Anda di halaman 1dari 13

Kajian Pencemaran Laut dari Kapaldalam Rangka Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010 Tentang

Perlindungan Lingkungan Laut

Kajian Pencemaran Laut dari Kapal


dalam Rangka Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010
Tentang Perlindungan Lingkungan Laut
Johny Malisan*)
ABSTRAK
Semakin meningkatnya kebutuhan angkutan laut, baik nasional maupun internasional,
mengakibatkan pemanfaatan laut untuk lalu lintas pelayaran sermakin meningkat,
terutama dalam transportasi barang-barang yang berpotensi mencemari dan/atau
merusak lingkungan hidup di laut, karena minyak, bahan cair berbahaya dan bera-
cun dalam bentuk curah, maupun bentuk kemasan dalam jumlah besar, dan potensi
pencemaran dari operasi kapal yang sulit dihindari, seperti minyak kotor dan gas buang
dari permesinan kapal serta limbah kotoran dan sampah maupun kecelakaan kapal.
Banyak perusahaan pelayaran yang tidak bertanggung jawab atas limbah kapalnya.
Banyak kapal membuang limbahnya ke laut sehingga mencemari laut dan mengg-
ganggu biota laut. Data menunjukkan bahwa kejadian pencemaran laut merata di
perairan Indonesia (Selat Malaka 25%, Laut Jawa 20%, Selat Karimata dan
Perairan Riau (ALKI) 20%, Perairan ALKI II 20 %, dst). Oleh karena itu perlu langkah-
langkah pencegahan agar mampu mengatasi kompleksitas permasalahan tentang
perlindungan lingkungan maritim.Kajian ini bersifat kuantitatif deskriptif, yang diarahkan
sebagai upaya untuk mengungkap kondisi dan fakta terkait dengan pencemaran laut
dan langkah-langkah penanganannya sehingga dapat menjadi gambaran atau ma-
sukan untuk perbaikan aktivitas perlindungan lingkungan laut terutama jika dikaitkan
dengan peraturan perundang-undangan yang ada, terutama ketentuan PP 21 tahun
2010 tentang perlindungan lingkungan maritim.
Kata kunci : pencemaran laut dari kapal.

Assesment of Marine Pollution From Ship in The


Framework of The Impementation of Government
Regulation No.21/2010 on The Protection of
The Marine Environment
Johny Malisan*)
ABSTRACT

Demand of domestic and international sea transportation increase sea traffic, espe-
cially in cargo transport that potentially to damage the environment at sea. Examples
are oil, hazardous and toxic liquid substances in bulk, and the potential of pollution
from ship operations that are difficult to avoid, such as oily waste and exhaust gas
from ship machinery and other waste and garbage and ship accidents them selves.
Some shipping companies are not responsible for their ship waste. Many ships thrown

65
*) Peneliti Madya pada Puslitbang Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan
J.Pen.Transla Vol.13 No 1 halaman 1 - 77 Maret 2011

their waste into the sea that polluted the ocean or disturb marine biota. Data show
that the incidence of marine pollution in Indonesian waters is prevalent (e.g. Malacca
Strait 25%, Java Sea 20%, Karimata Strait and waters of Riau or ALKI I 20%, ALKI II
20%). Therefore it needs preventive measures for addressing the complex problems
concerning the protection of marine environment.This assessment to be quantitative
description, which is directed in an effort to reveal the conditions and facts dealing
with marine pollution and its handling steps. This will give a figures or suggestions for
improvement of marine environmental protection activities, especially according to
laws and regulations, particularly provisions in government regulation Number 21/2010
concerning protection of marine environment.
Keyword : marine protection from pollution of fship.

PENDAHULUAN
saatnya kini semua pembangunan lebih dio-
Laut merupakan perairan yang didalam-
rientasikan pada aspek lingkungan meskipun
nya terkandung beraneka ragam sumber
hal ini telah lama dicanangkan.
daya alam dan sebagai sarana transportasi
Laut menjadi bagian penting bagi
yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk
kehidupan manusia, karena 60 % populasi
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
manusian di bumi, berdiam di 60 km dari
Sebagai negara kepulauan, hampir seluruh
sebuah pantai yang sangat bergantung pada
provinsi di Indonesia memiliki wilayah perai-
hasil laut (Hartanto, 2008). Oleh karena itu,
ran yang terdiri atas kawasan hulu dan pesi-
wajib dilakukan pelestarian lingkungan hidup
sir. Kerusakan ekologis di hulu dan akumulasi
dan pencegahan pencemaran lingkungan
limbah yang dialirkan dari daerah hulu, dapat
laut. Di Indonesia sendiri, pencemaran ling-
mengancam kawasan pesisir. Fenomena ini
kungan akibat tumpahan minyak kapal bukan
tentunya disebabkan oleh pola pembangunan
hal baru. Salah satu contohnya adalah sejak
yang lebih berorientasi pada aspek ekonomi
tahun 2003 sampai tahun 2009, pencemaran
dan kurang mempertimbangkan faktor ling-
minyak terjadi berulangkali di Kepulauan
kungan dan sosialnya. Lingkungan hidup
Seribu. Hal ini dikarenakan tidak adanya
dalam kaitan dengan pembangunan sudah
penanganan serius dari pemerintah. Ma-
mulai dikenal di kalangan pemerintahan di
syarakat pesisir terutama nelayan terus men-
dunia ini pada tahun 1972, dan sejak itu
jadi korban atas ketidakseriusan pemerintah
mulai dirintis berbagai langkah pengemban-
dalam mengurus sumberdaya perairannya.
gan pola pembangunan yang tidak merusak
Di dunia internasional menurut Ingmanson
lingkungan (Emil Salim, 1990). Meskipun
dan Wallace (1985), ada sekitar 6 juta metrik
demikian, pada kenyataannya masih ban-
ton minyak setiap tahun mencemari lautan.
yak terlihat aktivitas yang mengakibatkan
Penyebabnya secara umum tidak lain adalah
pencemaran lingkungan, di darat maupun di
angkutan bahan bakar minyak, pengeboran
laut. Akibatnya, fenomena ini menjadi sebuah
minyak lepas pantai, pengilangan minyak dan
krisis lingkungan yang menimbulkan persoa-
pemakaian bahan bakar produk minyak bumi.
lan baru dengan dampak yang cukup besar
Pencemaran laut diartikan sebagai ad-
terhadap kehidupan manusia, akan tetapi
anya kotoran atau hasil buangan aktivitas
penyelesaiannya sering besikap setengah
makhluk hidup yang masuk ke daerah laut.
hati, dan upaya pemecahan masalahnya
Sumber dari pencemaran laut selain dijelas-
tidak pernah diselesaikan secara tuntas
(Moh. Nasir, 2010). Dengan demikian, maka
Kajian Pencemaran Laut dari Kapaldalam Rangka Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010 Tentang
Perlindungan Lingkungan Laut

