PENDAHULUAN
1
(Ingram, Timbury dan Mowbray, 1993). Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan
menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah
saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesipik untuk
bunuh diri
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.1 Terapi Aktivitas Kelompok Resiko Bunuh Diri dan SPTK Resiko Bunuh
Diri
A. Topik
Pencegahan Resiko Bunuh Diri
Sesi 1 : Melindungi pasien dari bunuh diri
Sesi 2 :Meningkatkan Harga Diri pasien
Sesi 3 : Menggunakan mekanisme koping yang adaptif
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peserta TAK mampu meningkatkan hubungan interpersonal anggota
kelompok, berkomunikasi, mampu berinteraksi maupun berespon
terhadap stimulasi yang diberikan
2. Tujuan Khusus
a. Sesi 1
1. Klien dapat meningkatkan harga diri
2. Klien dapat berpikir positif terhadap dirinya
b. Sesi 2
1. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
2. Klien dapat membuat rencana masa depan yang realistis
C. Landasan Teori
Bunuh diri adalah segala sesuatu perbuatan dengan tujuan untuk
membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh
seseorang yang tau akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat
(W.F. Maramis, 1992) .
Bunuh diri adalah tindakan agresif terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan (Budi Anna Keliat, 1993) .
3
digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu
mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak
dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena
kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang
berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,
2006).
D. Klien
1. Kriteria
a. Klien yang sehat fisik
b. Klien dengan harga diri rendah kronis
c. Klien yang memiliki perasaan negatif pada dirinya
d. Klien dengan resiko bunuh diri
2. Proses Seleksi
a. Berdasarkan observasi klien sehari- hari
b. Berdasarkan informasi dan diskusi dengan perawat ruangan
mengenai perilaku klien sehari- hari
c. Hasil diskusi kelompok
d. Berdasarkan asuhan keperawatan
e. Adanya kesepakatan dengan klien
E. Pengorganisasian
1. Waktu
a. Hari/ tanggal :
b. Jam :
c. Acara :
1. Pembukaan :
2. Perkenalan pada klien :
3. Perkenalan TAK :
4. Penutup
d. Tempat :
e. Jumlah pasien :
2. Tim Terapis
a. Leader
Tugas Leader:
a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Memimpin jalannya terapi kelompok.
c. Memimpin diskusi.
d. Kontrak waktu
a) Menyimpulkan hasil kegiatan
b) Menutup acara
b. Co Leader
Tugas Co Leader
4
a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
c. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
d. Menggantikan leader jika terhalang tugas.
c. Fasilitator
Tugas fasilitator
a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
b. Memotivasi anggota dalm ekspresi perasaan setelah
kegiatan.
c. Mengatur posisi kelompok dalm lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan.
d. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
e. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
f. Bertanggung jawab terhadap program antisispasi masalah.
d. Observer
Tugas observer
1. Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang
harus dilakukan
2. Mendampingi peserta TAK
3. Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
4. Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
e. Anggota
Tugas Anggota
a. Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
CO LEADER LEADER
5
Klien 1 Klien 2
Fasilitator Fasilitator
Kilen 3 Klien 4
Fasilitator
Fasilitator
F. Pembagian Tugas
Leader : Putu Monita Mahardani
Co Leader : Ni Nyoman Tri Armilayanti
Observer : Ni Wayan Armini Yuntari
: Ni Komang Tri Oktikaningsih
Fasilitator : Luh De Sri Widiani
: Ni Kadek Ayu Lestari Dewi
: Made Riana Ayu Andari
: Ni Luh Widiari
Klien : Ni Luh Yogi Suciari
: Ni Putu Putri Oktaviani
: Ni Wayan Sulistyari
: Putu Ayu Nika Widyasari
Sesi 1
Stimulasi persepsi : Pencegahan Bunuh Diri
Mencegah Keinginan untuk Bunuh Diri
Tujuan :
1. Klien dapat mengendalikan saat ada keinginan atau dorongan untuk
bunuh diri
2. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Setting :
