BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendisitis merupakan salah satu kasus bedah abdomen yang paling
sering terjadi di dunia. Sebanyak 40% bedah emergensi di negara barat
dilakukan atas indikasi apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al.,
2012). Di Indonesia penderita apendisitis sekitar 27% dari jumlah pasien
jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Insidens
apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus
kegawatan abdomen lainnya (Depkes 2011).
Apendisitis dapat disebabkan karena gaya hidup dan kebiasaan sehari-
hari yang tidak sehat. Makanan rendah serat salah satunya, karena memicu
terbentuknya fecalith yang dapat menyebabkan obstruksi pada lumen
appendiks (Marianne, Susan & Loren, 2007). Peradangan akut pada apendiks
memerlukan tindakan pembedahan segera untuk mencegah terjadinya
komplikasi berbahaya ( Schwartz et al. 2014).
Apendisitis yang tidak tertangani segera akan meningkatkan risiko
terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapendikular (Tzanakis, 2005;
Vasser, 2012; Riwanto et al., 2010; Brunner & Suddarth, 2014). Perforasi
dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk ke dalam rongga abdomen, lalu
memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis.
Apabila perforasi apendiks disertai dengan material abses, maka akan
memberikan manifestasi nyeri lokal akibat akumulasi abses dan akan
memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi
apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan
bawah (Tzanakis, 2005; Brunner & Suddarth, 2014).
Perforasi apendisitis berhubungan dengan tingkat mortalitas yang
tinggi. Pasien yang mengalami apendisitis akut angka kematiannya hanya
1,5%, tetapi ketika telah mengalami perforasi angka ini meningkat mencapai
20%-35% (Riwanto et al., 2010; Vasser, 2012). Apendisitis perforasi
2
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan pertimbangan dalam
menggunakan drain intra abdomen dan tanpa penggunaan drain intra
abdomeni terhadap komplikasi pasca operasi pada apendisitis perforasi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Apendisitis
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan penyebab
paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer dan Bare, 2008).
Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks yang
berbahaya jika tidak ditangani dengan segera. Jika ada keterlambatan
dapat terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus
(Williams & Wilkins, 2012).
a. Anatomi dan Fisiologi Apendiks
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung yang
mempunyai panjang kira-kira 10 cm (antara 3-15 cm), dan
berpangkal pada sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan
melebar di bagian distal. (Soybel, 2001).
Secara histologi, struktur apendiks sama dengan usus besar.
Kelenjar submukosa dan mukosa dipisahkan dari lamina muskularis.
Diantaranya berjalan melalui pembuluh darah dan kelenjar limfe.
Bagian paling luar apendiks ditutupi oleh lamina serosa yang
berjalan melalui pembuluh darah besar yang berlanjut ke dalam
mesoapendiks. Bila letak apendiks retrosekal, maka tidak tertutup
oleh peritoneum viserale (Soybel, 2001).
pembedahan yang cepat dan tepat, hal ini dapat menyebabkan kerusakan
saraf dan otot kematian.
Ada beberapa kasus apendektomi untuk mengeluarkan sekresi
dilakukan pemasangan drainase. Dengan dipasangnya drainase kadang
memberikan masalah baru seperti timbulnya komplikasi sehingga
menghambat penyembuhan luka. Penumpukan sekresi dapat membantu
proses penyembuhan luka. Untuk mengatasi masalah ini dengan
memantau sistem drainase portable atau tertutup lainnya terhadap
ketepatan fungsi. Cara lain dengan melakukan tindakan pembuangan
sekresi yang menumpuk (InEtna, 2004).
4. Komplikasi Pasca Bedah
Lama hari rawat pasien post operasi apendisitis antara 5-7 hari.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat
tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dilatih untuk berdiri
dan duduk diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien
diperbolehkan pulang (Mansjoer, 2010). Proses mengangkat jahitan pada
luka post operasi bersih 5-7 hari atau sesuai dengan penyembuhan luka
yang terjadi (Kusyati, 2010). Terjadinya komplikasi paska bedah,
berkontribusi terhadap lamanya pasien paska bedah untuk tinggal di
rumah sakit.
a. Jenis-jenis komplikasi
Komplikasi terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Komplikasi karena gejala sisa pembedahan
Penyimpangan keadaan paska bedah dari keadaan normal yang
melekat akibat pembedahan dan diperkirakan akan terjadi.
Seperti rasa sakit atau terjadi bekas luka di area pembedahan
2) Komplikasi kegagalan untuk menyembuhkan
Penyakit yang tidak sembuh atau tidak berubah setelah operasi
dilakukan atau kambuh kembali.
Kejadian komplikasi masih penanda yang paling sering
digunakan untuk menilai kualitas bedah. Namun, para ahli masih
16
B. Kerangka Teori
Apendisitis Perforasi
Laparotomy Appendicitis
Observasi Pasca
Operasi
Jenis Komplikasi:
1. Gejala sisa
Lama Penyembuhan Komplikasi
2. Kegagalan
penyembuhan
Klasifikasi Komplikasi
Lama Rawat Inap di ClavienDindo :
RS 1. Grade 1
2. Grade 2
3. Grade 3
4. Grade 4
5. Grade 5
Keterangan Skema:
Tindakan untuk pasien dengan appendicitis yang sudah mengalami perforasi
akan dilakukan laparotomy appendiktomi (Hockenberry & Willson, 2007).
Tindakan laparatomi apendiktomi merupakan tindakan konvensional dengan
membuka dinding abdomen. Tindakan ini juga digunakan untuk melihat
apakah ada komplikasi pada jaringan apendiks maupun di sekitar apendiks.
Tindakan laparatomi dilakukan dengan membuang apendiks yang terinfeksi
melalui suatu insisi di regio kanan bawah perut dengan lebar insisi sekitar 2
hingga 3 inci. Setelah menemukan apendiks yang terinfeksi, apendiks
dipotong dan dikeluarkan dari perut (Hockenberry & Willson, 2007). Pasca
operasi laparotomy apendiktomi, biasanya dilakukan tindakan pemasangan
drainase untuk mencegah terjadinya komplikasi. Drain/selang ini fungsinya
adalah untuk mengeluarkan/mengalirkan sisa bekuan darah/nanah yang
berasal dari rongga perut (Jeo, 2003). Akan tetapi tindakan ini belum
sepenuhnya disetujui oleh ahli bedah di dunia (Narci et al. 2007; Akoyun,
2012). Ada beberapa ahli bedah yang memilih untuk tidak memasang drain
pasca bedah. Banyak ahli bedah secara selektif menggunakan drainase
peritoneal (Dandapat dan Panda 1992; Schwartz et al. 1983; Yamini et al.
1998). Obeservasi paska bedah dilakukan untuk menilai terjadinya
komplikasi secara objektif. Untuk mengkaji komplikasi paska bedah dengan
menggunakan ClavienDindo Classification. Klasifikasi ini terbagi menjadi 5
grade (Dindo, 2014). Terjadinya komplikasi akan memengaruhi lama
penyembuhan pasien paska bedah, hal itu tentunya juga akan berdampak pada
lama rawat inap di rumah sakit.
C. Hipotesis
Tidak Ada perbedaan perbandingan penggunaan drain intra abdomen dan
tanpa penggunaan drain intra abdomen terhadap komplikasi pasca operasi
pada apendisitis perforasi.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi
experiment) dengan metode Posstest-Only Control Design. Dalam rancangan
ini sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok I dilakukan
pemasangan drain intra abdomen dan kelompok II tidak dilakukan
pemasangan drain kemudian dilakukan follow up untuk menilai terjadinya
komplikasi pasca operasi pada appendicitis perforasi.
b) Kriteria eksklusi:
(1) Penderita dengan apendisitis perforasi disertai penyakit jantung
dan diabetes melitus.
(2) Pasien dengan kelainan imunologi dan gizi buruk.
(3) Mengundurkan diri sebagai responden penelitian
3. Estimasi Besar Sampling
Besar sampling yang digunakan berdasarkan teori sampel minimal
E. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu
pemasangan drain sebagai variabel bebas dan komplikasi pasca operasi
Appendiktomi Perforasi sebagai variabel terikat.
F. Definisi Operasional
1. Variabel terikat: Komplikasi pasca operasi Appendiktomi Perforasi
Definisi: Penyimpangan keadaan dari keadaan normal pasca
Appendiktomi Perforasi dengan menggunakan klasisfikasi Clavien
Dindo dengan lama observasi selama 5 hari
Alat ukur: Lembar Observasi
Skala pengukuran: Ordinal
Kategori: 1. Grade 1
2. Grade 2
3. Grade 3
23
4. Grade 4
5. Grade 5
G. Skema Penelitian
Pasien Apendisitis
Perforasi
Operasi Laparotomy
Apendektomi
Kelompok 1: Kelompok 2:
Klasifikasi Clavien Klasifikasi Clavien
Dindo Dindo
Keterangan:
Pasien dengan apendicitis dengan perforasi yang dilakukan operasi
laparotomy apendiktomi, kemudian secara random dilakan tindakan paska
bedah dengan dua cara, 1 kelompok dilakukan pemasangan drainase intra
abdomen dan kelompok yang kedua tanpa dipasang drainase intra abdomen.
Kemudian keduanya diobservasi selama 5 hari dilihat komplikasi yang terjadi
dengan menggunakan Klasifikasi ClavienDindo, kemudian hasilnya ditulis
dalam lembar observasi. Dari hasil observasi klasifikasi Clavien-Dindo
tersebut kemudian dibandingkan antara kelompok yang dipasang drain intra
abdomen dengan kelompok yang tidak dipasang drain. Dari hasil tersebut
akan tampak metode mana yang menunjukkan terjadinya komplikasi paska
pembedahan.
H. Analisis Data
Uji statistik yang digunakan uji Mann Whitney, untuk
membandingkan atau komparasi 2 kelompok sampel. Teknik ini digunakan
untuk membandingkan dua variabel terukur berskala kategorikan (nominal
atau ordinal) (Dahlan, 2013).
26
I. Jadwal Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
N Bulan/Tahun 2016/2017
o Kegiatan Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
.
1 Penyusunan
proposal
2 Konsultasi dan
penyusunan
3 Seminar
proposal
4 Revisi proposal
6 Pengumpulan
data
7 Analisis data
8 Penyusunan
laporan dan
konsultasi
9 Ujian tesis
10 Revisi tesis