SKIZOFRENIA PARANOID
Paper ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
atau Psikiatri RSUD Dr. Pirngadi Medan.
DISUSUN OLEH
PEMBIMBING
Prof. dr. Bahagia Loebis, Sp.Kj (K)
MEDAN
2017
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 1
2
BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Definisi
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak yang belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
pertimbangan pengaruh genetic, fisik, dan sosialnya.1
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karateristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu
dapat berkembang kemudian.1
2.1.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara
bervariasi terentang 1 sampai 1,5 %, konsisten dengan rentang tersebut, penelitian
Epidemiological Catchment area ( ECA) yang disponsori oleh National Institute
of Mental Health ( NIMH) melaporkan pravelensi seumur hidup sebesar 1,3 %.4
Kira-kira 0,025 sampai 0,05 % populasi total diobati untuk skizofrenia dalam
satu tahun.Walaupun 2/3 dari pasien yang diobati tersebut membutuhkan
perawatan di rumah sakit, hanya kira-kira setengah dari pasien skizofrenik
mendapatkan pengobatan, tidak tergantung pada keparahan penyakit.4
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 3
4
psikiatrik yang pertamanya sebelum usia 25-tahun. Usia puncak onset untuk laki-
laki adalah 15-25 tahun, untuk wanita usia puncak adalah 25-35 tahun. Onset
skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau sesudah 50 tahun adalah sangat jarang.
Kira-kira 90% pasien dalam pengobatan skizofrenia adalah antara usia 15-55
tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih
mungkin dari pada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan bahwa wanita
lebih mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada
umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada
hasil akhir untuk pasien skizofrenik laki-laki.3
2.1.4 Etiologi
Model diatesis-stres
Satu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan
lingkungan adalah model diathesis-stres. Model ini mendalilkan bahwa seseorang
mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diathesis), yang bila diaktifkan oleh
pengaruh yang penuh tekanan, memungkinkan timbulnya gejala skizofrenia. Pada
model diatesis-stres yang paling umum diatesis atau stres dapat berupa stres
biologis, lingkungan atau keduanya.3
Faktor Biologis
Penyebab skizofrenia tidak diketahui, tetapi dalam dekade yang lalu
semakin banyak penelitian telah melibatkan peranan patofisiologis untuk daerah
tertentu di otak, termasuk sistem limbik, korteks frontalis, ganglia basalis, tentu
saja, ketiga daerah tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada salah
satu daerah mungkin melibatkan patologi primer didaerah lainnya.4
Hipotesis dopamin
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk skizofrenia
menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan dari terlalu banyaknya aktivitas
dopaminergik.4
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 4
5
Neurotansmiter lainnya
Walaupun dopamin adalah neurotransmiter yang telah mendapatkan
sebagian besar perhatian dalam penelitian skizofrnia, meningkatnya perhatian juga
telah ditujukan pada neorotransmiter lainnya.4
Serotonin
Aktivitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan
impulsif yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenik.4
Norepnefrin
Walaupun hubungan antara aktivitas dopaminergik dan
nonadrenergik masih belum jelas, semakin banyak data yang menyatakan
bahwa sistem noradrenergik memodulasi sistem dopaminergik dalam cara
tertentu sehingga kelainan sistem noradrenergik mempredisposisikan
pasien sering relaps.4
Asam amino
Neurotransmiter asam amino inhibitor gamma-aminobutyric acid
(GABA) juga telah terlibat dalam patofisiologi skizofrenia. Data yang
tersedia beberapa pasien skizofrenia mengalami kehilangan neuron GABA
–ergik didalam hipokampus. Hilangnya neuron inhibitor GABA-ergik
secara teoritis dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan
noradrenergik.4
Glutamat hipotesis yang diajukan tentang glutamat mencakup
hiperaktivitas, hipoaktivitas, dan neurotoksisitas terindukasi glutamat.