6
1. Terapis dank lien duduk bersama secara melingkar
2. Tempat nyaman dan tenang.
Alat :
Metode :
b. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat pagi ibu- ibu semua, ibu- ibu masih ingat dengan kami
suster suster dari STIKes Wira Medika PPNI Bali yang sudah
menemani ibu- ibu di ruang melati? Perkenalkan nam saya
suster Monita dan teman- teman saya yaitu: suster armila, suster
riana, suster luh de, suster ayu, dan suster widi.
c. Evaluasi Validasi
Ibu- ibu masih ingat dengan janji kita tadi, yaitu tentang kegiatan
terapi aktivitas kelompok (TAK) dari kelompok kami.
d. Kontrak
1. Topik : Ibu- ibu hari ini kita akan membicarakan tentang
kegiatan terapi aktivitas kelompok seperti bagaimana cara
mengendalikan keinginan bunuh diri.
2. Waktu : Ibu- ibu hari ini kita akan membicarakan terapi
akitivitas kelompok selama 30 menit.
3. Tempat:Ibu- ibu kita akan melakukan terapi ini di ruangan ini
ya ibu- ibu.
4. FASE KERJA
a. Bagaimana perasaan ibu- ibu saat ini?
7
b. Apakah ibu- ibu ada keinginan untuk bunuh diri?
c. Apakah yang ibu- ibu lakukan saat keinginan untuk bunuh
diri muncul?
d. Ibu-ibu jika ibu-ibu ada perasaan ingin bunuh diri ibu-ibu
sebaiknya mengobrol dengan teman sekamar ibu agar ibu
tidak terlalu terpengaruh dengan keinginan itu lagi
e. Apakah ibu- ibu ingin mencoba bunuh diri?
Apa sebabnya?
8
Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi :
3 Memperagakan mengalihkan
bila keinginan bunuh diri
muncul
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki oleh klien saat TAK
pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi ,
TAK stimulasi persepsi pencegahan resiko bunuh diri. Klien mampu
menuliskancara mengalihkan bila keinginan bunuh diri muncul dan
tingkatkan reinforcement (pujian).
9
Sesi 2
Stimulasi persepsi : Pencegahan Bunuh Diri
Meningkatkan Harga Diri Klien
Tujuan :
1. Klien dapat mengidentifikasik pengalaman yang tidak
menyenangkan.
2. Klien dapat mengidentifikasi hal positif pada dirinya
Setting :
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruang nyaman dan tenang.
Alat :
1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK.
2. Kertas putih HVS dua kali jumlah klien yang mengikuti TAK.
Metode :
1. Diskusi
2. Permainan
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan
gangguan konsep diri, harga diri rendah.
b. Membuat kontrak dengan kien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi :
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis ( pakai papan nama).
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien ( beri papan
nama )
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bercakap-cakap
tentang hal positif diri sendiri.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut.
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
d. Tahap Kerja
10
1. Terapis memperkenalkan diri : nama lengkap dan nama
panggilan serta memakai papan nama.
2. Terapis membagikan kertas dan spidol kepada klien.
3. Terapis meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak
menyenangkan.
4. Terapis memberi pujian atas peran serta klien.
5. Terapis membagikan kertas yang kedua.
6. Terapis meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri
sendiri, kemampuan yang dimiliki, kegiatan yang biasanya
dilakukan di rumah dan dirumah sakit.
7. Terapis meminta klien membacakan hal positif yang sudah
ditulis secara bergiliran sampai semua klien mendapat
giliran.
8. Terapis memberi pujian pada setiap peran serta klien
e. Tahap terminasi
1. Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
2. Tindak lanjut.
a. Terapis meminta klien menulis hal positif lain yang belum
tertulis.
