PEMBAHASAN
2.1 Batako
Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan relatif kuat.
Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang dipress dengan ukuran standard.
Pembuatan batako yang selama ini dikerjakan secara manual, kini telah ditinggalkan dan
diganti dengan proses pembuatan secara masinal. Batako yang diproduksi, bahan bakunya
terdiri dari pasir, semen dan air dengan perbandingan 75:20:5. Perbandingan komposisi bahan
baku ini adalah sesuai dengan Pedoman Teknis yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum tahun 1986. Perkembangan zaman menyebabkan banyaknya alternatif baru dalam
pembuatan batako di lapangan diantaranya dibuat dari campuran semen ,pasir, dan limbah
batu bara. Tidak hanya itu ada juga yang membuat batako dari batu tras,kapur dan air.
Dengan pembuatan batako yang beranekaragam tersebut tentunya batako memiliki
kelemahan tersendiri dibandingkan bahan bangunan lainnya, diantaranya kekuatan batako
lebih rendah dari bata merah terutama jika bagian kosongnya tidak diisi dengan adukan spesi,
sehingga pada umumnya batako lebih mudah terjadinya keretakan pada dinding. Tentunya hal
tersebut mengurangi tingkat keawetan dari sebuah bangunan. Dan berdampak juga pada
struktur bangunan lainnya ditambah biaya perbaikan terhadap dinding yang mengalami
keretakan menyebabkan pengeluaran bertambah. Hal ini akan menjadi masalah tersendiri bagi
pemilik bangunan. Pemakaian material batako pada dinding sebuah bangunan juga membuat
bangunan lebih hangat bahkan cenderung pengap dan panas tidak seperti bata merah yang
terbuat dari tanah liat. Namun jika dilihat dari berat dan tekstur, batako lebih ringan dan halus
bila dibandingkan dengan bata merah. Adapun material dari batako yang dibuat dari pasir .
Pasir merupakan material bangunan yang bersifat menghantarkan air ataupun udara. Hal ini
menyebabkan suhu ruangan akan sangat lembab bila hujan, bahkan bila pelapisan dinding
tidak menggunakan cat kedap air maka air akan merembes ke dinding bangunan . dan
sebaliknya akan sangat panas bila musim kemarau telah tiba.
3. Bata ringan
Bata ringan dibuat dari bahan baku pasir kuarsa, kapur, semen, dan bahan lain yang
dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. Berat jenis sebesar 1850 kg/m3 dapat
dianggap ebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-
kadang melebihi. Dimensinya yang lebih besar dari bata konvensional yaitu 60cm x 20cm
dengan ketebalan 7 hingga 10 cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai
dibandingkan bata konvensional.
Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaannya rata dan saling tegak lurus serta
mempunyai kuat tekan yang tinggi. Persyaratan batako menurut PUBI-(1982) pasal 6 antara
lain adalah permukaan batako harus mulus, berumur minimal satu bulan, pada waktu
pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang 400 mm, lebar 200 mm, dan tebal
100-200 mm, kadar air 25-35% dari berat, dengan kuat tekan antara 2-7 N/mm2 . Sisi-sisi
batako harus mulus dan tegak lurus sama lain dan tidak mudah direpihkan dengan tangan.
Sebelum dipakai dalam bangunan, maka batako minimal harus sudah berumur satu bulan dari
proses pembuatannya, kadar air pada waktu pemasangan tidak lebih dari 15%.
Agar didapat mutu batako yang memenuhi syarat SNI banyak faktor yang
mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi mutu batako tergantung pada: (1) faktor air
semen (f.a.s), (2) umur batako, (3) kepadatan batako, (4) bentuk dan tekstur batuan, (5)
ukuran agregat dan lain-lain.
Faktor air semen adalah perbandingan antara berat air dan berat semen dalam
campuran adukan. Kekuatan dan kemudahan pengerjaan (workability) campuran adukan
batako sangat dipengaruhi oleh jumlah air campuran yang dipakai. Untuk suatu perbandingan
campuran batako tertentu diperlukan jumlah air yang tertentu pula.Pada dasarnya semen
memerlukan jumlah air sebesar 32% berat semen untuk bereaksi secara sempurna, akan tetapi
apabila kurang dari 40 % berat semen maka reaksi kimia tidak selesai dengan sempurna
Apabila kondisi seperti ini dipaksakan akan mengakibatkan kekuatan batako berkurang. Jadi
air yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan semen dan untuk memudahkan pembuatan batako,
maka nilai f.a.s. pada pembuatan dibuat pada batas kondisi adukan lengas tanah, karena dalam
kondisi ini adukan dapat dipadatkan secara optimal. Disini tidak dipakai patokan angka sebab
nilai f.a.s. sangat tergantung dengan campuran penyusunnya. Nilai f.a.s. diasumsikan berkisar
antara 0,3 sampai 0,6 atau disesuaikan dengan kondisi adukan agar mudah dikerjakan.
Mutu batako (kuat tekan) bertambah tinggi dengan bertambahnya umur batako. Oleh
karena itu sebagai standard kekuatan batako dipakai kekuatan pada umur batako 28 hari. Bila
karena sesuatu hal diinginkan untuk mengetahui kekuatan batako pada umur 28 hari, maka
dapat dilakukan dengan menguji kuat tekan batako pada umur 3 atau 7 hari dan hasilnya
dikalikan dengan faktor tertentu untuk mendapatkan perkiraan kuat tekan batako pada umur
28 hari.
Kekuatan batako juga dipengaruhi oleh tingkat kepadatannya. Dalam pembuatan
batako diusahakan campuran dibuat sepadat mungkin. Hal ini memungkinkan untuk
menjadikan bahan semakin mengikat keras dengan adanya kepadatan yang lebih, serta untuk
membantu merekatnya bahan pembuat batako dengan semen yang dibantu oleh air.
Menurut SNI 03-0349-1989, batu cetak beton (concrete block) adalah komponen
bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau pozzolan, pasir dan air dan atau
tanpa bahan tambahan lainnya (additive) dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat
dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Batu cetak beton (batako) yang
tidak dibakar ini dari tras dan kapur , kadang-kadang juga dengan sedikit semen portland,
sudah mulai dikenal oleh masyarakat sebagai bahan bangunan dan sudah pula dipakai untuk
pembuatan rumah dan gedung.
Berdasarkan SNI-3-0349-1989, persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai
bahan bangunan dinding dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Persyaratan kuat tekan minimum batako pejal sebagai bahan bangunan
dinding menurut SNI-3-0349-1989
2. Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara
0,0625 sampai 2 milimeter. Pasir memiliki warna sesuai dengan asal pembentukannya. Pasir
juga penting untuk bahan bangunan bila dicampur Semen. Disamping itu masih banyak
penggunaan pasir dalam bahan bangunan yang dipergunakan sebagai bahan campuran untuk
pembuatan material cetak seperti pembuatan paving block, kansteen, batako dan lain lain.
Ada beberapa jenis pasir yang biasa dijual diantaranya :
Pasir Beton
Pasir Beton adalah pasir yang bagus untuk bangunan dan harganya lumayan mahal,
anda bisa lihat di daftar harga pasir. Pasir Beton biasanya berwarna hitam dan butirannya
cukup halus, namun apabila dikepal dengan tangan tidak menggumpal dan akan puyar
kembali. Pasir ini baik sekali untuk pengecoran, plesteran dinding, pondasi, juga pemasangan
bata dan batu.
Pasir Pasang
Pasir Pasang adalah pasir yang lebih halus dari pasir beton ciri cirinya apabila dikepal
dia akan menggumpal tidak kembali lagi ke semula. Jenis pasir ini harganya lebih murah
dibanding dengan pasir beton. Pasir pasang biasanya dipakai untuk campuran pasir beton agar
tidak terlalu kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran dinding.
Pasir Elod
Pasir Elod adalah pasir yang paling halus dibanding pasir beton dan pasir pasang.
Harga Pasir ini jauh lebih murah dibanding Jenis Pasir yang lainnya. Ciri ciri pasir elod
adalah apabila dikepal dia akan menggumpal dan tidak akan puyar kembali. Pasir ini masih
ada campuran tanahnya dan warnanya hitam. Jenis pasir ini tidak bagus untuk bangunan.
Pasir ini biasanya hanya untuk campuran pasir beton agar bisa digunakan untuk plesteran
dinding, atau untuk campuran pembuatan batako.
Pasir Merah
Pasir merah atau suka disebut Pasir Jebrod kalau di daerah Sukabumi atau Cianjur
karena pasirnya diambil dari daerah Jebrod Cianjur. Pasir Jebrod biasanya bagus untuk bahan
Cor karena cirinya hampir sama dengan pasir beton namun lebih kasar dan batuannya agak
lebih besar.
Adapun persyaratan pasir atau agregat halus yang baik sebagai bahan bangunan adalah
sebagai berikut :
1. Agregat halus harus terdiri dari butiran yang tajam dan keras dengan indeks kekerasan
< 2,2.
2. Sifat kekal apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut:
jika dipakai natriun sufat bagian hancur maksimal 12%.
jika dipakai magnesium sulfat bagian halus maksimal 10%.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dan apabila pasir mengandung lumpur
lebih dari 5% maka pasir harus dicuci.
4. Pasir tidak boleh mengadung bahan-bahan organik terlalu banyak, yang harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari larutan jenuh
NaOH 3%.
5. Susunan besar butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,5 sampai3,8 dan
terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam.
6. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi reaksi pasir terhadap alkaliharus
negatif.
7. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat halus untuk semua mutubeton kecuali
dengan petunjuk dari lembaga pemerintahan bahan bangunan
yang diakui.
8. Agreagat halus yang digunakan untuk plesteran dan spesi terapan harus memenuhi
persyaratan pasir pasangan.
3. Air
Air diperlukan pada pembuatan beton atau batako untuk memicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Air yang
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung
senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia
lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat
mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan.