PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Suara serak merupakan istilah yang biasa digunakan sehari hari untuk
mengungkapkan disfona. Istilah ini biasa digunakan untuk menunjukkan suatu
perubahan kualitas dari suara. Kelainan ini dapat menjadi gejala sekaligus tanda
dari disfungsi organ-organ fonasi. Suara serak jarang dijadikan diagnosis
meskipun berkaitan dengan International Classification of Disease Code.2
Untuk memahaminya diperlukan beberapa definisi akan istilah-istilah
sebagai berikut :1
1. Hoarseness/Dysphonia (suara serak) didefinisikan sebagai kelainan yang
ditandai oleh perubahan kualitas suara, tinggi-rendahnya, kenyaringannya
ataupun upaya memproduksi suara yang menyebabkan gangguan
berkomunikasi yang berkaitan dengan penurunan kualitas hidup.
2. Impaired Communication (gangguan komunikasi) yang didefinisikan
sebagai penurunan atau terbatasnya kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain menguunakan suara.
3. Reduced voice-related quality of life (penurunan kualitas hidup yang
berkaitan dengan penurunan kemampuan bersuara) didefinisikan sebagai
penurunan dalam hal fisik, emocional, sosial dan ekonomi sebagai hasil
dari disfungsi suara.Perubahan dari suara biasanya berkaitan dengan
gangguan pada pita suara yang merupakan bagian pembentuk suara yang
terdapat di larynx. Selama bernafas, pitasuara saling menjauh. Ketika
berbicara atau bernyanyi, pita suarasaling mendekat, dan udara keluar dari
paru, getaran udara menghasilkan suara. Semakin tebal dan semakin kecil
ukuran pita suara,getaran yang dihasilkan semakin cepat. Semakin cepat
getaran suara yangdihasilkan semakin tinggi. Pembengkakan pada pita
suara dapatmengakibatkan tidak menyatunya kedua pita suara sehingga
dapat terjadi perubahan pada suara.Suara parau bukan merupakan suatu
penyakit tetapi merupakan gejaladari suatu penyakit. Keluhan suara parau
2
tidak jarang kita temukan dari klinik,suara parau ini digambarkan dengan
pasien yang mengeluarkan suara yangkasar lebih rendah dari suara aslinya
walaupun suara serak merupakan suatugejala tetapi jika prosesnya
berlangsung lama maka merupakan tanda awaldari penyakit yang serius di
daerah tenggorok.
3
stroboskopik atau kecepatan tinggi. Setelah glottis dikembalikan ke konfigurasi
aslinya, siklus berulang. Karakteristik siklus glotal tergantung pada sifat jaringan
yang melekat, termasuk elastisitas dan viskositas penutup flip vokal dan aktivitas
otot-otot laring intrinsik, dan energi diberikan oleh hembusan udara.4
2.3. PATOFISIOLOGI
Seluruh voice box bertumpu pada trakea dan digantung di atas tulang hyoid,
yang berhubungan dengan pangkal lidah. Ketika koneksi ini dipengaruhi oleh
ketengan dari lidah atau posisi vertical laring yang tidak semestinya maka akan
dihasilkan pula perubahan kualitas suara. Satu hal lagi yang tidak kalah
pentingnya adalah gerakan laring vertikal yang berperan dalam fonasi (menyanyi),
menelan, pernapasan, dan menguap, dan dalam artikulasi bicara. Ketika gerakan
vertikal dipengaruhi, produksi suara mungkin dapat terganggu walaupun glottis
terlihat "normal" pada pemeriksaan rutin.5
2.4. ETIOLOGI
4
akibat operasi, fiksasi pada sendi krikoaritenoid dan lain-lain. Serta dikarenakan
penggunaan suara yang berlebihan.6
Kelainan patologi yang serius harus disingkirkan, seperti halnya
karsinoma laring dan tumor kepala dan leher lainnya yang menyebabkan
kelumpuhan nervus laringeus. Banyak faktor yang dapat menyebabkan suara
serak. Sebagian besar bukan masalah yang serius dan dapat hilang dalam waktu
yang singkat. Penyebab yang paling sering adalah laringitis akut yang biasanya
munculkarena common cold, infeksi saluran pernapasan atas, atau iritasi saat
bersuara keras seperti berteriak saat olah raga atau konser musik rock. Kebiasaan
menggunakan suara berlebihan mengakibatkan timbulnya vocal nodule atau polip
pada pita suara. Vocal nodule sering terjadi pada anak-anak dan dewasa yang
berteriak saat bermain atau bekerja. Polip dan nodul dapat merupakan suatu
keganasan akan tetapi hal ini jarang terjadi. Penyebab suara serak yang biasa
terjadi pada orang dewasa adalah refluk gastroesofageal ketika asam lambung
naik ke esofagus dan mengiritasi pita suara. Beberapa pasien dengan refluk
gastroesofageal yang mengalami perubahan suara, tidak menunjukkan gejala lain
seperti rasa terbakar pada ulu hati. Biasanya, suara memburuk di pagi hari dan
membaik di siang hari. Pasien ini merasakan ada sesuatu yang mengganjal di
tenggorokan, stagnasi mukus atau keinginan berdehem untuk membersihkan
tenggorokan. Penyebab lain suara serak adalah merokok. Rokok dapat
merupakan penyebab keganasan di tenggorokan, sehingga apabila perokok
mengalami suara parau disarankan untuk segera menemui ahli THT. Beberapa
penyebab suara parau yang jarang terjadi antara lain alergi, masalah pada tiroid,
gangguan pada syaraf, trauma pada area pita suara dan siklus menstruasi.