3. Kontrak yang akan dating.
a. menyepakati TAK yang akan datang, yaitu melatih hal
positif diri yang dapat diterapkan dirumah sakit dan
dirumah.
b. Menyepakati waktu dan tempat.
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi presepsi: harga diri rendah sesi 3, kemampuan
klien yang diharapkan adalah menuliskan pengalaman yang tidak
menyenangkan dan aspek positif (kemampuan) yang dimiliki. Formulir
evaluasi sebagai berikut.
Sesi 2
11
Stimulasi presepsi: harga diri rendah
Kemampuan menulis pengalaman yang tidak menyenangkan dan hal positif diri
sendiri
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menulis pengalaman
yang tidak menyenangkan dan aspek positif diri sendiri. Beri tanda cek
jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperaawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 3, TAK
stimulasi persepsi harga diri rendah. Klien mampu menuliskan tiga hal
pengalaman yang tidak menyenangkan, mengalami kesulitan menyebutkan
hal positif diri.Anjurkan klien menulis kemampuan dan hal positif dirinya dan
tingkatkan rinforcement (pujian).
Sesi 3
Stimulasi persepsi : Pencegahan Bunuh Diri
Menggunakan mekanisme koping yang adaptif
Tujuan :
12
3. Klien dapat merencanakan dan menetapkan masa depan yang realistis
Setting :
Alat :
Metode :
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 4.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapiutik.
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan TAK
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut :
a. Jika ada kien yang meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan30 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Terapis membagikan kertas HVS dan spidol, masing-masing satu
buah untuk setiap klien
b. Terapis meminta klien menuliskan siapa orang yang paling
disayangi dan dicintai
c. Terapis meminta klien memilih dari salah satu orang yang dicintai,
siapa yang paling dekat dan paling dipercaya oleh klien
13
d. Terapis menjelaskan pentingnya koping yang adaptif dan
menganjurkan klien untuk berbagi masalah kepada orang yang
paling dekat dan dipercaya agar klien tidak merasa tertekan dan
terbebani
e. Terapis menjelaskan pentingnya memiliki tujuan hidup (masa
depan) agar bersemangat berusaha mewujudkan dan optimistis
f. Terapis meminta klien menuliskan masing-masing tujuan hidup
(masa depan) klien di kertas yang telah dibagikan.
g. Terapis meminta klien untuk membacakan tujuan hidup (masa
depan) yang telah ditulisnya secara bergantian
h. Terapis memberikan pujian dan mengajak tepuk tangan klien lain
jika satu orang klien telah selesai membacakan.
i. Terapis meminta klien melihat lagi tujuan hidupnya (masa
depannya), mencoret tujuan yang sulit (tidak mungkin) dicapai.
j. Terapis meminta klien membaca ulang tujuan hidup (masa depan)
yang benar-benar realistis ( seperti langkah d).
k. Terapis memberikan pujian kepada klien setiap selesai
membacakan tujuan hidupnya.
4. Tahap terminasi.
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis memberikan pujian kepada kelompok.
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk menyimpan kertas tersebut dan
menuliskan lagi tujuan hidup yang mungkin masih ada dan
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan bersama orang yang
dicintai dan membacanya kembali agar bisa menggunakan mekanisme
koping yang adaptif
c. Kontrak yang akan dating
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang,
2. Menyepakati waktu dan tempat untuk TAK
a. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : Menggunakan mekanisme
koping yang adaptif pada sesi III, kemampuan klien yang diharapkan
14
adalah mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif dan mampu
menentukan masa depan yang realistis. Formulir evaluasi sebagai berikut :
3 Menyebutkan cara
menggunakan koping yang
adaptif
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama.
2. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien.Contoh : klien mengikuti sesi 4, TAK
stimulasi persepsi : Menggunakan Mekanisme Koping yang Adaptif.
Misalnya : Klien mampu berbagi masalah dengan keluarga. Anjurkan dan
jadwalkan agar klien melakukannya serta berikan pujian.
