dalam Islam
Apakah Ilmu Tauhid Itu?
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran.” (QS. Ar-Ra’du, 13:19).
ِس ِله
ُ ملآئِكَتِهِ َو ُك ُت ِبهِ َو ُر
َ آم َن ِباللهِ َو
َ لٌّ ون ُك
َ م ْؤ ِم ُن َ ما ُأن ِز
ُ ل إِلَيْهِ ِمن َّر ِبهِ َوا ْل َ ول ِب
ُ سُ الر
َّ آم َن
َ
“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (QS. Al-Baqarah, 2:285).
Juga dari jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ditanya tentang iman,
“Iman adalah engkau membenarkan dan meyakini Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan taqdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim).
Bahkan dapat kita katakan, ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman
sekaligus yang terpenting dan paling utama.
Kewajiban Mempelajarinya
Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain bagi setiap muslim dan muslimah
sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan kepuasan hati serta akal bahwa ia berada
di atas agama yang benar. Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya fardhu
kifayah, artinya jika telah ada yang mengetahui, yang lain tidak berdosa.
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan
Allah.” (47:19).
Al-Quran adalah Kitab Tauhid Terbesar
Sesungguhnya pembahasan utama dalam Al-Quran adalah tauhid. Anda tidak akan
menemukan satu halamanpun yang tidak mengandung ajakan untuk beriman kepada
Allah, rasul-Nya, atau hari akhir, malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, atau taqdir
yang diberlakukan bagi alam semesta ini. Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir
seluruh ayat Al-Quran yang diturunkan sebelum hijrah (ayat-ayat makkiyyah) berisi
tauhid dan yang terkait dengan tauhid.
Perhatian Kaum Muslimin Terhadap Tauhid
Perhatian kaum muslimin terhadap tauhid didasari oleh perhatian Al-Quran terhadapnya
sehingga dapat kita katakan bahwa perhatian utama umat Islam sejak dahulu adalah
da’wah kepada agama Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik atau dengan kata
lain da’wah kepada bukti-bukti kebenaran aqidah Islam agar manusia beriman kepada
aqidah tersebut. Perhatian kaum muslimin ini berlangsung terus menerus dalam waktu
yang amat panjang.
Kesimpulan
• Ilmu tauhid mengedepankan dalil-dalil naqli dan ‘aqli terhadap kebenaran aqidah
islamiyyah.
• Pembahasan ilmu tauhid adalah rukun iman: iman kepada Allah, malaikat, kitab-
kitab, para nabi dan rasul, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk.
• Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia, karena ia terkait dengan Allah swt
pencipta alam semesta, dimana urgensi ilmu tauhid berasal dari keagungan Allah
swt.
• Mempelajari kadar minimal dari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain, yaitu sampai
seorang muslim meyakini berdasarkan ilmu tentang kebenaran aqidah islam yang
dianutnya sehingga imannya kepada enam rukun iman di atas menjadi kokoh
dan kuat.
• Perhatian Al-Quran terhadap pembahasan ilmu tauhid amat besar sehingga ayat-
ayat makkiyyah hampir semuanya berisi tentang tauhid dan masalah-masalah
yang terkait dengannya.
• Ummat islam generasi awal sangat memperhatikan tauhid sehingga mereka
mulia dan memimpin dunia, namun tatkala ummat Islam mengabaikannnya
aqidah mereka menjadi lemah lalu menyebabkan kelemahan perilaku dan amal
mereka sehingga orang-orang kafir dapat menjajah negeri dan tanah air mereka.
Jawab: Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tak mengharapkan pahala dari-
Nya, tidak takut dengan hukuman-Nya, beramal tanpa pernah menginginkan keridhaan-
Nya, dan tak peduli apakah yang mereka lakukan halal atau haram, maka mereka jelas
tidak berhak memperoleh ganjaran pahala atas amal mereka meskipun amalnya baik.
Karena mereka adalah orang-orang kafir (mengingkari kenabian Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam) yang tidak berusaha mencari agama Allah yang benar, tidak mau
mendengar penjelasan ilahi yang dibawa oleh para rasul alaihimussalam. Disamping itu,
jika mereka mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepada mereka, mereka mengolok-
olokkannya, sehingga wajar kalau amal mereka tertolak dan mereka mendapat sangsi
atas kekafiran mereka.
نثُورا
ً مَّ هبَا ًٓء
َ م ٍل َف َج َع ْل َٰن ُه
َ ما َع ِم ُلوا۟ ِم ْن َع
َ َى
ٰ ِم َنآ إِل
ْ َو َقد
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqan, 25:23).
Allah Ta’ala memperlihatkan segala amal kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang
kafir semasa di dunia, lalu dijadikan amal itu sia-sia dan tak memberi manfaat sama
sekali lantaran kekafiran mereka. Amalan mereka itu laksana debu beterbangan.
Diumpamakan seperti itu dalam hal tidak ada pahalanya karena tidak ada syarat untuk
diterima, yaitu iman dan karena mereka telah diberi balasan ketika di dunia. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya orang kafir, apabila mengerjakan amal yang baik, maka akan diberi
makanan karenanya di dunia. Adapun orang mukmin, maka Allah Ta’ala akan
menyimpan kebaikannya di akhirat dan akan mengaruniakan rezeki di dunia karena
ketaatannya.” (HR. Muslim)
َى
ٰ س ُبوا۟ َعل
َ َما ك َ اصفٍ ۖ لَّا يَ ْقد ُِر
َّ ون ِم ِ يح فِى يَ ْومٍ َع ُ ٱلر
ِ ِت ِبهْ ٱش َت َّد
ْ ما ٍد َ م كَ َر َٰ م ۖ أَ ْع
ْ م ُل ُه َ َل ٱ َّلذ
ْ ِين كَ َف ُروا۟ ِب َر ِب ِه ُ مث
َّ
يد
ُ ِٰل ٱ ْل َبع
ُ ض َلَّ ه َو ٱل
ُ ِك
َ ى ٍء ۚ َٰذل
ْ َش
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu
yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak
dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia).
yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (QS. Ibrahim, 14:18)
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu
dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. An-Nur, 24:39).
Sebagai contoh:
John (misalnya) masuk ke sebuah kebun besar yang bukan miliknya, ia menemukan
beragam buah-buahan di dalamnya, lalu ia makan dan minum serta melakukan
berbagai perbuatan: mencabut beberapa pohon dan menanam pohon yang lain tanpa
seizin pemilik kebun.
Sementara Muhsin (misalnya) masuk ke dalam kebun yang sama namun ia berkata pada
dirinya sendiri: “Saya tidak akan melakukan apa-apa sebelum saya bertemu dengan
pemilik kebun atau orang yang ditugaskan oleh pemilik kebun mewakilinya.”
Lalu ia mulai mencarinya. Pada saat bertemu, pemilik kebun marah dan menolak apa
yang dilakukan oleh John tapi John tidak peduli dan tetap melakukan apa yang ia
kehendaki tanpa izin pemilik kebun. Sedangkan Muhsin mendengarkan dan mentaati
semua arahan pemilik kebun. Siapakah yang berhak mendapat penghargaan dari
pemilik kebun, John ataukah Muhsin? Apakah John berhak mendapatkan ucapan terima
kasih apalagi bayaran atas apa yang telah ia lakukan meskipun baik?
Orang yang berakal pasti berkata bahwa Muhsinlah yang berhak mendapat
penghargaan karena ia menuruti arahan dan aturan pemilik kebun, sedangkan John
tidak memperolehnya karena perintah dan larangan dari pemilik kebun telah ia ketahui
namun ia tak mau peduli, sehingga meskipun ada sebagian perbuatannya dianggap
baik tetap saja ia tidak berhak memperoleh penghargaan.
Demikianlah, bumi ini dan semua isinya adalah milik Allah secara mutlak, para rasul-Nya
adalah wakil Allah di bumi, orang yang beriman seperti “si Muhsin” yang beramal sesuai
petunjuk Allah Penciptanya, dan orang kafir seperti “si John” yang berperilaku tanpa
mau mengikuti petunjuk dan syariat Allah dan berpaling dari apa yang telah
disampaikan rasul-Nya.
للا
ِ ل ُ س ْو
ُ م ًدا َّر ُ ش َه ُد أَ َّن
َّ م َح ْ َللا َو أ َ َش َه ُد أَ ْن لا
ُ َّإله إِلا ْ َأ
Pengakuan dan pernyataan dengan syahadat pertama berarti: Anda meyakini dan
membenarkan bahwa alam semesta ini ada Pencipta yang telah mengadakannya dari
ketiadaan, mengatur dan menyempurnakannya, bahwa Dialah satu-satunya yang berhak
disembah – tak ada sekutu bagi-Nya – bahwa Anda adalah salah satu ciptaan-Nya.
Sedangkan syahadat kedua berarti Anda beriman, membenarkan dan meyakini bahwa
Muhammad adalah utusan Allah Ta’ala, Dia mengutusnya dengan membawa petunjuk
dan penjelasan tentang hal-hal yang halal yang diridhai-Nya dan penjelasan tentang
yang haram yang menyebabkan murka-Nya, bahwa dengan ketaatan Anda mengikuti
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti Anda telah merealisasikan ketaatan
kepada Allah. Dan sudah sama-sama kita ketahui bahwa jika Anda tidak beriman
dengan tauhid maka syahadat Anda dapat dikatakan batal atau tidak diterima.
Jadi, kita harus mempelajari ilmu tauhid agar syahadat kita diakui, keislaman kita benar,
dan agar amal kita diterima di sisi Allah Ta’ala.
“Maka Ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain
Allah.” (QS. Muhammad, 47:19)
ِيم
ُ يز ٱ ْل َحك ُ ط ۚ لَآ إِ َل َٰه ِإلَّا
ُ ه َو ٱ ْل َع ِز ِ ِس ًًۢ م َٰٓلئِكَ ُة َو ُأ ۟و ُلو ۟ا ٱلْعِ لْمِ َقآئ
ْ ِما ِبٱ ْلق َ ه َو َوٱ ْل ش ِه َد ٱل َّل ُه أَن ُۥ
ُ َّه َلا ٓ ِإ َل َٰه إِلَّا َ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah),
yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah),
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran, 3:18).
Oleh karena itu, ilmu tauhid adalah dasar semua ilmu agama dan sekaligus ilmu yang
paling baik.
Kesimpulan ( ُصة
َ َ)الخلا
ُ
• Allah Ta’ala tidak akan menerima amal orang-orang kafir, Dia hanya menerima
amal mereka yang muslim (beriman kepada Allah sesuai syariat yang dibawa
rasul-Nya).
• Alasannya: karena orang kafir bisa jadi melakukan amal yang baik namun tidak
menginginkan keridhaan Pencipta dan Pemilik dirinya bahkan ia tidak peduli
apakah Allah ridha atau murka, maka ia berhak dihukum dan tak berhak
mendapat pahala.
• Pintu masuk Islam adalah dua kalimat syahadat. Sedangkan syahadat tidak akan
sempurna jika seseorang tidak mengetahui ilmu tauhid. Oleh karenanya ilmu
tauhid adalah ilmu paling penting menurut agama Islam.