Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tulang adalah salah satu organ penting dalam tubuh. Tulang berfungsi
dalam menopang tubuh, sebagai tempat melekatnya otot, pembentukkan sel darah
merah dan sebagainya.
Patah tulang (fraktur) yang terjadi pada anak berbeda dengan orang
dewasa. Hal ini disebabkan adanya perbedaan anatomi, biomekanik, serta fisiologi
tulang pada anak-anak. Anak-anak relatif lebih sering mengalami patah tulang
karena tulang mereka relatif lebih ramping dibanding orang dewasa.
Dalam tindakan keperawatan, mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
yang tepat pada anak dengan fraktur adalah penting bagi perawat.
Pemulihan kesehatan anak bergantung pada keberhasilan asuhan
keperawatan yang diberikan guna memenuhi setiap kebutuhan dasar yang anak
perlukan.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan lebih lanjut tentang konsep teori dan
asuhan keperawatan pada anak dengan fratktur.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa yang dimaksud dengan fraktur?
b. Fraktur apa saja yang sering terjadi pada anak?
c. Apa saja yang dapat menyebabkan fraktur?
d. Bagaimana patofisiologi pada fraktur?
e. Apa sajakah klasifikasi dari fraktur?
f. Bagaimana manifestasi klinis pada fraktur?
g. Bagaimana tes diagnostik pada fraktur?
h. Bagaimana penatalaksanaan medis pada pasien fraktur?
i. Apa saja komplikasi yang ada?
j. Apa saja kategori gips pada anak?
k. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan fraktur?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penulisan
makalah ini yaitu untuk menguraikan lebih jelas tentang fraktur pada anak, baik
pengertian, etiologi, klasifikasi, hingga konsep asuhan keperawatan pada anak
dengan fraktur.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


1 1
BAB II
ISI

2.1 KONSEP TEORI


A. PENGERTIAN
Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika tulang tidak
mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda
Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan
bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

B. FAKTUR YANG SERING TERJADI PADA ANAK


- Bendstulang anak yang fleksibel dapat dibengkokkan 45 derajat atau
lebih sebelum menjadi patah, tetapi, bila tulang tersebut melengkung maka
tulang itu akan lurus kembali dengan perlahan, tetapi tidak sempurna,
menimbulkan beberapa deformitas tetapi tanpa angulasi yang terjadi ketika
tulang patah. Bends lebih umum terjadi pada ulna dan fibula, sering
dikaitkan dengan fraktur radius dan tibia.
- Fraktur bucklekompresi tulang
keropos yang menimbulkan
fraktur buckle atau torus. Fraktur
ini tampak seperti proyeksi yang
menonjol ditempat fraktur.
Fraktur torus terjadi pada bagian tulang yang paling keropos didekat
metafisis (bagian batang tulang yang berada didekat epifisis) dan lebih
umum terjadi pada anak kecil.
- Fraktur greenstickterjadi bila tulang terangulasi melebihi
batas pembengkokannya. Sisi yang terkompresi
melengkung dan sisi yang menegangk mengalami
kerusakan, yang menyebabkan fraktur inkomplet yang
serupa dengan yang terlihat pada greenstick yang patah.
- Fraktur kompletmembagi fragmen-fragmen tulang.
Fraktur ini seringkali dilekatkan oleh engsel perosteal,
yang dapat membantu atau menghalangi reduksi.

C. ETIOLOGI
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


2 1
pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering
bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus
tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami
nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel
darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan
fraktur.
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari
tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

E. KLASIFIKASI FRAKTUR
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang
praktis , dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a.Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1). Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


3 1
2). Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan
antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
adanya perlukaan kulit.

b.Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.


1). Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang
tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada
foto.
2). Fraktru Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh
penampang tulang seperti:
a) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu
korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
c) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.

c. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan


mekanisme trauma.
1). Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang
dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2). Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma
angulasijuga.
3). Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi.
4). Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi
yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5). Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan
atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


4 1
d.Berdasarkan jumlah garis patah.
1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak pada tulang yang sama.

e.

Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.


1). Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
2). Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang
yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
a) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran
searah sumbu dan overlapping).
b) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
c) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling
menjauh).

f. Berdasarkan posisi frakur


Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1. 1/3 proksimal
2. 1/3 medial

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


5 1
3. 1/3 distal

g.Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.

h.Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis


tulang.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang
berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera
jaringan lunak sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan
lunak bagian dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang
nyata ddan ancaman sindroma kompartement.

F. MANIFESTASI KLINIK
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Echimosis (Memar)
d. Spasme otot
e. Nyeri
f. Kurang/hilang sensasi
g. Krepitasi
h. Pergerakan abnormal
i. Rontgen abnormal

G. TEST DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi/luasnya
fraktur/luasnyatrauma, skan tulang, temogram, scan CI:
memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
b. Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.
c. Peningkatan jumlal sop adalah respons stress normal setelah trauma.
d. Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.
e. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi multiple, atau cederah hati.

H. PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


6 1
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden
period). Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan:
1) Pembersihan luka
2) Exici
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
b. Seluruh Fraktur
i. Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan
tindakan selanjutnya.
ii. Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali
seperti semula secara optimun. Dapat juga diartikan Reduksi fraktur
(setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajaran-
nya dan rotasfanatomis (brunner, 2001).
Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan
untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat
fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap, sama. Biasanya dokter
melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan
lunak kehilaugan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan
perdarahan. Pada kebanyakan kasus, roduksi fraktur menjadi semakin
sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan.
Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus
dipersiapkan untuk menjalani prosedur; harus diperoleh izin untuk
melakukan prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan. Mungkin
perlu dilakukan anastesia. Ekstremitas yang akan dimanipulasi harus
ditangani dengan lembut untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
Reduksi tertutup. Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup
dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-
ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
Ekstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan,
sementara gips, biadi dan alat lain dipasang oleh dokter. Alat
immobilisasi akan menjaga reduksi dan menstabilkan ekstremitas untuk
penyembuhan tulang. Sinar-x harus dilakukan untuk mengetahui apakah
fragmen tulang telah dalam kesejajaran yang benar.
Traksi. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi
dan imoblisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi. Sinar-x digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan
aproksimasi fragmen tulang. Ketika tulang sembuh, akan terlihat
pembentukan kalus pada sinar-x. Ketika kalus telah kuat dapat dipasang
gips atau bidai untuk melanjutkan imobilisasi.
Reduksi Terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


7 1
terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi
interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat paku, atau batangan logam
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya
sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan
di sisi tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang, alat tersebut
menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
iii. Retensi/Immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimun.
Imobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar
sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips,
bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan
logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur.
iv. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala
upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi
dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status
neurovaskuler (mis. pengkajian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan)
dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda
gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ansietas dan ketidaknyamanan
dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan, perubahan
posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika). Latihan isometrik dan
setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup
sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan
harga-diri. Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai
batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi interna memungkinkan mobilisasi
lebih awal. Ahli bedah yang memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur,
menentukan luasnya gerakan dan stres pada ekstrermitas yang
diperbolehkan, dan menentukan tingkat aktivitas dan beban berat badan.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


8 1
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan
parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot,
saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips
dan embebatan yang terlalu kuat.
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang
sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan
gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkmans Ischemia.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.