2.2 Satuan Acara Penyuluhan
15
Pokok Bahasan : Bunuh Diri
Sasaran : Keluarga Tn. A
Waktu : 30 menit
1. Latar Belakang
Kemajuan IPTEK di dunia ini ternyata tidak dimbangi dengan kemajuan psikologis
dan sosiologis dari setiap kalangan yang ada di setiap negara. Maraknya peristiwa
mengakhiri hidup dengan bunuh diri menjadi sebuah fenomena menarik. Bagi bangsa
Indonesia, bunuh diri bukanlah hanya sebuah tradisi budaya terum-temurun
sebagaimana yang terjadi di Jepang dengan harakirinya. Namun, pada kondisi empiric
kita temukan justru pada akhir-akhir ini fenomena mengambil jalan pintas bunuh diri
menjadi sebuah alternatif yang banyak dipilih tak hanya kalangan orang dewasa, tetapi
juga oleh para remaja, bahkan anak-anak yang masih bersekolah di tingkat dasar.
Tingkat bunuh diri di Indonesia di nilai masih cukup tinggi, Berdasarkan data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50 ribu orang Indonesia
melakukan tindakan unuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500
orang di Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Jumlah ini belum ditambah
tingkat kematian akibat dari pemakaian obat terlarang (overdosis) yang jumlahnya
mencapai 50 ribu orang tiap tahun. Ditambahkan, faktor psikologis yang mendorong
orang bunuh diri adalah dukungan sosial kurang, baru kehilangan pekerjaan,
kemiskinan, hura-hura psikologis, konflik berat dan sebagainya.
2. Tujuan Instruksional
a. Tujuan Instruksional Umum
Pada akhir penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta penyuluhan diharapkan
mampu memahami tentang pengertian bunuh diri, penyebab, tanda dan gejala,
serta pencegahannya
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta penyuluhan
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian bunuh diri
16
2. Menjelaskan penyebab bunuh diri
3. Menjelaskan tanda dan gejala bunuh diri
4. Menjelaskan pencegahan bunuh diri
3. Karakteristik Sasaran
Keluarga Tn. A terdiri dari bapak, ibu dan 1 orang anak
4. Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal : Senin, 10 April 2017
Waktu : 15.00 15.30
Tempat : Rumah Tn. A
Susunan Acara
No Metode Kegiatan Penyaji Kegiatan Audience Media
Tahapan
1 Pendahuluan a. Memberi Salam a.Menjawab Salam
Waktu: 5 menit b. Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri
c. Berpartisipasi aktif
c. Menjelaskan maksud d. Menjawab
dan tujuan pertanyaan
d. Kontrak waktu
e. Mengkaji pengetahuan
keluarga mengenai
Bunuh Diri
2 Penyajian a. Menjelaskan a. Mendengarkan Flipchart
Waktu : 15 b. Berpartisipasi aktif
pengertian bunuh diri
menit b. Menjelaskan penyebab
bunuh diri
c. Menjelaskan tanda
dan gejala bunuh diri
d. Menjelaskan
pencegahan bunuh diri
3 Evaluasi a. Menanyakan kembali a. Berpartisipasi aktif
Waktu: 5 menit b. Tanya jawab b. Mampu menjawab
pertanyaan
4 Penutup a. Meminta atau memberia. Memberikan pesan
Waktu: 5 menit
pesan dan kesan dan kesan
b. Memberi salam b. Menjawab salam
17
5. Metode
Ceramah dan tanya jawab
6. Media
Brosur dan flipchat
7. Setting Tempat
8. Materi Pendidikan Kesehatan
a. Pengertian:
Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan mood,
terutama depresi. Menurut Edwin Shneidman (1963, 1981) bunuh diri adalah tindakan
yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri. Karakteristik bunuh diri
ada 2 macam yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu
tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri hidup (menggantung diri,
meloncat dari tempat yang tinggi, menenggelamkan diri), sedangkan jika secara tidak
langsung yaitu keinginan tersembunyi yang tidak disadari untuk mati yang ditandai
dengan perilaku kronis beresiko (penyalahgunaan obat, aktivitas sex bebas,
ketidakpatuhan terhadap program medis, olahraga/pekerjaan yang membahayakan).
Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri yang sering menyertai gangguan
depresif dan sering terjadi pada remaja (Harol Kaplan, Sinopsis Psikiatri,1997).
b. Penyebab Bunuh diri:
a. Motif bunuh diri: - dilanda keputusasaan dan depresi
b. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan
c. Gangguan kejiwaan/ tidak waras (gila)
d. Himpitan ekonomi atau kemiskinan (harta/ iman/ ilmu)
e. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan
Dalam ilmu sosiologi, ada 3 penyebab bunuh diri di masyarakat, yaitu :
a. Egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi)
b. Altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain)
c. Anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan)
18
Terdapat tanda dan gejala umum yang ditemukan pada orang yang cenderung bunuh
diri:
1. Tanda Perilaku Bunuh Diri:
a. Kehilangan status pekerjaan dan mata pencaharian
b. Kehilangan sumber pendapatan secara mendadak karena migrasi, gagal
panen, krisis moneter, kehilangan pekerjaan, bencana
c. Kehilangan keyakinan diri dan harga diri.
d. Merasa bersalah, malu, tak berharga, tak berdaya, dan putus asa.
e. Mendengar suara-suara gaib dari Tuhan untuk bergabung menuju surga.
f. Mengikuti kegiatan sekte keagamaan tertentu.
g. Menunjukkan penurunan minat dalam hobi, seks dan kegiatan lain yang
sebelumnya dia senangi
h. Mempunyai riwayat usaha bunuh diri sebelumnya.
i. Sering mengeluh adanya rasa bosan, tak bertenaga, lemah, dan tidak tahu
harus berbuat apa.
j. Mengalami kehilangan anggota keluarga akibat kematian, tindak kekerasan,
berpisah, putus hubungan.
k. Pengangguran dan tidak mampu mencari pekerjaan khususnya pada orang
muda.
l. Menjadi korban kekerasan rumah tangga atau bentuk lainnya khususnya
pada perempuan.
m. Mempunyai konflik yang berkepanjangan dengan diri sendiri, atau anggota
keluarga.
n. Baru saja keluar dari RS khususnya mereka dengan gangguan jiwa (depresi)
atau penyakit terminal.
o. Tinggal sendirian di rumah dan menderita penyakit terminal tanpa adanya
dukungan keluarga ataupun dukungan ekonomi.
p. Mendapat tekanan dari keluarga untuk mencari nafkah atau mencapai
prestasi tinggi di sekolah.
q. Mendapat tekanan/ bujukan dari organisasi/ kelompoknya.
2. Gejala Perilaku Bunuh Diri:
a. Merasa sedih
19
b. Sering menangis
c. Kecemasan dan gelisah
d. Perubahan mood (senang berlebihan sampai sedih berlebihan)
e. Perokok dan peminum alkohol berat
f. Gangguan tidur yang menetap atau berulang
g. Mudah tersinggung, bingung
h. Menurunnya minat dalam kegiatan sehari-hari
i. Sulit mengambil keputusan
j. Perilaku menyakiti diri
k. Mengalami kesulitan hubungan dengan pasangan hidup atau anggota
keluarga lain
l. Menjadi sangat fanatik terhadap agama atau jadi atheis
m. Membagikan uang atau barangnya dengan cara yang khusus
20
Dukungan yang tulus akan membuat mereka kuat sekaligus mengembalikan
kepercayaan diri atau harga diri mereka yang hilang
3. Hindari sikap menghakimi
Sikap menghakimi mengakibatkan mereka enggan mengungkapkan masalah yang
sedang mereka hadapi karena takut mendapat celaan, cercaan, caci maki,
menyudutkan atau mempersalahkan mereka. Oleh karena itu perlakukan mereka
dengan wajar, simpati, dan terhormat sebagai sahabat yang setara, berdaulat, dan
martabat.
4. Tunjukkan sikap netral
Sikap netral akan membuat mereka merasa aman dan nyaman untuk mengutarakan
masalah yang membuat mereka depresi dan mendorong mereka ingin melakukan
tindakan bunuh diri.
5. Lakukan pendampingan
Dengan melakukan pendampingan, mereka segera bisa ditolong secara maksimal jika
mereka mengalami krisis. Pendampingan memerlukan kesabaran, ketekunan, sikap
mengayomi dan melayani
6. Jangan mengancam
Ancaman betapa pun halusnya dilancarkan tetap merupakan tekanan yang akan
mendorong mereka depresi lebih dalam. Situai ini malah mendorong mereka lebih
cepat melakukan tindakannya. Sebaliknya, ajak mereka berbicara dari hati ke hati dan
menuntun mereka untuk memikir ulang tindakan mereka yang tidak berhikmat
tersebut.
7. Bangkitkan harga diri mereka
Salah satu aspek yang mendorong orang-orang ingin bunuh diri adalah kehilangan
harga diri karena merasa tidak berguna, tertolak, atau sia-sia. Hal ini berkaitan dengan
hilangnya kepercayaan diri akibat persepsi mereka yang salah terhadap diri mereka
sendiri. Oleh karena itu, tindakan paling penting dilakukan adalah membangkitkan
semangat hidup dan mengembalikan kepercayaan diri mereka bahwa mereka
bukanlah seperti apa yang mereka pikirkan.
8. Menipisnya iman
Jika seseorang tidak dibekali dengan keyakinan iman yang kuat, dapat dipastikan dia
akan selalu terdorong mengambil jalan pintas untuk mengakhiri semua persoalan
21
yang dia hadapi. Padahal, tindakan bunuh diri bukanlah perbuatan yang terpuji,
bahkan jauh dari teladan yang baik. Oleh karena itu, dorong di agar memiliki
keyakinan yang kuat terhadap Tuhan, bahwa Dia tidak pernah meninggalkan umat
ciptaan-Nya
9. Evaluasi
a. Jenis (Persiapan)
a) SAP, Flipchart dan brosur sudah dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing
b) SAP, Flipchart dan brosur sudah jadi sehari sebelum dilakukan
penyuluhan
c) Penyaji sudah memepelajari materi sebelum melakukan penyuluhan
b. Bentuk (Proses)
a) Acara penyuluhan berjalan sesuai dengan rencana
b) Semua keluarga dapat mengikuti penyuluhan sampai selesai
c) Keluarga mendengarkan dan aktif untuk bertanya
c. Soal
a) Apa yang anda ketahui tentang bunuh diri?
b) Bagaimana tanda dan gejala seseorang yang ingin bunuh diri?
c) Bagaimana cara penanganan jika ada seseorang ingin bunuh diri?
BAB III
PENUTUP
22
3.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan
dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu
akan akibatnya, yang dilakukan dalam waktu singkat. Penyebab bunuh diri :
Faktor genetic dan teori biologi, Teori Sosiologi, Teori Psikologi.
3.2 Saran
Tindakan bunuh diri adalah suatu tindakan yang bodoh karena tindakan ini
bertentangan dengan norma yang ada di masarakat serta agama. Bunuh diri
jangan dijadikan pilihan terahir dalam pemecahan masalah karena masih
banyak jalan yang bisa kita tempuh dalam memecahkan masalah, jika kita
memiliki sebuah masalah dan kita tidak mampu untuk menyelesaikannya kita
bisa minta bantuan kepada sahabat atau orang-orang yang ada didekat kita.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E.B (1998). Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti.Jakarta: Erlangga.
23
Atkinson (1999).Pengantar Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
24