Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN FILSAFAT ILMU

PEMBANGUNAN JALAN TOL BALI MANDARA

TUGAS

Oleh :

I Putu Pebriana Suryantara 1591561009


I Made Oka Sugiana 1591561014
I Nengah Sutika Setiawan 1591561015
I Putu Andy Wiranata Wijaya 1591561025
Dominggus Zadrach Dupe 1591561049

MAGISTER TEKNIK SIPIL


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara

1. Pendahuluan

Jalan merupakan media transportasi darat yang utama dalam infrastruktur


pembangunan suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi yang terkait dengan
kesejahteraan rakyat umumnya didahului dan didukung oleh infrastruktur yang
memadai, salah satunya adalah infrastruktur jalan. Pembangunan jalan tol di Bali
merupakan suatu upaya untuk mendukung masterplan program percepatan
pertumbuhan ekonomi Indonesia (MP3EI) yang telah ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Merupakan jalan bebas hambatan pertama di pulau Bali, pembangunan
infrastruktur ini menarik untuk dibuat dalam sebuah makalah dengan
menggunakan landasan teori pembangunan transport and development. Akan
terlihat bagaimana suatu pembangunan sarana transportasi mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui minat investasi khususnya di sektor pariwisata
yang menjadi andalan bagi pulau dewata ini.

2. Pembahasan

2.1 Aspek Ontologi

Pulau Bali dengan daya tarik alam dan aktifitas sosial budayanya
merupakan destinasi wisata dunia. Sebagai salah satu destinasi wisata dunia, Bali
terus berbenah dengan mengupayakan peningkatan ekonomi dari sektor
pariwisata. Mulai dengan peningkatan sarana dan prasarana penunjang akomodasi
pariwisata sampai pada peningkatan kualitas pelayanan pariwisata. Seiring dengan
berkembangnya pariwisata di Bali, tak ayal sector ini menjadi tumpuan
pendapatan daerah dan lapangan pekerjaaan andalan masyarakat. Semakin
terbukanya lapangan kerja di akibat dampak berkembangnya pariwisata, turut
membawa dampak urbanisasi dari luar daerah. Hal ini juga memberi dampak
bertambahnya beban Pulau Bali dari berbagai aspek, mengingat urbanisasi ini

2
menumpuk pada daaerah Sarbagita yang juga merupakan daerah pusat
perkembangan industri pariwisata di Bali. Terlebih lagi Pulau Bali memiliki
luasan yang relative kecil.

Dari luas wilayah Provinsi Bali relative kecil tersebut, yaitu hanya sebesar
5.636,66 Km2, dengan pusat kegiatan utama bertumpu di wilayah Bali selatan.
Jumlah penduduk yang terus meningkat dengan tingkat pertumbuhan sekitar 1,2%
per tahun, mengakibatkan tingkat kepadatan penduduk di wilayah Provinsi Bali
semakin tinggi khususnya di daerah metropolitan Sarbagita. Dari kepadatan
penduduk dan berpusatnya kegiatan industri pariwisata pada suatu wilayah, maka
semakin kompleks juga permasalahan pekotaan yang timbul. Permasalahan-
permasalahan yang timbul pada pada kota-kota metropolitan yaitu semakin
berkurangnya tingkat keamanan, kenyamanan, kesehatan sampai pada masalah
transportasi dengan ditandai oleh mobilitas yang terganggu.

Permasalahan transportasi di kota-kota besar dan pusat-pusat industri,


seperti industri pariwisata tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena transportasi
memegang peranan yang cukup penting dalam laju pertumbuhan ekonomi.
Dengan semakin berkembangnya perekonomian masyarakat di Bali, tentu akan
meningkatkan pula daya beli masyarakat. Dari segi transportasi hal ini ditandai
dengan semakin tingginya tingkat kepemilikan kendaraan pribadi. Di Bali tingkat
pertumbuhan kendaraan per tahunnya mencapai 10,2%. Jauh melampaui tingkat
pertumbuhan panjang jalan yang hanya 2% per tahun. Hal ini tentunya menjadi
kekhawatiran tersendiri bagi pemerintah dan ahli transportasi akan perkembangan
transportasi di Bali sebagai urat nadi perekonomian. Dari rasio kepemilikan
kendaraan bermotor di Bali per rumah tangga sudah mencapai 1:3, artinya dalam
satu rumah tangga yang terdiri dari 4 orang sudah terdapat 3 kendaraan. Keadaan
ini sangat berbanding terbalik jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang
berkarakteristik serupa seperti Singapura, dimana jumlah rassio kepemilikan
kendaraannya justru sangat kecil.

