Anda di halaman 1dari 34

MODUL 1

AGAMA

AGAMA ISLAM
A. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini diajarkan untuk mencapai kompetensi penerapan agama dan
keimanan melalui pembahasan secara komprehensif mengenai pengertian agama
dan pemikiran manusia tentang Tuhan serta konsep keimanan dan penerapannya.
Pembahasan difokuskan pada pengertian agama, konsep keimanan dan penerapan
iman dalam kehidupan.

B. Capaian Mata Kuliah


1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius.
2. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan,
serta pendapat atau teman orisinal orang lain.

C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu menunjukan perilaku
peningkatan wawasan keislaman dan keterampilan.

D. Tujuan/Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah


Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu :
1. Memperkuat iman dan takwa kepada Allah serta mengimplemetasikannya dalam
kehidupan.
2. Memahami dan menjelaskan hakikat agama.
3. Memahami dan menjelaskan konsep Ketuhanan.
4. Memahami dan menjelaskan kedudukan manusia.
5. Memahami dan menjelaskan konsep hubungan antar umat beragama.
MODUL 2
AGAMA

TOPIK I
AGAMA DAN MANUSIA

A. Capaian pembelajaran :
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
tentang hakikat agama dan klasifikasinya.

B. Tujuan/Sub Capaian Pembelajaran :


1. Mampu menjelaskan dan memahami konsep agama.
2. Mampu menjelaskan dan memahami klasifikasi agama.
3. Mampu menjelaskan dan memahami urgensi agama bagi manusia

C. Landasan Teori
1. Pengertian Agama, Islam dan Ruang Lingkup Ajarannya
Secara etimologis kata ‘agama’ berasal dari bahasa Sangskerta, yakni a
dan gama. A berarti tidak dan gama berarti kocar-kacir atau berantakan. Jadi
agama berarti tidak berantakan atau teratur. Dengan makna ini, dapat dipahami
bahwa agama memberikan serangkaian aturan kepada para penganutnya
sehingga hidupnya tidak berantakan. Agama menyampaikan para pemeluknya
kepada suatu cara hidup yang teratur (Anshari, 1979: 114). Dari makna etimologis
ini, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan atau ketentuan hidup
yang melekat dalam diri manusia agar hidupnya teratur yang merupakan cara
menuju suatu kehidupan yang selamat.
Sebelum membicarakan ruang lingkup agama Islam (dinul Islam), terlebih
dahulu kita pahami arti kata Islam. Kata Islam berasal dari kata ‘as la ma – yus li
mu – yus li mu – Is la man’ yang artinya : tunduk, patuh, menyerahkan diri. Kata
Islam diambil dari kata dasar sa la ma atau sa li ma yang artinya selamat,
sejahtera, tidak cacat, tidak tercela. Dari akar kata sa la ma itu juga terbentuk kata
salmun, silmun artinya damai patuh dan menyerahkan diri. Sedangkan kata
agama menurut bahasa Al-Qur’an banyak digunakan kata din, istilah yang lain
juga digunakan oleh Al-Qur’an misalnya millah, shalat.
Dalam Al-Qur’an kata din mempunyai arti yang berbeda-beda :
a. Din berarti “agama” dalam surat Al-Fath 28

َ‫ه‬
‫و‬ ُ ‫ِي‬ َّ َ
‫الذ‬ ‫ْسل‬
‫ه أر‬ُ‫َ رسُول‬
َ ‫هدى‬ ْ ‫َِ ب‬
ُ‫ِال‬ ‫ِين‬
‫َد‬
‫و‬
َ‫الح‬
‫ق‬
ِ ْ ‫ه‬ُ‫ِر‬
َ ‫ْه‬
‫ُظ‬ ِ ‫ِينِ على‬
‫لي‬ َ ‫ِ الد‬
َِ
‫ه‬ ‫ُل‬
‫َك‬ۚ َ
‫وكفى‬
َّ ‫دا ب‬
ِ‫ِاّلل‬
َ ً‫ِي‬‫شه‬
Artinya : “Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan
agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan
cukuplah Allah sebagai saksi.”
MODUL 3
AGAMA

b. Din berarti “ibadah” dalam surat Al-Mukminun 14


“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya meskipun
orang-orang kafir tidak menyukainya.”

c. Din berarti “kekuatan” dalam surat Luqman 32


‫ِذا‬ ‫ْ وإ‬َ‫ه‬
‫م‬ ُ‫ِي‬
‫َ غش‬ ‫ْج‬
‫ِ مو‬ َ‫ُّل‬
‫ل‬ ‫ُا كالظ‬ َّ
‫اّلل دعو‬
َ
َ ‫ِص‬
‫ِين‬ ‫مخْل‬ُ ‫ه‬
ُ‫َ ل‬
َ ‫ِين‬ ‫َّا الد‬‫ْ فلم‬ َ‫ه‬
‫م‬ ُ‫َّا‬
‫ِِإ نج‬ ‫لى‬
ِ ْ ْ
َ‫الب‬
‫ر‬ َ‫ه‬
‫م‬ ُْ
‫ِن‬‫َ فم‬ ‫ْتص‬
‫ِد‬ َُ
‫مق‬ ۚ ‫ْحد وما‬ ‫ُِيج‬
‫ِنا‬‫ِآيات‬ َِّ
‫ّل ب‬
َ َُ
‫ُّ إ‬
‫ل‬ ‫َّار‬
‫َ ك‬ ‫َ خت‬ ‫ُور‬
‫كف‬
Artinya : “Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung,
mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka
tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian
mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari
ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.”

d. Din berarti “pembalasan hari kiamat” dalam surat Asy-Syuara 82


“Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari
kiamat.”

Islam merupakan agama Allah yang di wahyukan kepada para Rasul-Nya


untuk diajar kepada manusia yang dibawa dari generasi-generasi. Ia merupakan
hidayah (petunjuk) bagi seluruh manusia dalam kehidupannya di dunia,
merupakan manifestasi dari sifat Rahman dan Rahim (Kasih – Sayang) Allah
SWT.
Islam sebelum di utus Muhammad SAW bersifat lokal yakni hanya untuk
kepentingan suku, bangsa dan daerah-daerah tertentu saja serta terbatas pula
periodenya. Ketika Islam datang kepangkuan risalah Muhammad SAW, Islam
menjadi agama universal atas berbagai suku dan golongan di muka bumi dan
akan disampaikan kepada manusia sampai akhir zaman :

‫ْ ن اك‬
‫َ وما‬ ‫ْس ل‬
‫َ أر‬َِّ
‫ّل‬ ً
‫ر حْم ة‬
‫َ إ‬
‫ْ ع ال مِين‬
َ ‫لل‬ِ
Artinya : “Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya : 107).

‫ُل‬
ْ
َ ‫يها يا ق‬ ‫ِنِي النَّاس‬
ُّ ‫َُ أ‬ ‫َ إ‬ ُ
‫ر سُو ل‬
َّ ْ
َِ
‫اّلل‬ ‫ْكُم‬
َ ‫ِل ي‬‫ًا إ‬‫ِي ج مِي ع‬ َّ َ
‫ال ذ‬ ُ
‫له‬
‫ْك‬
َُ ‫ُل‬
‫َِ م‬ ‫َ السَّم او ات‬ِْ
‫ض‬ ْ‫َو ا‬
‫ْل ر‬ ۖ َ‫َ ّل‬ ‫ِل ه‬‫إ‬
MODUL 4
AGAMA

َِّ
َ
‫ّل‬ ‫َ إ‬ ‫ُو‬‫ي حْيِي ه‬ ُ َُ
‫ي مِي ت‬ُ ‫َو‬ ۖ ‫ف آمِنُوا‬
َّ ‫ِ ب‬
َِ
‫ِاّلل‬ َ
‫له‬ِ‫َِ و ر سُو‬ ‫َِ النَّبِي‬ ‫ْلُمِي‬
ْ‫ا‬
‫ِي‬ َّ ُ
‫ال ذ‬ َ‫ْمِن‬
‫يؤ‬ُ ََِّ ‫ِ ب‬
‫ِاّلل‬ ‫ِه‬
َ ‫ِم ا ت‬‫وكل‬
ُ
‫ُو ه‬
َ َّ ‫ْ و‬
‫ات بِع‬ ‫َّ كُم‬
َ ‫َ لعل‬ ‫ُ ون‬‫ْت د‬‫ته‬
Artinya : “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua,
yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan
mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi
yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya
(kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk".
(QS. Al-A’raf : 158)