Komplikasi Dalam Waktu Lama


a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan.
Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi
fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga
disebabkan karena aliran darah yang kurang.
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas).
Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


9 1
J. KATEGORI GIPS
Anak Yang Menggunakan Gips

Gips ekstremitas atasmengimobilisasi pergelanga dan/atau siku


Gips ekstremitas bawahmengimobilisasi pergelanga kaki dan/atau lutut
Gips spikamengimobilisasi pinggul dan lutut
Gips spinal dan servikalmengimobilisasi tulang belakang

1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Dapatkan riwayat kejadian, cedera sebelumnya, pengalaman dengan
tenaga kesehatan.
Observasi adanya manifestasi fraktur:
o Tanda-tanda cedera: pembengkakan umum
o Nyeri atau nyeri tekan
o Penurunan penggunaan fungsional dari bagian yang sakit
(pada anak kecil yang menolak untuk berjalan atau
menggerakkan ekstremitas atas sangat dicurigai terjadinya
fraktur)
o Memar kaku otot yang parah
o Krepitasi (sensasi memarut pada sisi fraktur)
o Kaji lokasi fraktur-observasi adanya deformitas, instruksikan
anak untuk menunjukkan area yang nyeri
o Kaji sirkulasi dan sensasi distal pada sisi fraktur
Bantu dalam prosedur diagnostik dan tes misal., radiografi dan
tomografi.

PENGKAJIAN TERHADAP EKSTREMITAS YANG DI-GIPS


Pantau status kardiovaskuler:
Pantau nadi perifer
Pucatkan kulit ekstremitas pada bagian distal dari fraktur untuk
memastikan sirkulasi Kaji gerakan dan sensasi jari tangan atau jari
kaki.
Minta anak yang adekuat pada bagian tersebut.
Perhatikan keketatan gips; gips harus memungkinkan insersi jari
diantara kulit ekstremitas dengan gips setelah gips kering.
Kaji adanya peningkatan hal-hal berikut:
o Nyeri
o Bengkak
o Rasa dingin
o Sianosis atau pucat

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


10 1
Observasi adanya gerakan spontan pada anak yang tidak mampu
berespons terhadap perintah.
Laporkan dengan segera tanda-tanda acaman kerusakan sirkulasi
Instruksikan anak untuk melaporkan adanya rasa kebas atau
kesemutan.
Periksa suhu (gips-plester):
Inspeksi kulit untuk adanya iritasi atau area tekan.
Inspeksi bagian dalam gips untuk adanya benda-benda yang
terkadang dimasukkan oleh anak yang masih kecil.
Observasi adanya tanda-tanda infeksi.
periksa adanya drainase.
cium gips untuk adanya bau menyengat.
periksa gips untuk adanaya bercak panas yang menunjukkan
nfeksi dibawah gips.
Waspadai adanya peningkatan suhu, letargi, dan ketidaknyamanan.
Observasi kerusakan pernapasan 9gips spika).
Kaji ekspansi dada anak.
Observasi frekuensi pernapasan.
Observasi warna dan perilaku
Kaji adanya bukti-bukti perdarahan (reduksi bedah terbuka).
Batasi area perdarahan; kaji adanya peningkatan perdarahan.
Kaji kebutuhan terhadap obat nyeri.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN:

1. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan


jaringan, kemungkinan kerusakan saraf
2. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik
3. Resiko tinggi kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan gips.
4. Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakkan
muskuloskeletal.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita
cedera fisik.
6. Takut berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gips.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN :

1. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan adanya gips, pembengkakan


jaringan, kemungkinan kerusakan saraf

SASARAN PASIEN 1: pasien tidak mengalami kerusakan neurologis


atau sirkulasi.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


11 1
HASIL YANG DIHARAPKAN
Jari kaki/jari tangan hangat, merah muda, sensitif, dan menunjukkan
pengisian kapiler yang segera.

INTERVENSI RASIONAL
1. Tinggikan ekstremitas yang 1. Peninggian ekstremitas
digips untuk menurunkan meningkatkan aliran balik
pembengkakan vena.
2. Tempatkan gips kaki diatas
bantal, pastikan bahwa gips
tersebut tertopang dengan baik
3. Sling lengan segitiga adekuat
dan tidak ada tekanan diatas
untuk elevasi dan topangan
tumit.
3. Tinggikan lengan diatas bantal yang lebih sedikit.
atau topang dengan sling
stokinet digantung dari ujung
infus intravena-baik ditempat 4. Mengetahui adanya nyeri,
tidur maupun selama ambulasi; bengkak perubahan warna
4. Kaji bagian gips yang (sianosi atau pucat), pulsasi,
terpajang hangat, dan kemampuan untuk
bergerak.