Dengan semakin bergesernya penggunaan moda pergerakan masyarakat


dari kendaraan umum seperti angkutan ke moda kendaraan pribadi yang dinilai
lebih aman dan nyaman, serta sangat terbatasnya prasarana jalan di Bali, akan

3
menambah beban lalu lintas yang ada. Tundaan dan kemaceetan kian meningkat
terutama di wilayah perkotaan Sarbagita akibat tidak seimbangnya supply dan
demand tersebut. Mengingat daerah industri pariwisata yang ada hanya bertumpu
pada daerah Bali selatan, pola pergerakan pun cenderung membebani daerah
tersebut. Tentunya hal ini membutuhkan suplply atau akses jalan yang memadai
untuk mengimbangi tingginya demand. Selama ini satu-satunya akses yang
menghubungkan Bali utara dan bagian selatan yang menjadi pusat industri adalah
jalan By Pass Ngurah Rai. Dengan terbatasnya akses ini, tentu beban yang
diterima jalan By Pass Ngurah Rai sangat tinggi. Sehingga dipandang perlu untuk
melakukan upaya peningkatan supply.

Namun fakta dilapangan peningkatan supply menemui beberapa kendala


seperti kendala pendanaan dan terbatasnya ketersediaan lahan. Upaya lain yang
dilakukan dengan mengembangkan angkutan masal Trans Sarbagita namun masih
berjala lambat akibat terbatasnya moda sedangkan jumlah kendaraan bermotor
kian meningkat pesat. Dengan kompleksnya permasalahan transportasi seperti ini,
permasalahan yang timbul bukan saja tundaan perjalanan dan kemacetan yang
menyebabkan pemborosan biaya perjalanan dan nilai waktu, tetapi juga kian
meningkatnya jumlah kecelakaan, polusi udara maupunn suara. Lalu timbul
pertanyaan, bagaimana mengatasi permasalahan transportasi di Bali selatan
dengan keterbatasan yang ada? Bagaimana cara meningkatkan supply agar mampu
mengimbangi demand yang ada?.

Which : pemilihan jalan bypass ngurah rai dan simpang dewa ruci sebagai
tempat pembangunan jalan tol bukan tidak beralasan. Selain rencana
pengembangan bandara internasionalnya, akses di ruas jalan ini sangat padat. Lalu
lintas menuju dan dari arah bandara, pelabuhan alternatif benoa dan spot
pariwisata sanur dan nusa dua merupakan prioritas utama pemprov Bali untuk
mengurangi kemacetan.

What : pembangunan jalan tol diatas laut ini merupakan keputusan yang
efektif mengingat secara teknis pembangunan jalan tol layang sangat tidak
dimungkinkan dilaksanakan di pulau dewata ini karena terbentur adat istiadat
masyarakat setempat. Selain itu juga, keputasan itu mampu menghemat anggaran

4
untuk pembebasan lahan yang cukup signifikan.

Who : pemprov bali yang terkendala oleh pendanaan karena tidak


mendapat dukungan dari APBN tetap dapat merealisasikan proyek ini setelah
melakukan kerjasama melalui konsorsium BUMN yang sebagaian besar memang
bergerak dibidang konstruksi bangunan dan jasa jalan tol.

When : jalan tol ini sebenarnya sudah mulai diwacanakan sejak tahun
2004, dimana pada saat ini berbagai kendala teknis dan non teknis menjadi
penghambat terealisasinya mega proyek ini. Sehingga di tahun 2009 sepertinya
pemerintah provinsi bali ikut ambil bagian ketika pemerintah pusat sedang
mengatur kebijakan percepatan ekonomi atau yang dikenal dengan MP3EI.
Perencanaan teknis terus dilakukan hingga tahun 2012 realisasi pembangunannya
terlaksana.

2.2 Aspek Epistemologi

Perkembangan ekonomi suatu daerah tidak terlepas dari pengaruh


perkembangan sarana dan prasarana yang mendukung misalnya transportasi.
Transportasi merupakan unsur yang penting dan berfungsi sebagai urat nadi
kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial, politik, pariwisata dan mobilitas
penduduk yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang terjadi
dalam berbagai bidang dan sektor tersebut.

