Anda di halaman 1dari 21

1

SKIZOFRENIA PARANOID
Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
atau Psikiatri RSUD Dr. Pirngadi Medan.

DISUSUN OLEH

Onny Vibrina Ginting


NPM: 212210065

PEMBIMBING
Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.Kj (K)

SMF ILMU KESEHATAN JIWA / PSIKIATRI

RSUD Dr. PIRNGADI

MEDAN

2017

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 1
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetic, fisik, dan sosialnya.1
Skizofrenia berupa gangguan psikotis yang paling sering. Hampir 1%
penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala skizofrenia
biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada laki-laki
biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan antara 25-35 tahun, awitan
setelah umur 40 tahun jarang terjadi.2
Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara
bervariasi terentang 1 sampai 1,5 %, konsisten dengan rentang tersebut, penelitian
Epidemiological Catchment area ( ECA) yang disponsori oleh National Institute
of Mental Health ( NIMH) melaporkan pravelensi seumur hidup sebesar 1,3 %.3
Kira-kira 0,025 sampai 0,05 % populasi total diobati untuk skizofrenia dalam
satu tahun.Walaupun 2/3 dari pasien yang diobati tersebut membutuhkan
perawatan di rumah sakit, hanya kira -kira setengah dari pasien skizofrenik
mendapatkan pengobatan, tidak tergantung pada keparahan penyakit.3
Diagnosis Skizofrenia, menurut sejarahnya, mengalami perubahan- perubahan.
Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakkan
diagnosis adalah DSM-IV( Diagnostic and Statistical Manual). Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala atau deskripsi klinis dan merupakan suatu
sindrom.2

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 2
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skizofrenia
2.1.1 Definisi
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetic, fisik, dan sosialnya.1
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karateristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.1

2.1.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara
bervariasi terentang 1 sampai 1,5 %, konsisten dengan rentang tersebut, penelitian
Epidemiological Catchment area ( ECA) yang disponsori oleh National Institute
of Mental Health ( NIMH) melaporkan pravelensi seumur hidup sebesar 1,3 %.4
Kira-kira 0,025 sampai 0,05 % populasi total diobati untuk skizofrenia dalam
satu tahun.Walaupun 2/3 dari pasien yang diobati tersebut membutuhkan
perawatan di rumah sakit, hanya kira-kira setengah dari pasien skizofrenik
mendapatkan pengobatan, tidak tergantung pada keparahan penyakit.4

2.1.3 Usia dan jenis kelamin


Skizofrenia adalah sama-sama prevalennya antara laki-laki dan wanita.
Tetapi, dua jenis kelamin tersebut menunjukkan perbedaan dalam onset dan
perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset skizofrenia yang lebih awal
daripada wanita. Lebih dari setengah semua pasien skizofrenia laki-laki tetapi
hanya sepertiga pasien skizofrenia wanita mempunyai perawatan dirumah sakit

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 3
4

psikiatrik yang pertamanya sebelum usia 25-tahun. Usia puncak onset untuk laki-
laki adalah 15-25 tahun, untuk wanita usia puncak adalah 25-35 tahun. Onset
skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang.
Kira-kira 90% pasien dalam pengobatan skizofrenia adalah antara usia 15-55
tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih
mungkin dari pada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan bahwa wanita
lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada
umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada
hasil akhir untuk pasien skizofrenik laki-laki.3

2.1.4 Etiologi
Model diatesis-stres
Satu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan
lingkungan adalah model diathesis-stres. Model ini mendalilkan bahwa seseorang
mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diathesis), yang bila diaktifkan oleh
pengaruh yang penuh tekanan, memungkinkan timbulnya gejala skizofrenia. Pada
model diatesis-stres yang paling umum diatesis atau stres dapat berupa stres
biologis, lingkungan atau keduanya.3

Faktor Biologis
Penyebab skizofrenia tidak diketahui, tetapi dalam dekade yang lalu
semakin banyak penelitian telah melibatkan peranan patofisiologis untuk daerah
tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis, ganglia basalis, tentu
saja, ketiga daerah tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada salah
satu daerah mungkin melibatkan patologi primer didaerah lainnya.4
Hipotesis dopamin
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan dari terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergik.4

