Anda di halaman 1dari 25

DISKUSI KELOMPOK

KEBUTUHAN OKSIGENASI

OLEH :

KELOMPOK III

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS ANGKATAN


XII.C SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES)MATARAM 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui pada:

Hari / tanggal :

Tempat :

Mahasiswi

Kelompok III

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


1. Saluran Nafas Atas
1) Hidung
1) Terdiri atas bagian eksternal dan internal
2) Bagian eksternal menonjol dari wajah dan
disangga oleh tulang hidung dan kartilago
3) Bagian internal hidung adalah rongga
berlorong yang dipisahkan menjadi rongga
hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal
yang sempit, yang disebut septum
4) Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa
yang sangat banyak mengandung vaskular yang
disebut mukosa hidung
5) Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel
goblet yang mensekresi lendir secara terus
menerus dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia
6) Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara
mengalir ke dan dari paru-paru
7) Hidung juga berfungsi sebagai penyaring
kotoran dan melembabkan serta menghangatkan
udara yang dihirup ke dalam paru-paru
8) Hidung juga bertanggung jawab terhadap
olfaktori (penghidu) karena reseptor
olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan
fungsi ini berkurang sejalan dengan
pertambahan usia
2) Faring
1) Faring atau tenggorok merupakan struktur
seperti tuba yang menghubungkan hidung dan
rongga mulut ke laring
2) Faring dibagi menjadi tiga region : nasal
(nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring)
3) Fungsi faring adalah untuk menyediakan
saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
3) Laring
1) Laring atau organ suara merupakan struktur
epitel kartilago yang menghubungkan faring
dan trakea
2) Laring sering disebut sebagai kotak suara dan
terdiri atas :
a) Epiglotis : daun katup kartilago yang
menutupi ostium ke arah laring selama
menelan
b) Glotis : ostium antara pita suara dalam
laring
c) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada
trakea, sebagian dari kartilago ini
membentuk jakun (Adams apple)
d) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin
kartilago yang komplit dalam laring
(terletak di bawah kartilago tiroid)
e) Kartilago aritenoid : digunakan dalam
gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
f) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh
gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara
(pita suara melekat pada lumen laring)
g) Fungsi utama laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi
h) Laring juga berfungsi melindungi jalan
nafas bawah dari obstruksi benda asing dan
memudahkan batu
4) Trakea
1)Disebut juga batang tenggorok
2)Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus
yang disebut karina
2. Saluran Nafas Bawah
a. Bronkus
1) Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
2) Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan
bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
3) Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10
bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri
terbagi menjadi 9 bronkus segmental
4) Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi
menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi
oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri,
limfatik dan saraf
b. Bronkiolus
1) Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi
bronkiolus
2) Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang
memproduksi lendir yang membentuk selimut
tidak terputus untuk melapisi bagian dalam
jalan napas
c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi
bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia)
d. Bronkiolus respiratori
1) Bronkiolus terminalis kemudian menjadi
bronkiolus respiratori
2) Bronkiolus respiratori dianggap sebagai
saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara pertukaran gas
e. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
1) Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke
dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
2) Dan kemudian menjadi alveoli
f. Alveoli
1) Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
2) Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu
membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
3) Terdiri atas 3 tipe :
a) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel
yang membentuk dinding alveoli
b) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang
aktif secara metabolik dan mensekresi
surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi
permukaan dalam dan mencegah alveolar agar
tidak kolaps)
c) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag
yang merupakan sel-sel fagotosis dan
bekerja sebagai mekanisme pertahanan
3. Paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
Terletak dalam rongga dada atau toraks Kedua paru
dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar, Setiap
paru mempunyai apeks dan basis, Paru kanan lebih
besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura
interlobaris, Paru kiri lebih kecil dan terbagi
menjadi 2 lobus, Lobos-lobus tersebut terbagi lagi
menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
bronkusnya
4. PLEURA
a. Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen
dan jaringan elastic
b. Terbagi mejadi 2 :
1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga
dada
2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi
setiap paru-paru
c. Diantara pleura terdapat rongga pleura yang
berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks
dengan paru-paru
d. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari
tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap
paru-paru

B. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran
udara diantara individu dan lingkungannya dimana O2
yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir
dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung
pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan
alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang,
diafragma turun dan volume paru bertambah.
Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi
yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan
karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-
paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan
tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena
dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh
jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat,
membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat
pada masing-masing sisi membran respirasi sangat
mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien
tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang
memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor
yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-
sel jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida
dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru
ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-
paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan
dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan
dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya
3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan
sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah:
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang
besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan
menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil
dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada
waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari
depan ke belakang berkurang dengan proporsi
terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa
thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia
juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola
napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi
mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan,
makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang
dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu
pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan
jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan
yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah
perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan
mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang
hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan
curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen
juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin
sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah
perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang
akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga
mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju
dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung,
demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok
dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu
dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler
dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang
berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada
sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah
anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen
dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan
laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat
pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat
harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.