kan di atas, adalah sisa damparan amunisi fokus pada analisis pencemaran lingkungan
perang, buangan dan proses di kapal, buan- dikaitkan dengan peraturan pemerintah yang
gan industri ke laut, proses pengeboran min- baru tentang perlindungan lingkungan mari-
yak di laut, buangan sampah dari transportasi tim (PP 21 tahun 2010).
darat melalui sungai, emisi transportasi laut Penelitian ini ditujukan untuk melakukan
dan buangan pestisida dari pertanian. Namun analisis sejauh mana dampak penerapan
sumber utama pencemaran laut berasal dari aturan perlindungan lingkungan maritim
tumpahan minyak baik dari proses di kapal, dalam mengupayakan tindakan pencega-
pengeboran lepas pantai maupun akibat ke- han pencemaran laut. Diharapkan dengan
celakaan kapal. Polusi dari tumpahan minyak adanya penjelasan tentang upaya pence-
di laut merupakan sumber pencemaran laut gahan pencemaran laut beserta penang-
yang selalu menjadi fokus perhatian dari ma- gulangannya, maka akan timbul kesadaran
syarakat luas, karena akibatnya akan sangat sehingga pencemaran dapat dikurangi dan
cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pan- akan diperoleh lingkungan laut yang aman
tai dan sangat signifikan merusak makhluk untuk melakukan aktivitas transportasi laut
hidup di sekitar pantai tersebut. khususnya.
Kegiatan-kegiatan yang menyebabkan Diharapkan penelitian ini dapat ber-
pencemaran lingkungan seperti terangkum manfaat dalam menyebarluaskan informasi
di atas menghasilkan berbagai limbah yang tentang pencemaran laut, dan upaya penang-
menyebabkan tercemarnya air laut yang gulangannya, terutama sehingga aman bagi
berdampak pada kehidupan di laut seperti penyelenggaraan transportasi, dan dapat
dampak pada ekosistem laut berupa keru- memberi kesadaran akan pentingnya pema-
sakan terumbu karang, mangrove, padang haman tentang transportasi laut berwawasan
lamun, estuaria dan lain-lain, yang membu- lingkungan bersih.
tuhkan waktu pemulihan yang sangat lama Manusia merupakan bagian dari alam
dan teknologi yang memadai serta dana yang yang bersama-sama dengan komponen
sangat besar dalam menyelesaikan perma- makhluk hidup lainnya, memanfaatkan ling-
salahan pencemaran limbah ini. Keseriusan kungan sekitarnya berdasarkan kepentingan
pemerintah dan masyarakat pada umumnya masing-masing. Namun manusia memiliki
dibutuhkan, agar dampaknya dapat dikurangi akal dan pikiran, sehingga perannya dalam
sehingga tidak menumpahkan persoalan mengelola lingkungan sangat besar. Manusia
pada aktivitas industri, seperti yang telah dapat dengan mudah mengatur lingkungan-
terjadi selama ini. Pada umumnya kegiatan nya melalui penerapan ilmu dan teknologi
industri di pusat dan daerah, menyebabkan yang dikembangkannya sendiri.
terjadinya pencemaran lingkungan seperti ak- Oleh karena itu, manusia mampu me-
tivitas industri di sektor perindustrian, pertam- manfaatkan alam sebesar-besarnya yang
bangan dan sumberdaya mineral, pariwisata, akibatnya cenderung mengeksploitasi secara
kehutanan, pekerjaan umum, perhubungan, besar-besaran pula, bersifat konsumtif dan
pertanian, kelautan dan perikanan, riset dan merusak/ mencemari lingkungan. Akibatnya
teknologi, dan perumahan rakyat, serta sek- pula polusi di darat, air maupun di udara tak
tor kesehatan. Oleh karena itu, banyaknya terbendung dan pada akhirnya berdampak
aktivitas dan instansi yang terlibat dalam negatif bagi kehidupan manusia itu sendiri.
industri mengakibatkan besarnya potensi Polutan dalam air mencakup unsur-unsur
terhadap pencemaran lingkungan. Dengan kimia, pathogen/bakteri dan perubahan
demikian, penelitian yang dilakukan ini ter- sifat fisika dan kimia dari air. Patogen/bak-

