Anda di halaman 1dari 5

ISBN 978-979-3793-70-2

LUBANG RESAPAN BIOPORI SALAH SATU UPAYA DALAM MENGATASI


GENANGAN AIR DI KAWASAN CANDI MUARA TAKUS

Alfian Saleh dan Widya Apriani


Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning
Email: alfian.saleh@gmail.com

Abstrak

Pelestarian Cagar Budaya adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya
dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan cagar budaya dalam konteks
kekinian. Cara melindungi cagar budaya dalam kerangka pelestarian disebut pelindungan yang
merupakan upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan
dengan melakukan penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar
budaya. Permasalahan yang paling mendasar yaitu mengenai dampak hidrologis keberadaan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang yang berada di sekitar Candi Muara Takus
yang dapat mengancam kelestarian kawasan tersebut. Bendungan PLTA sering menyebabkan
Sungai Kampar Kanan meluap sehingga berpotensi banjir khususnya pada musim penghujan yang
pada akhirnya dapat menenggelamkan kawasan Kompleks Candi Muara Takus. Luas total dari
kawasan Percandian Muara Takus adalah ± 94,5 Ha. Penggunaan lahan dalam kawasan kompleks
Candi Muara Takus terbagi dalam dua bagian utama, yaitu lahan darat ± 56.44 m² dan danau PLTA
Koto Panjang ± 38.06 m².Salah satu solusi untuk menangani masalah banjir di kawasan kompleks
candi ini adalah lubang resapan biopori. Teknologi lubang resapan biopori ini berfungsi untuk
mengurangi limpasan air hujan dengan meresapkan lebih banyak volume air ke dalam tanah
sehingga mampu meminimalkan kemungkinan terjadinya banjir. Studi ini bertujuan untuk
memberikan gambaran perencanaan dalam pembuatan lubang resapan biopori di kawasan candi
Muara Takus dengan melihat kondisi lapangan.Sehingga dapat ditentukan perhitungan jumlah
lubang resapan biopori yang ideal yaitu sebangak 19.800 lubang resapan biopori dengan kondisi
tanah dan curah hujan yang terjadi di kawasan kompleks candi Muara Takus

Kata Kunci: Candi Muara Takus ,Genangan Air, Lubang Resapan Biopori

I. PENDAHULUAN diharapkan konsep pelestarian dapat disusun


sebagai bagian dari pemecahan (mitigasi)
Cagar budaya Percandian Muara Takus
berbagai masalah yang tak terungkapkan.
dilihat dari letak geografis, mempunyai letak
Permasalahan yang paling mendasar pada
yang sangat strategis, yaitu di tengah-tengah
kawasan kompleks candi Muara Takus yaitu
jalur pelayaran perdagangan antara India dan
mengenai dampak hidrologis keberadaan
Cina. Karena itu, sudah menjadi kewajiban
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto
bagi bangsa Indonesia sebagai pewarisnya
Panjang yang berada di sekitar Candi Muara
untuk berupaya melestarikannya. Namun,
Takus yang dapat mengancam kelestarian
kegiatan pelestarian bukan merupakan hal yang
kawasan tersebut. Bendungan PLTA sering
mudah. Berbagai masalah harus terlebih
menyebabkan Sungai Kampar Kanan meluap
dahulu diidentifikasikan agar dapat dirancang
sehingga berpotensi banjir khususnya pada
konsep pelestarian yang sesuai. Hasil
musim penghujan yang pada akhirnya dapat
pengamatan di lapangan menunjukan adanya
menenggelamkan kawasan Percandian Muara
dua hal yang perlu diperhitungkan dalam
Takus. Luas total dari kawasan Percandian
perencanaan pelestarian, yaitu yang terkait
Muara Takus adalah ± 94,5 Ha. Penggunaan
dengan keberadaan cagar budaya bendawi
lahan dalam kawasan Percandian Muara Takus
Percandian Muara Takus dan masalah sosial,
terbagi dalam dua bagian utama, yaitu lahan
ekonomi dan budaya yang diperkirakan akan
darat ± 56.44 m² dan danau PLTA Koto
menjadi tantangan atau hambatan untuk
Panjang ± 38.06 m².
melakukan upaya pelestarian. Dengan
Dengan adanya genangan waduk yang
mengidentifikasi kedua hal utama tersebut
hampir mengelilingi seluruh kompleks, hanya
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