Ditinjau dari aspek pergerakan penduduk, kecenderungan bertambahnya


penduduk perkotaan yang tinggi menyebabkan makin banyaknya jumlah
pergerakan baik di dalam maupun ke luar kota. Hal ini memberi konsekuensi logis
yaitu perlu adanya keseimbangan antara sarana dan prasarana khususnya di
bidang angkutan. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang mobilitas penduduk
dalam melaksanakan aktivitasnya.

Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pelayanan jasa angkutan ini
yaitu dengan penyediaan pelayanan angkutan umum masal. Perencanaan trayek
dengan penataan rute yang tepat dapat mengurangi timbulnya berbagai
permasalahan seperti kemacetan. Kebutuhan terhadap sarana transportasi yaitu

5
angkutan yang cepat, murah, aman, dan nyaman juga semakin berkembang.
Mengingat bahwa pelayanan angkutan umum merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi terutama untuk kota-kota besar dengan kepadatan penduduk yang tinggi.

Menjadi jalan bebas hambatan pertama di pulau Bali, tol Bali


Mandara sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 2009. Berbagai pernyataan
dan pertanyaan bermunculan meragukan pembangunan jalan tol ini. Beberapa
diantaranya adalah pertanyaan mengenai penting atau tidaknya jalan tol dibangun
di Bali, sistem pendaan yang terlalu membebani APBD, hingga teknologi yang
akan digunakan terkait adanya permasalahan mengenai adat istiadat masyarkat
setempat.

Kondisi ragam adat dan budaya masyarakat Bali yang sangat konservatif
menjadi isu yang sangat menjadi pertimbangan pemilihan jenis konstruksi
bangunan jalan tol yang harus dipilih oleh pemerintah dan kontraktor.
Keterbatasan dana APBD juga turut menunda realisasi pelaksanaannya pada saat
itu.

2.3 Aspek Aksiologi

Salah satu kesepakatan APEC ke-24 di Rusia pada bulan September 2012
lalu adalah akselerasi investasi infrastuktur adalah strategi penting untuk
melaksanakan pembangunan berkelanjutan di Asia Pasifik. Namun seperti
kesepakatan itu tidak berlaku secara langsung pada pembangunan jalan tol Bali
Mandara ini. Tidak adanya minat investor dalam pembangunan infrastruktur ini
sebagai pendukung pariwisata mendorong adanya konsorsium BUMN,
mengingat tidak dimungkinkannya penggunaan APBN dalam pembangunan
jalan tol ini. Jasa Marga sebagai BUMN yang bergerak di bidang jalan tol
tentunya punya porsi kepemilikan yang lebih dibanding BUMN lain sebagai
kontraktor yang ikut andil dalam sinergi BUMN ini. Proyek yang menelan dana
sebesar 2.5 Triliun Rupiah ini pun memiliki susunan kepemilikan sebagai berikut,
Jasa Marga sebesar 60%, PT Pelindo III sebesar 20%, PT Angkasa Pura I sebesar
10%, PT Wijaya Karya Tbk (Wika) sebesar 5%, PT Adhi Karya Tbk sebesar 2%,
PT Hutama Karya Tbk sebesar 2%, dan PT Pengembangan Pariwisata Bali
sebesar 1%. Dengan tarif tol sebesar Rp. 10.000 untuk golongan I (sedan, jip,

6
pickup/truk kecil dan minibus) dan Rp. 4.000 untuk golongan VI (kendaraan
bermotor roda dua) dirasa sedikit lebih mahal jika dibandingkan beberapa jalan tol
di pulau jawa yang memiliki panjang lebih dari 12.7 km ini. Menelan total biaya
2.5 triliun rupiah, mega proyek jalan Bali Mandara ini mampu diselesaikan
dalam jangka waktu 14 bulan dan dinyatakan resmi digunakan pada tanggal
23 September 2013 oleh Presiden Indonesia ke-5, Susilo Bambang Yudhoyono.

Selain untuk mendukung program pemerintah pusat tujuan utama lainnya


dari pembangunan jalan tol ini adalah untuk menguraikan kemacetan yang kerap
terjadi di ruas jalan By Pass Ngurah Rai Denpasar menuju titik-titik penting di
daerah kota Denpasar, yaitu akses menuju bandara internasional Ngurah Rai dan
pelabuhan Tanjung Benoa yang merupakan pintu masuk menuju pulau Bali.