67
J.Pen.Transla Vol.13 No 1 halaman 1 - 77 Maret 2011

teri mengakibatkan pencemaran sehingga bersumber dari kapal melalui organisasi


menimbulkan penyakit pada manusia dan maritim internasional (IMO). IMO sebagai
binatang karena umumnya unsur kimia bagian integral dari organisasi PBB, didirikan
tersebut menjadi racun yang mencemari air untuk memajukan kerjasama antar negara-
(Bahtiar, 2007). negara anggota dalam masalah teknis bidang
Dalam skala besar, permasalahan pelayaran. Fokus utamanya adalah pada
pencemaran terhadap lingkungan terdiri bidang keselamatan dan efisiensi penyeleng-
atas bermacam kegiatan seperti kebocoran garan transportasi laut. Dengan demikian,
gas, tumpahan minyak dari tanker (oil spil), IMO sebagai badan khusus PBB mengem-
limbah pertambangan ke laut, kecelakaan ban tugas utama untuk menegakkan aturan
kapal pengangkut bahan tambang mineral, keselamatan pelayaran dan pencegahan
illegal mining, illegal loging, penambangan pencemaran lingkungan laut.
tanpa ijin, pengeboran minyak lepas pantai, UU 17/2008 tentang pelayaran (UUP),
penambangan pasir laut untuk reklamasi membagi pencemaran laut menjadi 2 jenis
pantai atau pulau, industri yang berada di yaitu pencemaran yang bersumber dari ak-
pantai/pesisir, penggunaan bahan kimia pada tivitas pelayaran dan pencemaran yang ber-
aktivitas usaha tani di hulu, penggunaan ka- sumber dari aktivitas kepelabuhanan. Pence-
wasan hutan untuk pelabuhan, pengambilan maran yang bersumber dari kapal umumnya
terumbu karang untuk diekspor, pembuatan merupakan pembuangan rutin limbah yang
kapal yang menggunakan kayu, operasional dilakukan kapal berupa limbah minyak, pem-
kapal, kecelakaan kapal, kegiatan kepelabu- bersihan kapal tanker, kebocoran kapal saat
hanan, illegal fishing, industri perikanan, berlayar, kecelakaan kapal yang mengaki-
tambak, pembangunan tempat rekreasi di batkan tumpahnya bahan bakar atau bahan
pantai/pesisir, reklamasi pantai, wisata ba- pencemar lainnya ke laut, dan kegiatan kapal
hari, bahan beracun dari laboratorium, dan yang sengaja dilakukan misalnya dumping.
limbah domestik. Banyaknya zat pencemar Dalam kaitan dengan ini, telah dikeluarkan
pada air limbah akan menyebabkan menu- pengaturan untuk memberikan perlindungan
runnya kadar oksigen terlarut dalam air, bagi lingkungan maritim sehingga dapat
sehingga menyebabkab kehidupan yang terhidar dari kerusakan yang berkelanjutan.
membutuhkan oksigen dalam air terganggu, Pengaturan perlindungan lingkungan maritim
dan menghambat perkembangannya, serta memuat ketentuan mengenai pencegahan
dapat menyebabkan kerusakan tanaman dan dan penanggulangan pencemaran lingkun-
tumbuhan air (Lina Warlina, 2004). gan laut yang bersumber dari pengoperasian
Kemajuan ilmu pengetahuan dan kapal dan sarana sejenisnya dengan
teknologi bidang kemaritiman, khususnya mengakomodasikan ketentuan internasional
industri perkapalan, seiring dengan pening- terkait seperti International Convention for
katan kebutuhan masyarakat mengakibatkan the Prevention of Pollution from Ships.
pemanfaata laut oleh aktivitas pelayaran Peraturan pelaksanan dari UUP yakni PP
semakin meningkat. Pemanfaatan laut ini Nomor 21 Tahun 2010 tentang perlindungan
juga semakin meningkatkan potensi pence- lingkungan maritime telah mewajibkan bagi
maran laut negara pantai (Suhaidi, 2005) setiap pelabuhan untuk menyediakan fasilitas
serta dampak kerusakannya seperti diuraikan penampungan limbah, namun sampai saat ini
di atas. Oleh karena itu, maka masyarakat hanya 3 pelabuhan yang telah melaksanakan
internasional kemudian menginisiasi ad- ketentuan tersebut (Wibowo, 2010). kondisi
anya pengawasan pencemaran laut yang itu menyebabkan lingkungan pelabuhan
Kajian Pencemaran Laut dari Kapaldalam Rangka Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010 Tentang
Perlindungan Lingkungan Laut