HASIL YANG DIHARAPKAN


Gips mengering dengan cepat, tetap bersih dan utuh

SASARAN PASIEN 2: pasien mempertahankan integritas gips

INTERVENSI RASIONAL
1. Rawat gips basah dengan 1. Penekanan dapat menyebabkan
telapak tangan; hindari area tekan.
menekan gips dengan ujung
jari (gips plester) 2. Melindungi tepi gips dan
2. Tutupi tepi gips yang kasar mencegah iritasi kulit.
dengan petal adesif
3. Jangan menumpukkan berat
badan sampai gips benar-
benar kering-bahkan bila alat
pembeban dikaitkan ke gips. 4. Mengeringkannya dari dalam
4. Jangan menutupi gips yang keluar.
masih basah 5. Dapat terjadi luka bakar dan
5. Jangan mengeringkan gips gips hanya akan kering

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


12 1
dengan kipas pemanas atau dibagian luar tetapi tidak
pengering dibagian dalam.

6. Gunakan kipas biasa 6. Mensirkulasi udara


dilingkungan dengan
kelembaban tinggi
7. Ganti posisi anak dalam gips 7. Membalikkan tubuh pasien
tubuh atau gips spika pinggul pada akhirnya akan membantu
secara periodik ( anak keil mengeringkan gisp.
dpat diatur posisinya dengan
mudah; remaja mungkin
memerlukan satu atau dua
orang untuk membantu
mengubah posisi; pada
akhirnya anak akan mahir
menggerakkan tubuh mereka
sendiri).
8. Jangan menggunakan papan
stabiliser abduksi diantara
bagian kaki spika pinggul
sebagai pegangan untuk
membalik.
9. Posisikan dengan bokong 9. Mencegah urin mengalir
lebih rendah dari bahu dibawah gips pada bagian
selama toileting (tubuh dapat punggung;
disokong dengan bantal.)
10. Lindungi tepian gips
disekitar area perineal dari
gips tubuh dengan film
plastik agar tidak kotor
selama toileting.
11. Gunakan popok sekali pakai
dengan dasar plastik yang
dikaitkan dibawah tepi gips
untuk bayi dan anak kecil
yang tidak dilatih toileting
atau yang cenderung suka
mengompol; popok untuk
defekasi juga dapat
digunakan bila bahan tahan
air ditempatkan diantar
bantalan dan gips.
12. Waspadai aktivitas-aktivitas

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


13 1
yang dapat menyebabkan
kerusakan fisik pada gips.
13. Bersihkan area yang kotor
dari gips dengan kain basah
dan sedikit pembersih putih
yang rendah abrasif; jangan
menutupi area yang kotor
dengan semir sepatu atau cat.

SASARAN PASIEN 1: pasien tidak mengalami cedera fisik

HASIL YANG DIHARAPKAN


Anak tetap bebas dari cedera.

INTERVENSI RASIONAL
1. Jaga agar jalur ambulasi tetap 1. Mencegah pasien jatuh
bersih
2. Singkirkan mainan, barang-
barang yang berserakan
dilanati, binatang peliharaan,
atau benda-bendda lain yang
dapat menyebabkan anak
tersandung.
3. Ajari anak untuk menggunakan
kruk dengan tepat bila ia
mengalami fraktur ekstremitas
bawah.
4. Kruk harus tepat ukurannya,
4. Mencegah tergelincir, dan
berikan karet lunak pada
bantalan pada aksila.
ujungnya

2. Nyeri berhubungan dengan cedera fisik


SASARAN PASIEN 1:
ketidaknyamanan yang dialami pasien tidak ada atau minimal

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


14 1
HASIL YANG DIHARAPKAN
Anak tidak menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan.
Ketidaknyamanan minor dapat ditoleransi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Bila perlu batasi aktivitas yang 1. Mencegah nyeri.
melelahkan
2. Beri posisi yang nyaman,
gunakan bantal udara dingin
yang ditiupkan dari spuit
Asepto, fan, atau pengering
rambut (dengan pengesetan
dingin atau rendah), atau
menggaruk atau menggosok
ekstremitas yang tidak sakit.
3. Hindari menggunakan bedak 3. Substansi ini mempunyai
atau losion dibawah gips. kecendurngan untuk
menggumpal dan
menimbulkan iritasi.