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 4
5

Neurotansmiter lainnya
Walaupun dopamin adalah neurotransmiter yang telah mendapatkan
sebagian besar perhatian dalam penelitian skizofrnia, meningkatnya perhatian juga
telah ditujukan pada neorotransmiter lainnya.4
Serotonin
Aktivitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan
impulsif yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenik.4
Norepnefrin
Walaupun hubungan antara aktivitas dopaminergik dan
nonadrenergik masih belum jelas, semakin banyak data yang menyatakan
bahwa sistem noradrenergik memodulasi sistem dopaminergik dalam cara
tertentu sehingga kelainan sistem noradrenergik mempredisposisikan
pasien sering relaps.4
Asam amino
Neurotransmiter asam amino inhibitor gamma-aminobutyric acid
(GABA) juga telah terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Data yang
tersedia beberapa pasien skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA
–ergik didalam hipokampus. Hilangnya neuron inhibitor GABA-ergik
secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan
noradrenergik.4
Glutamat hipotesis yang diajukan tentang glutamat mencakup
hiperaktivitas, hipoaktivitas, dan neurotoksisitas terindukasi glutamat.
Glutamat dilibatkan karena ingesti akut fensiklidin, suatu antagonis
glutamat, menimbulkan sindrom yang menyerupai skizofrenia.3
Neuropatologi
Neuropatologis untuk skizofrenia, dua daerah di otak yang mendapatkan
perhatian adalah sistem limbik dan ganglia basalis.4
Sistem limbik
Sistem limbik karena peranannya dalam mengendalikan emosi,
telah di hipotesiskan terlibat dalam dasar patofisiologis untuk skizofrenia.4

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 5
6

Ganglia basalis
Ganglia basalis terlibat dalam mengendalikan pergerakan, dengan
demikian patologi pada ganglia basalis dilibatkan dalam patofisologi
skizofrenia.4

Genetik
Berbagai macam penelitian telah dengan kuat menyatakan suatu
komponen genetika terhadap penurunan skizofrenia. Penelitian klasik awal
tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan ditahun 1930-an, menemukan bahwa
seseorang kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga
menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah
hubungan dengan dekatnya hubungan persaudaraan tersebut(sebagai contoh,
sanak saudara derajat pertama atau derajat kedua). Penelitian pada kembar
monozigotik yang diadopsi menunjukkan bahwa kembar yang diasuh oleh orang
tua angkat mempunyai skizofrenia dengan kemungkinan yang sama besarnya
seperti saudara kembarnya yang dibesarkan oleh orang tua kandungnya. Temuan
tersebut menyatakan bahwa pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan.4

Faktor Psikososial
Teori psikoanalitis
Sigmund freud mendalilkan bahwa skizofrenia merupakan akibat fiksasi
pertumbuhan berat yang terjadi pada masa awal kehidupan. Ia mempostulasikan
bahwa terdapat suatu defek ego yang berperan dalam timbulnya gejala
skizofrenia. Defek ego tersebut terjadi saat ego belum, atau baru mulai terbentuk.
Konflik intrapsikis yang timbul akibat fiksasi dini ego dan defek akibat relasi
awal objek yang buruk menyebabkan gejala psikotik.3

Teori tentang keluarga


Teori tentang keluarga untuk mengenali perilaku keluarga patologis
karena perilaku tersebut dapat secara bermakna meningkatkan stres emosional
yang harus dihadapi oleh pasien skizofrenik yang rentan.4

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 6
7

Beberapa pasien skizofrenik memang berasal dari keluarga yang


disfungsional, tetapi adalah kepentingan klinis teori tentang keluarga tersebut
berupa ikatan ganda (double bind communication), keretakan dan kecendrungan
keluarga (schisms and skewed family), keluarga yang mendukung secara semu
(pseudomutual dan pseudohostile families), dan emosi yang sangat diekspresikan.4