6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan


Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-
kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli
dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui
darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia,
perubahan pola napas dan obstruksi sebagian
jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika
ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat
berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau
transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan
oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih
bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab
lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang
tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal
volume, sehingga karbondioksida kadang
berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna
kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran
mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar
oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang
adekuat sangat penting untuk fungsi serebral.
Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia
hanya selama 3 5 menit sebelum terjadi
kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut
biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha
dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit
perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut
dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas
cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo
yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada
posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita
asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian
dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di
sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas
bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau
trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing
seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang
(otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila
sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah
melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari
saluran napas ke bronkhus dan paru-paru.
Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan
intervensi keperawatan yang kadang-kadang
membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi
sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara
mengorok selama inhalasi (inspirasi).

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan
mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan
pasien baik secara fisik maupun psikologis, jenis
kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui
hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya
masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji,
dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama
seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan
Time)
3. Riwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas
vital menurun
4. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota
keluarga yang mengalami masalah / penyakit yang
sama.
5. Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan
keluarganya, misalnya : merokok, pekerjaan,
rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen
dll.
6. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap
masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapy
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap
masalah/penyakit dan therapy
7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik
a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum,
perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat,
darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi,
bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan
pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah
trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan
ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
d. Thoraks
1) Inspeksi :
a) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan
masalah pernapasan kronis klavikulanya
menjadi elevasi ke atas.
b) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang
dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar
dengan diameter antero-posterior sama
dengan diameter tranversal (1 :
Pada orang dewasa perbandingan
diameter antero-posterior dan tranversal
adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
Pigeon chest yaitu bentuk dada yang
ditandai dengan diameter tranversal sempit,
diameter antero-posterior membesar dan
sternum sangat menonjol ke depan. Funnel
chest merupakan kelainan bawaan dengan
ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest,
yaitu sternum menyempit ke dalam dan
diameter antero-posterior mengecil. Barrel
chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau
perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya :
Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang. Lordosis
yaitu dada membusung ke depan atau punggung
berbentuk cekung. Skoliosis yaitu
tergeliatnya tulang belakang ke salah satu
sisi.
c) Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji
kecepatan/frekuensi pernapasan apakah
pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan
normal dimana kecepatan 16 24 x/mnt,
klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga
untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih
dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu
pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang
dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan
terhentinya pernapasan. Perlu juga dikaji
volume pernapasan apakah hiperventilasi
yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-
paru yang ditandai dengan pernapasan yang
dalam dan panjang ataukah hipoventilasi
yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru
yang ditandai dengan pernapasan yang
lambat.
d) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu
dikaji heart rate/denyut nadi apakah
takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100
x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut
nadi kurang dari 60 x/mnt. Juga perlu
dikaji tekanan darah apakah hipertensi
yaitu tekanan darah arteri yang tinggi,
ataukah hipotensi yaitu tekanan darah
arteri yang rendah. Juga perlu dikaji
tentang oksigenasi pasien apakah terjadi
anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah
oksigen dalam jaringan kurang, atau
hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah
oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia
yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam
jaringan akibat kelainan internal atau
eksternal, atau cianosis yaitu warna
kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku
atau kulit akibat deoksigenasi yang
berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger
yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat
kekurangan oksigen dalam waktu yang
lama.Palpasi:
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding
dada, nyeri tekan, massa, peradangan,
kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat
dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal
selama seseorang berbicara. Normalnya
getaran lebih terasa pada apeks paru dan
dinding dada kanan karena bronkhus kanan
lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa
karena suara pria besar

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif

1. Bersihan jalan napas tidak efektif Yaitu


tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada
saluran napas.
Tanda-tandanya :
a. Bunyi napas yang abnormal
b. Batuk produktif atau non produktif
c. Cianosis
d. Dispne
e. Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan
Kemungkinan faktor penyebab :
f. Sekresi yang kental atau benda asing yang
menyebabkan obstruksi
g. Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
h. Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi
pergerakan dada
i. Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat
pernapasa
j. Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
k. Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi
yang kental dan sulit untuk di expektoran
l. Immobilisasi
m. Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan
sekresi

2. Pola napas tidak efektif


Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan
jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
a. Dispnea
b. Peningkatan kecepatan pernapasan
c. Napas dangkal atau lambat
d. Retraksi dada
e. Pembesaran jari (clubbing finger)
f. Pernapasan melalui mulut
g. Penambahan diameter antero-posterior
h. Cianosis, flail chest, ortopnea
i. Vomitus
j. Ekspansi paru tidak simetris

F. PENGERTIAN
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur
vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung Oksigen (O2) ke dalam tubuh
serta menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil
sisa oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan
oleh sistem respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan
hematologi.

G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OKSIGENASI


1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti
anemia
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi
seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transpor O2 terganggu
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,
demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding
dada seperti pada kehamilan, obesitas, musculus
skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti
TBC paru
2. Faktor Perkembangan
a. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya
pembentukan surfaktan
b. Bayi dan toodler : adanya resiko infeksi saluran
pernafasan akut
c. Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran
pernafasan dan merokok
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak
sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang
mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun, ekspansi paru menurun

3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan
penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi
anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang,
diet yang terlalu tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis, konsumsi makanan mengandung CO
(carbon monoksida)
b. Exercise (olahraga berlebih) : Exercise akan
meningkatkan kebutuhan oksigen
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer dan koroner
d. Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) :
menyebabkan intake nutrisi (Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol
menyebabkan depes pusat pernafasan
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat

4. Faktor Lingkungan
a. Tempat kerja (polusi)
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut
H. MACAM-MACAM ALAT TERAPI OKSIGEN
1. Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul
Pengertian Pemberian oksigen pada klien yang
memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan
aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%,
dengan cara memasukan selang yang terbuat dari
plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di
belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke
dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 1,3 cm.
Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling
mudah, sederhana, murah, relatif nyaman, mudah
digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk
pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan
efektif dalam mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal
kanul juga tidak mengganggu klien untuk melakukan
aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani,
2009:54)
Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif
rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat
klien makan atau minum. (Aryani, 2009:54)
Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat
bantu nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen
(keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi,
2008:67)
Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan
aliran ringan atau rendah, biasanya hanya 2-3
L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan hidung
c. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan
konsentrasi >40 %. (Suparmi, 2008:67)

2. Pemberian Oksigen Melalui Masker Oksigen


Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan
masker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi
hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya
berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat
mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari
face mask bermacam-macam. Perbedaan antara
rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
Macam Bentuk Masker :
a. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi
oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8
liter/menit.
b. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi
oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12
liter/menit. Memiliki kantong yang terus
mengembang baik, saat inspirasi maupun
ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk
dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan
kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar
yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong.
Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara
ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah,
2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang
rendah. (Asmadi, 2009:33)
c. Non rebreathing mask mengalirkan oksigen
konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan
kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup,
1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup
saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang
fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat
inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
(Tarwoto&Wartonah, 2010:37). Indikasi : klien
dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi,
2009:34)
INSTRUKSI KERJA
PEMBERIAN TERAPI OKSIGENASI

1. Persiapan alat
Menyiapkan alat antara lain :
a. Nasal kanul / masker sederhana / masker NRBM, sesuai
ukuran pasien
b. Selang oksigen
c. Tabung oksigen dengan manometernya
d. Humidifier
e. Water steril (aquadest) / air matang / air mineral
f. Flowmeter (pengukur aliran)
g. Plester
h. Gunting plester
i. Alat tulis

2. Persiapan pasien
Pembukaan
a. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
b. Menempatkan pasien / keluarga dalam kondisi nyaman dan
kondusif
3. Mengonfirmasikan tujuan dan prosedur pemberian terapi
oksigenasi
Menjelaskan tujuan dan proses pemberian terapi
oksigenasi pada keluarga pasien
4. Menilai kesiapan pasien
Petugas menyiapkan inform concent untuk ditandatangani
5. Prosedur Pemasangan
Mengorganisasikan tindakan pemberian terapi oksigenasi
Cara Pemasangan :
a. Alat-alat didekatkan pasien
b. Cuci tangan
c. Pasang manometer pada tabung oksigen
d. Pasang flowmeter dan pastikan alirannya mati terlebih
dahulu
e. Pasang botol humidifier
f. Sambung selang oksigenasi dengan humidifier
g. Buka aliran flowmeter untuk mengecek aliran oksigen
h. Atur aliran oksigen sesuai indikasi
i. Pasang alat terapi oksigen pada pasien
j. Amati respon pasien
k. Pasang plester untuk fiksasi
l. Rapikan pasien dan alat-alat
m. Dokumentasikan prosedur dan respon pasien

Anda mungkin juga menyukai