3. Resiko tinggi kerusakkan integritas kulit berhubungan dengan gips.

SASARAN PASIEN : Pasien tidak mengalami iritasi kulit.


INTERVENSI RASIONAL
1. Pastikan bahwa semua tepi gips
halus dan bebas dari proyeksi
pengiritasi ; kikir dan atau lapisi 2. Untuk mencegah trauma kulit.
tepi gipa itu bila perlu.
2. Jangan membiarkan anak
memasukkan sesuatu ke dalam
gips. Jaga agar benda-benda
kecil yang dapat dimasukkan ke
dalam gips tetap jauh dari
jangkauan anak kecil. 3. Untuk mendorong kepatuhan.
3. Waspadai anak yang lebih besar
untuk tidak memasukkan benda
ke dalam gips. Jelaskan
mengapa hal ini penting.
4. Jaga agar kulityang terpajan
tetap bersih dan bebas dari
iritan. 5. Kulit dapat teriritasi karena adanya
5. Lindungi gips selama mandi, air di dalam gips.
kecuali jika gips sintetik tahan
terhadap air. 6. Gips akan mengeras dengan kulit

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


15 1
6. Setelah gips dilepas, rendam dan terdeskuamasi dan sekresi sebasea.
basuh kulit dengan perlahan. 7. Gosokan keras dapat menyebabkan
7. Waspadai anak dan keluarga ekskoriasi dan perdarahan.
untuk tidak memaksakan
menyingkirkan gips tersebut.

4. Kerusakkan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakkan muskuloskeletal.

SASARAN PASIEN : pasien mempertahankan penggunaan otot pada area


yang tidak sakit .

HASIL YANG DIHARAPKAN :


- Ekstremitas yang tidak sakit tetap mempertahankan tonus otot yang
baik.
- Anak melakukan aktivitas yang sesuai dengan usia dan kondisi anak.

INTERVENSI RASIONAL
1. Dorong untuk ambulasi sesegera. 1. Untuk meningkatkan mobilitas
2. Sokong lengan yang di gips dengan
ambin / mitela (sling)
3. Ajarkan penggunaan alat mobilisasi
seperti kruk untuk kakii yang di gips
(alat berjalan digunakan bila
diperbolehkan untuk menopang
beban berat badan).
4. Dorong anak dengan alat ambulasi
untuk berambulasi segera setelah
kondisi umumnya memungkinkan.
5. Dorong aktivitas bermain dan
5. Untuk melatih otot yang tidak sakit.
pengalihan
6. Dorong anak untuk menggunakan
6. Untuk mempertahankan
sendi-sendi di atas sandi bawah gips
fleksibilitas dan fungsi sendi.

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita cedera


fisik.

SASARAN PASIEN (KELUARGA) : pasien (keluarga) siap untuk perawatan


di rumah.

HASIL YANG DIHARAPKAN :


- Keluarga menunjukkan perawatan gips.
- Keluarga memberikan perawatan gips yang tepat dan mencari
bantuan bila diperlukan.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


16 1
INTERVENSI

Perawatan di rumah keluarga : perawatan gips.


- Pajankan gips plester pada udara sampai kering.
- Jaga agar ekstermitas yang digips ditinggikan diatas bantal atau penopang
yang serupa untuk hari pertama, atau sesuai petunjuk profesional kesehatan.
- Angkat dan topang gips yang basah hanya dengan telapak tangan, untuk
menghindari penekanan karena jari.
- Observasi ekstremitas (jari tangan atau jari kaki) untuk adanya bukti
pembengkakan atau perubahan warna (lebih gelap atau lebih terangdari
ekstremitas yang lainnya) dan menghubungi profesional kesehatan bila terjadi
hal-hal tersebut.
- Periksa dengan sering gerakan dan sensasi ekstremitas yang terlihat.
- Ikuti intsruksi profesional kesehatan yang berkaitan dengan pembatasan
aktivitas.
- Batasi aktivitas keras selama beberapa hari pertama. Sertakan dalam aktivitas
tenang tetapi dorong penggunaan otot-otot, gerakkan sendi di atas dan di
bawah gips pada ekstremitas yang sakit, latihan khusus untuk anak harus
diberikan dalam bentuk salinan tertullis pada orang tua.
- Dorong ostirahat yang sering selama beberapa hari, jaga agar ekstremitas
yang cedera tetap ditinggikan saat beristirahat.
- Hindari membiarkan ekstremitas yang sakit tergantung selama periode lebih
dari 30menit. Jaga agar ekstremitas ata yang cedera tetap ditinggikan (mis,
dengan mitela) saat berdiri. Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk dan
hindari berdiri selama lebih dari 30 menit.
- Jangan membiarkan anak memasukkan apa pun kedalam gips. Jaga agar
benda-benda kecil yang dapat dimasukkan ke dalam gips tetap jauh dari
jangkauan anak-anak.
- Gatal dapat dihilangkan dengan kompres es, visualisasi kulit pada tepi gips,
dan memberikan obat sesuai yang dianjurkan praktisi.
- Jaga agar jalur ambulasi tetap bersih. Singkirkan mainan, barang-barang
berserakan yang berbahaya, binatang peliharaan, atau barang-barang lain
yang dapat membuat anak tersandung.
- Gunakan kruk dengan tepat bila terjadi fraktur pada ekstermitas bawah. Kruk
harus tepat ukurannya, berikan ujung karet yang halus untuk mencegah
tergelincir, dan berikan bantalan yang baik pada aksila.
- Instruksikan anak danorang tua untuk tidak menempatkan gips di dalam air
misalnya bak mandi, pancoran, kolam renang.
- Bila pasien mengalami inkontinensia, lindungi gips dengan plester tahan air
dan plastik.

6. Takut berhubungan dengan penggunaan dan pengangkatan gips.

SASARAN PASIEN : pasien mendapatkan dukungan yang adekuat selama


pemasangan dan pengangkatan gips.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


17 1
HASIL YANG DIHARAPKAN :
anak menjalani prosedur pemasangan dan pengangkatan gips dengan
distres minimal dan kerja sama.

INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan apa yang akan 1. Menghilangkan rasa takut dan
dilakukan danapa yang dapat mendorong kerjasama.
dilakukan anak untuk
membantu.
2. Jelaskan apa yang akan dialami
anak selama pengangkatan gips,
seperti kebisingan gergaji,
sensasi geli karena getaran,
ketidakmungkinan cedera
karena prosedur.
3. Menunjukkan keamanan gergaji 3. Untuk menghilangkan rasa takut
pada diri sendiri atau orang lain. kulit terpotong.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer et al, 2000). Sedangkan menurut
Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation
menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap oleh tulang.
Patah tulang (fraktur) yang terjadi pada anak berbeda dengan orang
dewasa. Hal ini disebabkan adanya perbedaan anatomi, biomekanik, serta
fisiologi tulang pada anak-anak. Anak-anak relatif lebih sering mengalami
patah tulang karena tulang mereka relatif lebih ramping dibanding orang
dewasa.

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


18 1
DAFTAR PUSTAKA

www.google.com (askep fraktura)

Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur


19 1
Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur
20 1
Asuhan Keperawatan Anak dengan Fraktur
47

Anda mungkin juga menyukai