Penyebab suara parau dapat bermacam macam yang prinsipnya menimpa laring
dan sekitarnya. Penyebab ini dapat berupa:
1. Kelainan Kongenital
a. Laringomalasia merupakan penyebab tersering suara serak saat
bernafas pada bayi baru lahir.
5
b. Laringeal webs merupakan suatu selaput jaringan pada laring yang
sebagian menutup jalan udara. 75 % selaput ini terletak diantara pita
suara, tetapi selaput ini juga dapat terletak diatas atau dibawah pita
suara.
c. Cri du chat sindrome dan Down syndrome merupakan suatu kelainan
genetik pda bayi saat lahir yang bermanifestasi klinis berupa suara
serak atau stridor saat bernafas.
d. Paralisis pita suara bisa terjadi saat lahir, baik mengenai satu atau
kedua pita suara. Tumor pada rongga dada (mediastinum) atau trauma
saat lahir dapat menyebabkan kerusakan saraf pada laring yang
mempersarafi pita suara.
2. Infeksi
a. Infeksi virus adalah infeksi paling banyak yang menyebabkan suara
serak dikarenakan oleh infeksi virus. Virus penyebab yang paling
sering yaitu rinovirus ( common cold virus) , adenovirus, influenza
virus dan parainfluenzavirus.
b. Infeksi bakteri seperti epiglottitis bakterial oleh Hemophilus influenzae
type B (HiB) merupakan salah satu yang sering terjadi dan kadang
dapat menimbulkan infeksi yang fatal. Bakteri penyebab yang lain
yaitu Staphylococcus aureus danStreptococcus pneumoniae tetapi
jarang.
c. Infeksi jamur seperti candida pada mulut dan tenggorokan kadang bisa
menyebabkan suara serak pada anak yang sehat, tetapi ini merupakan
komplikasi yang jarang terjadi kecuali anak dengan imunosupresi
(kemoterapi, HIV, atau Immune deficiency syndrome).
3. Inflamasi
Berkembangnya nodul, polip atau granuloma pada pita suara dapat
diakibatkan oleh iritasi dan inflamsi yang kronis pada pita suara
6
yang berasal dari merokok, batuk, penyalahgunaan suara dan terpapar
racundari lingkungan.
a. Nodules paling sering didapatkan pada anak-anak dan wanita. Pada
laki-laki jarang. Ada hubungannya dengan penyalahgunaan suara dan
nodulini timbul bilateral, lembut, lesinya bulat terletak pada sepertiga
anterior dan dua pertiga posterior dari pita suara.
b. Polipslebih sering didapatkan pada laki-laki dan sangat
kuat berhubungan dengan merokok. Polips berupa massa yang lembut,
bisatunggal atau multipel dan paling sering unilateral.
c. Kista laringeal biasanya berupa sumbatan kelenjar mukus atau
kistainklusi epitel dan akan menyebabkan perubahan suara jika
terdapat atau dekat dengantepi bebas pita suara.
d. Gastroesophageal reflux disease.
4. Tumor Jinak
a. Papilloma merupakan tumor jinak yang sering didapatkan pada
saluran pernapasan. Disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV).
Ibu mungkin terinfeksi virus dengan didapatkan lesi berupa
condyloma pada vulva. Bayi mungkin mendapat infeksi ini saat lahir
baik melalui kontaminasi pada cairan amnion sebelum lahir atau saat
lahir melalui vagina.
b. Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah, mungkin
timbul pada daerah jalan nafas dan menyebabkan suara parau atau
lebih sering stridor.
c. Limphagioma (higroma kistik) merupakan tumor pembuluh limfa.
Sering timbul didaerah kepala dan leher dan dapat mengenai pada jalan
nafas yang menyebabkan stridor atau suara serak.
5. Tumor ganas
7
6. Trauma.
a. Endotracheal intubasi
b. Fraktur pada laring. Trauma langsung pada laring dapat menyebakan
fraktur kartilago laring yang menyebabkan lokal hematoma atau
mengenai saraf.
c. Benda asing
7. Penyakit sistemik
a. Endokrin: hypothyroidisme, acromegaly
b. Rheumatoid arthritis berdampak pada kaitan antar sendi pada laring
c. Penyakit Granulomatous contoh. sarcoid, Wegener's, syphilis, TB
8
2.5. EPIDEMIOLOGI
Di dunia barat, sekitar sepertiga penduduk yang bekerja, menggunakan
suaranya untuk bekerja, Di Inggris sekitar 50.000 pasien per tahun dirujuk
ke bidang THT karena bermasalah dengan suaranya.7
9
2.8. DIAGNOSIS
Anamnesis mengenai suara serak mereka dan gejala terkait lainnya.
Pemeriksaan fisik akan fokus pada kepala dan leher. Seringkali, diagnosis dapat
dibuat didasarkan pada penilaian awal. Dalam beberapa kasus, sebuah tabung
fleksibel panjang bercahaya (lingkup serat optik) akan dimasukkan ke dalam
tenggorokan untuk langsung memvisualisasikan pita suara jika tidak ada penyebab
lain yang awalnya diidentifikasi. Individu dengan suara serak yang berlangsung
lebih dari 2- 3 minggu harus berkonsultasi dengan otolaryngologist. Dokter
biasanya melihat lipatan vokal baik dengan cermin diletakkan di bagian belakang
tenggorokan, atau dengan tabung, sangat kecil fleksibel bercahaya (lingkup serat
optik) yang dilewatkan melalui hidung untuk melihat lipatan vokal. Rekaman
video dan stroboskopi juga sangat membantu. Prosedur-prosedur ini ditoleransi
dengan baik oleh kebanyakan pasien. Dalam beberapa kasus, tes khusus yang
dirancang untuk mengevaluasi suara mungkin disarankan.Mengukur
penyimpangan suara ini, bagaimana suara suara, aliran udara, dan karakteristik
lain yang membantu dalam mendiagnosa dan membimbing pengobatan.
2.9. PENATALAKSANAAN
Pengobatan disfonia sesuai dengan kelainan atau penyakit yang menjadi
etiologinya.6 Karena akibat yang timbul akibat kelelahan bersuara, maka perlu
beberapa langkah pencegahan maupun terapi. Bila belum timbul
keluhan, pencegahan merupakan hal yang terpenting. Beberapa peneliti
menyarankan untuk minum air setiap beberapa saat setelah berbicara. Laki-laki
yang minum air akan dapat membaca dengan kualitas suara yang baik dalam
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan yang tidak diberi minum air. Hal
yang sama didapatkan pada penyanyi karaoke amatir.
Istirahat bersuara merupakan salahsatu tehnik untuk mengistirahatkan
organ-organ pembentuk suara. Penelitian Yiu tahun 2003 melaporkan bahwa pada
subyek yang diberi istirahat 1 menit setiap selesai menyanyikan satu lagu, mampu
bernyanyi rata-rata selama 101 menit sedangkan yang tidak diberi istirahat hanya
mampu bernyanyi selama 86 menit. Faktor-faktor lain yang menjadi faktor risiko
10
terjadinya kelelahan bersuara juga harus diperhatikan. Penggunaan alkohol,
merokok, dan obat-obatan tertentu sebaiknya dihindari karena dapat
mempengaruhi kondisi permukaan plika vokalis. Salah satu penyebab iritasi laring
adalah refkuks dariesofagus. Hal ini dapat mempercepat kelelahan bersuara
karena akan mengakibatkan hilangnya lapisan mukus permukaan pita suara
sertaterkelupasnya epitel.
Beberapa hal yang dianjurkan untuk mencegah refluks antaralain, pertama
menghindari konsumsi kafein dan coklat karena akanmengakibatkan relaksasi
spinkter esofagus. Kedua, hindari makan dan minum pada jam tidur dan sebaiknya
tunggu 2-3 jam setelah makan baru kemudian tidur atau posisi ditinggikan. Bila
sudah ada gejala refluks mungkin diperlukan obat-obatan untuk menetralisir asam
lambung atau mengurangi produksinya.
Ada beberapa pendekatan penatalaksanaan. Pertama, terapi suara dengan
komponen utama berupa edukasi dasar anatomi dan fisiologi produksi suara.
Pasien harus mengerti hubungan antara gangguan suara dan penyebabnya
sehingga lebih menyadari apa yang boleh dilakukan dan apa yang dihindari.
Kedua, konservasi suara yang prinsipnya lebih praktis danrealistis dibandingkan
terpai suara. Caranya adalah dengan mengurangi penggunaan suara atau istirahat
bersuara (vocal rest) pada pasien dengan laringitis akut, disamping pemberian
obat-obatan, yang bertujuan mengurangi oedem jaringan. Perlu juga mengurangi
sumber penyalahgunaan suara dan menggunakan alat pengeras suara. Terapi
tingkah laku suara ditujukan untuk meningkatkan aspek teknik penggunaan suara
termasuk pernapasan perut, latihan penggunaan tinggi nadadan istirahat yang
benar, meningkatkan phrasing dan tehnik-tehnik spesifik lainnya.
Terapi medikamentosa terutama ditujukan untuk mengurangi
oedem jaringan dengan pemberian obat-obat anti inflamasi steroid atau
nonsteroid. Indikasi penggunaan antibiotik atau dekongestan antihistamin pada
pasiendengan suara parau jarang walaupun pada pasien juga terdapat
rhinosinusitisatau bakterial laringotrakeitis, yang mungkin menyebabkan terjadi
komplikasi pada pasien dengan suara parau.Indikasi tindakan bedah dilakukan
tergantung penyebab dari suara parau. Misalnya adanya suatu nodul atau polip
11
yang terdapat pada pita suara makatindakan bedah mungkin diperlukan selain juga
harus menghilangkan faktor pencetus terbentuknya nodul atau polip akibat
penyalahgunaan suara. Pada beberapa kondisi tertentu suara parau memerlukan
terapi yang spesifik. Akan tetapi penatalaksanaan secara umum dapat dilakukan
sebagai berikut8 :
1. Terapi konservatif Setiap tindakan dilakukan untuk mengidentifikasi
danmenghilangkan faktor penyebab seperti stres, merokok, dan alkohol.
Minum banyak air putih dapat mencegah tenggorokan dari
kekeringan.Istirahat berbicara selama dua sampai tiga hari.
2. Terapi Wicara Speech Therapist memegang peranan penting dalam
memberikan terapi terhadap pasien dengan gangguan pada suara, misal
oleh karena vocal nodule dan kesalahan penggunaan suara.
3. Terapi medikamentosa infeksi saluran pernafasan atas seringkali
disebabkan oleh infeksivirus. Tirah baring, pemberian parasetamol atau
larutan aspirin gargle dapat diberikan. Pemberian antibiotik dianjurkan jika
terdapat infeksi bakteri. Nasal spray diberikan pada pasien dengan
inflamasi kronik sinus. Pada pasien dengan gastroesofageal refluk, dapat
diberikan medikasi untuk mengurangi sekresi asam lambung.
4. Pembedahan dianjurkan untuk diagnosis (contoh: biopsi) dan terapi
(contoh: mengambil massa tumor dan laser surgery). Operasi dapat
dilakukan dengan fibre optic endoscope dengan anestesi umum.
Pembedahan pada penyebab suara parau non-cancer hanya di indikasikan
jika penatalaksanaan dengan cara lain gagal.
12
BAB III
KESIMPULAN
Suara serak merupakan suatu tanda dan gejala yang berkaitan erat dengan
perubahan dari perubahan kualitas suara, tinggi-rendahnya, kenyaringannya
ataupun upaya memproduksi suara yang menyebabkan gangguan berkomunikasi
yang berkaitan dengan penurunan kualitas hidup.
Yang biasanya merupakan gejala ringan dan dapat sembuh sendiri namun
juga dapat menjadi suatu gejala dari kelainan yang lebih berat dan membutuhkan
diagnosis serta penatalaksanaan yang cepat dan tepat. Suara serak seringkali tidak
dijadikan diagnosis walaupun ada keterkaitannya dengan disfona yang terdapat
pada International Classification of Diseases Code. Namun ada juga yang
berpendapat bahwa serak merupakan geja sedangkan disfona adalah
diagnosisnya. Pendapat yang terakhir menyatakan bahwa antara disfona dan
hoarseness atau suara serak sulit dibedakan karena dalam sehari- hari suara serak
seringkali menunjukkan gejala yang mengarah pada disfona.
Penyebabnya sangat bervariasi namun terutama mengenai daerah laring
dan sekitarnya. Penyebab terseringnya adalah laringitis akut dan penggunaan
suara yang berlebihan. Diagnosis ditegakkan melalui tahapan-tahapan gradual
mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang.
Penatalaksanaan yang diberikanpun sangat bergantung pada etiologi yang
mendasarinya dapat berupa terapi medikamentosa, terapi suara dan bicara (voice-
speech therapy) hingga tindakan operatif. Berbagai dampak yang mungkin timbul
akibat suara serak, yaitu dampak terhadapkualitas hidup dan kelainan permanent
pada laring. Dampak kualitas hidupterutama terjadi akibat ketidakmampuan untuk
berbicara terus menerus dalamwaktu lama, sehingga dapat mengganggu pekerjan,
sosialisasi dengan masyarakatsekitar dan juga secara ekonomis baik secara
langsung maupun tidak langsung.
13
DAFTAR PUSTAKA
14