Glutamat dilibatkan karena ingesti akut fensiklidin, suatu antagonis
glutamat, menimbulkan sindrom yang menyerupai skizofrenia.3
Neuropatologi
Neuropatologis untuk skizofrenia, dua daerah di otak yang mendapatkan
perhatian adalah sistem limbik dan ganglia basalis.4
Sistem limbik
Sistem limbik karena peranannya dalam mengendalikan emosi,
telah di hipotesiskan terlibat dalam dasar patofisiologis untuk skizofrenia.4
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 5
6
Ganglia basalis
Ganglia basalis terlibat dalam mengendalikan pergerakan, dengan
demikian patologi pada ganglia basalis dilibatkan dalam patofisologi
skizofrenia.4
Genetik
Berbagai macam penelitian telah dengan kuat menyatakan suatu
komponen genetika terhadap penurunan skizofrenia. Penelitian klasik awal
tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan ditahun 1930-an, menemukan bahwa
seseorang kemungkinan menderita skizofrenia jika anggota keluarga lainnya juga
menderita skizofrenia dan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia adalah
hubungan dengan dekatnya hubungan persaudaraan tersebut(sebagai contoh,
sanak saudara derajat pertama atau derajat kedua). Penelitian pada kembar
monozigotik yang diadopsi menunjukkan bahwa kembar yang diasuh oleh orang
tua angkat mempunyai skizofrenia dengan kemungkinan yang sama besarnya
seperti saudara kembarnya yang dibesarkan oleh orang tua kandungnya. Temuan
tersebut menyatakan bahwa pengaruh genetik melebihi pengaruh lingkungan.4
Faktor Psikososial
Teori psikoanalitis
Sigmund freud mendalilkan bahwa skizofrenia merupakan akibat fiksasi
pertumbuhan berat yang terjadi pada masa awal kehidupan. Ia mempostulasikan
bahwa terdapat suatu defek ego yang berperan dalam timbulnya gejala
skizofrenia. Defek ego tersebut terjadi saat ego belum, atau baru mulai terbentuk.
Konflik intrapsikis yang timbul akibat fiksasi dini ego dan defek akibat relasi
awal objek yang buruk menyebabkan gejala psikotik.3
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 6
7
Teori-teori sosial
Beberapa ahli teori telah menyatakan bahwa industrialisasi dan urbanisasi
adalah terlibat dalam penyebab skizofrenia, walaupun beberapa-beberapa teori
mendukung teori tersebut, stres sekarang dianggap menimbulkan efek utamanya
dalam menentukan waktu onset dan keparahan penyakit.4
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 7
8
2. Delusi
a. Delusion of Control.
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar.
b. Deluasions of Influence.
Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar.
c. Delusions of Passivity.
Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan
dari luar."Tentang dirinya" artinya secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
d. Delusional Perception.
Pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.1
3. Halusinasi Auditorik.
a) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku penderita.
b) Mendiskusikan perihal penderita di antara mereka sendiri (di antara
berbagai suara yang berbicara)
c) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.1
Atau paling sedikit terdapat 2 (dua) gejala di bawah ini yang harus selalu
ada secara jelas.
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 8
9
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan
(overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
6. Arus pikiran yan terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
8. Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial. Tetapi, harus jelas bahwa
semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.1
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 9
10
5.
Depresi Pasca Skizofrenia
6.
Skizofrenia Residual
7.
Skizofrenia Simpleks
8.
Skizofrenia Lainnya
9.
Skizofrenia yang tak tergolongkan
Namun, dalam makalah ini hanya membahas tentang skizoprenia
paranoid.2
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 10
11
2.2.4 Penatalaksanaan
Meski obat antipsikotik tetap penanganan utama skizofrenia, penelitian
telah menemukan bahwa intervensi psikososial, termasuk psikoterapi, dapat
mempercepat perbaikan klinis.4
Perawatan di rumah sakit
Indikasi utama untuk perawatan di rumah sakit adalah untuk tujuan
diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri
atau membunuh, dan prilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.4
Terapi somatik
Antipsikosis.
Antipsikosis tipikal : klorpromazin dan derivat fenotiazin.5
Klorpromazin sampai sekarang masih digunakan sebagai antipsikosis,
karena ketersediannya dan harganya yang murah.5
Farmakodinamik. Efek farmakologik klorpromazin dan antipsikotik lainnya
meliputi efek pada susunan saraf pusat, sistem otonom, dan sistem endokrin.