241
ISBN 978-979-3793-70-2

sekitar 16% dari keliling kompleks yang tidak limpasan curah hujan serta laju peresapan
tergenang pada elevasi muka air waduk 85 m infiltrasi.
dpl. Bagian yang tidak tergenang ini terletak di a. Analisis intensitas curah hujan
bagian Selatan. Sehingga timbul beberapa Intensitas hujan adalah tinggi hujan atau
permasalahan mengenai proses hidrologi volume hujan tiap satuan waktu. Sifat umum
disekitar candi yaitu: Genangan air akan hujan adalah makin singkat hujan berlangsung
menimbukan air kapiler ke permukaan tanah intensitasnya cenderung makin tinggi dan
dan akan meninggikan kelembaban batubata; semakin besar periode ulangnya makin tinggi
air kapiler dan air hujan yang terhambat pula intensitasnya. Tujuan analisis ini adalah
meresap tanah lempung di dasar candi menjadi untuk mengetahui nilai intensitas hujan yang
lebih lembek; gelombang air di waduk akan akan digunakan untuk perhitungan jumlah
meruntuhkan tebing terutama bagian Barat. lubang resapan biopori di wilayah studi.
Maka perlu beberapa tindakan dalam Perhitungan intensitas curah hujan di wilayah
meminimalisir permasalahan ini secara studi dilakukan dengan menggunakan rumus
menyeluruh salah satunya yaitu pemanfaatan mononobe :
lubang resapan biopori yang dalam 2/3
𝑅24 24
pengerjaannya tidak membutuhkan banyak I= 24
𝑥 [𝑡 ] … … … … … . . … … . . (2)
biaya dan mudah untuk dilaksanakan dan yang Dimana :
paling penting ramah lingkungan serta tidak I = Intensitas hujan (mm/jam)
mengganggu keberadaan situs-situs disekitar t = Durasi hujan (dalam jam)
kawasan kompleks candi Muara Takus. R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam
(mm) dalam kaitan dengan kajian ini
II. METODE PENELITIAN dimodifikasi menjadi curah hujan harian
Penelitian ini menggunakan metode (mm)
survey lapangan, yaitu dengan langsung terjun
ke lapangan dengan melihat kondisi geografis b. Analisis debit limpasan air hujan
dari area kompleks situs candi Muara Takus. Air limpasan/larian (runoff) adalah bagian
Situs Percandian Muara Takus secara dari curah hujan yang mengalir di atas
administratif terletak di wilayah Desa Muara permukaan tanah menuju ke sungai, danau, dan
Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, lautan. Air hujan yang tidak sempat masuk ke
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Secara dalam tanah dan oleh karenanya mengalir di
astronomis situs ini terletak pada posisi atas permukaan tanah ke tempat yang lebih
0º20'9,7” LU dan 100º38'31,3” BT, dan secara rendah. Air larian berlangsung ketika jumlah
topografis terletak di daerah perbukitan curah hujan melampaui laju infiltrasi air ke
gelombang lemah dengan ketinggian ±86,5 dalam tanah. Analisis ini dilakukan untuk
meter.Untuk menerapkan lubang resapan mendapatkan debit limpasan (run off) sebagai
Biopori ini perlu beberapa data yang harus masukan untuk penentuan jumlah lubang
diperoleh. Lubang resapan Biopori merupakan resapan biopori di wilayah studi.Debit dapat
teknologi sederhana untuk meresapkan air ditentukan dengan rumus berikut:
hujan sekaligus mempercepat pelapukan
sampah organik. Agar lebih efektif dalam Q= 0,278 x C x I x A
meresapkan air, jumlah lubang resapan biopori
pada setiap luasan lahan bisa dihitung Dimana:
berdasarkan rumus berikut: Q =Debit air larian m3/hari hujan
C = Koefisien aliran
Q limpasan I = Intensitas hujan (m3/hari hujan)
Jumlah LRB A = Luas area larian
liter
Laju Peresapan Air ( jam )
c. Laju peresapan air yang terinfilrasi
Untuk mengetahui kebutuhan jumlah lubang Analisis infiltrasi bertujuan untuk
resapan biopori (LRB), perlu diketahui mengetahui laju infiltrasi air daerah penelitian,
intensitas curah hujan terlebih dahulu, debit untuk itu dibutuhkan data hasil pengukuran laju
infiltrasi dilapangan dengan menggunakan ring
infiltrometer. Analisis infiltrasi pada penelitian
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

242
ISBN 978-979-3793-70-2

ini menggunakan metode Horton. Rumus tersebut agar tidak menggenangi kompleks
perhitungan infiltrasi model horton sebagai candi Muara Takus yang ramah lingkungan dan
berikut: efisien dalam proses pengerjaannya. Salah satu
cara menanggulanginya yaitu dengan
1 pembuatan lubang resapan biopori . Selain itu
F = 𝐹𝑐𝑡 + (𝑓𝑜 − 𝑓𝑐)[1 − 𝑒 −𝑘𝑡 ]
𝑘 pemakaian lubang resapan biopori merupakan
salah satu langkah yang tepat dalam
Dimana: mempertahankan debit air dan muka air tanah
F = Tingkat infiltrasi (cm/menit) disekitar kompleks candi Muara Takus
Fc=Tingkat infiltrasi setelah konstan mengingat sistem lubang resapan biopori
(cm/menit) ramah lingkungan dan mudah dalam
Fo = Tingkat infiltrasi awal (cm/menit) pengerjaannya. Lubang resapan biopori adalah
E = 2,78 pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang
T = Waktu konstan dibentuk oleh aktivitas fauna atau akar
K = 1/m log tanaman. Lubang resapan biopori adalah
lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
Pengaruh lubang resapan biopori dalam tanah dengan diameter 10-30 cm dengan
terhadap perbaikan fungsi hidrologis dilihat kedalaman 100 cm atau tidak boleh melebihi
melalui laju infiltrasi diukur berdasarkan kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian
metode infiltrasi oleh Rasmita (2011), yaitu; diiisi sampah organik untuk mendorong
Mempersiapkan wadah (X liter) berisi air, terbentuknya biopori. Lubang resapan biopori
kemudian dilakukan penuangan ke dalam adalah teknologi tepat guna untuk mengatasi
lubang resapan biopori. Perlakuan tersebut banjir dan sampah dengan cara meningkatkan
dilakukan secara kontinyu selama 1 jam (Z); daya resap air; mengubah sampah organik
Pengukuran sisa dalam wadah (Y liter); menjadi kompos; memanfaatkan peran
Perhitungan berupa jumlah air yang terserap aktivitas fauna tanah dan akar tanaman;
dengan (X_Y liter, untuk menentukan laju mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh
resapan air, dihitung dengan rumus: genangan air seperti penyakit demam berdarah
(x − y)liter dan malaria, sebagai “karbon sink”; dan untuk
Laju resapan air = membantu mencegah terjadinya pemanasan
z jam
d.Penentuan jumlah Lubang Resapan global. Adapun cara pembuatan lubang resapan
Biopori biopori adalah sebagai berikut:
Penentuan jumlah lubang resapan 1. Buat lubang silindris kedalam tanah dengan
biopori secara spesifik yang sesuai pada suatu diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100
wilayah tertentu dengan luasan tertentu dan cm atau jangan melampaui kedalaman air
intensitas hujan tertentu pula, dihitung dengan tanah pada dasar saluran atau alur yang telah
persamaan (Brata,2008). dibuat dengan jarak antar lubang 50-100 cm.
lxL 2. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan
n = semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm
v
Dimana: disekeliling mulut lubang
n = jumlah lubang resapan biopori 3. Segera isi lubang lubang resapan biopori
I = intensitas hujan terbesar (mm/jam) dengan sampah organik yang berasal dari
L = luas bidang kedap air (m2) sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan
v = laju peresapan air rata per lubang (l/dt) pohon, pangkasan rumput atau sampah
organik
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dalam lubang yang isinya sudah berkurang
Berdasarkan hasil survey lapangan menyusut karena proses pelapukan
kawasan kompleks candi Muara Takus 5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat
berbatasan langsung dengan sungai Kampar. diambil pada setiap akhir musim kemarau
Sehingga membuat debit air yang ada disekitar bersamaan dengan pemeliharaan lubang.
kompleks candi Muara Takus menjadi besar
dan mudah tergenang. Untuk itu perlu adanya
tindakan penanggulangan debit air yang besar
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

243
ISBN 978-979-3793-70-2

Analisis Intensitas Curah Hujan Tabel 2. Nilai K Jenis Tanah


Dalam menganalisis jumlah lubang resapan K
Jenis Tanah
biopori harus terlebih dahulu menganalisis (cm/det) (ft/det)
intensitas curah hujan. Berdasarkan data curah Kerikil bersih 1,0-100 2,0-200
hujan maksimum di daerah kompleks candi Pasir kasar 1,0-0,01 2,0-0,02
Muara Takus yang terletak di Kec.XIII Koto Pasir halus 0,01-0,001 0,02-0,002
Kampar/Batu Bersurat selama 5 tahun terakhir Lanau 0,001-0,00001 0,002-0,00002
yang dikelurakan oleh Badan Meteorologi Lempung < 0,000001 < 0,000002
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Sumber: Braja M.Das
Meteorologi Klas I Pekanbaru, curah hujan
tertinggi sebesar 101 mm/hari. Sehingga dapat Berdasarkan tabel diatas sesuai dengan
dipakai persamaan (2) berikut ini: jenis tanah pada kompleks candi Muara Takus
adalah jenis tanah lanau maka nilai K didapat
sebesar 0,001. Berdasarkan hasil survey
2/3
𝑅24 24 lapangan luas area kompleks candi Muara
I= 𝑥 [ ] Takus yaitu seluas 94,5 Ha sehingga didapat
24 𝑡 luas bidang kedap air sebagai berikut:

K x luas area = 0,001 x 94,5 Ha


Dari rumus tersebut didapat nilai = 945000 m2
R = 101 mm/hari = 0,0042 m/jam
dan nilai t dilihat dari tabel kemiringan saluran Dari perhitungan diatas didapat luas bidang
dibawah ini: kedap air sebesar 945000 m2

Tabel 1. Kecepatan Aliran Analisis laju peresapan air per lubang


Kemiringan Saluran I Kecepatan rata-rata berdasarkan infiltrasi tanah
(%) v (m/dt) Untuk laju peresapan air per lubang
<1 0.40 resapan biopori ditentukan berdasarkan
1 - <2 0.60 infiltrasi tanah dengan metode Horton. Model
2 - <4 0.90 Horton menjelaskan bahwa kapasittas infiltrasi
3 - <6 1.20 berkurang seiring dengan bertambahnya waktu
4 - <10 1.50 hingga mendekati nilai yang konstan. Model
5 - <15 2.40 Horton dinyatakan secara matematis mengikuti
persamaan (4) berikut:
Berdasarkan hasil survey daerah
kompleks Candi Muara Takus kondisi 1
topografinya relatif datar yaitu kemiringan F = 𝐹𝑐𝑡 + (𝑓𝑜 − 𝑓𝑐)[1 − 𝑒 −𝑘𝑡 ]
𝑘
saluran I < 1% sehingga kecepatan rata-rata v
(m/dt) yaitu sebesar 0,4 berdasarkan tabel Dimana:
diatas. Sehingga didapat nilai tc = 20 detik f = laju infiltrasi nyata (cm/jam)
ft = laju infiltrasi tetap (cm/jam)
𝑅 24 2/3 f0 = laju infiltrasi awal (cm/jam)
It = 24 𝑥𝑡𝑐
^
101 24 2/3 k = konstanta geofisik
= 𝑥 ^ t = waktu
24 20
= 2,02 e = 2,718281820

Analisis Luas Bidang Kedap Air Berdasarkan standar ukuran lubang


Untuk luas bidang kedap air memakai resapan biopori dengan diameter 30 cm maka
pendekatan dari uji permeabilitas tanah di dapat diasumsikan laju peresapan air rata-rata
kawasan candi Muara Takus. Berdasarkan hasil per lubang (liter/detik) dengan nilai k untuk
survey lapangan jenis tanah yang berada di tanah lempung adalah sebesar 96,5 cm/jam.
kompleks candi Muara Takus merupakan jenis Sehingga dapat dihitung jumlah lubang resapan
tanah lanau maka nilak k diambil berdasarkan biopori yang efektif di kawasan candi Muara
tabel dibawah ini:
Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

244
ISBN 978-979-3793-70-2

Takus dengan menggunakan persamaan (6) Der Peet. Cambridge.


berikut: Massachusetts:Hardvard University
Press. 1959.
𝐿
n=Ix 𝑉 [7] Kodoatie RJ. Hidrolika Terapan. Aliran
945000 Pada Saluran Terbuka dan Pipa. Penerbit
= 2,02 x 96,5 ANDI. Yogyakarta. 2002
= 19.800 lubang resapan biopori
[8] Moens, J.L., "Srivijaya, Yava en
Kataha" dalam TBG, LXXVII. 1937,
IV. KESIMPULAN Halaman 317-387.
1. Lubang Resapan Biopori sangat efektif [9] Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar.
diterapakn pada kawasan kompleks candi Rencana Program Investasi Jangka
Muara Takus karena ramah lingkungan dan Menengah (RPIJM) Wisata Terpadu
tanpa perlu adanya sistem penggalian yang Candi Muara Takus Kawasan
dalam yang dapat mengganggu struktur Agropolitan Kecamatan XIII Koto
batuan candi yang merupakan situs candi. Kampar. Pemerintah Daerah Kabupaten
2. Jenis tanah kompleks candi Muara Takus Kampar. 2010.
adalah jenis tanah lanau
3. Curah hujan Maksimum pada kawasan [10] Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar
kompleks candi Muara Takus sebesar 101 dan P4W. Masterplan Kawasan
mm/hari Agropolitan Kecamatan XIII Koto
4. Jumlah lubang resapan biopori yang Kampar. Pemerintah Daerah Kabupaten
direncanakan di kawasan kompleks candi Kampar. 2009.
Muara Takus sebanyak 19.800 lubang [11] Oesman, Osrifoel, Perancang arsitektur
resapan biopori ‘Penataan Kawasan Situs Leang-Leang’
di Maros dan Situs Sumpang Bita di
V. DAFTAR PUSTAKA Pangkep’, Kabupaten Maros—Pangkep,
[1] Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sulawesi Selatan. 2011.
Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan
Riau. Laporan Focus Group Discussion [12] Simoen, Soenarso. "Dampak Hidrologis
(FGD) Pelestarian Candi Muara Takus Pembangunan Waduk Kotapanjang
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. terhadap Kompleks Candi Muara Takus
Pekanbaru: Kementerian Pendidikan dan di Riau" dalam Majalah Geografi
Kebudayaan. 1 Juni 2015. Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Fakultas
Geografi Indonesia dan Ikatan Geografi
[2] Bosch, FDK. Verslag van Een Reis door Indonesia, 2014.
Sumatra, OV 1930. Halaman 149.
[3] Chow VT. Hidrolika Saluran Terbuka.
Penerbit Erlangga. Jakarta.1985
[4] Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni
Budaya Kampar. Gugusan Candi Muara
Takus. Pemerintah Daerah Kabupaten
Kampar. 2007.
[5] Jalil, Abdul. “Konflik Sosial Dalam
Pengembangan Objek Wisata Candi
Muara Takus Di Desa Muara Takus
Kecamatan XIII Koto Kampar
Kabupaten Kampar” dalam Jom FISIP
Volume 2 No. 1 – Februari 2015. FISIP
Universitas Riau. 2015.
[6] Kempers, A.J. Bernet. Ancient
Indonesia Art. Amsterdam:C.P.J. Van

Seminar Nasional “Mitigasi Dan Strategi Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Di Indonesia”

245

Anda mungkin juga menyukai