rentan tercemar limbah hasil operasi kapal tindakan pengelolaan sarana dan prasarana
seperti minyak dan bahan berbahaya dan secara efektif dan berupaya mencegah ter-
beracun (B3). jadinya pencemaran lingkungan laut. Keru-
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif sakan lingkungan, dalam konteks hukum,
dan kuantitatif dengan mengunakan kerang- disebabkan oleh perbuatan manusia, oleh
ka teori berdasarkan analisis peramalan karena itu, tindakan manusia yang merusak
(regresi) untuk melihat kecenderungan yang lingkungan harus dikendalikan. Hukum atau
terjadi di bidang pencemaran laut. Metode peraturan yang baik adalah yang tidak saja
penelitian yang digunakan terbagi menjadi memenuhi persyaratan formal sebagai suatu
dua bagian, yaitu proses pengumpulan data peraturan, tetapi memberikan rasa keadilan
dan proses analisis dan evaluasi. Proses pen- dan kepatutan, serta dalam kenyataannya
gumpulan data sekunder dilakukan melalui dilaksanakan atau ditegakkan (Rasdiani,
survei kepustakaan, mencakup kebijaksa- 2006). Oleh karena itu, pengendalian dan
naan pemerintah di bidang perlindungan ling- penegakan hukum terkait dengan lingkungan
kungan maritim, serta laporan perkembangan terus dibangun oleh pemerintah, sehingga
kejadian kecelakaan kapal dan pencemaran beberapa dasar hukum pengendalian dan
laut melalui data-data statistik selama be- tanggungjawab terhadap dampak pencema-
berapa tahun belakangan ini. Sedangkan ran lingkungan antar lain :
pengumpulan data primer dilakukan melalui 1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
diskusi dengan beberapa nara sumber terkait tentang Perlindungan dan Pengelolaan
dengan kebijakan dan upaya penegakan Lingkungan Hidup.
hukum di perairan Indonesia dan pandangan
terhadap upaya-upaya pencemaran laut. 2) Undang-undang Nomor 17 tahun 2008
Data-data lain yang dihimpun berupa hasil tentang Pelayaran.
seminar / roundtable discussion yang dilak- 3) Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun
sanakan oleh Badan Litbang Perhubungan 2010 tentang Perlindungan Lingkungan
maupun instansi terkait lainnya. Maritim.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 10 jo Nomor
19 tahun 1999 tentang Pengendalian
DATA DAN ANALISIS
Pencemaran dan/atau Perusakan Laut.
A. Aspek legalitas
5) Peraturan Pemerintah Nomor 18 jo No.
Pencemaran lingkungan oleh tumpa- 85 tahun 1999 tentang Limbah Bahan
han minyak dari kapal bukan hal baru di Berbahaya dan Beracun.
Indonesia. Kita telah seringkali diperlihatkan
kejadian-kejadian yang sekan memberikan 6) Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun
daftar panjang kecelakaan kapal di tanah 2001 tentang Pengelolan Kualitas Air
air, mulai dari kapal tenggelam, kandas, dan Pengendalian Pencemaran Air.
terbakar sampai pada kapal mengalami ke- 7) Peratruan Presiden Nomor109 Tahun
bocoran karena alasan operasional. Semua 2006 tentang Penanggulangan Keadaan
kecelakaan ini memiliki dampak negatif Darurat Tumpahan Minyak di Laut.
terhadap lingkungan laut sehingga semua
pihak mestinya tidak melepaskan tanggung- 8) Keputusan Menteri Negara Lingkungan
jawabnya untuk bersama-sama mengambil Hidup Nomor 51 tahun 2004 tentang

69
J.Pen.Transla Vol.13 No 1 halaman 1 - 77 Maret 2011

Baku Mutu Air Laut. oleh tumpahan minyak karena kecelakaan


kapal, limbah yang dibuang oleh pabrik ke
9) Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun
laut, dan bocornya tambang minyak lepas
1985 tentang Ratifikasi International
pantai, atau dumping yang sengaja dilaku-
Convention for the Prevention of Marine
kan oleh kapal. Dalam dunia internasional,
Pollution from Ships, 1973 as modified
pencemaran laut seringkali mengakibatkan
by the Protocol of 1978 relating there to
perselisihan diantara negara - negara yang
(MARPOL 73/78).
dibatasi dengan laut atau selat. Contoh kasus
10) Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun adalah pencemaran laut, akibat kecelakaan
2005 tentang Pengesahan Amandement kapal Exxon Valdez di Laut Alaska pada
to the Bassel Convention on the tahun 1989 yang menumpahkan 37.000
Transboundary Movement of Hazardous ton minyak mentah. Kasus tenggelamnya
Waste and their Disposal. kapal Prestige di Selat Spanyol tahun 2002
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 (menumpahkan 77.000 ton minyak) yang
tentang Perlindungan dan Pengelolaan mengakibatkan kerugian yang besar dan
Lingkungan Hidup jelas-jelasmengatur aspek mencemari laut dua negara (Prancis dan
pengelolaan dan sanksi bagi para pelaku Spanyol) sehingga merugikan industri peri-
pencemaran laut, akan tetapi aparat hukum kanan negara tersebut.
seakan sulit mencari bukti dan membawanya Di perairan Indonesia juga sudah bu-
ke pengadilan. Undang-undang No. 17 tahun kan hal yang baru jika pencemaran lautnya
2008 tentang Pelayaran sebagai revisi dari banyak terjadi, baik yang diakibatkan oleh
UU 21/1992 juga menyatakan bahwa setiap kecelakaan kapal maupun aktivitas pertam-
kapal yang berlayar harus dalam kondisi laik bangan laut. Seringkali melalui pemberitaan
laut. Disamping itu, dalam lingkup internasi- beberapa media diketahui banyak terjadi pen-
onal, organisasi maritim internasional (IMO) gotoran wilayah pantai, perusakan terumbu
juga mengeluarkan konvensi internasional karang, matinya ribuan ikan, sampai pada
pencegahan pencemaran di laut (convention berita mengenai tragedi tumpahan minyak
for the marine pollution 1973/1978) sebagai dari kilang Montara. Hal ini sudah seharusnya
upaya untuk mengatasi dampak pencemaran dapat diantisipasi sejak awal.
laut. Oleh karena itu, menjadi tugas pemerin- Pemerintah mestinya mampu mem-
tah dan seluruh masyarakat untuk menegak- bentengi seluruh sumber daya alam dan
kan aturan-aturan tersebut. Bagi pemerintah, keindahan biota laut dengan perangkat
yang perlu dilakukan adalah penyediaan aturan-aturan hukum dari potensi pencema-
fasiltias yang dimanfaatkan untuk pencarian ran laut demi kelangsungan ekosistem laut itu
dan pengumpulan data-data laangan tentang dalam jangka panjang. Masalah kerusakan
penyebab pencemaran, dan penyediaan lingkungan laut di dalam wilayah perairan
atau alokasi sumber daya manusia yang Indonesia tampaknya menjadi sesuatu yang
kompeten agar mampu melaksanakan tugas biasa saja terjadi, dan pemerintah seolah-
sebagai aparat penegak hukum. olah lalai dalam menjalankan tugas dan fung-
sinya menjaga dan melindungi wilayah laut.
B. Kasus-kasus Pencemaran Laut
Data yang berhasil diperoleh dari berbagai
Salah satu dampak negatif aktivitas ma- sumber menunjukkan bahwa beberapa kasus
nusia di laut adalah terjadinya pencemaran. kerusakan lingkungan laut yang diakibatkan
Pencemaran laut sendiri dapat diakibatkan
Kajian Pencemaran Laut dari Kapaldalam Rangka Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010 Tentang
Perlindungan Lingkungan Laut