Agama Islam adalah agama Allah yang disampaikan kepada Nabi


Muhammad SAW untuk disampaikan serta diteruskan kepada seluruh umat
manusia yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (Aqidah) dan
ketentuan-ketentuan ibadah dan muamalah (Syariah) yang menentukan proses
berpikir, merasa dan berbuat, dan proses terbentuknya kata hati.
Agama adalah jalan hidup (Way of Life) yang merupakan sumber system
nilai yang harus dijadikan pedoman oleh manusia. Dengan kata lain Islam
merupakan arah petunjuk, pedoman dan pendorong bagi manusia untuk
menghadapi dalam memecahkan berbagai problem hidup dengan cara yang
benar, yang sesuai dengan fitrah dan kodrat kemanusiaannya sebagai makhluk
Allah SWT.
Secara garis besarnya ruang lingkup Agama Islam mencakup :
a. Hubungan Manusia dengan Penciptanya (Allah SWT)

َْ
‫ُ وما‬
‫ت‬ ‫َّ خلق‬ ْ ‫س‬
َِ‫الج‬
‫ن‬ ِْ
َ‫ن‬‫اْل‬ َِّ
ْ ‫ّل و‬
َ ‫ِي إ‬
‫ونِِل‬
َ ‫د‬ُُ
‫ْب‬‫ع‬
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.” (QS. Az-Zariyat : 56)

Hubungan manusia dengan Allah disebut pengabdian (ibadah).


Pengabdian manusia bukan untuk kepentingan Allah, Allah tidak berhajat
(berkepentingan) kepada siapapun, pengabdian itu bertujuan untuk
mengembalikan manusia kepada asal penciptaannya yaitu Fitrah
(Kesucian)Nya agar kehidupan manusia diridhai oleh Allah SWT.

‫ُوا وما‬
‫ِر‬‫ُم‬ َِّ
‫ّل أ‬
َ ُُ
‫دوا إ‬‫ْب‬‫ِيع‬ َّ
‫اّلل ل‬
َ
‫ِص‬
‫ِين‬
َ ‫مخْل‬
ُ ‫ه‬ُ‫َ ل‬
َ ‫ِين‬
‫َ الد‬‫ُنفاء‬‫ُوا ح‬‫ِيم‬
‫يق‬ُ‫و‬
MODUL 5
AGAMA

‫ََّلة‬
َ ُْ
‫توا الص‬‫يؤ‬ ‫َّكاة‬
ُ‫َ و‬ ‫َالز‬
ۚ َ‫ُ وذل‬
‫ِك‬ َ‫ِي‬
‫ن‬ ‫د‬
ِ ْ
َ‫القيِم‬
‫ة‬
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. Al-Bayyinah : 5)

b. Hubungan Manusia dengan Manusia


Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,
kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep tersebut
memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang berkenaan dengan
hubungan manusia dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran
kemasyarakatan. Seluruh konsep kemasyarakatan yang ada bertumpu pada
satu nilai yaitu saling menolong antara sesama manusia.
Manusia diciptakan Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan. Mereka
hidup berkelompok, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Mereka saling
membutuhkan dan saling mengisi sehingga manusia juga disebut makhluk
sosial, manusia selalu berhubungan satu sama lain.

‫يها يا‬ َ َّ
ُّ‫اسُ أ‬‫نا الن‬ َِّ َُ
‫ْ إ‬
‫م‬ ‫ْناك‬
‫خلق‬
ْ
َِ
‫ن‬ ‫َ م‬ ‫َ ذكر‬‫نثى‬ُْ‫ْ وأ‬ َُ
‫م‬ ‫لناك‬ ْ‫َا وجع‬ ً‫ُو‬
‫ب‬ ‫شُع‬
َ‫ُوا وقبائ‬
‫ِل‬ ‫ِتعارف‬ ‫َل‬
ۚ ‫ن‬ َِّ
َ َُ
‫ْ إ‬
‫م‬ ‫ْرمك‬ ‫ْد‬
‫َ أك‬ ‫ِن‬‫ع‬
َّ ْ
ِ‫اّلل‬
َ َُ
‫م‬‫تقاك‬ ْ‫َأ‬ۚ ‫ن‬
ََِّ َّ َ
‫اّلل إ‬
َ ‫ِيم‬
‫َ عل‬‫ِير‬‫َب‬‫خ‬
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. AL-Hujurat :13)

c. Hubungan Manusia dengan Makhluk Lainnya/Lingkungannya


Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada di alam ini
mengandung manfaat bagi manusia. Alam raya ini wujud tidak terjadi begitu
saja, akan tetapi diciptakan oleh Allah dengan sengaja dan dengan hak.

َْ‫ر أل‬
‫م‬ َّ‫اّلل أ‬
َ‫ن ت‬
َ َّ َ
َ َ ‫السَّماو‬
‫اتِ خلق‬
‫ْض‬
َ ْ ‫ِ و‬
‫اْلر‬ ْ ‫َب‬
َ‫ِالح‬
‫ق‬ ۚ ‫ن‬ َ‫ْ إ‬
ِْ َ‫ْك يش‬
‫أ‬ ‫ِب‬ ْ‫ي‬
‫ذه‬ ُ
ُِْ
َ
‫م‬
َْ
ِ‫ت‬‫َ ويأ‬‫لق‬ْ‫ِخ‬
‫َ ب‬‫ِيد‬‫جد‬
MODUL 6
AGAMA

Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah


menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki,
niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan
makhluk yang baru.” (QS. Ibrahim :19)

Manusia dikaruniakan akal (sebagai salah satu kelebihannya), ia juga


sebagai khalifah di muka bumi. Namun demikian manusia tetap harus terikat
dan tunduk pada hukum Allah. Alam diciptakan oleh Allah dan diperuntukkan
bagi kepentingan manusia.
Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang untuk mengelola dan
mengolah serta memanfaatkan alam ini. Hanya saja dalam
memanfaatkannya manusia harus mengerti batas-batasnya, tunduk dan
patuh pada aturan-aturan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Allah
berfirman :

ْ
َ‫ْا أل‬
‫م‬ ‫ن ترو‬ َّ‫اّلل أ‬
َ َّ َ
َ ‫ْ سخَّر‬َُ
‫م‬ ‫اِم لك‬
‫ِي‬ َ ‫ِي وما السَّماو‬
‫اتِ ف‬ ‫ض ف‬ َِْ ْ َ
‫اْلر‬ ‫وأسْب‬
‫َغ‬
َُْ
‫م‬ ‫ْك‬ ُ‫ِعم‬
‫ه علي‬
َ ‫ة ن‬ً‫ِر‬
َ ‫ة ظاه‬ ً‫ِن‬
َ ‫َوباط‬ ۗ َ‫ِن‬
‫َم‬‫و‬
ِ‫اس‬‫ْ الن‬
َ َّ َ‫ل م‬
‫ن‬ َُِ‫يجاد‬ُ ‫ِي‬ ََّ ِ
‫اّللِ ف‬ َْ
‫ر‬‫ِغي‬‫ِِع ب‬ ‫ْلم‬
َ
‫دى وّل‬
َ ً‫ه‬
ُ َ ‫َ وّل‬ ‫ِتاب‬‫َ ك‬‫ِير‬‫من‬ُ
Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah
menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa
yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan
batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang
(keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa
Kitab yang memberi penerangan.” (QS. Luqman : 20)

