. Jenis sel darah
putih tertentu akan meningkat atau menurun pada infeksi tertentu.
c. Peningkatan laju endap darah (LED). Normalnya, sel darah merah
biasanya mengendap perlahan, tetapi laju tersebut meningkat saatterjadi
proses radang.
d. Kultur urine, darah, sputum, atau drainase lain (membiakkan
mikroorganisme dalam media pertumbuhan khusus di laboratorium)
yang mengindikasikan adanya mikroorganisme patogen.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Infeksi
Keadaan ketika individu berisiko terserang agens patogenik atau
opotunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain ) yang berasal
dari sumber-sumber endogen atau eksogen
Faktor yang berhubungan dengan
Berbagai situasi dan masalah kesehataan dapat memunculkan kondisi yang
mendukung erkembangan infeksi. Beberapa faktor yang umum dijumpai
adalah sebagai berikut:
Patofisilogis
1. Risiko infeksi berhubungan dengan melemahnya daya tahan hospes,
sekunder akibat: Ca, gagal ginjal, gangguan hematologis, DM,
alkoholisme, AIDS, gangguan hati, gangguan pernapasan, iunosupresi,
perubahan atau insufisiensi leukosit, imunodefisiensi, penyakit
periodontal, artritis, dan perubahan sistem integumen.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan gangguan sirkulasi sekunder akibat:
limfe, odema, obesitas, penyakit vaskuler perifer.
Terkait-penangan
3. Risiko infeksi behubungan dengan tempat masuknya organisme,
sekunder akibat: pembedahan, dialisis, nutrisi parenteral total, adanya
jalur invasif, intubasi, dan pemberian makan enteral.
4. Risiko berhubungan dengan melemahnya daya tahan hospes, sekunder
akibat terapi radiasi, transplantasi organ dan terapi mediasi (mis,
kemoterapi, imunosupresan)
Situasional (Personal, lingkungan)
5. Risiko infeksi berhubungan dengan melemahnya daya tahan hospes,
sekunder akibat: imubilitas yang lama, peningkatan lama rawat di RS,
malnutrisi, stres, merokok, riwayat infeksi.
6. Risiko infeksi berhubungan tempat masuknya organisme sekunder
akibat: trauma (kecelakaan), periode postpartum, gigitan (hewan,
serangga, manusia), cedera termal, lingkungan hangat, lembab, gelap
(lipatan kulit, gips)
7. Risiko infeksi berhubungan dengan kontak dengan agens yang menular
(nosokomial, atau yang didapat dari komunitas)
Maturasional
8. Risiko berhubungan dengan peningkatan kerentanan bayi, sekunder
akibatkurangya antibodimaternal (bergantung pada pemajanan
maternal), luka terbuka (umbilikus, sikumsisi, sistem imun imatur,
kurangnya flora normal)
Bayi/Anak
9. Risiko berhubungan dengan peningkatan kerentanan, sekunder akibat
kurangnya imunisasi

Lansia
10. Risiko infeksi berhubunngan dengan meningkatnya kerentanan lansia,
sekunder akibat; kondisi yang melemah, penurunan respon imun,
penyakit kronis multipel.

H. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Risiko Infeksi Setelah dilakukan Kontrol Infeksi 1. 1.Menurunkan potensial
Definisi: 1. Bersihkan lingkungan
asuhan keperawatan terpajan pada penyakit
Mengalami setelah dipakai px lain
selama . X 24 jam infeksius
2. Pertahankan teknik
peningkatan risiko 2. 2. Untuk menjaga
diharapkan status
isolasi
terserang lingkungan tetap steril
kekebalan px 3. Batasi pengunjung
3. 3. Untuk mencegah
organisme
meningkat dengan bila perlu
penulaan infeksi /virus
patogenik 4. Instruksikan pada
KH: 4. 4. Untuk mencegah
Faktor-faktor
1. Klien bebas dari pengunjung untuk
penulaan infeksi /virus
risiko:
tanda dan gejala mencuci tangan saat5. 5. Mencegah penyebaran
1. Penyakit
infeksi berkunjung dan patogen melalui cairan
kronis: DM
2. Mendeskripsikan 6. 6. Mencegah penyebaran
setelah berkunjun
dan Obesitas
proses penularan patogen melalui cairan
2. Pengetahuan meninggalkan px
7. 7. Untuk menghindari
penyakit, faktor 5. Gunakan sabun
yang tidak
dari tertular infeksi/virus
yang antimikroba untuk
cukup untuk 8. 8. Agar alat tetap steril
memengaruhi cuci tangan 9. 9. Mencegah terjadinya
menghindari
6. Cuci tangan setiap
penularan serta risiko infeksi
pemanjangan
sebelum dan sesudah10.10 Mencegah terjadinya
penatalaksanaann
patogen
tindakan kolaboratif infeksi saluran kemih
3. Pertahanan ya
7. Gunakan baju, sarung
3. Menunjukkn akibat pemasangan
tubuh primer
tangan sebagai alat
kemampuan kateter
yang tidak
pelindung 11. 11. Malnutrisi dpt
untuk
adekuat: 8. Pertahankan
memengaruhi kesehatan
mencegahtimbun
gangguan lingkungan aseptik
umum dan menurunkan
ya infeksi
peritalsis, selama pemasangan
kerusakan 4. Jumlah leukosit alat tahanan terhadap infeksi
9. Ganti letak IV perifer 12. Menghambat
integritas kulit dalam batas
dan line central dan pertumbuhan bakteri
(pemasangan normal
5. Menunjukkan dressing sesuai dg patogen
kateter IV,
13. Mencegah terjadinya
perilaku hidup petunjuk
prosedur
10. Gunakan kateter komplikasi lebih berat
sehat
invasif),
intermiten utk yang diakibatkan
perubahan
menurunkan infeksi infeksi bakteri
sekresi pH,
kandung kemih patogen
penurunan 11. Tingkatkan intake 14. Mengetahui tingkat
kerja siliaris, nutrisi virulensi suatu infeksi
12. Berikan terapi
pecah ketuban dan bagaimana sistem
antibiotik bila perlu
dini, pecah imun tubuh dalam
infection protection
ketuban lama, mempertahankan
(proteksi terhadap
merokok, kekebalannya
infeksi) 15. Mengetahui sejauh
stasis ciran
13. Monitor tanda dan
mana tubuh dapat
tubuh, trauma
gejala infeksi sistemik
mempertahankan
jaringan ( mis,
dan lokal
kekebalannya dan
trauma 14. Monitor hitung
mencegah terjadinya
destruksi granulosit, WBC
15. Monitor kerentanan komplikasi lebih berat
jaringan)
16. Mencegah terjadinya
4. Ketidak terhadap infeksi
16. Pertahankan teknik infeksi silang
adekuatan
17. Mencegah terjadinya
aseptik pd px yg
pertahanan
infeksi silang
berisiko
sekunder: 18. Mencegah perluasan
17. Pertahankan teknik
penurunan Hb, area infeksi
isolasi k/p
19. Mencegah terjadinya
imunosupresa 18. Berikan perawatan
komplikasi lebih berat
n (mis. kulit pada area
yang diakibatkan
Imunitas epidema
19. Inspeksi kulit dan infeksi bakteri
didapat tidak
membran mukosa patogen
aekuat, agen
20. Mencegah terjadinya
terhadap kemerahan,
farmaseutikal
infeksi pada area post
panas dan drainase
termasuk
20. Inspeksi kondisi operasi
imunosupresa 21. Malnutrisi dpt
n, steroid, luka/insisi bedah memengaruhi
21. Dorong masukan
antibodi kesehatan umum dan
nutrisi yg cukup
monoklonal, menurunkan tahanan
22. Dorong masukan
imunomudulat terhadap infeksi
cairan
22. Dehidrasi dapat
or, suoresi 23. Dorong istirahat
24. Instruksikan px utk memperburuk status
respon
minum antibiotik kesehatan pasien
inflamasi)
23. Istirahat yang cukup
5. Vaksinasi sesuai resep
25. Ajarkan px dan
tidak adekuat
6. Pemajangan keluarga tanda dan
terhadap gejala infeksi
26. Ajarkan cara
patogen
menghindari infeksi
lingkungan
27. Laporkan kecurigaan
meningkat:
infeksi
wabah 28. Laporkan kultur
7. Prosedur
positif
invasif
8. Malnutrisi

I. REFERENSI
Amin, hardhi.2015. Nanda nic noc. Yogyakarta: Media Action
Carpenito Lynda Juall, Moyet.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC
Hidayat, Aziz Alimu. 2014.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:
Salemba Medika
Marilyn E, Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakata: EGC
Kozier.2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai