Anda di halaman 1dari 12

PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL (DISFUNGSIONAL

UTERINE BLEEDING)

Definisi
Perdarahan uterus disfungsional (PUD) adalah perdarahan uterus abnormal yang
didalam maupun diluar siklus haid, yang semata-mata disebabkan gangguan fungsional
mekanisme kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium tanpa kelainan organik
alat reproduksi. PUD paling banyak dijumpai pada usia perimenars dan perimenopause.
Batasan Perdarahan Uterus Abnormal

BATASAN POLA ABNORMALITAS PERDARAHAN


Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari
Oligomenorea dan disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang.
Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval < 21 hari
Polimenorea dan disebabkan oleh defek fase luteal.
Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval normal
( 21 35 hari) namun jumlah darah haid > 80 ml atau > 7
Menoragia hari.
Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik
dan dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau
Menometroragia dengan durasi yang panjang ( > 7 hari).
Tidak terjadi haid selama 6 bulan berturut-turut pada
Amenorea wanita yang belum masuk usia menopause.
Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus
Metroragia atau ovulatoir dengan penyebab a.l penyakit servik, AKDR,
perdarahan antara endometritis, polip, mioma submukosa, hiperplasia
haid endometrium, dan keganasan.
Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi
Bercak intermenstrual yang umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.
Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause
Perdarahan pasca yang sekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid
menopause selama 12 bulan.
Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah
Perdarahan uterus yang sangat banyak dan menyebabkan gangguan
abnormal akut hemostasisis (hipotensi , takikardia atau renjatan).
Perdarahan uterus Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir
disfungsi yang tidak berkaitan dengan kehamilan, pengobatan,
penyebab iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata
dan atau gangguan kondisi sistemik.
Epidemiologi
Perdarahan uterus disfungsional tidak memiliki kegemaran untuk ras, namun
dari segi umur yang paling umum yaitu pada usia ekstrim tahun reproduksi wanita,
baik di awal atau mendekati akhir, tetapi mungkin terjadi pada setiap saat selama hidup
reproduksinya.
Sebagian besar kasus perdarahan uterus disfungsional pada remaja putri terjadi selama
2 tahun pertama setelah onset menstruasi, ketika sumbu dewasa mereka hipotalamus-
hipofisis mungkin gagal untuk merespon estrogen dan progesteron.
Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche
dan menopause. Tetapi, kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan
pada mssa akhir fungsi ovarium. Pada usia perimenars, penyebab paling mungkin
adalah faktor pembekuan darah dan gangguan psikis . 1

Pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan


oleh gangguan atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa
pembuatanreleasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita
dalam masa premenopasuse proses terhentinya proses ovarium tidak selalu berjalan
lancar
Perdarahan Uterus Disfungsional dapat dibedakan menjadi penyebab dengan siklus
Ovulasi dan penyebab yang berhubungan dengan siklus anovulasi. Namun ada beberapa
kondisi yang dikaitkan dengan perdarahan rahim disfungsional, antara lain :
Kegemukan (obesitas)
Faktor kejiwaan
Alat kontrasepsi hormonal
Alat kontrasepsi dalam rahim (intra uterine devices)
Beberapa penyakit dihubungkan dengan perdarahan rahim (DUB), misalnya:
trombositopenia (kekurangan trombosit atau faktor pembekuan darah), Kencing Manis
(diabetus mellitus), dan lain-lain
Walaupun jarang, perdarahan rahim dapat terjadi karena: tumor organ reproduksi,
kista ovarium (polycystic ovary disease), infeksi vagina, dan lain-lain.
Patogenesis
Patologi PUD bervariasi. Gambaran penting salah satunya yaitu gangguan pada
hipotalamus pituitari ovarium sehingga menimbulkan siklus anovulatorik.
Kurangnya progesteron meningkatkan stimulasi esterogen terhadap endometrium.
Endometrium yang tebal berlebihan tanpa pengaruh progestogen, tidak stabil dan
terjadi pelepasan irreguler. Secara umum, semakin lama anovulasi maka semakin besar
resiko perdarahan yang berlebihan. Ini adalah bentuk DUB yang paling sering
ditemukan pada gadis remaja.Sekitar 90% perdarahan uterus difungsional (perdarahan
rahim) terjadi tanpa ovulasi (anovulation) dan 10% terjadi dalam siklus ovulasi.
Pada siklus ovulasi
Perdarahan rahim yang bisa terjadi pada pertengahan menstruasi maupun bersamaan
dengan waktu menstruasi. Perdarahan ini terjadi karena rendahnya kadar hormon
estrogen, sementara hormon progesteron tetap terbentuk.
Ovulasi abnormal ( DUB ovulatori ) terjadi pada 15 20 % pasien DUB dan mereka
memiliki endometrium sekretori yang menunjukkan adanya ovulasi setidaknya
intermitten jika tidak reguler. Pasien ovulatori dengan perdarahan abnormal lebih
sering memiliki patologi organik yang mendasari, dengan demikian mereka bukan
pasien DUB sejati menurut definisi tersebut. Secara umum, DUB ovulatori sulit untuk
diobati secara medis.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan rahim yang sering terjadi pada masa pre-menopause dan masa reproduksi.
Hal ini karena tidak terjadi ovulasi, sehingga kadar hormon estrogen berlebihan
sedangkan hormon progesteron rendah. Akibatnya dinding rahim (endometrium)
mengalami penebalan berlebihan (hiperplasi) tanpa diikuti penyangga (kaya pembuluh
darah dan kelenjar) yang memadai. Kondisi inilah penyebab terjadinya perdarahan
rahim karena dinding rahim yang rapuh.
Patofisiologi
Pasien dengan perdarahan uterus disfungsional telah kehilangan siklus
endometrialnya yang disebabkan oleh gangguan pada siklus ovulasinya. Sebagai
hasilnya pasien mendapatkan siklus estrogen yang tidak teratur yang dapat
menstimulasi pertumbuhan endometrium, berproliferasi terus menerus sehingga
perdarahan yang periodik tidak terjadi.
Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium
pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang
dinamakan metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah
sehingga tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah
hiperplasi endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
Penelitian lain menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat
ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yaitu endometrium atrofik,
hiperplastik, proliferatif dan sekretoris, dengan endometrium jenis non sekresi
merupakan bagian terbesar. Pembagian endometrium menjadi endomettrium sekresi
dan non sekresi penting artinya, karena dengan demikian dapat dibedakan perdarahan
ovulatoar dari yang anovulatoar. Klasifikasi ini memiliki nilai klinik karena kedua jenis
perdarahan disfungsional ini memiliki dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan
penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar gangguan
dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular, hematologi dan vasomotorik, yang
mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang perdarahan anovulatoar biasanya
dianggap bersumber pada gangguan endokrin
Gambaran Klinik
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah
perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada
siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa diramalkan
serta seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada anovulasi merupakan
kebalikannya. Selain itu gejala yang yang dapat timbul diantaranya seperti mood
1

ayunan, kekeringan atau kelembutan Vagina serta juga dapat menimbulkan rasa lelah
yang berlebih.
Pada siklus ovulasi
Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga
spotting atau perdarahan yang terus menerus.
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan
siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis
perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama
dan tidak teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk
kurve suhu badan basal dapat menolong.
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi
tanpa ada sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologi :
1. korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan
endometrium tidak teratur.
2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia
atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH releasing faktor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam
fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada
hari siklus yang bersangkutan.
3. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus.
4. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan
dalam mekanisme pembekuan darah.
Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation)
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru
sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan.
Perdarahan ovulatoar
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan
siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakkan
diagnosis perdarahan ovulatoar, perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid.
Jika karena perdarahan yang lama dan tidak teratur siklus haid tidak dikenali lagi,
maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah
dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa adanya
sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologiya :
1. Korpus luteum persistens; dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang
bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan
ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukkan
banyak persamaan antara keduanya. Korpus luteum persisten dapat pula menyebabkan
pelepasan endometrium tidak teratur (irregular shedding). Diagnosa irregular
shedding dibuat dengan kerokan yang tepat pada waktunya, yakni menurut Mc Lennon
pada hari ke-4 mulainya perdarahan. Pada waktu ini dijumpai endometrium dalam tipe
sekresi disamping tipe nonsekresi.
2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia
atau polimenorea. Dasarnya ialah kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh
gangguan LH releasing factor. Diagnosis dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam
fase luteal tidak cocok dengan gambaran endometrium yang seharusnya didapat pada
hari siklus yang bersangkutan.
3. Apopleksia uteri; pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh
darah dalam uterus.
4. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam
mekanisme pembekuan darah.
Perdarahan anovulatoar
Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan
menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang kadang-
kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Fluktuasi kadar estrogen ada sangkut-pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu
waktu fungsional aktif. Folikel-folikel ini mengeluarkan estrogen sebelum mengalami
atresia, dan kemudian diganti oleh folikel-folikel baru. Endometrium dibawah pengaruh
estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat terjadi
endometrium bersifat hiperplasia kistik. Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang
diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat
anovulatoar.
Walaupun perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam
kehidupan menstrual seorang wanita, tapi paling sering pada masa pubertas dan masa
premenopause. Bila pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada
harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus haid menjadi
ovulatoar, pada seorang wanita dewasa terutama dalam masa premenopasue dengan
perdarahan tidak teratur mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya
tumor ganas.
Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan
penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun,
tumor-tumor ovarium dan sebagainya. Disamping itu stress dan pemberian obat
penenang juga dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar yang bisanya bersifat
sementara.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan umum dinilai adanya hipo/hipertiroid dan gangguan
homeostasis seperti ptekie, selain itu perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk
kearah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun dan
lain-lain.
Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan
organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan
terganggu).
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah biopsi endometrium (pada
wanita yang sudah menikah), laboratorium darah dan hemostasis, USG, serta radio
immuno assay
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang lengkap harus dilakukan dalam pemeriksaan
pasien. Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik,
maka penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan
pelvis harus diperiksa dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan.
Perdarahan siklik (reguler) didahului oleh tanda premenstruasi (mastalgia, kenaikan
berat badan karena meningkatnya cairan tubuh, perubahan mood, atau kram
abdomen ) lebih cenderung bersifat ovulatori. Sedangkan, perdarahan lama yang terjadi
dengan interval tidak teratur setelah mengalami amenore berbulan bulan,
kemungkinan bersifat anovulatori.
Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron serum ( >
3 ng/ ml ) dan atau perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi
yang dilakukan saat onset perdarahan, semuannya merupakan bukti ovulasi.
Pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH,
Prolaktin dan androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika
ada tampilan yang mengarah kesana.
2. Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi.
Wanita tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak
teratur atau wanita muda ( < 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan
harus menjalani sejumlah pemeriksaan endometrium. Penyakit organik traktus
genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka penting untuk melakukan
kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus perdarahan uterus
abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi, histeroskopi
lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas
endometrium.
3. Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji
coba terapeutik.
Diagnosa Banding Perdarahan Uterus Abnormal.

Patologi traktus
genitalis :
Infeksi (servisitis,
miometritis, endometritis)
Neoplasia
Kelainan anatomi
jinak: (adenomiosis,
mioma uteri, polip servik)
Lesi pra-ganas
Kehamilan dan (displasia servik,
komplikasi hiperplasia endometrium)
kehamilan : Penyakit sistemik : Lesi ganas :
Solusio plasenta Hiperplasi adrenal dan (karsinoma servik sel
Kehamilan ektopik penyakit Cushing skuamosa,
Abortus Blood Dyscrasia adenokarsinoma
Plasenta previa (leukemia dan endometrium, tumor
Penyakit trofoblas trombositopenia) ovarium penghasil
Medikasi & penyebab Koagulopatia estrogen, tumor ovarium
iatrogenik: Penyakit hepar penghasil testosteron,
Antikoagulan Supresi hipotalamik leiomiosarkom)
Antipsikotik (stress, penurunan berat Trauma, benda
Kortikosteroid badan berlebihan, olah asing, abrasi, kekerasan
Suplemen herbal raga berlebihan) atau penyimpangan
Terapi sulih hormon Sindroma seksual
AKDR ovaripolikistik Perdarahan uterus
Pil kontrasepsi Penyakit ginjal disfungsi (diagnosa per
Tamoxifen Penyakit tiroid eksklusionum)
Evaluasi Perdarahan Uterus Abnormal

Langkah Gejala, tanda dan tes Kelainan


diagnostik
Abortus, kehamilan
ektopik, penyakit radang
panggul (PID) ,
Nyeri panggul penyimpangan atau
Mual, berat badan bertambah, kekerasan seksual.
Anamnesa sering buang air kecil, lesu Kehamilan
Berat badan bertambah, rasa
dingin berlebihan, sembelit,
lesu.
Berat badan menurun,
berkeringat banyak, palpitasi
Gusi mudah berdarah Hipotiroidisme
Ikterus, riwayat hepatitis Hipertiroidisme
Hirsuitisme, jerawat, Koagulopatia
acathoisis nigricans, obesitas Penyakit hepar
Perdarahan pasca sanggama PCOS
Galaktorea, nyeri kepala, Displasia servik, polip
gangguan visual endoservik
Berat badan turun, stress, olah Adenoma hipofise
raga berlebihan Supresi hipotalamus
Tiromegali, berat badan
naik,edema Hipotiroidisme
Tiroid mengeras, takikardia, Hipertiroid
berat badan turun, kelainan Penyakit hepar
kulit Kehamilan, mioma uteri,
Ikterus, hepatomegali karsinoma uterus
Uterus membesar Karsinoma uterus
Uterus kaku dan melekat pada Tumor ovarium,
jaringan dasarnya. kehamilan ektopik, kista
Masa adneksa ovarium
Uterus tegang, gerakan servik Radang panggul,
Pemeriksaan Fisik terbatas endometritis
Pemeriksaan hCG Kehamilan
laboratorium Darah lengkap dan Koagulopatia
pemeriksaan faal pembekuan Penyakit hepar
darah Hipo / hipertiroid
Tes fungsi hepar, Adenoma hipofise
prothrombine time DM
Thyroid Stimulating Hormon- Tumor ovarium / adrenal
TSH Displasia servik
Prolaktin Servisitis, PID
Gula darah
DHEA-s, testosteron bebas,
17 a hidroxyprogesteron (bila
hiperandrogenik)
Papaniculoau smear
Tes pemeriksaan infeksi
servik
Hiperplasia, atipia atau
adenokarsinoma
Kehamilan, tumor
ovarium / uterus
Biopsi endometrium atau D & Lesi intra uterus, polip
C endometrium, mioma
USG transvaginal submukosa
Pencitraan dan Sonohisterografi (saline Lesi intra uterus, polip
pengambilan infusion) endometrium, mioma
sediaan jaringan Histeroskopi submukosa
Penatalaksaaan
Tujuan penanganan perdarahan uterus disfungsional adalah untuk mengontrol
perdarahan yang keluar, mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum pasien,
memelihara fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi pasien yang menginginkan anak
Terkadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat banyak. Sehingga
penderita harus bed rest dan diberi transfusi darah. Pada usia premenars, pengobatan
hormonal perlu bila tidak dijumpai kelainan organik maupun kelainan darah, gangguan
terjadi selama 6 bulan atau 2 tahun setelah menarche belum dijumpai siklus haid yang
berovulasi, perdarahan yang terjadi sampai mebuat keadaan umum memburuk.
Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari
uterus dan tidak ada abortus inkomplitus, perdarahan untuk sementara waktu dapat
dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
a. Estrogen dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan
berhenti. Dapat diberikan estradiol dipropionat 2,5mg atau estradiol benzoat 1,5mg
secara intramuskular. Kekurangan terapi ini adalah setelah suntikan dihentikan,
perdarah timbul lagi.
b. Progesteron, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar perdarahan fungsional
bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron 125mg, secara
intamuskular atau dapat diberikan peroral sehari norethindrone 15mg atau medroksi-
progesteron asetat (provera) 10mg, yang dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita
masa puberas.
Androgen berefek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia
endomentirum. Terapi ini tidak boleh diberikan terlalu lama, karena bahaya virilisasi.
Dapat diberikan testosteron propionat 50 mg intramuskular yang dapat diulangi 6 jam
kemudian. Pemberian metiltestosteron peroral kurang dapat efeknya. Androgen
berguna pada perdarahan disfungsional berulang, dapat diberikan metil testosteron 5
mg sehari. Erapi oral lebih baik dari pada suntikan, dengan pedoman pemberian dosis
sekecil-kecilnya dan sependek mungkin.
Kecuali pada masa pubertas, terapi paling baik adalah dilatase kuretae. Tindakan ini
penting untuk diagnosis dan terapi, agar perdarahan tidak berulang. Bila ada penyakit
lain maka harus ditangani pula.
Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat
diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat karena
sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrenisme. Pemberian
progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen cukup. Dalam
hubungan hal-hal tersebut diatas, pemberian estrogen dan progesteron dalam
kombinasi dapat dianjurkan, untuk keperluan ini pil-pil kontrasepsi dapat digunakan.
Terapi ini dpat dilakukan mulai hari ke-5 perdrahan terus untuk 21 hari. Dapat pula
diberikan progeseteron untuk 7 hari, mulai hari ke ke-21 siklus haid.
Pil kontrasepsi dapat menekan pertumbuhan endometrium, mengontrol sifat
perdarahan, menurunkan perdarahan terus-menerus dan menurunkan resiko anemia
defesiensi besi .
3

Bila setelah dialakukan kerokan masih timbul perdarahan disfungsional, dapat


diberikan terapi hormonal. Pemberian kombinasi estrogen dan progestron, seperti
pemberian pil kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke 5
perdarahan sampai 21 hari. Dapat diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke 21
siklus haid.,
Sebagai tindakan terakhir pada wanita dengan peredarahan disfungsional terus-
menerus (meski telah kuretase) adala histerektomi.
Setelah menegakkan diagnosa dan setelah menyingkirkan berbagai kemungkinan
kelainan organ, teryata tidak ditemukan penyakit lainnya, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan prinsip-prinsip pengobatan sebagai berikut:
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mengatur menstruasi agar kembali normal
3. Transfusi jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 8 gr%.
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI YANG ANOVULATOIR
Pil kontrasepsi oral digunakan untuk mengatur siklus haid dan kontrasepsi. Pada
penderita dengan siklus haid tidak teratur akibat anovulasi kronik (oligo ovulasi),
pemberian pil kontrasepsi mencegah resiko yang berkaitan dengan stimulasi estrogen
berkepanjangan terhadap endometrium yang tidak diimbangi dengan progesteron
(unopposed estrogen stimulation of the endometrium). Pil kontrasepsi secara efektif
dapat mengendalikan perdarahan anovulatoir pada penderita pre dan perimenopause.
Bila terdapat kontraindikasi pemberian pil kontrasepsi ( perokok berat atau resiko
tromboflebitis) maka dapat diberikan terapi dengan progestin secara siklis selama 5
12 hari setiap bulan sebagai alternatif.
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI OVULATOIR
Terapi medikamentosa untuk kasus menoragia terutama adalah NSAID (asam
mefenamat) dan AKDR-levonorgesterel (Mirena)
Efektivitas asam mefenamat, pil kontrasepsi, naproxen, danazol terhadap menoragia
adalah setara.
Efek samping dan harga dari androgen (Danazol atau GnRH agonis) membatasi
penggunaannya bagi kasus menoragia, namun obat-obat ini dapat digunakan dalam
jangka pendek untuk menipiskan endometrium sebelum dikerjakan tindakan ablasi
endometrium.
Obat antifibrinolitik secara bermakna mengurangi jumlah perdarahan, namun
obat ini jarang digunakan dengan alasan yang menyangkut keamanan ( potensi
menyebabkan tromboemboli).
Penatalaksanaan Medikamentosa PUD anovulatoir

Obat Dosis Maksud


Etinil estradiol 20 35
mcg + progestin
monofasik tiap hari
Pil 35 mcg 2 4 kali
sehari selama 5 7 hari Mengatur siklus
sampai perdarahan haid
berhenti dan diikuti Kontrasepsi
dengan penurunan secara Mencegah
bertahap sampai 1 pil 1 hiperplasia endometrium
kali perhari dan Penatalaksanaan
dilanjutkan dengan perdarahan yang banyak
pemberian pil kontrasepsi namum tidak bersifat
Pil kontrasepsi selama 3 siklus gawat darurat
Progestin : Mengatur siklus
Medroxyprogesteron haid
asetat (Provera, 5 10 mg / hari selama 5 Mencegah
Prothyra) 10 hari setiap bulan hiperplasia endometrium
Bila terapi medis gagal atau terdapat kontraindikasi maka dilakukan intervensi
pembedahan. Terapi pilhan pada kasus adenokarsionoma adalah histerektomi, tindakan
ini juga dipertimbangkan bila hasil biopsi menunjukan atipia.
Penatalaksanaan pembedahan pada perdarahan uterus abnormal

Tindakan Alasan
Histeroskopi operatif Abnormalitas struktur intra uteri.
Mimektomi (abdominal,
laparoskopik,histeroskopik) Mioma uteri.
Terapi menoragia atau menometroragia
Reseksi endometrial transervikal resisten.
Terapi menoragia atau menometroragia
Ablasi endometrium (thermal resisten dalam rangka penatalaksanaan
balloon/roller ball) perdarahan uterus akut yang resisten
Embolisasi arteri uterina Mioma uteri.
Hiperplasia atipikal, karsinoma
Histerektomi endometrium.
Menghentikan perdarahan.
Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan adalah sebagai berikut:
Kuret (curettage).
Hanya untuk wanita yang sudah menikah.
Obat (medikamentosa)
1. Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama
generik) yang relatif menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak
menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi
obat
ini dapat menimbulkan gangguan fungsi liver.
Dosis dan cara pemberian:
Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari.
Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan intramuskuler. (melalui bokong)
Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS (opname), dan diberikan
Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus (suntikan lewat selang
infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak boleh lebih 4 kali
sehari.
Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai
perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif
endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan
fibrinogen dan agregasi trombosit.
Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus
endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB
sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ).2 Keberatan terapi ini ialah bahwa
setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi.
2. Obat Kombinasi
Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif.
Pengobatan medis ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau
perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah
memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3 6 bulan dan
dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang normal.
Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan
diperlukan.
3. Golongan progesterone
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat
anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen
terhadap endometrium.
Obat untuk jenis ini, antara lain:
Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum selama 7-10 hari.
Norethisteron: 31 tablet, diminum selama 7-10 hari.
Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular.
4. OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan obat anti inflamasi non steroid. Fraser dan
Shearman membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10
hari sebelum onset menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi
umumnya dimulai pada onset menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan
dan berhasil baik. Obat ini mengurangi kehilangan darah selama menstruasi
( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar pada DUB ovulatori
dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.2
Mengatur menstruasi agar kembali normal Setelah perdarahan berhenti, langkah
selanjutnya adalah pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan
pemberian: Golongan progesteron: 21 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat
dimulai pada hari ke 14-15 menstruasi.
Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%.
Terapi yang ini diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik.
Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75
gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu
sekitar 4 kantong darah.

Prognosis
Terapi hormon biasanya mengurangi gejala. Selama tidak
ada masalah dengan anemia(jumlah darah rendah),pengobatan dini menunjang
prognosis yang baik.
Hindari pencetus Obesitas
Gaya hidup sehat
Komplikasi
Infertilitas dari kurangnya ovulasi
Parah anemia dari perdarahan haid berkepanjangan atau berat
Penumpukan dinding rahim tanpa perdarahan haid yang
cukup (faktor kemungkinandalam perkembangan kanker endometrium)

Anda mungkin juga menyukai