Teori-teori sosial
Beberapa ahli teori telah menyatakan bahwa industrialisasi dan urbanisasi
adalah terlibat dalam penyebab skizofrenia, walaupun beberapa-beberapa teori
mendukung teori tersebut, stres sekarang dianggap menimbulkan efek utamanya
dalam menentukan waktu onset dan keparahan penyakit.4

2.1.5 Tanda dan gejala skizofrenia


Gejala dan tanda skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas).1
1. Isi Pikiran
a. Thought Echo.
Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang dan bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya
berbeda.
b. Thought Insertion atau Withdrawl.
Isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawl)
c. Thought Broadcasting.
Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.1

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 7
8

2. Delusi
a. Delusion of Control.
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar.
b. Deluasions of Influence.
Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
c. Delusions of Passivity.
Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan
dari luar."Tentang dirinya" artinya secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
d. Delusional Perception.
Pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.1

3. Halusinasi Auditorik.
a) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku penderita.
b) Mendiskusikan perihal penderita di antara mereka sendiri (di antara
berbagai suara yang berbicara)
c) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.1

4. Waham yang menurut budaya dianggap tidak wajar.


Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, berkomunikasi dengan makhluk asing
dari dunia lain).1

Atau paling sedikit terdapat 2 (dua) gejala di bawah ini yang harus selalu
ada secara jelas.

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 8
9

5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan
(overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
6. Arus pikiran yan terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
8. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial. Tetapi, harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.1

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal).1
Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.1

2.1. 4 Klasifikasi Skizofrenia


Ada beberapa subtipe Skizofrenia yang diidentifikasi berdasarkan variabel
klinik (berpedoman pada ICD-X) yaitu :
1.
Skizofrenia Paranoid
2.
Skizofrenia Disorganisasi (Hebefrenik)
3.
Skizofrenia Katatonik
4.
Skizofrenia Tak terinci

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 9
10

5.
Depresi Pasca Skizofrenia
6.
Skizofrenia Residual
7.
Skizofrenia Simpleks
8.
Skizofrenia Lainnya
9.
Skizofrenia yang tak tergolongkan
Namun, dalam makalah ini hanya membahas tentang skizoprenia
paranoid.2

2.2 Skizofrenia Paranoid


2.2.1 Definisi
DSM-IV menyebutkan bahwa tipe paranoid ditandai oleh preokupasi pada
salah satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada
perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau
katatonik.4

2.2.2 Tanda dan Gejala


Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai
dengan wahamnya. Pasien sering tidak kooperatif dan sulit untuk kerja sama,
mungkin agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali
memperlihatkan perilaku disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol
sedangkan afek dan pembicara hampir tidak terpengaruh. Beberapa contoh gejala
paranoid yang sering ditemui :
a. Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi, dan
cemburu.
b. Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah, atau menghina.2

2.2.3 Pedoman Diagnostik


Pedoman diagnostik berdasarkan PPDGJ-III :
a) Memenuhi pedoman diagnostik umum skizofrenia
b) Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan waham (tipe apapun) harus menonjol;

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 10
11

1. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi


perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol;
3. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi ( delusion of
influence) atau passivity, dan waham keyakinan dikejar-kejar
yang beraneka ragam adalah yang paling khas.1
c) Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.1

2.2.4 Penatalaksanaan
Meski obat antipsikotik tetap penanganan utama skizofrenia, penelitian
telah menemukan bahwa intervensi psikososial, termasuk psikoterapi, dapat
mempercepat perbaikan klinis.4
Perawatan di rumah sakit
Indikasi utama untuk perawatan di rumah sakit adalah untuk tujuan
diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri
atau membunuh, dan prilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.4

Terapi somatik
Antipsikosis.
Antipsikosis tipikal : klorpromazin dan derivat fenotiazin.5
Klorpromazin sampai sekarang masih digunakan sebagai antipsikosis,
karena ketersediannya dan harganya yang murah.5
Farmakodinamik. Efek farmakologik klorpromazin dan antipsikotik lainnya
meliputi efek pada susunan saraf pusat, sistem otonom, dan sistem endokrin.

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 11
12

Efek ini terjadi karena antipsikosis menghambat berbagai reseptor diantaranya


dopamin reseptor ɑ-adrenergik, muskarinik, histamin H1 dan reseptor 5HT2
dengan afinitas yang tinggi terhadap reseptor dopamin, juga memiliki afinitas
yang tinggi terhadap reeseptor ɑ-adrenergik, sedangkan risperidon memiliki
afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin 5HT2.5
Susunan saraf pusat. CPZ menimbulkan efek sedasi yang disertai sifat acuh tak
acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Semua derivat fenotiazin mempengaruhi
ganglia basal, sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek
ekstrapiramidal).5
Neurologik. Pada dosis berlebihan, semua derivat fenotiazin dapat menyebabkan
gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada parkinsonisme.5
Farmakokinetik. Bioavailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-
35% sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis larut dalam
lemak dan terikat kuat dengan protein plasma (92-99%). Metabolit klopromazin
ditemukan diurin sampai bebrapa minggu setelah pemberian obat terakhir.5
Efek samping. Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman.
Efek samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala
idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikterus, dermatitis dan leokopenia. Reaksi ini
disertai eosinofilia dalam darah perifer.5
Sediaan. Klorpromazin tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100 mg. Setelah
itu juga tersedia dalam bentuk larutan suntik 25 mg/ml. Larutan CPZ dapat
berubah warna menjadi merah jambu oleh pengaruh cahaya.5
Perfenazin tersedia sebagai oabt suntik dan tablet 2,4, dan 8 mg. Tioridazin
tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg. Flufanazin tersedia dalam bentuk
tablet HCL 0,5 mg. Masa kerja flufanezin cukup lama, sampai 24 jam.

Antipsikosis Tipikal lainnya.


Haloperidol. Berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang
karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin.5
Farmakodinamik. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang kuat dan
efektif untuk fase mania penyakit manik defresif dan skizofrenia.5

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 12
13

Susunan saraf pusat. Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada


orang yang mengalami eksitasi.5
Farmakokinetik. Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya
dalam plasma 2-6 jam sejak menelan obat, menetap selama 72 jam dapat
ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu.5
Efek samping. Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidalis dengan
insidens yang tinggi, terutama pada pasien usia muda, pengobatan dengan
haloperidol harus dimulai dengan hati-hati. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan
pada wanita hamil sampai terbukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek
teratogenik.5
Indikasi. Indikasi utama haloperidol ialah untuk pskikosis.5
Sediaan. Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg dan 1,5 mg. Selain itu
juga tersedia dalam bentuk sirup 5 mg/100 ml dan ampul 5 mg/ml.5

Dibenzoksazepin
Termasuk derivat senyawa ini adalah loksapin.5
Farkamodinamik. Loksapin memiliki efek antiemetik, sedatif, antikolinergik dan
antiadrenergik. Obat ini berguna untuk mengobati skizofrenia dan psikosis
lainnya.5
Efek samping. Insidens reaksi ekstrapiramidal.5
Farmakokinetik. Diabsorpsi dengan baik per oral, kadar puncak plasma dicapai
dalam 1 jam dan 2 jam (oral). Waktu paruh loksapin ialah 4 jam.5
Sediaan. Loksapin tersedia dalam bentuk tablet dan suntikan. Dosis awal 20-50
mg/hari dalam 2 dosis. Dosis pemeliharaan 20-100 mg dalam 2 dosis.5

Antipskikosis atipikal.
Dibenzodiazepin
Klozapin. Merupakan antipsikotik atipikal pertama dengan potensi lemah.
Disebut atipikal karena obat ini hampir tidak menimbulkan efek ekstrapiramidal
dan kadar prolaktin serum pada manusia tidak di tingkatkan. Klozapin
menunjukkan efek dopaminergik lemah, tetapi dapat mempengaruhi fungsi saraf

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 13
14

dopamin pada sistem mesolimbik-mesokortikal otak, yang berhubungan dengan


fungsi emosional dam mental yang lebih tinggi, yang berbeda dari dopamin
neuron didaerah nigrostrial (daerah gerak) dan tuberoinfundibular) daerah
endokrin.5
Klozapin efektif untuk mengontrol gejala - gejala psikosis dan skizofrenia
baik yang positif maupun yang negatif. Efek yang bermanfaat terlihat dalam 2
minggu diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Selain
itu, karena efek ekstrapiramidal yang sangat rendah, obat ini cocok untuk pasien
yang menunjukkan gejala ekstrapiramidal berat pada pemberian antipsikosis
tipikal. Karena klozapin mempunyai memiliki risiko timbulnya angranulositosis
yang lebih tinggi dibandingkan antipsikosis yang lain, maka penggunaannya
dibatasi hanya pada pasien yang resisten atau tidak dapat mentoleransi
antipskikosis yang lain.5
Efek samping. Agranulositosis merupakan efek samping utama yang ditimbulkan
pada pengobatan dengan klozapin, pengobatan dengan obat ini tidak boleh lebih
dari 6 minggu kecuali bila terlihat adanya perbaikan.5
Efek samping lain yang dapat terjadi antara lain hipertermia, takikardia, sedasi,
pusing kepala, hipersalivasi.5
Farmakokinetik. Klozapin diabsorpsi secara cepat dan sempurna pada pemberian
per oral, kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian
obat.5
Sediaan. Klozapin tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100 mg.5

Risperidone merupakan suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis


yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptore
dopamin tipe 2 (D2). Data penelitian menyatakan bahwa obat ini mungkin lebih
efektif dalam mengobati gejala positif maupun gejala negatif dari skizofrenia.
Data penelitian yang tersedia juga mengatakan bahwa risperidone disertai dengan
efek samping neurologis yang kurang bermakna dan kurang parah dibandingkan
obat antagonis dopamin yang tipikal. Risperidon menjadi obat lini pertama dalam

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 14
15

pengobatam skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan
lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.4

Risperidon
Farmakodinamik. Risperidon merupakan derivat dari benzisoksazol mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktivitas menengah
terhadap reseptor dopamin (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor
histamin. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor
serotonin dan dopamin.5
Farmakokinetik. Bioavailabilitas oral sekitar 70 %, volume distribusi 1-2 l/kg,
diplasma risperidon terikat dengan albumin dan alfa 1 glikoprotein. Ikatan protein
plasma sekiatar 90%. Risperindon secara ekstensif dimetabolisme dihati oleh
enzim CYP 2D6 menjadi metabolitnya 9-hidrosiriperidon. Risperidon dan
metabolitnya dielaminasi lewat urin dan sebagian kecil lewat feses.5
Indikasi. Indikasi risperidon adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala
negatif maupun positif, disamping itu diindikasikan pula untuk gangguan bipolar,
depresi dengan ciri psikosis.5
Efek samping. Secara umum efek smaping risperidon dapat ditoleransi dengan
baik. Efek samping yang dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnilen,
mual, muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi piramidal
terutama tardiv diskenesia. Efek smaping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan
dibanding antipsikosis lainnya.5
Sediaan. Risperidon tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg, sirup dan
injeksi (long-lasting injection) 50 mg/ml.5

Olanzapin
Farmakodinamik. Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin, struktur
kimianya mirip dengan klozapin. Olanzapin memiliki afinitas terhadap reseptor
dopamin (D2,D3,D4, dan D5), reseptor serotonin (5HT2, muskarinik, histamin
(H1) dan reseptor alfa 1.5

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 15
16

Farmakokinetik. Olanzapin diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral,


dengan kada plasma tercapai setelah 4-6 jam pemberian, metabolisme dihepar
oleh enzim CYP 2D6, dan diekskresi lewat urin.5
Indikasi. Indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif maupun positif
skizofrenia dan sebagai antimania. Obat ini juga menunjukkan efektivitas pada
pasien depresi dengan gejala psikotik.5
Efek samping. Meskipun strukturnya mirip dengan klozapin, olanzapin tidak
menyebabkan agranulositosis seperti klozapin. Efek samping yang sering
dilaporkan adalah peningkatan berat bdan dan gangguan metabolik yaitu
intolereransi glukosa, hiperglikemi, dan hiperlipidemia.5
Sediaan. Olanzapin tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, dan vial 10 mg.5

Quetiapin
Farmakodinamik. Obat ini memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin (D2),
serotonin (5HT2), dan bersifat agonis parsial terhadap reseptor serotonin 5HT 1A
yang diperkirakan mendasari efektivitas obat ini untuk gejala positif maupun
negatif skizofrenia.5
Farmakokinetik.
Absorpsinya cepat setalah pemberian oral, kadar plasma maksimal tercapai
setelah 1-2 jam pemberian. Ikatan protein sekitar 83 %, metabolisme nya lewat
hati oleh enzim CYP 3A4 ekskresi sebagian besar lewat urin dan sebagian kecil
lewat feses.5
Indikasi. Quetiapin diindikasikan untuk skizofrenia dengan gejala positif maupun
negatif. Obat ini diindikasikan pula untuk gangguan depresi dan mania.5
Efek samping. Efek samping yang umum adalah sakit kepala, somnolen, dan
dizziness. Seperti antipsikosis lainnya quetiapin juga memiliki efek samping
peningkan berat badan, gangguan metabolik dan hiperprolaktin, sedangkan efek
samping ekstrapiramidal minimal.5

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 16
17

Ziprasidon
Farmakodinamik. Obat ini dikembangkan dengan harapan memiliki sprektum
skizofrenia yang luas, baik gejala positif, negarif maupun gejala afektif dengan
efek samping yang minimal terhadap prolaktin, metabolik, gangguan seksual dan
efek antikolinergik. Obat ini memperlihatkan afinitas terhadap reseptor serotonin
(5HT2A) dab dopamin (D2).5
Farmakokinetik. Absorbsinya cepat setelah pemberian oral. Metabolismenya
dihati dan ekskresi sebagian kecil lewat urin dan sebagian besar lewat feses.
Ikatan protein plasma nya kuat berkisar lebih dari 99%. Obat ini juga tersedia
dalam sediaan IM yang digunakan untuk mendapatkan efek yang cepat pada
keadaan akut (agitasi).5
Indikasi. Indikasinya adalah untuk mengatasi keadaan akut (agitasi) dari
skizofrenia dan gangguan skizoafektif, terapi pemeliharaan pada skizofrenia
skizoafektif kronik, serta gangguan bipolar.5
Efek samping. Efek sampingnya mirip dengan antipsikosis lainnya, yang perlu
menjadi perhatian adalah adanya studi menunjukkan ziprasidon memilik
gangguan kardiovaskular yakni perpanjangan interval QT yang lebih besar
dibanding antipsikosis lainnya.5
Sediaan. Tablet 20 mg. Ampul 10 mg.5

Prinsip – prinsip terapeutik


Pemakaian medikasi antipsikotik pada skizofrenia harus mengikuti lima prinsip
utama.
1. Klinisi harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati.
2. Suatu antipsikotuk yang telah bekerja dengan baik dimasa lalu pada pasien
harus digunakan lagi.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu
pada dosis yang adekuat.
4. Pada umumnya penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu
waktu adalah jarang diindikasikan, walaupun beberapa dokter psikiatrik

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 17
18

menggunakan thiodazine (mellaril) untuk mengobati insomnia pada pasien


yang mendapatkan antipsikotik lain untuk pengobatan gejala skizofrenia.
5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin
yang diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama episode
psikotik.4

Terapi psikososial
Terapi perilaku
Terapi perilaku. Latihan keterampilan prilaku sering kali dinamakan
terapi keterampilan sosial. Terapi dapat secara langsung membantu dan berguna
bagi pasien dan merupakan terapi tambahan. Disamping gejala personal dari
skizofrenia, beberapa gejala skizofrenia yang paling terlihat adalah menyangkut
hubungan pasien dengan orang lain, termasuk kontak mata yang buruk,
keterlambatan respon, ekspresi wajah yang aneh, tidaka adanya spontanitas dalam
situasi sosial, dan persepsi yang tidak akurat atau tidak adanya persepsi emosi
terhadap orang lain. Perilaku tersebut secara spesifik dipusatkan didalam latihan
keterampilan perilaku. Latihan ini melibatkan penggunaan kaset vidio orang lain
dan pasien, permainan simulasi (role playing) dalam terapi, dan pekerjaan rumah
tentang keterampilan yang dilakukan.

Terapi berorientasi keluarga.


Berbagai terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan
skizofrenia. Karena pasien skizofrenia sering kali dipulangkan dalam remisi
parsial, keluarga dimana pasien skizofrenia kembali sering kali mendapatkan
manfaat dari terapi keluarga yang singkat tetapi intensif (setiap hari). Sering kali,
anggota keluarga pasien, didalam cara yang jelas, mendorong sanak saudaranya
yang menderita skizofrenia untuk melakukan aktivitas terlalu cepat. Rencana yang
terlalu optimis tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan
dari penyangkalan tentang keparahan penyakit. Ahli terapi harus membantu
keluarga pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati.
Didalam sesion keluarga dnegan pasien skizofrenia, ahli terapi harus

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 18
19

mengendalikan intensitas emosioanal dari sesion. Ekspresi emosi yang berlebihan


selama satu sesion dapat merusak proses pemulihan pasien skizofrenia dan dapat
mengurangi kemungkinan keberhasilan sesi terapi keluarga selanjutnya. Sejumlah
penelitian telah menemukan bahwa terapi kelompok dan psikoterapi individual
keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps.4

Terapi kelompok.
Terapi kelompok pada skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok adalah efektif dalam
menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes
realitas bagi pasien dengan skizofrenia.4

Psikoterapi individual.
Penelitian yang paling baik tentang tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi adalah
membantu dan menambah efek farmakologis. Jenis terapi yang diteliti adalah
psikoterapi suportif dan psikoterapi berorientasi-tilikan. Suatu konsep penting
didalam psikoterapi bagi pasien seorang pasien skizofrenia adalah perkembangan
suatu hubungan teraupetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman
tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara
ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien. Psikoterapi untuk pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan
dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan.4
Beberapa klinisi dan peneliti telah menyadari bahwa kemampuan pasien
skizofrenia untuk membentuk ikatan terapeutik dengan ahli terapi dapat
memperkiran hasil ankhirnya. Sekurangnya satu penelitian menemukan bahwa
pasien skizofrenia yang mampu membentuk ikatan terapeutik yang baik
kemungkinan akan tetap mengikuti psikoterapi, tetap patuh dengan medikasinya,
dan mempunyai hasil akhir yang baik pada pemeriksaan follow-up dua tahun.4

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 19
20

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom yang pada umumnya
ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1
Diagnosis Skizofrenia, menurut sejarahnya, mengalami perubahan-
perubahan. Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk
menegakkan diagnosis adalah DSM-IV( Diagnostic and Statistical Manual).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala atau deskripsi klinis dan merupakan
suatu sindrom.2
Pedoman diagnostik skizofrenia paranoid berdasarkan PPDGJ-III :
a) Memenuhi pedoman diagnostik umum skizofrenia
b) Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan waham (tipe apapun) harus menonjol;
1. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol;
3. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi ( delusion of
influence) atau passivity, dan waham keyakinan dikejar-kejar
yang beraneka ragam adalah yang paling khas.1
c) Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.1

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 20
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas


dari PPDGJ III. Jakarta: PT. Nuh Jaya
2. Elvira, Hadisukanto. 2014. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta : FK
UI
3. Sadocks, B.J., Sadocks, V. A. 2010. Kaplan dan Sadocks. Buku Ajar
Psikiatri Klinis Ed.2 Jakarta : EGC..
4. Kaplan, H.I., Sadocks, B.J., Grebb, J.A. 2010. Kaplan dan Sadocks
Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
5. Gunawan, Nafrialdi. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5.Jakarta : FK
UI

Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 21

Anda mungkin juga menyukai