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 11
12
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 12
13
Dibenzoksazepin
Termasuk derivat senyawa ini adalah loksapin.5
Farkamodinamik. Loksapin memiliki efek antiemetik, sedatif, antikolinergik dan
antiadrenergik. Obat ini berguna untuk mengobati skizofrenia dan psikosis
lainnya.5
Efek samping. Insidens reaksi ekstrapiramidal.5
Farmakokinetik. Diabsorpsi dengan baik per oral, kadar puncak plasma dicapai
dalam 1 jam dan 2 jam (oral). Waktu paruh loksapin ialah 4 jam.5
Sediaan. Loksapin tersedia dalam bentuk tablet dan suntikan. Dosis awal 20-50
mg/hari dalam 2 dosis. Dosis pemeliharaan 20-100 mg dalam 2 dosis.5
Antipskikosis atipikal.
Dibenzodiazepin
Klozapin. Merupakan antipsikotik atipikal pertama dengan potensi lemah.
Disebut atipikal karena obat ini hampir tidak menimbulkan efek ekstrapiramidal
dan kadar prolaktin serum pada manusia tidak di tingkatkan. Klozapin
menunjukkan efek dopaminergik lemah, tetapi dapat mempengaruhi fungsi saraf
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 13
14
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 14
15
pengobatam skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif dan
lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.4
Risperidon
Farmakodinamik. Risperidon merupakan derivat dari benzisoksazol mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktivitas menengah
terhadap reseptor dopamin (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor
histamin. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor
serotonin dan dopamin.5
Farmakokinetik. Bioavailabilitas oral sekitar 70 %, volume distribusi 1-2 l/kg,
diplasma risperidon terikat dengan albumin dan alfa 1 glikoprotein. Ikatan protein
plasma sekiatar 90%. Risperindon secara ekstensif dimetabolisme dihati oleh
enzim CYP 2D6 menjadi metabolitnya 9-hidrosiriperidon. Risperidon dan
metabolitnya dielaminasi lewat urin dan sebagian kecil lewat feses.5
Indikasi. Indikasi risperidon adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala
negatif maupun positif, disamping itu diindikasikan pula untuk gangguan bipolar,
depresi dengan ciri psikosis.5
Efek samping. Secara umum efek smaping risperidon dapat ditoleransi dengan
baik. Efek samping yang dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnilen,
mual, muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi piramidal
terutama tardiv diskenesia. Efek smaping ekstrapiramidal umumnya lebih ringan
dibanding antipsikosis lainnya.5
Sediaan. Risperidon tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg, sirup dan
injeksi (long-lasting injection) 50 mg/ml.5
Olanzapin
Farmakodinamik. Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin, struktur
kimianya mirip dengan klozapin. Olanzapin memiliki afinitas terhadap reseptor
dopamin (D2,D3,D4, dan D5), reseptor serotonin (5HT2, muskarinik, histamin
(H1) dan reseptor alfa 1.5
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 15
16
Quetiapin
Farmakodinamik. Obat ini memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin (D2),
serotonin (5HT2), dan bersifat agonis parsial terhadap reseptor serotonin 5HT 1A
yang diperkirakan mendasari efektivitas obat ini untuk gejala positif maupun
negatif skizofrenia.5
Farmakokinetik.
Absorpsinya cepat setalah pemberian oral, kadar plasma maksimal tercapai
setelah 1-2 jam pemberian. Ikatan protein sekitar 83 %, metabolisme nya lewat
hati oleh enzim CYP 3A4 ekskresi sebagian besar lewat urin dan sebagian kecil
lewat feses.5
Indikasi. Quetiapin diindikasikan untuk skizofrenia dengan gejala positif maupun
negatif. Obat ini diindikasikan pula untuk gangguan depresi dan mania.5
Efek samping. Efek samping yang umum adalah sakit kepala, somnolen, dan
dizziness. Seperti antipsikosis lainnya quetiapin juga memiliki efek samping
peningkan berat badan, gangguan metabolik dan hiperprolaktin, sedangkan efek
samping ekstrapiramidal minimal.5
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 16
17
Ziprasidon
Farmakodinamik. Obat ini dikembangkan dengan harapan memiliki sprektum
skizofrenia yang luas, baik gejala positif, negarif maupun gejala afektif dengan
efek samping yang minimal terhadap prolaktin, metabolik, gangguan seksual dan
efek antikolinergik. Obat ini memperlihatkan afinitas terhadap reseptor serotonin
(5HT2A) dab dopamin (D2).5
Farmakokinetik. Absorbsinya cepat setelah pemberian oral. Metabolismenya
dihati dan ekskresi sebagian kecil lewat urin dan sebagian besar lewat feses.
Ikatan protein plasma nya kuat berkisar lebih dari 99%. Obat ini juga tersedia
dalam sediaan IM yang digunakan untuk mendapatkan efek yang cepat pada
keadaan akut (agitasi).5
Indikasi. Indikasinya adalah untuk mengatasi keadaan akut (agitasi) dari
skizofrenia dan gangguan skizoafektif, terapi pemeliharaan pada skizofrenia
skizoafektif kronik, serta gangguan bipolar.5
Efek samping. Efek sampingnya mirip dengan antipsikosis lainnya, yang perlu
menjadi perhatian adalah adanya studi menunjukkan ziprasidon memilik
gangguan kardiovaskular yakni perpanjangan interval QT yang lebih besar
dibanding antipsikosis lainnya.5
Sediaan. Tablet 20 mg. Ampul 10 mg.5
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 17
18
Terapi psikososial
Terapi perilaku
Terapi perilaku. Latihan keterampilan prilaku sering kali dinamakan
terapi keterampilan sosial. Terapi dapat secara langsung membantu dan berguna
bagi pasien dan merupakan terapi tambahan. Disamping gejala personal dari
skizofrenia, beberapa gejala skizofrenia yang paling terlihat adalah menyangkut
hubungan pasien dengan orang lain, termasuk kontak mata yang buruk,
keterlambatan respon, ekspresi wajah yang aneh, tidaka adanya spontanitas dalam
situasi sosial, dan persepsi yang tidak akurat atau tidak adanya persepsi emosi
terhadap orang lain. Perilaku tersebut secara spesifik dipusatkan didalam latihan
keterampilan perilaku. Latihan ini melibatkan penggunaan kaset vidio orang lain
dan pasien, permainan simulasi (role playing) dalam terapi, dan pekerjaan rumah
tentang keterampilan yang dilakukan.
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 18
19
Terapi kelompok.
Terapi kelompok pada skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok adalah efektif dalam
menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes
realitas bagi pasien dengan skizofrenia.4
Psikoterapi individual.
Penelitian yang paling baik tentang tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi adalah
membantu dan menambah efek farmakologis. Jenis terapi yang diteliti adalah
psikoterapi suportif dan psikoterapi berorientasi-tilikan. Suatu konsep penting
didalam psikoterapi bagi pasien seorang pasien skizofrenia adalah perkembangan
suatu hubungan teraupetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman
tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara
ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien. Psikoterapi untuk pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan
dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan.4
Beberapa klinisi dan peneliti telah menyadari bahwa kemampuan pasien
skizofrenia untuk membentuk ikatan terapeutik dengan ahli terapi dapat
memperkiran hasil ankhirnya. Sekurangnya satu penelitian menemukan bahwa
pasien skizofrenia yang mampu membentuk ikatan terapeutik yang baik
kemungkinan akan tetap mengikuti psikoterapi, tetap patuh dengan medikasinya,
dan mempunyai hasil akhir yang baik pada pemeriksaan follow-up dua tahun.4
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 19
20
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom yang pada umumnya
ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted).
Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1
Diagnosis Skizofrenia, menurut sejarahnya, mengalami perubahan-
perubahan. Ada beberapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk
menegakkan diagnosis adalah DSM-IV( Diagnostic and Statistical Manual).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala atau deskripsi klinis dan merupakan
suatu sindrom.2
Pedoman diagnostik skizofrenia paranoid berdasarkan PPDGJ-III :
a) Memenuhi pedoman diagnostik umum skizofrenia
b) Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan waham (tipe apapun) harus menonjol;
1. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi
jarang menonjol;
3. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi ( delusion of
influence) atau passivity, dan waham keyakinan dikejar-kejar
yang beraneka ragam adalah yang paling khas.1
c) Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.1
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 20
21
DAFTAR PUSTAKA
Skizofrenia Paranoid
Prof. dr. Bahagia Loebis, SpKj (K) Page 21