oleh tumpahan minyak karena kecelakaan dalam jumlah besar setiap tahun. Jika ter-
kapal tanker sangat merugikan kehidupan jadi pencemaran laut, akan mengakibatkan
masyarakat pesisir. Setidaknya telah terjadi minyak mengapung di atas permukaan laut
sembilan belas kali kasus tumpahan minyak yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke
di Indonesia yakni : pantai. Data pada tabel diatas menunjukkan
Saat ini industri minyak dunia telah betapa tumpahan minyak (oil spill) dalam
berkembang pesat, sehingga kecelakaan- jumlah yang besar mengakibatkan rusaknya
kecelakaan yang mengakibatkan tercecernya lingkungan dan mempengaruhi pola kehidu-
minyak di laut hampir tidak bisa dielakkan. pan di laut baik yang dilakukan oleh para
Kapal tanker mengangkut minyak mentah

71
J.Pen.Transla Vol.13 No 1 halaman 1 - 77 Maret 2011

nelayan maupun mahluk hidup lainnya yang demikian, potensi pencemaran akan terus
menggantungkan hidupnya di laut. mengancam manakala tidak dibarengi den-
Demikian halnya untuk kasus-kasus gan pengawasan dan pemanfaatan sarana
lain seperti pencucian tangki, air ballast yang transportasi (kapal tanker) yang berwawasan
berfungsi sebagai penyeimbang hidrostatik lingkungan, seperti double hull tanker.
bagi tangker saat tidak memuat minyak. Air c. Penanggulangan pencemaran laut
ballast bersal dari alir laut yang dipompakan
Terdapat kecenderungan penggunaan
kedalam storage tanks yang terletak pada
kapal-kapal niaga yang semakin besar den-
bagian lambung dibawah geladak. Dalam ke-
gan kecepatan yang juga semakin tinggi.
adaan tertentu kapal tanker boleh melakukan
Mengingat tingginya biaya investasi terhadap
pembuangan ballast namun tetap berpedo-
man pada panduan sistem dan prosedur load
on top sebelum tiba di terminal.
Salah satu isi panduan adalah residu/
oil, sludge hasil pembersihan tangki harus
tetap berada dalam kapal dan boleh dibuang
di pelabuhan muat yang memiliki fasilitas
penampung buangan ballas kotor. Kenyataan
di lapangan membuktikan bahwa pencema-
ran laut karena buangan ballast kotor yang
tercampur dengan residu/oil sludge sering
dijumpai di perairan Indonesia. Hal ini dapat
terjadi karena pihak pelabuhan tidak me-
nyediakan fasiltas dengan daya tampung Gambar :1
yang mencukupi sehingga operator kapal Produksi Minyak Mentah Indonesia (barrel) sum-
cenderung melakukan pembuangan ballas ber : BPS
kotor yang disengaja ke laut kawasan antar
kapal tersebut, maka efisiensi pengoperasian
pulau maupun di wilayah ZEE. Oleh karena
kapal serta peningkatan waktu berlayar men-
itu, peran fasilitas penampungan (reception
jadi semakin dituntut. Oleh karena itu pemili-
facilities) menjadi amat penting untuk mengu-
han rute pelayaran juga menjadi salah satu
rangi frekuensi pembuangan limbah.
opsi untuk memperpendek jarak pelayaran
Pencemaran lingkungan laut diartikan
dan muatan dapat sampai ke tujuan dalam
dengan membuang sampah dari kapal di laut
waktu yang tidak terlalu lama. Demikian
lepas, atau membuang limbah minyak serta
pula teknologi armada angkutan laut terus
barang cair lainnya yang ditampung dalam
berkembang, seiring dengan peningkatan
tangki-tangki penampungan di dasar palkah
penduduk, terbukanya negara dengan sistem
atau kamar mesin dibawah permukaan laut,
perekonomian yang baru, dan berkembang-
atau laut tercemar oleh minyak karena kapal
nya teknologi kepelabuhanan mengikuti
karam atau tenggelam. Pencemaran tentu-
teknologi perkapalan serta kecenderungan
nya tidak terlepas dari banyaknya konsumsi
penyatuan/mergernya beberapa perusahaan
energi karena perkembangan pesat teknologi
pelayaran internasional.
saat ini. Meskipun produksi minyak terus
Untuk kapal yang mengangkut muatan
menurun. Akan tetapi dengan konsumsi yang
curah cair (kapal tanker), kecenderungan
terus meningkat akibatnya aktivitas pengang-
yang terjadi adalah ukurannya semakin
kutan (transportasi) juga meningkat. Dengan
Kajian Pencemaran Laut dari Kapaldalam Rangka Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010 Tentang
Perlindungan Lingkungan Laut

besar dan kecepatannya semakin tinggi. Konvensi Internasional tahun 1973


Mulai dari kapal tanker konvensional yang yang telah dimodifikasi oleh protokol 1978
terus berkembang hingga Ultra Large Crude (MARPOL 73/78) tentang pencegahan
Carrier (ULCC) yang mampu mengangkut se- pencemaran dari kapal mensyaratkan tiap
banyak hingga 400.000 Ton.Posisi geografis negara anggota IMO untuk mewajibkan ke-
Indonesia sangat memungkinkan dijadikan
wilayah perlintasan kapal-kapal dunia. Po-
sisi strategis yang sangat dekat dengan rute
lalulintas kapal dunia yang tersibuk (Selat
Malaka), menjadikan sebagian besar wilayah
perairan Indonesia dilayari oleh kapal-kapal
besar yang potensi pencemarannya tidak
dapat diabaikan begitu saja. Gambar 1
memperlihatkan bahwa pencemaran laut
menjadi merata di rute-rute pelayaran dalam
negeri. Disamping itu, dari rentetan kejadian
dalam tabel 1 di atas, terlihat bahwa adanya
kecenderungan meningkatnya pencemaran
laut akibat tumpahan minyak dan prosentase
kejadiannya merata di semua rute pelayaran.
Oleh karena itu sangat penting untuk ter-
us mengupayakan perlindungan lingkungan
laut dari ancaman pencemaran terutama dari
kapal yang lalu lalang tersebut. Hal ini perlu
diantisipasi karena Indonesia memiliki pantai
yang panjang dengan kompleksitas interaksi
dengan faktor lingkungan yang jika terjadi
pencemaran akan menyulitkan penanggu-
langannya (Suhaidi, 2006). Pemerintah me-
lalui instansi terkait antara lain Kementerian
Lingkungan Hidup, Perhubungan, Kelautan
dan Perikanan, Perindustrian, Perdagangan,
Pariwisata dan Kebudayaan, Pendidikan, TNI
AL, Kepolisian, Pertamina bersama dengan pada operator pelabuhan agar menyediakan
Pemerintah Daerah menjadi ujung tombak fasilitas penampungan limbah yang memadai
dalam pencegahan dan penanggulangan tanpa menyebabkan penundaan pelayaran.
pencemaran laut. Banyak kasus yang hanya Oleh karena itu, maka pemerintah Indonesia
menjadi catatan pemerintah tanpa penang- menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 21
gulangan tuntas. Pemerintah bahkan belum Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkun-
mampu mengangkat kasus-kasus pencema- gan Maritim yang ditujukan untuk mencegah
ran lingkungan sampai ke pengadilan untuk dan menanggulangi pencemaran lingkungan
menghukum pelaku dan membayar tuntutan perairan yang bersumber dari kegiatan yang
ganti rugi kepada masyarakat sekitar. terkait dengan pelayaran, meliputi pencema-
D. Implementasi konvensi terkait dengan ran dari kapal akibat kebocoran, pencemaran
pencegahan pencemaran laut

73
J.Pen.Transla Vol.13 No 1 halaman 1 - 77 Maret 2011

dari operasi kapal, pencemaran dari kegiatan pencemaran lingkungan laut yang bersumber
pelabuhan, dan pencemaran akibat mem- dari pengoperasian kapal dan sarana sejen-
buang limbah ke perairan. isnya dengan mengakomodasikan ketentuan
Dalam kaitan dengan pembuangan internasional terkait seperti International
limbah di perairan, tudak dapat dipungkiri Convention for the Prevention of Pollution
bahwa kapal-kapal tanker maupun kapal- from Ships. Selain hal tersebut di atas,
kapal yang lain dalam pengoperasiannya yang juga diatur oleh Pemerintah adalah
sering membuang balast dan sudah tentu pembentukan institusi di bidang penjagaan
menyebabkan terjadinya pencemaran laut. laut dan pantai (Sea and Coast Guard) yang
Oleh karena itu dalam mengatur masalah Kebijakan Pemerintah di Bidang Perkapa-
pencemaran akibat operasi kapal maka IMO lan dan dibentuk dan bertanggung jawab
mengeluarkan 2 konvensi yang terkait den- kepada Presiden dan secara teknis opera-
gan pencegahan pencemaran yaitu menge- sional dilaksanakan oleh Menteri. Penjaga
luarkan Konvensi Internasional tentang laut dan pantai memiliki fungsi komando
Pencegahan Pencemaran dari Kapal pada dalam penegakan aturan di bidang kesela-
1973 dan protocolnya pada 1978 (relating to matan dan keamanan pelayaran, dan fungsi
International Convention for the Prevention koordinasi di bidang penegakan hukum di
of Pollution from Ships) sehingga dikenal luar keselamatan pelayaran. Penjagaan laut
dengan MARPOL 1973/1978 sebagaimana dan pantai tersebut merupakan pemberday-
disebutkan di atas serta Konperensi Inter- aan Badan Koordinasi Keamanan Laut dan
nasional tentang Keamanan Kapal Tanker perkuatan Kesatuan Penjagaan Laut dan
dan Pencegahan Pencemaran (International Pantai. Diharapkan dengan pengaturan ini
Conference on Tanker Safety and Pollution penegakan aturan di bidang keselamatan
Prevention). Pemerintah Indonesia telah dan keamanan pelayaran dapat dilaksanakan
meratifikasi konvensi ini dan protokolnya secara terpadu dan terkoordinasi dengan
melalui Keputusan Presiden No. 46 Tahun baik sehingga tidak terjadi tumpang tindih
1986 tertanggal 9 September 1986 tentang kewenangan penegakan hukum di laut yang
Pengesahan Marpol 73/78. Bagi Pemerintah dapat mengurangi citra Indonesia dalam
Indonesia ratifikasi ini menjadi sangat pent- pergaulan antarbangsa. Terhadap Badan
ing karena merupakan upaya mencegah Usaha Milik Negara yang selama ini telah
pencemaran di perairan Indonesia dan me- menyelenggarakan kegiatan pengusahaan
lindungi lingkungan laut di wilayah teritorial pelabuhan tetap dapat menyelenggarakan
maupun di Zone Ekonomi Eksklusif. Hal ini kegiatan yang sama dengan mendapatkan
dinyatakan dalam pertimbangan Keputusan pelimpahan kewenangan Pemerintah, dalam
Presiden yang menyatakan bahwa untuk upaya meningkatkan peran Badan Usaha
menjaga kelestarian lingkungan laut dari Milik Negara guna mendukung pertumbuhan
bahaya pencemaran yang berasal dari pen- ekonomi.
goperasian kapal-kapal. Pemerintah Republik E. Langkah-langkah penanggulangan
Indonesia memandang perlu untuk ikut serta pencemaran
menjadi pihak di dalam konvensi beserta
protokol tersebut. 1) Koordinasi antar instansi pemerintah
Pengaturan untuk bidang perlindungan dan kepolisian dalam menuntaskan
lingkungan maritim memuat ketentuan men- suatu kasus. Koordinasi ini sangat
genai pencegahan dan penanggulangan penting dilakukan agar pencemaran
Kajian Pencemaran Laut dari Kapaldalam Rangka Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010 Tentang
Perlindungan Lingkungan Laut

yang terjadi dapat diselesaikan. Oleh inter-connection di bawah koordinasi


karena itu diharapkan tidak terkesan Administrator Pelabuhan.
penanggulangan pencemaran laut
5) Pemerintah melalui Keputusan Menteri
bersifat sektoral dimana hanya segelintir
Perhubungan Nomor KM 215/AL.506/
pihak/instansi yang berfungsi.
PHB-87 tentang Pengadaan Fasilitas
2) Menjaga kelestarian lingkungan laut Penampungan Limbah dari Kapal telah
karena sebagian masyarakat sangat mewajibkan kepada setiap pelabuhan
bergantung pada laut. Pencemaran untuk menyediakan fasiltas penampungan
laut akibat tumpahan minyak terus limbah dari kapal. Keputusan Menteri
terjadi dan merata di selurun perairan Perhubungan ini merupakan upaya
sehingga menimbulkan kekhawatiran melindungi kelestarian lingkungan
bagi para nelayan dan masyarakat luas. laut dan sebagai tindak lanjut atas
Oleh karena itu, monitoring/pengawasan ratifikasi Marpol 73/78. Hal ini dinyatakan
menjadi sangat penting untuk mencegah dalam pertimbangannya bahwa sebagai
dan menanggulangi bahaya pencemaran tindak lanjut dari pengesahan atas
laut dari tumpahan minyak. Konvensi tersebut, perlu menetapkan
peraturan tentang Pengadaan Fasilitas
3) Menerapkan pengelolaan lingkungan
Penampungan Limbah dari Kapal.
berbasis masyarakat (community based
Keputusan ini kemudian lebih dipertegas
management). Masyarakat memiliki
dalam PP 21/2010 tentang perlindungan
adat istiadat, nilai-nilai sosial dan
lingkungan maritim, dalam pasal 17
kebiasaan yang berbeda satu sama lain.
ayat 1 dan 2 bahwa setiap pelabuhan
Oleh karena itu, perlu memperhatikan
wajib memenuhi persyaratan untuk
masyarakat dan kebudayaannya, baik
mencegah timbulnya pencemaran
sebagai bagian dari subjek maupun
yang bersumber dari kegiatan di
objek pengelolaan.
pelabuhan termasuk di terminal khusus.
4) Beberapa teknik penanggulangan Persyaratan dimaksud antara lain
minyak yang telah ada antara lain tersedianya fasilitas penampungan
spraying chemical dispersants, slick- limbah, dan penampungan sampah.
lickers, floating boom. Hal yang penting Dengan demikian menjadi kewajiban
untuk diperhatikan pada aspek ini adalah bagi setiap pelabuhan dan terminal
pentingnya penguasan prosedur dan untuk menyediakan fasilitas dimaksud
teknik-teknik penanggulangan tumpahan dank arena itu pelu langkah pengawsan
minyak oleh pelaksana lapangan. dan penegakan peraturan.
Berkaitan dengan perlengkapan kapal,
6) Perlu adanya keterkaitan dengan
UU 17/2008 menjelaskan perlengkapan
pemerintah provinsi dan pemerintah
kapal dalam operasi maupun
kabupaten/kota untuk perwujudan
penanggulangan kecelakaan (termasuk
perlindungan lingkungan maritim
tumpahan minyak). Para produsen
selain adanya sanksi yang tegas bagi
migas sudah memiliki produsedur
kasus pencemaran laut. Selain itu
kerja dan fasilitas penanggulangan
pula, pengawasan dalam pelaksanaan
tumpahan minyak yang cukup memadai
pengaturan dan sosialisasi perlu
untuk digunakan dalam penerapan Tier
dilaksanakan secara terpadu.
1 dan Tier 2 yang dilakukan secara
Disamping itu, perlu harmonisasi

75
J.Pen.Transla Vol.13 No 1 halaman 1 - 77 Maret 2011

peraturan perundang-undangan dalam dan merupakan landasan hukum penting


pelaksanaanya agar dapat sejalan untuk penegakan kelestarian lingkungan
dengan keinginan untuk menciptakan laut adalah Peraturan Pemerintah Nomor
road map guna mewujudkan clean 21 tahun 2010 tentang perlindungan
ocean dan sejalan pula dengan ocean lingkungan maritim.
policy.
3. Peranan pemerintah, swasta dan
7) Terkait dengan penerapan yang ketat dan masyarakat menjadi bagian yang
tegas perlindungan lingkungan martitim, tidak terpisahkan dalam pengelolaan
maka perlu adanya norma standar, lingkungan maritim. Saat ini, salah satu
kriteria, dan prosedur penanganan pengelolaan lingkungan yang terpadu
pencegahan pencemaran di laut baik di dan efektif dalam menyeimbangkan
pelabuhan, perairan, antar Negara. Hal pelestarian lingkungan dan pemanfaatan
ini perlu mengingat aktivitas transportasi ekonomi adalah melalui partisipasi
bahan bakar semakin meningkat baik berbasis masyarakat (community based
antara pulau maupun antar negara. management).
Rekomendasi sebagai saran dari kesimpulan:
1. Menindaklanjuti berbagai peraturan
PENUTUP
yang telah diratifikasi, perlu disesuaikan
Kesimpulan dari kajian ini antara lain: dengan kondisi/posisi Indonesia agar
tidak menimbulkan pertentangan/konflik
1. Posisi geografis Indonesia memungkinkan
hukum. Disamping itu, perlu harmonisasi
kapal dapat melintas dengan aman dan
pelaksanaan tugas dan kewenangan
cepat. Posisi strategis ini menjadikan
penegakan hukum terkait dengan
sebagian besar wilayah perairan
perlindungan lingkungan maritim agar
Indonesia dilayari oleh kapal-kapal
semua instansi yang terlibat dapat saling
besar dan memiliki potensi pencemaran
bersinergi dalam menangulangi kegiatan
yang cukup besar dan merata. Hal ini
pencemaran, termasuk penerapan
terlihat dari data yang menunjukkan
sanksi hukumnya.
bahwa pencemaran merata di perairan
Indonesia. Prosentase kejadiannya 2. Indonesia memiliki pantai yang panjang
antara lain Selat Malaka 25 %, Laut Jawa dengan kompleksitas yang menyulitkan
20 %, Perairan Kepulauan Riau dan penanggulangan pencemaran
Selat Karimata 15 %, Selat Makassar sehingga memerlukan langkah-langkah
Bali dan Lombok (ALKI II) 20%. penanganannya antara lain koordinasi
antar instansi terkait dan pegawasan
2. Pemerintah Indonesia telah banyak
yang lebih intensif, penegakan aturan
terlibat dalam perundingan pembentukan
pencegahan pencemaran, penyediaan
perjanjian-perjanjian internasional bidang
fasiltias penampungan limbah di
lingkungan laut. Keterlibatan ini menjadi
pelabuhan, penguasaan penerapan
konsekuensi bagi Indonesia untuk
sistem dan prosedur penanganan
meratifikasi karena berdampak pada
pencemaran, penetapan norma
hukum nasional dibidang perlindungan
standar pedoman dan kriteria (NSPK)
maritim, meskipun belum seluruhnya.
pencegahan penemaran laut.
Salah satu produk hukum yang dihasilkan
Kajian Pencemaran Laut dari Kapaldalam Rangka Penerapan PP Nomor 21 Tahun 2010 Tentang
Perlindungan Lingkungan Laut

http://www.docstoc.com/docs/22614141/
Pencemaran-Laut (diakses 10 januari
DAFTAR PUSTAKA 2011).
1. Bahtiar Ayi, 2007, Polusi Air Tanah 7. Nahduddin (2002), Kajian Kelembagaan
Akibat Limbah Industri dan Rumah Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Tangga serta Pemecahannya, FMIPA, Wilayah Pelabuhan Tanjung Priok, Warta
Universitas Padjadjaran. Penelitian Perhubungan, 05[XIV].
2. Carmen Gasparotti, Lucian Georgescu, 8. N o n t j i A n u g e r a h ( 2 0 0 8 )
Mirela Voiculescu (2008), Implementing Upaya Internasional Dalam
a Sea Pollution and Safety Management Pemonitoran Pencemaran
System in the Navigation Companies, Laut, http://www.google.co.id/
Journal of Environmental Engineering
and Management, 7 [6].
3. Emil Salim (1990), Kependudukan
dan Lingkungan Hidup, Kantor Menteri
Kependudukan dan Lingkungan Hidup,
Jakarta.
4. Hartanto Beni (2008), Oil Spill
(Tumpahan Minyak) di Laut dan
Beberapa kasus di Indonesia, Bahari
Jogja, VIII [12].
5. Lina Warlina (2004), Pencemaran
A i r : S u m b e r, D a m p a k D a n
Penanggulangannya, Pasca Sarjana
/ S3 IPB, http://rudyct.com/PPS702-
ipb/08234/lina_warlina.pdf (diakses 15
januari 2011).
6. Mohamad Nasir (2010), Pencemaran
Limbah Minyak di Pesisir Laut Kota Balik
papan dan Kab. Penajan Paser Utara,
Tantangan bagi Penegakan Hukum,

77

Anda mungkin juga menyukai