‫ِلى‬
َ َ ُ
‫ود وإ‬ ‫ْ ثم‬
َ‫ه‬
‫م‬ ُ‫ًا أخا‬ ‫لح‬ِ‫َصا‬ ۚ َ‫َا قال‬ ‫ي‬
َْ
‫م‬
ِ ‫دوا قو‬ُُ
‫ْب‬ َّ ‫ْ ما‬
‫اّلل اع‬
َ َُ
‫م‬ ‫ْ لك‬َِ
‫ن‬‫م‬
‫ِله‬
َ ُُ
‫ه إ‬
َ ‫ْر‬
‫َغي‬
ۖ َ‫هو‬ َُ
ُ ْ
‫م‬ ‫نشأك‬ ْ‫َ أ‬ ‫ِن‬
‫ض م‬ِْ
َ ْ
‫اْلر‬
َُ
ْ
‫م‬ ْ
‫ِيها واسْتع‬
‫َمرك‬ ‫ه ف‬ُ‫ُو‬
َ ‫ِر‬‫ْف‬
‫َّ فاسْتغ‬َ‫ث‬
‫م‬ ُ
‫بوا‬ ُ ِ
ُ‫تو‬ َْ
‫ه‬‫ِلي‬‫َإ‬ۚ ‫ن‬َِّ
َ ‫ِي إ‬ ‫َ رب‬‫ِيب‬‫قر‬
‫مجِيب‬
َ ُ
Artinya : “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi
(tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah
MODUL 7
AGAMA

ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya


Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya).” (QS. Hud : 61)

2. Klasifikasi Agama dan Agama Islam


Salah satu tolok ukur yang dapat dipergunakan untuk mengklasifikasikan
agama adalah asal (sumber) ajaran agama, yaitu :
a. Agama Wahyu (Revealed Religion), disebut juga agama samawi, agama
langit. Agama wahyu adalah agama yang ajarannya diwahyukan oleh Allah
(Tuhan) kepada manusia melalui Rasul-Nya.
b. Agama Ra’yu (Cultural Religion/Natural Religion) kadang disebut agama
budaya dan agama alam. Agama Ra’yu adalah agama yang ajaran-ajarannya
diciptakan oleh manusia sendiri, tidak diwahyukan oleh Allah melalui Rasul-
Nya.

Berikut perbedaan masing-masing agama diatas :

Agama Wahyu Agama Ra’yu


1. Agama wahyu dapat dipastikan 1. Agama Ra’yu tidak dapat dipastikan
kelahirannya. kelahirannya.
2. Disampaikan melalui utusan atau 2. Tidak mengenal utusan atau Rasul
Rasul Allah yang bertugas Allah yang mengajarkan agama
menyampaikan dan menjelaskan budaya adalah filsof atau pendiri
lebih lanjut wahyu yang agama tersebut.
diterimanya dengan berbagai
cara dan upaya.
3. Memiliki kitab suci yang 3. Tidak memiliki kitab suci. Sekalipun
keotentikannya bertahan tetap. memiliki kitab suci.
4. System merasa dan berfikirnya 4. System merasa dan berfikirnya
tidak inheren dengan system inheren dengan system merasa dan
merasa dan berfikir tiap segi berfikir tiap segi kehidupan.
kehidupan masyarakat, bahkan
menuntut supaya system merasa
dan berfikir mengabdikan diri
kepada agama.
5. Ajarannya serba tetap, tetapi 5. Ajarannya berubah seiring
tafsiran dan pandangannya dapat perubahan masyarakat yang
berubah dengan perubahan akal. menganut atau oleh filosofinya.
6. Konsep ketuhanannya 6. Konsep ketuhanannya dinamisme,
monoteisme mutlak. animism, poleteisme paling tinggi
monoteisme nisbi.
7. Kebenaran prinsip-prinsip 7. Kebenaran prinsip ajarannya tidak
ajarannya tahan terhadap kritik tahan terhadap kritik akal, mengenai
akal : mengenai alam nyata alam nyata, satu demi satu
dalam perjalanan ilmu satu demi dibuktikan keliru oleh ilmu dalam
satu terbukti kebenarannya, perkembangannya, mengenai alam
MODUL 8
AGAMA

mengenai alam ghaib dapat ghaib tak termakan oleh akal.


diterima oleh akal.
8. System nilai ditentukan oleh Allah 8. Nilai agama ditentukan oleh
sendiri yang diselaraskan dengan manusia sesuai dengan cita-cita,
ukuran dan hakekat pengalaman dan penghayatan
kemanusiaan. masyarakat penganutnya.
9. Melalui agama wahyu, Allah 9. Pembentukan manusia disandarkan
memberi petunjuk, pedoman, pada pengalaman dan penghayatan
tuntunan dan peringatan kepada masyarakat penganutnya yang
manusia dalam pembentukan belum tentu diakui oleh masyarakat
insan kamil (sempurna) yang lain.
bersih dari dosa.

Bagaimana dengan agama Islam? Agama Islam termasuk golongan agama


wahyu. Kalau kesembilan tolok ukur tersebut diatas ditetapkan kepada agama
Islam hasilnya adalah sebagai berikut :

a. Kelahiran agama Islam adalah pasti yaitu tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah,
bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M.
b. Disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan
atau Rasulullah.
c. Memiliki kitab suci yaitu Al-Qur’an yang memuat asli semua wahyu yang
diterima oleh Rasul-Nya.
d. Ajaran agama Islam mutlak benar karena berasal dari Allah Yang Maha
Benar. Ajaran Islam berlaku abadi tidak berubah dan tidak boleh diubah.
e. Konsep ketuhanan Islam adalah Tauhid, monotiesme murni, Allah adalah Esa,
Esa dalam zat, Esa dalam sifat dan Esa dalam perbuatan.
f. Dasar-dasar agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk
seluruh umat manusia dimanapun dia berada.
g. Nilai-nilai terutama nilai etika dan estetika yang ditentukan oleh agama Islam
sesuai dengan fitrah manusia dan kemanusiaan.
h. Soal-soal alam semesta yang disebutkan dalam agama Islam yang dahulu
diterima dengan keyakinannya saja, kini telah banyak dibuktikan
kebenarannya oleh sains modern.
i. Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam
dilaksanakan dengan baik dan benar maka akan terbentuklah insan kamil
yaitu manusia yang sempurna.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa agama Islam bukan hanya
agama yang benar, tetapi juga sebagai agama yang sempurna. Sebagai muslim
dan muslimat kita bersyukur memeluk agama Islam. Tetapi kesyukuran itu harus
diikuti dengan mempelajari agama kita itu secara sistematis, baik dan benar serta
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Urgensi Agama Dalam Kehidupan Manusia


a. Urgensi Agama Secara Universal
Agama bagi manusia merupakan kebutuhan alamiah. Einsten
menyatakan bahwa sifat sosial manusia merupakan salah satu faktor
MODUL 9
AGAMA

pendorong terwujudnya agama. Harapan akan adanya sesuatu yang dapat


memberi petunjuk dan pengarahan, harapan pencinta dan dicintai, keinginan
bersandar pada orang lain dan terlepas dari putus asa semua itu terbentuk
dalam diri sendiri, dasar kejiwaan untuk menerima keimanan Tuhan.
Arti penting suatu agama :
1. Agama Sumber Moral
Tanpa moral kehidupan manusia kacau balau, tidak peduli lagi baik atau
buruk atau halal haram. Pentingnya agama dalam kehidupan disebabkan
oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia dan moral bersumber dari
agama. Agama menjadi sumber moral karena agama mengajarkan iman
kepada Tuhan dan kehidupan akhirat serta adanya perintah dan larangan.

2. Agama Petunjuk Kebenaran


Manusia adalah makhluk berakal. Keinginan manusia untuk mengetahui
segala sesuatu tentang kebenaran menjadi tanda tanya besar. Kebenaran
yang gagal dicari-cari oleh manusia sejak dulu dengan ilmu filsafat
ternyata jawabannya ada pada agama. Agama adalah petunjuk
kebenaran. Bahkan agama itulah kebenaran, yaitu kebenaran yang mutlak
dan universal. Itulah agama Islam.

3. Agama Sumber Informasi Metafisika


Sesungguhnya persoalan metafisika sudah termasuk wilayah agama atau
iman dan hanya Allah yang mengetahuinya. Dengan agamalah dapat
diketahui hal-hal yang berkaitan dengan alam arwah, alam akhirat, surge
dan neraka, dan hal gaib lainnya.

4. Agama Pembimbing Rohani Manusia


Manusia diberi cobaan dengan kebaikan dan keburukan. Dan hal ini
dimaksudkan sebagai ujian bagi manusia dalam menghadapi cobaan
tersebut. Bersyukur dikala suka dan bersabar dikala duka harus selalu
dimiliki oleh orang beriman. Dengan begitu orang beriman akan hidup
selalu stabil, tidak ada goncangan, tentram dan bahagia.

b. Urgensi Agama Menurut Islam


1. Islam Sebagai Wahyu Illahi
“Dan tiadalah yang diucapkannya Itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang di wahyukan
(kepadanya).” (QS. An Najm : 3-4)

2. Islam Sebagai Pedoman Hidup


“Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini.” (QS. Al Jasiyah : 20)

3. Hukum Yang Mengatur Manusia


“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa
yang telah diturunkan oleh Allah, dan janganlah kamu menuruti hawa
nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
MODUL 10
AGAMA

tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan
Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan
menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa
mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang
yang fasik. Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki dan (Hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (Hukum) Allah bagi orang-orang yang
yakin?” (QS. Al Maidah : 49-50)

4. Membimbing Manusia Ke Jalan Yang Lurus


“Dan bahwa apa yang kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah Dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al
An’am : 153)

5. Menuju Kebahagiaan di Dunia dan Akhirat


“Barang siapa yang menjalankan amal shaleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl : 97)

D. Kesimpulan
Agama Islam adalah suatu kepercayaan yang mengajarkan dan mengatur
manusia untuk beribadah dan beriman kepada Allah SWT, hubungan manusia
dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Islam mempunyai banyak pandangan mengenai manusia dan bagaimana
manusia dengan agama. Kemuliaan manusia terutama terletak pada kelengkapan
fitrahnya dibandingkan mahluk yang lain. Manusia sangat membutuhkan agama yang
dapat dijadikan sebagai kendali di dalam memanfaatkan bekal-bekal fitrahnya.
Agama bisa mengarahkan manusia bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku
sehingga manusia akan tetap menjadi makhluk yang terbaik dan kembali kepada
Allah dalam keadaan Muslim (berserah diri kepada-Nya). Agamalah yang dapat
menjamin manusia memiliki moral atau karakter mulia sehingga manusia menjadi
mulia di hadapan Allah dan di hadapan manusia serta makhluk lainnya.

E. Evaluasi

1. Diskusikan bersama teman kelompok tentang konsep agama


dan manusia menurut pandangan Al Qur’an. Kemudian
tulislah hasil diskusi tersebut !
2. Hingga saat ini agama yang berkembang dan dipeluk manusia
cukup banyak. Dari gambaran agama yang ada, coba petakan
berdasarkan kriteria agama wahyu dan agama budaya. Serta
bagaimana keberadaan agama tersebut berdasarkan ciri-ciri
yang melekat pada kedua kelompok agama tersebut
MODUL 11
AGAMA

1.

TOPIK II
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

A. Capaian Pembelajaran
MODUL 12
AGAMA

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan


tentang konsep ketuhanan dalam Islam.

B. Tujuan/Sub Capaian Pembelajaran :


1. Mampu menjelaskan dan memahami konsep ketuhanan dalam Islam.
2. Mampu menjelaskan dan memahami sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan.

C. Landasan Teori
1. Filsafat Ketuhanan Dalam Islam

Siapakah Tuhan itu ?

Perkataan yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al Qur’an dipakai


untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia,
misalnya dalam QS. Al-Jatsiiyah ayat 23 :
Artinya : “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmuNya dan
Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran?”.

Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh


manusia sedemikin rupa sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehNya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup didalamnya
yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberi
kemaslahataan atau kegembiraan dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan
mendatangkan bahaya atau kerugian.
Menurut Ibnu Taimiyah Al-Ilah adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan
hati, tunduk kepada-Nya merendahkan diri dihadapannya, takut dan
mengharapkannya, kepadanya umat tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdoa dan bertawakal kepada-Nya dan menimbulkan ketenangan
disaat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa
berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia
tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-
MODUL 13
AGAMA

Qur’an setiap manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan


demikian, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan
mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa ilaaha illallah”. Susunan
kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian
baru diikuti dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa
seorang muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu,
yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.

2. Konsep Ketuhanan Dalam Islam


Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di
dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah.
Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung,
pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah.
Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai
berikut:

ِ‫َّللا‬
َّ ‫ب‬ِ ‫َّللاِ أ َ ْن َدادًا يُ ِحبُّونَ ُه ْم َك ُح‬ ِ ‫اس َم ْن يَت َّ ِخذُ ِم ْن د‬
َّ ‫ُون‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
Artinya : “Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai
tandingan terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu
sebagaimana mencintai Allah.”

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut


konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari
ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-
acara ritual.
Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam
dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut :

َّ ‫س َو ْالقَ َم َر لَ َيقُولُ َّن‬


ُ‫َّللا‬ َّ ‫س َّخ َر ال‬
َ ‫ش ْم‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َو‬ َّ ‫سأ َ ْلت َ ُه ْم َم ْن َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َوا‬ َ ‫َولَئِ ْن‬
َ‫فَأَنَّى يُؤْ فَ ُكون‬
Artinya : “Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan
bumi, dan menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan
menjawab Allah.
MODUL 14
AGAMA

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu


berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru layak
dinyatakan bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang
dikehendaki oleh Allah. Atas dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa
dalam Islam adalah mengimplementasikan ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam
kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan juga
pengatur alam semesta.

3. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Tuhan


a. Pemikiran Barat
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah maupun
batiniyah, baik yang bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batin.
Dalam literatur sejarah agama, dikenal dengan Teori evolusionisme, yaitu 4
teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat
sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut
mula-mula dikemukakan oleh Max Muller, kemudian disusul oleh EB Taylor,
Robertson Smith, Luboock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran
tentang Tuhan menurut evolusionisme adalah sebagai berikut :
1. Dinamisme
Menurut ajaran ini manusia jaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap mempunyai pengaruh
pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada yang berpengaruh
negatif. Kekuatan ada pada pengaruh tersebut dengan nama yang
berbeda-beda, seperti mana (Malaysia), dan tuah (melayu), dan sakti
(india) yakni kekuatan gaib.

2. Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayaai adanya roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap
benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif , roh dipercayai
sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena
itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa
senang, rasa tidak senang serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh
akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi.
MODUL 15
AGAMA

3. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-kelamaan tidak
memberikan kepuasan, karena terlalu banyak menjadi sanjungan dan
pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut Dewa mempunyai
tugas dan kekuaasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa
yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi
masaalah angin, adapula yang membidangi masalah air dan lain
sebagainya.

4. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui mempunyai
kekuatan yang sama. Lama kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa mengakui satu dewa yang
disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah)
bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan
Henoteisme (Tuhan tingkat nasional).

5. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi
monoteisme. Alam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk
seluruh bangsa dan bersifat internasional. Evolusionisme ditentang oleh
Andrew lang (1898) dia mengemukakan bahwa orang-orang berbudaya
rendah juga sama dengan monoteismenya dengan orang-orang Kristen.
Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-sifat
khas pada Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan pada wujud yang
lain. Dengan lahirnya pendapat Andrew lang, maka berangsur-angsur
golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana
eropa mulai menentang evolusionisme dan mulai memperkenalkan teori
baru.

b. Pemikiran Umat Islam


Sehubungan pemikiran Umat Islam terhadap Tuhan melibatkan
beberapa konsepsi ke-esaan Tuhan, diantaranya konsepsi Aqidah dan
konsepsi Tauhid.
MODUL 16
AGAMA

1. Konsepsi Aqidah
Secara terminologis terdapat beberapa defenisi aqidah, antara lain
menurut Hasan al-Bana dalam kitab majmu’ah ar-rasa, il ‘Aqaid (bentuk
jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara wajib diyakini kebenarannya
oleh hati dan mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan yang
tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.
Meminjam sistematika Hasan al-Banna ruang lingkup
pembahasan aqidah meliputi :
a. Iyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan (Tuhan/Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat
Allah, perbuatan dan lain-lain.
b. Nubuwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembicaraan
mengenai Kitab-Kitab Allah, Mukjizat, keramat dan sebagainya.
c. Ruhaniyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, setan,
Roh dan lain sebagainya.
d. Sam’iyyat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya
bisa diketahui lewat sam‟iy yakni dalil naqli berupa al-Quran dan as-
sunah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda
kiamat, surga neraka dan seterusnya.

Sumber aqidah Islam adalah Al-Quran dan As-Sunnah artinya apa


saja yang disampaikan oleh Allah dalam al-Quran dan Rasulullah dalam
Sunnahnya wajib di imani, diyakini dan diamalkan. Akal pikiran sama
sekali bukan sumber aqidah, tetapi merupakan instrumen yang berfungsi
untuk memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut
dan mencoba kalau diperlukan membuktikan secara Ilmiah kebenaran
yang disampaikan oleh Al-Quran dan As-Sunnah. Itupun harus didasari
oleh suatu kesadaran penuh bahwa kemampuan akal sangat terbatas,
sesuai dengan terbatasnya kemampuan mahluk Allah.
Ulama sepakat untuk menetapkan aqidah berdasarkan tiga
macam dalil, yaitu :
a. Dalil Aqli, dalil ini dapat diterima apabila hasil keputusannya
dipandang masuk akal atau logis dan sesuai dengan perasaan,
tentunya yang dapat menimbulkan adanya keyakinan dan dapat
MODUL 17
AGAMA

memastikan iman yang dimaksudkan. Dengan menggunakan akal


manusia merenungkan dirinya sendiri dan alam semesta, yang
dengannya ia dapat melihat bahwa dibalik semua itu terdapat bukti
adanya Tuhan Pencipta yang satu.
b. Dalil Naqli, dalil naqli yang tidak menimbulkan keyakinan dan tidak
dapat menciptakan keimanan sebagai yang dimaksud, dengan
sendirinya dalil ini tidak dapat digunakan untuk menetapkan aqidah.
Oleh sebab itu Syekh Mahmud Syaltut mengajukan dua syarat yang
harus dipenuhi oleh dalil naqli tersebut dapat menanamkan
keyakinan dan menetapkan Aqidah.Pertama; dalil naqli itu pasti
kebenarannya. Kedua; pasti atau tegas tujuannya. Ini berarti bahwa
dalil itu harus dapat dipastikan benarbenar datang dari Rasulullah
tanpa ada keraguan sedikitpun.
c. Dalil Fitrah adalah hakekat mendasari kejadian manusia. Fitrah ini
merupakan perasaan keagamaan yang ada dalam jiwa dan
merupakan bisikan batin yang paling dalam. Dan kesucian ini akan
tetap terpelihara manakala manusia selalu membersihkan jiwanya
dari tekanan kekuatan pengaruh nafsu. Bila manusia membiarkan
fitrah dan naluri berbicara, 9 maka dia akan mendapatkan dirinya
berhadapan dengan kekuatan tertinggi diatas kekuatan manusia dan
alam. Ia akan berdoa baik dalam suka maupun duka. Lebih-lebih
disaat-saat seperti itulah dia menghadapkan diri secara ikhlas kepada
Tuhannya.

2. Konsepsi Tauhid
Ajaran Islam tidak hanya memfokuskan iman kepada wujud Allah
sebagai suatu keharusan fitrah manusia, namun lebih dari itu
memfokuskan aqidah tauhid yang merupakan dasar aqidah dan jiwa
keberadaan Islam. Tauhid sebagai intisari Islam adalah esensi peradaban
Islam dan esensi tersebut adalah pengesaan Tuhan, tindakan yang
mengesakan Allah sebagai yang Esa, pencipta yang mutlak dan
penguasa segala yang ada. Keterangan ini merupakan bukti, tak dapat
diragukan lagi bahwa Islam, kebudayaan dan peradaban memiliki suatu
esensi pengetahuan yaitu tauhid.
Empat tingkatan tauhid yaitu :
a. Tauhid Rububiyah
MODUL 18
AGAMA

Secara etimologis kata Rububiyah berasal dari akar kata rabb.


Kata rabb ini sebenarnya mempunyai banyak arti antara lain
menumbuhkan, mengembangkan, mencipta, memelihara,
memperbaiki, mengelola, memiliki dan lain-lain. Secara Terminolgis
Tauhid Rububiyah ialah keyakinan bahwa Allah SWT adalah Tuhan
pencipta semua mahluk dan alam semesta. Dia-lah yang memelihara
makhluk-Nya dan memberikan hidup serta mengendalikan segala
urusan. Dia yang memberikan manfaat, penganugerahan kemuliaan
dan kehinaan.
Tauhid Rububiyah ini tergambar dalam ayat Al-Quran antara
lain QS. al-Baqarah 21-22 yang memiliki arti : “Hai manusia,
sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan
hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu
mengetahui. “

b. Tauhid Mulkiyah
Kata mulkiyah berasal dari kata malaka. Isim fa’ilnya dapat
dibaca dengan dua macam cara : Pertama, malik dengan huruf mim
dibaca panjang ; berarti yang memiliki, kedua, malik dengan huruf
mim dibaca pendek; berarti, yang menguasai. Secara terminologis
Tauhid Mulkiyah adalah suatu keyakinan bahwa Allah SWT., adalah
satu-satunya Tuhan yang memiliki dan menguasai seluruh mahluk
dan alam semesta.
Keyakinan Tauhid Mulkiyah ini tersurat dalam ayat-ayat al-
Quran seperti berikut ini: “ Yang menguasai hari pembalasan “ (QS.
al-Fatihah ; 4) dan “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
dan apa yang ada dalamnya, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu “ ( QS. al-Maidah ; 120 )

c. Tauhid Uluhiyah
Kata Uluhiyah adalah masdar dari kata alaha yang
mempunyai arti tentram, tenang, lindungan, cinta dan sembah.
MODUL 19
AGAMA

Namun makna yang paling mendasar adalah abada, yang berarti


hamba sahaya (‘abdun), patuh dan tunduk (‘ibadah), yang mulia dan
agung (al-ma’bad), selalu mengikutinya (‘abada bih). Tauhid Uluhiyah
merupakan keyakinan bahwa Allah swt., adalah satu-satunya Tuhan
yang patut dijadikan yang harus dipatuhi, ditaati, digungkan dan
dimuliakan. Hal ini tersurat dalam QS. Thaha: 14 “ Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat-Ku “

d. Tauhid Ubudiyah
Kata ‘ubudiyah berasal dari akar kata abada yang berarti
menyembah, mengabdi, menjadi hamba sahaya, taat dan patuh,
memuja, yang diagungkan (al-ma’bud.) Dari akar kata diatas, maka
diketahui bahwa Tauhid Ubudiyah adalah suatu keyakinan
bahwasanya Allah SWT. Merupakan Tuhan yang patut disembah,
ditaati, dipuja dan diagungkan. Tiada sesembahan yang berhak
dipuja manusia melainkan Allah semata.

D. Kesimpulan
Proses perkembangan pemikiran tentang tuhan menurut evolusionisme adalah;
Dinamisme, Animisme, Politeisme, Henotoisme, Monoteisme. Tanda-tanda orang
beriman adalah; jika disebut nama tuhan bergetar hatinya, senantiasa tawakkal, tertib
dalam melaksanakan shalat, menafkahkan rezeki yang diterimanya, 28 menghindari
perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan, memelihara amanah dan
menepati janji, serta berjihad dijalan Allah.

E. Evaluasi

1. Berdasarkan logika Al Qur’an, setiap manusia pasti


mempunyai sesuatu yang dipertuhankan. Bagaimana
pendapat saudara terhadap pernyataan tersebut, terutama
dalam kaitannya dengan atheis ?

2. Semua ajaran Rasulullah SAW., tentang Tuhan adalah


bahwa Tuhan itu Esa. Bagaimana pandapat saudara
terhadap pendapat itu?
MODUL 20
AGAMA

TOPIK III
IMAN DAN TAKWA

A. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
tentang konsep iman dan takwa serta mampu mengimplementasikan dalam
kehidupan.
.
MODUL 21
AGAMA

B. Tujuan/Sub Capaian Pembelajaran :


1. Mampu memahami dan menjelaskan pengertian iman dan takwa.
2. Mampu memahami dan menjelaskan indikator manusia beriman dan bertakwa.
3. Mampu memahami dan menjelaskan manfaat manusia beriman dan bertakwa.

C. Landasan Teori
1. Pengertian Iman dan Takwa
Iman berasal dari bahasa arab amina, yu’minu, imanan yang secara harfiah
berarti keyakinan, dan tersirat adanya perbuatan. Oleh karenanya, dalam realisasi
(pengamalan)-nya, iman itu perlu adanya perbuatan yang sesuai dengan yang
kita yakini. Sebagai contoh misalnya kita beriman adanya Allah, maka untuk
membuktikannya kita harus mematuhi segala yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Dalam surat al-Hujurat ayat 15 Allah menegaskan bahwa iman yang diterima dan
yang benar adalah keyakinan yang tidak dicampuri dengan keraguan dan amalan
yang diantaranya berupa jihad dengan harta dan jiwa di jalan Allah.
Iman yang benar adalah yang meliputi dua hal, yaitu: pertama, keyakinan
kuat yang tidak dicampuri dengan keraguan. Kedua perbuatan yang membuktikan
keyakinan itu dan ia merupakan buahnya iman. Oleh karenanya secara istilah
iman merupakan kepribadian yang mencerminkan suatu keterpaduan antara
kalbu, ucapan dan perilaku menurut ketentuan Allah, yang disampaikan oleh
malaikat kepada Nabi Muhammad. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ali
bin Abi Thalib:

ِ ‫ع َم ُّل بِ ْاْل َ ْرك‬


‫َان‬ َ ‫ َو‬,‫ان‬
ِ ‫س‬ ِ ‫ َم ْع ِرفَةُ بِا ْلقَ ْل‬:‫ان‬
ُ ‫ َوإِ ْق َر‬,‫ب‬
َ ‫ار بِا ْل ِل‬ َ ‫اإلي َم‬
ِ
Artinya: “Iman adalah makrifat dengan hati, pengakuan dengan lidah, dan
tindakan dengan anggota-anggota badan.”

Adapun takwa, secara bahasa berasal dari kata waqaa yang berarti
menjaga, memelihara, melindungi. Sedangkan secara istilah (terminologis)
diartikan dengan melaksanakan segala yang diperintah Allah SWT dan menjauhi
segala yang dilarang oleh Allah baik secara terang-terangan maupun secara
rahasia.

2. Wujud Iman dan Takwa


Iman bukanlah sekedar percaya, melainkan keyakinan seorang muslim
berbuat amal saleh. Seseorang dinyatakan beriman bukan hanya percaya
terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengikrarkan dan melakukan
MODUL 22
AGAMA

sesuatu sesuai dengan keyakinannya. Dalam Islam dikenal dengan istilah rukun
Iman, yakni iman kepada Allah SWT, Kitab Suci, Para Rasul, Malaikat-malaikat,
Hari Akhir, dan pada Qadha dan Qadar. Demikian itulah setidaknya wujud
keimanan.
Akidah Islam atau Iman mengikat seeorang muslim, sehingga ia terikat
dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi
seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur
dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
Adapun takwa wujudnya berupa tindakan-tindakan untuk melaksanakan
segala perintah ajaran agama dan untuk menghindari segala larangan-larangan
agama yang timbul dari rasa kagum kepada Allah SWT.

3. Proses Terbentuknya Iman dan Takwa


Benih iman bisa dibawa sejak alam kandungan dan bisa pula didapati dari
proses pencarian kebenaran akan nilai-nilai ketuhanan yang ada pada diri
manusia. Karena pada dasarnya semua manusia mempunyai benih-benih
keimanan tersebut. Manusia secara fitrah adalah suci dan baik dan mempunyai
benih-benih keimanan, akan tetapi lebih disebabkan faktor-faktor luar yang
mempengaruhinya untuk menolak keimanan tersebut. Oleh sebab
itulah, diperlukan pendidikan agama di dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat. Demikian jugalah ketakwaan. Hal ini sebagaimana penjelasan Allah
SWT dalam surat At-Tahrim (66) ayat 6:

‫اس‬ُ َّ‫ارا َوقُو ُد َها الن‬ ً َ‫س ُك ْم َوأ َ ْه ِلي ُك ْم ن‬


َ ُ‫ِين آ َمنُوا قُوا أَ ْنف‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
‫َّللاَ َما أَ َم َر ُه ْم‬
َّ ‫ون‬َ ‫ص‬ ُ ‫شدَا ٌد ال يَ ْع‬ ِ ‫ظ‬ ٌ ‫علَ ْي َها َمالئِكَةٌ ِغال‬
َ ُ‫ارة‬ َ ‫َوا ْل ِح َج‬
َ ُ‫َويَ ْفعَل‬
َ ‫ون َما يُ ْؤ َم ُر‬
‫ون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.”

4. Tanda-Tanda Orang Beriman


Al Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut :
a. Jika disebut nama Allah maka hatinya bergetar dan apabila dibacakan ayat-
ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan hanya kepada
Tuhanlah mereka bertawakal. (QS. Al Anfal :2)
MODUL 23
AGAMA

b. Senantiasa bertawakal yaitu berkerja keras berdasarkan kerangka ilmu


Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran
Allah menurut sunah Rasul (Ali imran: 120, Al-Maidah: 12, al-Anfal: 2,
AtTaubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10 dan At-Taqhabun:13).
c. Tertib dalam melaksanakan Sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya (Al-
Anfal: 3 dan Al-Mu‟minun: 2-7), bagaimanapun sibuknya,kalau sudah masuk
waktu shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
d. Menafkahkan rezki yang diterimanya (Al-Anfal: 3 dan Al- Mukminun: 4). Hal
ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan dijalan
Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan
antara yang kaya dengan yang miskin.
e. Menghindari perkataan yang tidak bermamfaat dan menjaga kehormatan (Al-
Mukminun; 3-5 ). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang
berstandar ilmu Allah, yaitu al-Quran menurut Sunnah Rasulullah.
f. Memelihara amanah dan menepati janji (Al-Mukminun: 6) Seorang mukmin
tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati
janji.
g. Berjihad dijalan allah dan suka menolong (Al-Anfal: 74) berjihad dijalan
Allahadalah sungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran allah, baik dengan
harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa. Tidak meninggalkan
pertemuan sebelum meminta izin (an-nur: 62). Sikap seperti itu merupakan
salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan
ajaran Allah menurut sunnah rasul.

Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan


mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan
tanda orang beriman sebagai berikut :
a. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
b. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
c. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
d. Senantiasa jujur dan adil.
e. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan
dan situasi.
f. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran ketabahan, dan optimisme.
g. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani tidak gentar menghadapi
resiko, bahkan tidak takut pada maut.
MODUL 24
AGAMA

h. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.


i. Patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan.

5. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan


Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid yang
dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah
tauhid yang membahas tentang ke-esaan Allah, ke-esaan sifat, dan ke-esaan
perbuatan tuhan. Pembahasan keesaaan zat, sifat dan perbuatan Tuhan
berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi dan pemikiran atau
konsep tentang Tuhan. Konsekwensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang
ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya wujud mutlak, yang menjadi sumber
semua wujud.
Adapun wujud tauhid praktis yang disebut dengan wujud ibadah,
berhubungan dengan ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari
teori tauhid teoritis. Kalimat “LAA ILAAHA ILLALLAH” (tidak ada Tuhan selain
Allah) lebih menekankan pengetahuan tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid
ibadah adalah ketaatan hanya kepda Allah. Dengan kata lain, tidak disembah
selain Allah atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan
NYA tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Dalam pendangan Islam yang dimaksud dengan Tauhid yang sempurna
adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dalam perbuatan praktis manusia
sehari-hari secara murni dan konsekuen. Dalam menegakkan tauhid seorang
harus menyatukan iman dan amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan
perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian tauhid adalah mengesakan
Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui pikiran,
membenarkan dalam hati, mengjkucapkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan
bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat.
‘ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLAALLAH, (Aku bersaksi tiada Tuhan selain
Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
meninggalkan semua larangan-Nya.

6. Problematika, Tantangan dan Resiko Dalam Kehidupan Modern


Diantara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosial-
buaya yang established, sehingga sulit sekali memperbaikinya. Berbicara tentang
masalah sosial budaya berarti berbicara tentang masalah alam pikiran dan
MODUL 25
AGAMA

realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk


(Pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik
sesama orang Islam maupun orang Islam dengan non Islam.
Adopsi modernisme (Westernisme), walaupun tidak secara total, yang
dilakukan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang semi naturalis, disisi lain
adopsinya Idealisme dan naturalisme menjadikan bangsa Indonesia bersikap
tidak menentu. Karena terombang ambing oleh isu-isu tersebut. Dibidang sosial
banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal sering terjadi dan
pelanggaran norma-norma bisa dilakukan oleh anggota masyarakat. Lebih
memperhatinkan lagi adalah tindakan penyalahgunaan NARKOBA oleh anak-
anak sekolah, mahasiswa, serta masyarakat.
Disamping itu masih banyak problematika yang dihadapi Bangsa Indonesia
dalam kehidupan modern. Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai
persoalan diatas, perlu diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan
taqwa yang dapat berperan menyelesaikan problema tantangan kehidupan
modern tersebut.

7. Peran Iman dan Takwa Dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia :

a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.


Orang yang beriman hanya percaya kepada kekuatan dan kekuasaan
Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak satu
kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Sebaliknya jika Allah hendak
menimpakan bencana maka tidak ada satu kekuatanpun dapat menahan dan
mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat
menDewa-Dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang
kekuasaan,menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda kramat,
mengikis kepercayaan pada khurafat, takhayul, jampi-jampi dan sebagainya.
Pegangan orang yang beriman adalah firman Allah surat Al-Fatihah ayat 1-7.

b. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut.


MODUL 26
AGAMA

Takut menghadapi maut mennyebabkan manusia menjadi pengecut.


Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran,
karena takut mengahadapi resiko. Orang beriman yakin sepenuhnya bahwa
kematian ditangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai persoalan hidup
dan mati adalah firman Allah ; “Dimana saja kamu berada, kematian akan
datang mendapatkan kamu kendatipun kamu dalam benteng yang tinggi lagi
kokoh “ ( QS. An-Nisa : 78)

c. Iman menanamkan “self help” dalam kehidupan.


Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia. Banyak orang melepaskan pendiriannya, karena
kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan
melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan
memperbudak diri karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman
dalam hal ini ialah firman Allah : “Dan tidak ada satu binatang melatapun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan dia mengetahui
tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya semua tertulis dalam
kitab yang nyata.” (QS. Hud : 6)

d. Iman memberikan ketentraman jiwa.


Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan
dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya
tentram (Mutmainnah) dan tenang. Firman Allah ; “….(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah
hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d : 28)

e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik. (Halalan Tayyibah)


Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu
melakukan kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah : “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya, akan
kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami
beri balasan bagi mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
mereka kerjakan.” ( QS. An-Nahl : 97)
MODUL 27
AGAMA

f. Iman melahirkan sikap ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah.


Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah
diikrarkannya, baik dengan lidahnya dan hatinya. Ia senantiasa berpedoman
pada firman Allah : “ katakanlah : Sesungguhnya sholatku, Ibadahku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

g. Iman memberikan keberuntungan


Orang yang selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang haikiki. Dengan
demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah ; “Mereka itulah yang tetap mendapat
petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang –orang yang beruntung.”
(QS. Al-Baqarah : 5).

Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia


bukan sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan
yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu
masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk
masyarakat yang aman , tentram, damai dan sejahtera.

D. Kesimpulan
Tanda-tanda orang beriman adalah; jika disebut nama Tuhan bergetar hatinya,
senantiasa tawakkal, tertib dalam melaksanakan shalat, menafkahkan rezeki yang
diterimanya, menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga
kehormatan, memelihara amanah dan menepati janji, serta berjihad dijalan Allah.
Peran dan pengaruh iman dan takwa sangat penting dalam menjawab
problema dan tantangan kehidupan modern seperti sekarang ini. Keimanan dan
ketakwaan akan memberikan kekuatan batin dan jiwa manusia, sehingga orang yang
imannya kuat serta bertakwa tidak akan pernah gentar apalagi menyerah
menghadapi berbagai cobaan hidup. Orang beriman dan bertakwa tidak akan mudah
putus asa, karena mereka yakin bahwa Allah SWT selalu menyertainya. Kekuatan
orang beriman dan bertakwa didapati karena harapan kepada Allah.

E. Evaluasi

TUGAS INDIVIDU

1. Bagaimana sikap saudara dalam kehidupan sehari-hari, supaya


saudara dapat dinyatakan beriman kepada Allah dalam arti yang
sebenarnya?
MODUL 28
AGAMA

TOPIK IV
HAKIKAT MANUSIA DALAM ISLAM

A. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
kedudukan manusia diantara makhluk lainnya.

B. Tujuan/Sub Capaian Pembelajaran


MODUL 29
AGAMA

1. Mampu memahami dan menjelaskan pengertian, tujuan dan fungsi manusia


diciptakan oleh Allah.
2. Mampu memahami dan menjelaskan kedudukan manusia diantara makhluk yang
lain.

C. Landasan Teori
1. Konsep Tentang Manusia
a. Pandangan Umum Tentang Manusia
Manusia merupakan satu bagian dari alam semesta yang bersama-
sama dengan makhluk hidup lainnya mengisi kehidupan di alam semesta ini.
Dibandingkan dengan binatang, manusia memiliki fungsi tubuh dan fisiologis
yang tidak berbeda. Namun, dalam hal yang lain manusia tidak dapat
disamakan dengan binatang, terutama dengan kelebihan yang dimilikinya,
yakni akal, yang tidak dimiliki oleh binatang.
Para ahli ilmu pengetahuan tidak memiliki kesamaan pendapat
mengenai manusia. Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh adanya
kekuatan dan peran multidimensional yang diperankan oleh manusia. Mereka
melihat manusia hanya dari satu aspek saja, padahal aspek yang ada cukup
banyak. Karena itulah hasil pengamatan mereka tentang manusia berbeda-
beda antar satu dengan lainnya. Perbedaan aspek ini pula yang kemudian
melahirkan berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan manusia.
Para ahli juga memberikan sebutan yang berbeda-beda untuk
manusia. Ada yang menyebut manusia sebagai homo sapiens (binatang yang
berpikir), homo volens (binatang yang berkeinginan), homo mechanicus
(binatang yang mekanis), dan homo ludens (binatang yang bermain).
Sebutan-sebutan seperti ini dapat dipelajari dalam ilmu psikologi dalam
berbagai aliran yang ada. Tentu saja dalam disiplin ilmu yang lain, seperti
sosiologi, antropologi, dan biologi, sebutan atau pensifatan yang diberikan
kepada manusia juga berbeda-beda.

b. Manusia Dalam Pandangan Al-Qur’an


Ada beberapa kata atau istilah yang digunakan Al-Quran untuk
menyebut manusia, yaitu insan, ins, nas, unas, basyar, bani Adam, dan
dzurriyyati Adam. Kata insan, ins, nas, dan unas memiliki akar kata yang

sama yakni hamzah/alif, nun dan sin (‫) أنس‬. Kata ins dan insan meskipun
MODUL 30
AGAMA

berasal dari akar kata yang sama tetapi dalam penggunaannya memiliki
makna yang berbeda.
Kata ins digunakan untuk dihadapkan (berlawanan) dengan kata jinn
yang berarti jin atau makhluk halus, atau dihadapkan dengan kata jaan yang
juga bermakna jin. Penyebutan kata ins yang berlawanan dengan jinn atau
jaan ini memberikan konotasi bahwa kedua makhluk Allah ini memiliki dua
unsur yang berbeda, yakni manusia dapat diindera dan jin tidak dapat
diindera, manusia tidak liar sedang jin liar (Aflatun Mukhtar, 2001:106-107).
Penekanan kata insan ini adalah lebih mengacu pada peningkatan
manusia ke derajat yang dapat memberinya potensi dan kemampuan untuk
memangku jabatan khalifah dan memikul tanggung jawab dan amanat
manusia di muka bumi, karena sebagai khalifah manusia dibekali dengan
berbagai potensi seperti ilmu, persepsi, akal, dan nurani. Dengan potensi-
potensi ini manusia siap dan mampu menghadapi segala permasalahan
sekaligus mengantisipasinya. Di samping itu, manusia juga dapat
mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang mulia dan memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lain dengan berbekal potensi-
potensi tadi (Aflatun Mukhtar, 2001:107). Dengan demikian, kata insan
digunakan Al-Quran untuk menyebut manusia dengan segala totalitasnya,
jiwa dan raganya. Manusia dapat diidentifikasi perbedaannya, seseorang
dengan lainnya, akibat perbedaan fisik, mental, kecerdasan, dan sifat-sifat
yang dimilikinya.
Kata nas merupakan bentuk jamak dari kata insan yang tentu saja
memiliki makna yang sama. Penyebutan manusia dengan nas lebih
menonjolkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat
hidup tanpa bantuan dan bersama-sama manusia lainnya. Al-Quran
menginformasikan bahwa penciptaan manusia menjadi berbagai suku dan
bangsa bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antar sesamanya (ta’aruf)
(QS. Al-Hujurat : 13), saling membantu dalam melaksanakan kebajikan (QS.
Al-Maidah : 2), saling menasihati agar selalu dalam kebenaran dan kesabaran
(QS. Al-‘Ashr : 3), dan menanamkan kesadaran bahwa kebahagiaan manusia
hanya mungkin terwujud bila mereka mampu membina hubungan antar
sesamanya (QS. Ali Imran : 112).
Kata basyar digunakan Al-Quran untuk menyebut manusia dari sudut
lahiriah serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Kata basyar juga
selalu dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari
MODUL 31
AGAMA

tanah, yang selanjutnya dari sperma dan berkembang menjadi manusia utuh
(QS. Al Mu’minun : 12-14), manusia makan dan minum (QS. Al-Mu’minun :
33; QS. Al-Furqan : 20), dan seterusnya. Karena itulah Nabi Muhammad
SAW. diperintahkan untuk menyampaikan bahwa beliau sama seperti
manusia lainnya, yang membedakannya hanyalah beliau diberi wahyu (QS.
Al-Kahfi : 110).
Adapun kata banu atau bani Adam atau dzurriyatu Adam maksudnya
adalah anak cucu atau keturunan Adam. Kedua istilah itu digunakan untuk
menyebut manusia karena dikaitkan dengan kata Adam, yakni sebagai bapak
manusia atau manusia pertama yang diciptakan Allah dan mendapatkan
penghormatan dari makhluk lainnya selain iblis (QS. Al-Baqarah : 34). Secara
umum kedua istilah ini menunjukkan arti keturunan yang berasal dari Adam,
atau dengan kata lain bahwa secara historis asal usul manusia adalah satu,
yakni dari Nabi Adam (Aflatun Mukhtar, 2001: 109).

2. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Manusia


Allah menciptakan manusia untuk menempati bumi ini, bukan di surga
sebagaimana yang ditempati Adam pada awalnya. Dengan proses yang terjadi,
akhirnya Adam diturunkan oleh Allah dari surga ke bumi kita ini. Di bumi inilah
manusia dapat berperan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Peran apa
saja yang dimainkan manusia di bumi ini, Al-Quran menggariskan jangan sampai
manusia keluar dari dua fungsi pokoknya, yakni :
a. Fungsi kekhalifahan (khalifah Allah). Kehadiran manusia di bumi ini adalah
sebagai khalifah atau wakil Allah di bumi. Khalifah bisa juga diartikan sebagai
pemimpin. Karena itu, manusia harus dapat memerankan dirinya sebagai
pemimpin di muka bumi ini. Allah SWT. berfirman dalam surat Al Baqarah : 30
yang artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".
b. Fungsi ibadah (hamba Allah). Di samping manusia harus menjadi khalifah di
bumi, manusia juga harus melakukan fungsi utamanya, yakni beribadah
kepada Allah. Allah SWT. Berfirman dalam surat Al Dzariyat : 56 yang artinya
MODUL 32
AGAMA

: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” Fungsi ibadah ini dapat dijalankan manusia sesuai
dengan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Allah melalui Al-Quran dan
juga yang dijelaskan oleh Nabi melalui hadisnya. Fungsi ini sangat didukung
oleh potensi agama yang dimiliki manusia. Semakin tinggi potensi keagamaan
manusia, maka akan semakin maksimal dia dapat beribadah kepada Allah.

Dua fungsi di atas harus berjalan bersama-sama dan tidak boleh manusia
hanya menjalankan satu fungsi saja serta meninggalkan fungsi yang lain.
Sebagai teladan manusia, Nabi Muhammad SAW. menyontohkan bagaimana
melakukan kedua fungsi itu dalam kehidupan beliau, baik sebagai kepala negara
maupun sebagai nabi, yang dua-duanya dijalankan dengan sebaik mungkin.
Sebagai umatnya kita pun harus meneladaninya dengan berusaha
memaksimalkan kedua fungsi itu dalam kehidupan kita.

3. Kedudukan Manusia Diantara Makhluk Yang Lain.


Apa keistimewaan manusia dibandingkan dengan makhluk lain ? Di
banding makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Salah satu kelebihan manusia
adalah kemampuan untuk bergerak di darat, di laut maupun di udara. Sedangkan
binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang dapat hidup di darat dan di air, namun tetap
saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai
kelebihan manusia atau makhluk lain ada pada surat Al-Isra ayat 70.
Di samping itu manusia memiliki akal dan hati sehingga dapat memahami
ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran. Dengan ilmu manusia mampu
berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya. Oleh
karena itu ilmunya manusia di lebihkan dari makhluk lainnya.

D. Kesimpulan
Kemuliaan manusia terutama terletak pada kelengkapan fitrahnya
dibandingkan makhluk yang lain. Dengan akalnya manusia dapat menaklukkan dunia
ini. Namun, kelebihan manusia ini tidak akan terus bertahan hingga dibawa
menghadap ke hadiran Allah SWT. Ketika manusia tidak mampu menggunakan
akalnya dengan baik dan semua perilakunya dikendalikan oleh nafsunya, maka
MODUL 33
AGAMA

manusia tidak lagi menjadi makhluk yang terbaik, akan tetapi justeru sebaliknya
manusia akan menjadi makhluk yang paling hina.
Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk
Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan
tidak terpisahkan. Kekhalifaan adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Allah
yang yang telah menciptakan manusia.

E. Evaluasi

TUGAS KELOMPOK
1. Diskusikan dan tulis pendapat kelompok tentang apa saja yang
dapat dilakukan manusia sebagai khalifah dimuka bumi dalam
bidang pendidikan.
2. Jelaskan proses kejadian manusia dan nilai yang terkandung
didalamnya.

TOPIK V
ETIKA, MORAL DAN AKHLAK

A. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
konsep etika, moral dan akhlak.
MODUL 34
AGAMA

B. Tujuan/Sub Capaian Pembelajaran


1. Mampu memahami dan menjelaskan pengertian etika, moral dan akhlak.
2. Mampu memahami dan menjelaskan karakteristik akhlak dalam Islam.

C. Landasan Teori

D. Kesimpulan
E. Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai