PENDAHULUAN
1
terowongan dalam tanah (biopori) yang dapat mempercepat resapan air ke dalam
tanah secara horizontal.
Beberapa teknologi peresapan air ke dalam tanah seperti kolam resapan
(infiltration basin), parit resapan (infiltration trench), dan sumur resapan (french
drain) sudah dikenal masyarakat. Namun, teknologi peresapan air tersebut belum
dapat diterapkan secara meluas karena berbagai alasan, antara lain memerlukan
tempat yang relatif luas, waktu yang relatif lama, dan biaya yang relatif mahal.
Dengan demikian, masih perlu dikembangkan lagi alternatif teknologi peresapan
air yang lebih tepat guna pada lahan disekitar kampus Universitas Teuku Umar,
yang tidak perlu lahan luas dan waktu pembuatan yang lama, mudah dibuat dan
dipelihara dengan biaya lebih murah, serta lebih ramah lingkungan. Teknologi
peresapan air hujan tersebut adalah Model Peresapan Air Hujan dengan
menggunakan Metode Lubang Resapan Biopori (LRB). Lubang resapan biopori
(LRB) dikembangkan atas dasar prinsip ekohidrologis, yaitu dengan memperbaiki
kondisi ekosistem tanah untuk perbaikan fungsi hidrologis ekosistem tersebut.
Pada penelitian ini akan menggunakan 3 jenis sampah organik pada 3 lubang
resapan air. LRB akan digali disekitar lokasi penelitian atau dapat dilihat pada
Lampiran A Gambar A.1.1 dan A.1.2 Halaman 39 dan Halaman 40.
2
1.4 Batasan Masalah
Dari data analisis hasil laju resap LRB pada lokasi penelitian Fakultas
Teknik di dapat hasil resapan air yang berbeda-beda antara tiap jenis sampah.
LRB yang lebih besar dalam meresapkan air limpasan berdasarkan variasi umur
sampah 21 hari adalah LRB jenis kulit buah. Hal ini dapat disebabkan aroma kulit
buah yang sangat kuat dan berasa manis sehingga mampu menarik lebih banyak
mikroba atau hewan pengurai lain seperti cacing, semut, rayap, dan sebagainya.
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pada bab ini membahas teori-teori yang digunakan dalam tugas akhir ini,
seperti pengertian hujan, pengertian tentang lubang resapan biopori dan debit
banjir rencana.
2.1 Hujan
Hujan adalah bentuk presipitasi yang berbentuk cairan yang turun sampai
ke bumi. Presipitasi adalah proses pengembunan di atmosfer. Jadi, proses
terjadinya air hujan adalah jalannya bentuk presipitasi berbentuk cairan yang
turun sampai ke bumi. Hujan terbentuk apabila titik-titik air yang terpisah dari
awan jatuh ke bumi. Sebelum terjadinya hujan, pasti ada awan karena awan
adalah penampung uap air dari permukaan bumi. Air yang ada di permukaan bumi
baik laut, sungai atau danau menguap karena panas dari sinar matahari. Uap air ini
akan naik dan menjadi awan. Awan yang mengandung uap air ini akan terkumpul
menjadi awan yang mendung (Harto, 2000).
Pada suhu tertentu di atmosfer, uap air ini akan mengembun dan turun
menjadi hujan. Pengaruh hujan terhadap penentuan bentuk tanah bersifat kimiawi
dan sebagian bersifat mekanis. Bersifat kimiawi karena air hujan bukan air murni.
Di atmosfer air hujan menyerap gas-gas atmosfer, yaitu gas oksigen, gas nitrogen,
dan karbon dioksida. Disamping gas-gas ini, air hujan menyerap sejumlah asam
nitrat, asam belerang, garam-garam, mikroorganisme, dan debu. Proses mekanis
air hujan yaitu air hujan turun sangat deras dapat mengikis dan menggores tanah
sehingga terbentuk selokan. Hujan yang turun dengan lebat dapat menghanyutkan
tanah berkubik-kubik yang daya angkutnya sama dengan sungai. Apabila diatas
tanah tumbuh pepohonan dan semak belukar, maka tanah ini tidak akan hanyut
oleh air hujan, atau sebaliknya. Di Siria, Turki, Afrika, dan Spanyol sering terjadi
penggundulan hutan sehingga tanah di daerah tersebut mudah dihanyutkan air
hujan (Grolier International, 2004).
4
2.2 Lubang Resapan Biopori
5
meningkatkan kesuburan tanah serta dapat meningkatkan cadangan air bersih
(Brata, 2008).
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
untuk mengatasi banjir dengan cara, (Brata, 2008):
1. meningkatkan kapasitas infiltrasi.
2. mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah
kaca.
3. memanfaatkan peran aktivitas fauna dan akar tanaman, dan mengatasi masalah
yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan
malaria.
Lokasi pembuatan LRB harus benar - benar diperhatikan. Walaupun
diameternya cukup kecil bila dibandingkan dengan sumur resapan, tetapi lokasi
lubang tidak boleh dibuat di sembarang tempat. Selain harus indah dilihat, LRB
pun harus ditempatkan di lokasi yang dilalui aliran air serta tidak membahayakan
bagi manusia dan hewan peliharaan. LRB juga dapat dibuat untuk membuang air
hujan, di dasar alur yang dibuat disekeliling batang pohon, atau batas taman
(Brata, 2008).
Jumlah LRB yang akan dibuat sebaiknya disesuaikan dengan luasan tanah
yang ada. Jumlah LRB pada setiap luasan lahan tanah bisa dihitung berdasarkan
rumus berikut (Brata, 2008):
Intensitas hujan (mm/jam)×luas bidang kedap (m2 )
Jumlah LRB = (2.1)
laju peresapan air per lubang (liter/jam)
Debit banjir rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh
saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Metode untuk
memperkirakan laju aliran puncak yang umum digunakan adalah Metode Rasional
USSCS (1973), namun penggunannya terbatas untuk DAS-DAS dengan ukuran
kecil, yaitu kurang dari 300 ha (Suripin, 2004).
6
Untuk penelitian drainase perkotaan sering digunakan Rumus Rasional
Modifikasi seperti berikut (Subarkah, 1980):
𝑄 = 0.2778. 𝐶. 𝐼. 𝐴 (2.2)
Dengan:
Q : debit limpasan (m3/dtk);
C : koefisien pengaliran/limpasan;
I : intensitas curah hujan (mm/jam);
A : luas daerah pengaliran (km2).
Dimana :
I : indek yang menunjukkan penggunaan lahan
Ci : koefisien aliran permukaan untuk masing-masing penggunaan lahan
Ai : luasan masing-masing penggunaan lahan dalam satu sub DAS
Atotal : luas sub DAS
7
Tabel 2.1 Nilai koefisien aliran permukaan C untuk persamaan rasional (Lanjutan)
8
kala ulang tertentu, yang dipakai sebagai dasar perhitungan penelitian suatu
dimensi bangunan ( Harto, 2000).
a. Jenis distribusi
Menurut Harto (2000), dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam
analisis sebaran dan banyak digunakan dalam hidrologi. Analisis sebaran tersebut
adalah :
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal
3. Sebaran Gumbel
4. Sebaran Log Pearson III
1. Distribusi Normal
Distribusi normal disebut pula distribusi Gauss. Secara sederhana
persamaan distribusi normal dapat ditulis sebagai berikut:
XT = X + KT (2.5)
Dimana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T tahunan
X = Nilai rata-rata hitung variat
S = Deviasi standar nilai variat
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang.
9
Tabel 2.2 Faktor frekuensi k untuk distribusi log normal 3 parameter
Peluang kumulatif ( % )
Koefisien 50 80 90 95 98 99
Kemencengan(CS) Periode Ulang ( tahun )
2 5 10 20 50 100
3. Distribusi Gumbel
Adapun rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan curah hujan
rencana dengan metode Gumbel adalah sebagai berikut :
Xt = Xr + (K . Sx) (2.7)
10
Dimana :
Xt = Hujan dalam periode ulang tahun
Xr = Harga rata – rata
K = Faktor Frekuensi
Untuk mendapatkan nilai faktor frekuensi (K) maka dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.8
𝑌𝑡−𝑌𝑛
𝐾= (2.8)
𝑆𝑛
Dimana :
Yt = Reduced variate, Tabel 2.3
Sn = Reduced Standard, Tabel 2.4
Yn = Reduced mean, Tabel 2.5
11
Tabel 2.4 Reduced standard deviation (Sn) (Lanjutan)
90 12,00 12,01 12,02 12,02 12,03 12,03 12,04 12,04 12,05 12,06
10 12,06 12,06
7 12,07
3 12,07
0 12,08
6 12,08
2 12,08
8 12,09
4 12,09
9 12,09
5 0
(Sumber: Suripin,
0 5 2003)9 3 7 1 4 7 0 3 6
12
Dimana :
X2 = harga chi square terhitung
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok ke-1
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke-1
N = jumlah data
13
Tabel 2.6 Nilai kritis untuk distribusi Chi-Kuadrat (Lanjutan)
26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
Suatu distrisbusi dikatakan selaras jika nilai X2 hitung < dari X2 kritis.
Nilai X2 kritis dapat dilihat di Tabel 2.6. Dari hasil pengamatan yang didapat
dicari penyimpangannya dengan chi square kritis paling kecil. Untuk suatu nilai
nyata tertentu (level of significant) yang sering diambil adalah 5 %. Derajat
kebebasan ini secara umum dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dk = n – 3 (2.11)
Dimana :
Dk = derajat kebebasan
n = banyaknya d
14
2.4 Penelitian Terdahulu
15
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan beberapa aspek yang terkait dengan metode
penelitian yang digunakan, yaitu lokasi penelitian, pengumpulan data dan analisis
data. Bagan alir dari metode penelitian dapat dilihat pada Lampiran A Gambar
A.3.1 Halaman 41.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah debit banjir rencana,
ukuran dimensi LRB dan proses pembuatan LRB yang merupakan data primer.
Data sekunder yang digunakan adalah peta tata guna lahan dan data curah hujan.
16
5. Gayung dan timba
6. Pipa PVC diameter 10 cm
2. Proses pembuatan lubang resapan biopori (LRB) sebagai berikut :
a. Siram dengan sedikit air bagian tanah yang akan dibor, agar tanah menjadi
lunak dan tidak melekat saat pengeboran.
b. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10
cm. Kedalamannya sekitar 80 - 100 cm atau sampai melampaui muka air
tanah jika dibuat tanah yang mempunyai permukaan air dangkal.
c. Putar setang bor biopori searah jarum jam sambil ditekan, setelah mata bor
terisi dengan tanah, tariklah bor biopori keluar
d. Perkuat mulut LRB dengan pipa.
e. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, dan
sisa-sisa tanaman pada ketiga LRB.
f. Sampah organik perlu ditambahkan jika isi lubang sudah berkurang atau
menyusut akibat proses pelapukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran A.3.2 sampai A.3.5 Halaman 42 sampai Halaman 45.
17
dari Bappeda Kota Meulaboh. Peta dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.3.6
Halaman 46.
18
3.3.4 Tahapan pelaksanaan penelitian
Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Pengumpulan data primer dan data sekunder.
2. Menentukan lokasi pembuatan LRB.
3. Melakukan pembuatan LRB sebanyak 9 lubang selama 2 hari.
4. Memeriksa kondisi LRB dalam jangka waktu 7,14 dan 21 hari.
5. Memeriksa kondisi sampah organik pada 7 hari, jika sudah terjadi
pembusukan maka akan diisi kembali sampah organik lain.
6. Mengolah data hasil LRB yang didapat selama 7,14 dan 21 hari.
7. Mengolah data curah hujan bulanan maksimum selama periode 10 tahun
untuk mendapatkan hujan selama 24 jam.
8. Menghitung Q debit banjir puncak akibat hujan berdasarkan pengaruh tata
guna lahan dengan Metode Rasional.
9. Menghitung data curah hujan maksimal kemudian diturunkan dengan
Mononobe.
10. Menggambar kurva IDF berdasarkan data-data yang telah didapat.
11. Setelah nilai kedua data di dapat akan ditentukan jumlah LRB yang
dibutuhkan pada kawasan Fakultas Teknik UTU untuk mencegah adanya
genangan.
12. Jika jumlah LRB telah diketahui dan dari jumlah LRB yang ditentukan
sanggup mengurangi genangan maka penelitian ini dianggap selesai.
19
3.3.5 Bagan alir lapangan
MULAI
Penentuan tempat
pembuatan LRB
Pembuatan LRB
SELESAI
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data pendukung penelitian diperoleh dari hasil penggunaan tata guna lahan,
analisis hidrologi, analisis intensitas curah hujan, perkiraan debit aliran dengan
metode rasional, analisis lubang resapan biopori, dan jumlah lubang resapan
biopori.
21
Tabel 4.1 Penggunaan lahan pada wilayah Fakultas Teknik (Lanjutan)
Jalan batu 15 0.874 0.7 0.61184
Total 100% 5.827 2.27253
Koef. aliran (C) = 0.39
2001 64 89 58 78 75 39 97 92 69 58 79 57 97
2002 15 17 98 43 59 86 39 97 47 37 83 42 98
22
Tabel 4.2 data curah hujan harian maksimum (mm/hari) (Lanjutan)
2006 50 70 52 42 19 54 66 65 88 107 60 31 107
Data curah hujan maksimum yang telah dianalisis dari tahun 2000-2009
sehingga bisa mendapatkan grafik tinggi rendahnya durasi curah hujan pada 10
tahun terakhir. Perbedaan tinggi durasi hujan tiap tahun yang telah dianalisis dapat
di lihat pada Gambar 4.1
Gambar di atas menjelaskan curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2008
dengan durasi maksimum 165 mm/hari dan yang terendah terjadi pada tahun 2001
dengan durasi maksimum 97 mm/hari. Untuk lebih jelasnya hitungan tersebut
dapat dilihat pada Lampiran C.4.2 Halaman 54.
23
Tabel 4.3 Perhitungan curah hujan rencana distribusi Normal
Metode Distribusi Normal
24
Tabel 4.4 Perhitungan curah hujan rencana distribusi Log Normal
Metode Log Normal
No Tahun P y = ln P (y - ybar) (y - ybar)2 (y - ybar)3 (y - ybar)4
1 2000 132 4.883 4.883 23.842 116.415 568.429
2 2001 97 4.575 4.575 20.928 95.739 437.980
3 2002 98 4.585 4.585 21.022 96.385 441.921
4 2003 131 4.875 4.875 23.768 115.871 564.896
5 2004 155 5.043 5.043 25.436 128.285 646.997
6 2005 106 4.663 4.663 21.748 101.419 472.961
7 2006 107 4.673 4.673 21.835 102.033 476.782
8 2007 135 4.905 4.905 24.062 118.029 578.966
9 2008 165 5.106 5.106 26.071 133.115 679.680
10 2009 107 4.673 4.673 21.835 102.033 476.782
Jumlah 1233 47.981 47.981 230.546 1109.325 5345.395
Rata-rata 123.30 4.798 4.798 23.055 110.932 534.540
S 5.061
Cv 1,055
a 154.0
Cs 1,188
Ck 1,616
Hasil perhitungan yang telah dilakukan didapat hasil Standar deviasi (Sd)
= 5,061, Koefisien variasi (Cv) = 1,055, Koefisien skewnees (Cs) = 1,188, dan
koefisien curtois (Ck) = 1,616. Untuk lebih jelasnya hitungan tersebut dapat
dilihat pada Lampiran C.4.2 Halaman 55.
25
Tabel 4.5 Perhitungan curah hujan rencana menggunakan distribusi Gumbel
Metode Gumbel
No Tahun x x-xbar (x-xbar)2 (x-xbar)3 (x-xbar)4
1 2000 132 8.700 75.690 658.503 5728.976
2 2001 97 -26.300 691.690 -18191.447 478435.056
3 2002 98 -25.300 640.090 -16194.277 409715.208
4 2003 131 7.700 59.290 456.533 3515.304
5 2004 155 31.700 1004.890 31855.013 1009803.912
6 2005 106 -17.300 299.290 -5177.717 89574.504
7 2006 107 -16.300 265.690 -4330.747 70591.176
8 2007 135 11.700 136.890 1601.613 18738.872
9 2008 165 41.700 1738.890 72511.713 3023738.432
10 2009 107 -16.300 265.690 -4330.747 70591.176
Jumlah 1233 0.000 5178.100 58858.440 5180432.617
Rata Rata 123.30 0.000 517.810 5885.844 518043.262
Sx 23.986
Sn 0.950
yn 0.495
cv 0.195
cs 0.592
ck 2.174
26
Tabel 4.6 Perhitungan curah hujan rencana distribusi Log Pearson Type III
Metode Log person III
(Log x – (Log x - Log (Log x – Log (Log x – Log
No Tahun x Log X
Log Xbar) Xbar)^2 Xbar)^3 Xbar)^4
1 2000 132 2.1206 0.0368 0.0014 0.0000 0.0000
2 2001 97 1.9868 -0.0970 0.0094 -0.0009 0.0001
3 2002 98 1.9912 -0.0926 0.0086 -0.0008 0.0001
4 2003 131 2.1173 0.0335 0.0011 0.0000 0.0000
5 2004 155 2.1903 0.1065 0.0113 0.0012 0.0001
6 2005 106 2.0253 -0.0585 0.0034 -0.0002 0.0000
7 2006 107 2.0294 -0.0544 0.0030 -0.0002 0.0000
8 2007 135 2.1303 0.0465 0.0022 0.0001 0.0000
9 2008 165 2.2175 0.1337 0.0179 0.0024 0.0003
10 2009 107 2.0294 -0.0544 0.0030 -0.0002 0.0000
S log 0,0825
Cs log 0,3855
Cv log 0,0007
Ck log 0,1604
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, dalam Tabel 4.6 menjelaskan
bahwa didapat hasil koefisien skewnees (Cs) = 0,3855 dan nilai koefisien curtois
(Ck) = 0,1604. Setelah melakukan perhitungan ini kemudian dilakukan
perhitungan interpolasi untuk mencari nilai (G) dan perhitungan curah hujan
rencana distribusi log pearson III. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
4.7 dan 4.8.
27
Tabel 4.8 Perhitungan curah hujan rencana distribusi log pearson type III
T PT RT
G G.s Log RT
(tahun) (%) (mm)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2 5 -0.064 -0.005 2.079 119.829
5 2 0.817 0.067 2.151 141.636
10 1 1.316 0.108 2.192 155.705
Pada Tabel 4.8 menjelaskan debit curah hujan rencana periode ulang 2, 5
dan 10 tahunan hujan, hasil yang didapat pada periode ulang 10 tahunan yaitu
mencapai 155,705 mm/jam. Untuk lebih jelasnya lagi hitungan tersebut dapat
dilihat pada Lampiran C.4.2 Halaman 58.
Untuk menentukan jenis distribusi curah hujan yang akan dipakai dalam
perencanaan ini, maka hasil perhitungan curah hujan rencana periode ( T)
tahun pada empat metode tersebut harus dianalisis dengan syarat-syarat jenis
sebaran di bawah ini :
28
0,3855 mendekati persyaratan Cs ≤ 0 dan nilai koefisien curtois (Ck) = 0,1604
yang mendekati persyaratan Ck ≤ 0,3.
Dari jenis sebaran yang telah memenuhi syarat tersebut perlu diuji
kecocokan sebarannya dengan chi kuadrat. Hasil uji kecocokan sebaran
menunjukan distribusinya dapat diterima atau tidak.
1 85.5<X<100 2 1 1 1 0.5
2 100<X<105 2 2 0 0 0
3 105<X<106.5 2 2 0 0 0
4 106.5<X<135 2 2 0 0 0
5 135<X<146 2 3 -1 1 0.5
10 10 1
Syarat :
X2 Cr hitungan < X2 Cr tabel
1 < 7,815
Dari perhitungan sebaran yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
X2 Cr hasil hitungan = 1 < X2 Cr tabel =7,815 maka distribusi yang dilakukan
memenuhi syarat dan dapat digunakan. Hitungan tersebut dapat dilihat pada
Lampiran C.4.2 Halaman 60.
29
4.1.3 Analisis intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah curah hujan per satuan waktu. Setelah
dilakukan analisis curah hujan periode ulang 10 tahunan, dengan menggunakan
distibusi Log Pearson III. Metode yang dipakai untuk mendapatkan data intensitas
curah hujan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.11.
30
Dari hasil perhitungan intensitas curah hujan yang telah dilakukan
sebelumnya dapat digambarkan kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF). Dapat
dilihat pada gambar 4.2.
25.000
20.000
15.000
5.000
0.000
0 5 10 15 20 25 30
Gambar 4.2 kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF).
31
4.1.5 Analisis lubang resapan biopori (LRB)
Lokasi pembuatan LRB dilakukan di depan gedung Fakultas Teknik UTU,
pembuatan LRB dilakukan di 3 titik tetapi salah satu titik lokasi tidak dapat
digunakan karena limpasan dan genangan yang tinggi, oleh karena itu hanya 2
titik lokasi yang dilakukan pembuatan LRB, dimana masing-masing lokasi
pembuatan dibuat 3 LRB. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran A.4.1
Halaman 47.
8
7
6
7 hari
5
14 hari
4
3 21 hari
2
1
0
Sayur Kulit Buah Sabut Kelapa
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan hasil laju resap LRB lokasi I.
32
Gambar 4.3 menjelaskan pemilihan LRB pada titik lokasi I yang lebih
besar dalam meresapkan air limpasan berdasarkan umur sampah selama 21 hari
adalah LRB dengan menggunakan sampah jenis kulit buah. Besarnya resapan air
yang didapat adalah sebesar 4,085 lt/dtk.
8
7
6
7 hari
5
14 hari
4
21 hari
3
2
1
0
Sayur Kulit Buah Sabut Kelapa
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan hasil laju resap LRB lokasi II.
33
Dari data analisis hasil laju resap LRB pada titik lokasi II Besarnya resapan
air yang didapat dalam waktu 21 hari adalah 4,872 lt/dtk. Untuk lebih jelasnya
hitungan tersebut dapat dilihat pada Lampiran C.4.5 Halaman 63.
Kedua hasil laju resap LRB yang didapat berbeda-beda antara tiap jenis
sampah. Namun pada lokasi I menunjukkan LRB yang lebih besar dalam
meresapkan air limpasan. Berdasarkan dengan umur sampah 21 hari pada jenis
sampah kulit buah. Besarnya resapan air yang didapat pada titik lokasi I adalah
sebesar 4,085 lt/dtk dan titik lokasi II 4,872 lt/dtk. Hal ini dapat disebabkan aroma
kulit buah yang sangat kuat dan berasa manis sehingga mampu menarik lebih
banyak mikroba atau hewan pengurai lain seperti cacing, semut, dan rayap menuju
sampah. Selain itu permukaan kulit yang licin juga berpengaruh dalam
melewatkan air menjadi semakin mudah. Sedangkan massa sabut kelapa jauh
lebih ringan/ kecil daripada sampah sayuran dalam hal ini sayur kangkung
memiliki batang yang tebal dan lebih lama dalam mengurainya.
Dari data diatas jumlah lubang resapan biopori yang disarankan untuk
daerah Fakultas Teknik UTU memerlukan sebanyak 68 lubang resapan biopori.
4.2 Pembahasan
34
Teknik yang rutin mengalami genangan pada saat terjadi durasi hujan dan
intensitas yang tinggi, dimana penambahan gedung infrastruktur pendukung akan
mengakibatkan air permukaan yang bertambah.
Persentase penggunaan lahan yang ada di wilayah Fakultas Teknik UTU.
Pada penggunaan lahan terbesar lebih ke lahan berumput yaitu mencapai 45%
hampir seperempat wilayah tersebut dikelilingi oleh lahan berumput dan
selebihnya terdapat gedung Fakultas Teknik 30%, jalan aspal 10% dan jalan batu
15%.
Analisis curah hujan memerlukan data curah hujan dalam kurun waktu
tertentu. Data curah hujan maksimum yang telah dianalisis dari tahun 2000-2009
mendapatkan grafik tinggi rendahnya durasi curah hujan pada 10 tahun terakhir
Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan durasi maksimum 165
mm/hari dan yang terendah terjadi pada tahun 2001 dengan durasi maksimum 97
mm/hari.
Untuk tabulasi curah hujan rencana dilakukan dengan analisis frekuensi
data hujan. Ada beberapa metode analisis frekuensi yang dapat digunakan yaitu
Perhitungan Distribusi Normal, Perhitungan Distribusi Log Normal, Perhitungan
Distribusi Gumbel dan Perhitungan Distribusi Log Pearson Type III. Dari
keempat metode yang digunakan di atas yang paling mendekati adalah sebaran
Log Pearson Type III dengan nilai koefisien skewnees (Cs) = 0,3855 mendekati
persyaratan Cs ≤ 0 dan nilai koefisien curtois (Ck) = 0,1604 yang mendekati
persyaratan Ck ≤ 0,3.
Intensitas curah hujan dengan durasi 24 jam dengan periode ulang 10
tahunan. Tinggi intensitas curah hujan yang terjadi sebesar 21,094 mm/dtk.
Setelah data intensitas curah hujan didapat selanjutnya dilakukan pembuatan
LRB. lokasi LRB di depan gedung Fakultas Teknik yang berada di atas lahan
kampus UTU, pembuatan LRB dilakukan di 3 titik lokasi tetapi salah satu lokasi
tidak dapat digunakan karena limpasan dan genangan yang tinggi, oleh karena itu
hanya 2 titik lokasi yang dilakukan pembuatan LRB, dimana masing-masing
lokasi pembuatan dibuat 3 lubang berbentuk silinder dengan cara menggali
didalam tanah menggunakan alat bor manual, berdiameter mata bor 10 cm dan
35
panjang 80-100 cm, dan jarak antar LRB 100 cm, kemudian diberi sampah
organik. Dari data analisis hasil laju resap LRB pada dua lokasi di dapat hasil
resapan air yang berbeda-beda antara tiap jenis sampah. Namun pada lokasi I
menunjukkan LRB yang lebih besar dalam meresapkan air limpasan berdasarkan
variasi umur sampah 21 hari adalah jenis kulit buah. Untuk menambah laju resap
LRB yang tinggi jumlah lubang resapan biopori yang disarankan untuk daerah
Fakultas Teknik UTU memerlukan sebanyak 68 lubang resapan biopori.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan penulisan dari hasil olah data yang di dapat dan perbandingan
laju resap LRB serta menentukan LRB yang efektif yaitu :
1. Intensitas curah hujan yang terjadi dengan durasi 24 jam untuk periode
ulang 10 tahunan dengan menggunakan metode log pearson III adalah
21,094 mm/dtk.
2. Pengamatan pada titik lokasi I besarnya resapan air yang didapat adalah
sebesar 4,085 lt/dtk.
3. Pada titik lokasi II besarnya resapan air yang didapat adalah 4,871 lt/dtk.
4. Jumlah LRB yang disarankan pada wilayah Fakultas Teknik UTU
memerlukan sebanyak 68 LRB.
5.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Brata, K.R & Nelistya A, 2008. Lubang Resapan Biopori, Penebar Swadaya,
Depok.
2. Chow, V.T., 1997, Hidrolika Saluran Terbuka, Terjemahan Nensi Rosalina,
Erlangga, Jakarta.
3. Effendi, SZ., 2014. Dampak Lubang Resapan Biopori (LRB) Terhadap
Ketersediaan Hara Dalam Tanah. Universitas jember, Jember.
4. Harto, S., 2000, Analisis Hidrologi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
5. Humaira, Z., 2011. Perbedaan Dimensi Saluran Drainase Kopelma
Darussalam Pada Lahan Dengan Dan Tanpa Memanfaatkan Biopori.
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
6. Mulyadi, T.E., 2012, Kajian Efektifitas Sistem Jaringan Drainase Kota
Lhokseumawe, Tugas Akhir, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
7. Soemarto, C.D., 1995, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta.
8. Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Andi,
Yogyakarta.
9. Triatmodjo, B., 2003, Hidraulika II, Beta Offset, Yogyakarta
10. Triatmodjo, B., 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.
11. Widyastuti, S., 2013. Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu
Pengomposan Dalam Lubang Resapan Biopori.Universitas PGRI Adi Buana,
Surabaya.
12. Yulianur, A., 2003, Drainase Perkotaan, Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh.
38