Merupakan salah satu pencapaian yang patut mendapat apresiasi


mengingat momentum penyelesaian proyeknya dapat menyesuaikan dengan
beberapa event besar dunia yang dilaksanakan di pulau dewata ini seperti Miss
World, APEC SUMMIT 2013 dan Bali Democracy Forum ke-6. Proyek
pembangunan jalan tol ini juga merupakan proyek tercepat sepanjang sejarah
pembangunan jalan tol di Indonesia. Durasi 14 bulan, dimulai pada bulan Juni
2012 dan selesai pada bulan Agustus 2013, dapat dilaksanakan karena tidak
adanya pembebasan lahan masyarkat yang digunakan untuk pembangunan ini. Ide
pemilihan jalur laut sebagai tempat pembangunan jalan tol ini juga merupakan
suatu gagasan yang cukup cemerlang, selain meminimalisir biaya pembebasan
lahan yang sangat mahal juga merupakan suatu seni keindahan tersendiri.
Permasalahan lingkungan yang terkait dengan biota laut dan hutan mangrove
juga dapat diselesaikan dengan baik. Adanya Surat Keputusan Gubernur Bali
nomor 1545/04-B/HK/2011 tentang kelayakan lingkungan hidup rencana
pembangunan jalan tol Nusa Dua-Benoa, mendorong kontraktor untuk
menggunakan bahan-bahan konstruksi yang ramah lingkungan, diantaranya
dengan membangun jalan kerja di sepanjang trase jalan tol, yang terbuat timbunan
batu kapur, atau limestone dimana sifat batuan sedimen limestone yang terdiri dari
kalsium carbonate atau mineral calcite berasal dari organisme laut, sehingga
pembuatan jalan kerja menggunakan batu kapur ini tidak mengganggu habitat dan
biota laut. Setelah konstruksi selesai, timbunan batu kapur tersebut akan dikeruk

7
kembali sehingga tidak akan membendung atau mengganggu arus air laut yang
melewati sela-sela tiang pancang jalan tol tersebut.Penanaman seribu pohon
mangrove pun dilakukan pada tanggal 10 Januari 2013 disekitar bundaran Ngurah
Rai. Benturan terhadap isu adat istiadat masyarkat Bali secara paralel dapat
dihindari.

Perencanaan dalam pembangunan jalan tol ini sepertinya sudah


memperhatikan kaidah dalam teori transport and development karena hampir
setiap faktor yang terlibat didalamnya menjadi perhatian dalam menentukan
keputusannya. Berikut sedikit ilustrasinya :

Adanya pertimbangan jumlah pengendara sepeda motor yang cukup


banyak membuat keputusan untuk menyediakan jalur tol khusus kendaraan
bermotor roda dua. Diharapkan dengan hadirnya jalan tol baru ini, aktifitas
pariwisata di pulau Bali tidak terhambat oleh kondisi lalu lintas yang padat.

3. Penutup

3.1 Kesimpulan

Pembangunan Jalan Tol Bali Mandara merupakan program


pemerintah daerah untuk mendukung program MP3EI di sektor pariwisata
dengan pembenahan transportasi darat. Pembangunan jalan tol Bali Mandara
menjadi awal pembangunan transportasi modern di pulau Bali. Hal tersebut
terbukti melalui adanya masterplan pembangunan jalan tol lainnya yang
menghubungkan Bali wilayah selatan dengan bali wilayah barat dan utara.
Dampak positif di sektor ekonomi dapat dirasakan langsung dengan
pembangunan ini. Kebijakan pemerintah dibutuhkan untuk mengurangi
dampak negatif pembangunan jalan tol ini.
Terealisasinya proyek jalan tol ini membuktikan bahwa jika aktor-
aktor yang terkait didalamnya mampu bersinergi dengan baik, maka
pembiayaan dana proyek bukan merupakan isu yang menjadi jalan buntu
terciptanya pembangunan. Perencanaan pembangunan yang baik mampu
menciptakan pembangunan yang berkelanjutan lebih jauh lagi akan
mendorong banyak dampak positif serta mengurangi permasalahan sosial yang

8
biasa muncul di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai