Anda di halaman 1dari 9

ZONA PROTEKSI AIRTANAH

Thomas Triadi Putranto *), Yoga Aribowo **)

Abstract
To keep groundwater as a water reserve for public demamd, water resource must
be protected from any activities that influence water quality. Groundwater
Protection Zone (GPZ ) can protect some contaminants and organisms that might
be danger or undanger to human healthy when they influent to groundwater. GPZ
divided into 3 zones. GPZ 1 presents 10 -15 m width from water resource. GPZ 2
is calculated by Random Walk Method. GPZ 3 is depend on catchment area of
water resource.
Keywords : groundwater protection zone, contaminant, catchment area
Pendahuluan
Semakin pesatnya perkembangan dan
Daerah industri, pemukiman dan
kesejahteraan penduduk dan majunya
pertanian mempengaruhi sifat hidrolika
teknologi, maka kebutuhan air yang
dan hidrokimia airtanah. Untuk men-
berkualitas tinggi juga bertambah besar
jaga kualitas airtanah agar tetap dapat
dari tahun ke tahun, sehingga terjadi
digunakan sebagai sumber air bagi ma-
persaingan untuk mendapatkan air.
syarakat, maka sumber air tersebut ha-
Airtanah yang dipandang sebagai salah
rus diproteksi atau dilindungi dari
satu sumber air bersih yang sangat
proses pencemaran. Pemberlakuan zo-
potensial untuk dikembangkan menjadi
na-zona proteksi airtanah merupakan
sangat penting artinya bagi kehidupan
langkah awal perlindungan terhadap
manusia. Di lain pihak, terdapat kecen-
kualitas sumber air minum dari ke-
derungan terus menurunnya kualitas air
giatan manusia itu sendiri.
karena meningkatnya pencemaran air
oleh buangan pemukiman, industri, Zona Proteksi Airtanah
pertambangan, intensifikasi pertanian Hampir semua kegiatan manusia mem-
serta meningkatnya kegiatan pariwisata pengaruhi lingkungan di sekitarnya.
dan pelayaran. Daerah industri, pemukiman maupun
pertanian mempengaruhi sifat hidrolika
Sebagai sumber air bersih yang utama, dan hidrokimia airtanah. Untuk men-
bukan berarti bahwa airtanah dapat jaga kualitas airtanah agar tetap
dieksploitasi terus menerus namun dipergunakan sebagai sumber air dalam
dalam pemanfaatannya harus dilakukan hal ini sumur untuk air minum bagi
secara optimal, dengan memperhatikan masyarakat, maka sumber air tersebut
urutan pemakaian dan menjaga keseim- haruslah diproteksi atau dilindungi dari
bangan serta pelestariannya. Airtanah proses pencemaran (Hendrayana &
di kota-kota besar telah banyak ter- Putra, 1998). Selain itu dalam DVGW
cemar oleh bahan organik, detergen 1995, disebutkan beberapa tujuan
dan nitrat. Pengambilan airtanah secara mengapa airtanah yang sangat berguna
besar-besaran telah mengakibatkan pe- bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat
nyusupan air asin seperti yang terjadi akan air dan jika dimungkinkan untuk
di Medan, Jakarta, Cilegon, pantai meningkatkan kulitas airtanah harus
utara Jawa Barat, pantai utara Jawa diproteksi yakni :
Tengah, Semarang dan Denpasar
(Soekardi, 1990).

71
1. mencegah kontaminasi oleh zat-zat Apabila diperlukan, ZP III dapat dibagi
dan organisme yang membahaya- dalam dua zone yakni Zone III A dan
kan kesehatan manusia III B. Untuk ZP III pada akuifer batuan
2. mencegah kontaminasi oleh zat-zat yang porous dan batuan yang retak
dan organisme yang tidak memba- /fissured rock dengan karakteristik
hayakan kesehatan manusia tetapi yang sama dengan karakteristik pada
mungkin memberikan dampak ter- akuifer batuan porous dapat dibedakan
hadap kualitas airtanah dengan akuifer pada kars dan akuifer
3. dan untuk mencegah perubahan batuan yang retak/fissured rock yang
temperatur dari airtanah memiliki karakteristik sama dengan
akuifer kars karena mempunyai per-
Oleh sebab itu, pemberlakuan zona- bedaan karakteristik (dalam DVGW,
zona proteksi airtanah merupakan 1995).
langkah awal perlindungan terhadap
sumber air minum dari kegiatan ma- Untuk akuifer batuan yang porous
syarakat itu sendiri. Selanjutnya dapat dengan kecepatan aliran air 10 m/hari
ditentukan tindakan-tindakan yang atau kurang, batas antara zona III A
harus dilakukan terhadap tata guna dan III B diletakkan kira-kira 2 km ke
lahan yang ada dalam zona proteksi hulu dari sumur. Jika kecepatan air
untuk mewujudkan perlindungan. lebih tinggi, batas di antara zona III A
terhadap sumber air minum tersebut dan III B diletakkan lebih jauh lagi dari
(Hendrayana & Putra, 1998). sumur. Pada akuifer yang tidak ter-
putus, permeabilitas kecil dan kete-
Dasar Teori Zone Proteksi Airtanah balan 5-8 m dengan kecepatan aliran
Penentuan zona proteksi airtanah lebih dari 10 m/hari dapat dikla-
(ZPA) didasarkan pada faktor-faktor sifikasikan dalam zone III B, tetapi
kesehatan dan biologi. Lossen, 1988, jarak dari batas zone III B ke sumur
menyatakan di negara-negara Barat harus kurang dari 1 km dan waktu yang
secara umum diberlakukan tiga ZPA, dikehendaki untuk mengalirnya air dari
yaitu : zona B ke sumur tidak boleh kurang
1. Zona Proteksi I : dari 50 hari.
mewakili area terdekat di sekitar
sumur dengan radius 10–15 m dari Untuk akuifer kars maupun batuan
sumur. yang banyak retakan/fissured rock
2. Zona Proteksi II : dengan karakteristik yang sama dengan
merupakan zona proteksi yang karakteristik akuifer kars, zone III tidak
ditujukan untuk melindungi sumur dapat dibagi apabila waktu yang
dari bahaya pencemaran bakte- dibutuhkan airtanah dari seluruh cat-
riologi. Umumnya bakteri coli chmnent area untuk mengalir menuju
tidak dapat hidup lebih dari 50 hari ke sumur kurang dari 50 hari karena
di dalam akuifer. Oleh karena itu area tersebut sudah masuk dalam
periode 50 hari dapat menentukan klasifikasi ZPA II. Pembagian ZPA III
luas atau radius zona proteksi II. dapat dilakukan apabila akuifer ter-
3. Zona Proteksi III : tutup oleh batuan yang menerus /
ditentukan berdasarkan luas pe- continuous (tidak ada struktur patahan),
nyebaran Catchment area dari tebal dan tingkat permeabilitas yang
lokasi sumur tersebut berada. rendah.

72
Lossen (1988) menyatakan penentuan 60 hari, bukan 50 hari seperti yang
ZP II dapat dihitung dengan menggu- telah dijelaskan di atas. Perbedaan ja-
nakan rumus kecepatan aliran airtanah rak tempuh untuk zona II ini dise-
pada suatu sumur : babkan oleh kondisi akuifer setempat
Va = kf x J/nsp dan aspek-aspek yang menentukan
dengan : harga retardasi/penghambatan pergera-
Va = kecepatan aliran airtanah semu kan kontaminan dalam airtanah
(m/det) (Hendrayana & Putra, 1998). Faktor
kf = permeabilitas (m/det) retardasi tergantung pada jenis colloid
J = kemiringan muka airtanah atau yang ada dalam kontaminan, kedala-
gradien hidrolika (-) man dan Total Dissolved Solids (TDS)
nsp = porositas efektif (-) (Harvey et al, 1993).

Penentuan jarak tempuh 50 hari dapat Sedangkan Lossen 1988 menyatakan


ditentukan dengan perhitungan di zona proteksi III diwakili oleh cat-
bawah ini : chment area airtanah yang dapat di-
X50 = Va x 50 x 86400 (m) hitung dengan rumus :
Pada jarak tempuh ini nilai perme- Q
abilitas, kemiringan muka airtanah dan AE =
porositas efektif dianggap konstan. R
dengan :
Cara lain yang lebih sederhana untuk AE = Luas area tangkapan air
menentukan batas jarak 50 hari adalah Q = Rata - rata debit pemompaan air
dengan “Formula Silinder”, yaitu se- tanah
bagai berikut : R = Rata-rata recharge airtanah
R50 = Q50 x ( π x M x nsp)-0,5
dengan : Metode Random Walk
R50 = jarak tempuh 50 hari (m) Lossen (1988) menyatakan untuk
Q50 = debit pemompaan airtanah untuk menghitung jarak tempuh 50 hari yang
50 hari (m3) merupakan batas zona proteksi II,
M = ketebalan akuifer (m) diperlukan pemecahan masalah dengan
nsp = porositas efektif (-) metode numerik. Area penelitian dides-
kritisasi menjadi titik-titik nodal yang
Kedua perhitungan di atas hanya berbentuk kuadran. Pada gambar 1
memperhatikan transport convective dijelaskan struktur dari titik nodal dan
pada airtanah. Transport konveksi ada- kondisi batas setiap segmen akuifer.
lah suatu proses migrasi yang paling
dominan yang disebabkan oleh gerakan Proses perhitungan jarak tempuh 50
bulk massa yang tertansportasi di hari dapat dibagi menjadi 3 tahapan :
dalam suatu sistem aliran di bawah 1. Tahap perhitungan potensial air
permukaan tanah. Langguth dan Voight tanah pada setiap titik nodal muka
(1980) dalam Lossen 1988 mengus- airtanah harus diperhitungkan se-
ulkan nilai ganda dari kecepatan aliran hingga akan didapatkan n-titik
airtanah semu untuk memperhitungkan nodal, n-perhitungan dengan n-
efek dispersi pada proses transportasi nilai yang tidak diketahui.
massa dalam airtanah. 2. Tahap perhitungan kecepatan air
tanah dengan menggunakan hu-
Di beberapa negara lain jarak tempuh kum Darcy dan data muka airtanah
batas zona proteksi airtanah II adalah serta permeabilitas, kecepatan

73
aliran airtanah semu dapat dihit-
ung. Oleh karena itu area peng-
ganti dari suatu titik nodal dibagi
menjadi 4 kuadran (lihat gbr 2).
Pada keempat kuadran tersebut
kecepatan aliran airtanah dan
permeabilitas konstan. Kecepatan
Darcy dihitung dengan cara di
bawah ini :
Kuadran I :
Vfx = kf x (h2-h0)/x Vfy = kf x (h1-h0)/y
Kuadran II :
Vfx = kf x (h2-h0)/x Vfy = kf x (h3-h0)/y
Kuadran III :
Vfx = kf x (h4-h0)/x Vfy = kf x (h3-h0)/y Gambang 2.
Kuadran IV : Perhitungan kecepatan aliran airtanah
Vfx = kf x (h4-h0)/x Vfy = kf x (h1-h0)/y semua pada suatu titik nodal
kf = permeabilitas (m/s) (Lossen 1998)
h4-h0 = perbedaan pucuk air di
dua ujung material (head 3. Tahap perhitungan pengaruh Dis-
loss) persi. Dispersi dimodelisasi deng-
x,y = panjang lintasan an pergeseran partikel secara
convective dengan pergerakan ran-
Kecepatan aliran airtanah semu dom yang memenuhi properti
dapat dihitung dengan : statistik dan berpengaruh terhadap
Va = Vf/nsp properti dari proses dispersi. Efek
Va = kecepatan aliran airtanah dispersi pada proses transportasi
semu massa dalam airtanah dihitung
Vf = kecepatan Darcy dengan menggunakan nilai ganda
nsp = porositas efektif dari kecepatan aliran airtanah
semu. Posisi partikel setelah me-
ngalami trasport pada suatu jarak
tertentu dapat dihitung dengan :
2 Va = 2 Vao + ( ∆ .t )
2 Va – 2 Vao = ( ∆ .t )
X = 2 Vao . t + 0,5 (( ∆ .t2))
X = 2 Vao . t+ 0,5 ((2 Va – 2 Vao).t)

X = posisi partikel pada waktu


(t) tertentu
2Va = kecepatan aliran airtanah
semu ganda pada t terten-
tu (m/hari)
2Vao = kecepatan aliran airtanah
semu ganda awal
Gambar 1.
t = waktu (hari)
Kondisi batas pada model aliran
aritanah (Lossen 1998) ∆ = variabel perubahan kece-
patan

74
Aktivitas Yang Berperan Pada sumur. Aktivitas yang berperan ter-
Kontaminasi Airtanah di ZPA hadap kontaminasi ZPA II adalah
Dalam DVGW 1995, disebutkan be- aktivitas pada ZPA III, penggunaan
berapa aktivitas yang dapat berperan rabuk, pestisida dan nitrat yang ber-
dalam kontaminasi airtanah dan faktor lebih, infiltrasi air permukaan yang
tersebut tergantung pada jarak dari membawa zat pencemar, pembuangan
sumur, waktu yang dibutuhkan oleh air kotoran manusia maupun deterjen ke
untuk mengalir sampai ke sumur dan dalam sungai, selokan maupun septic
kondisi hidrologi serta yang perlu tank yang tidak layak dan pengem-
untuk diasingkan dari zona-zona pro- bangan bangunan/ konstruksi baru.
teksi tergantung pada seberapa besar
bahaya yang timbul. Aktivitas Pada ZPA I
ZPA I memberikan perlindungan air
Aktivitas Pada ZPA III tanah di sumur dari berbagai macam
ZPA III memberikan perlindungan kontaminan dan bahaya lainnya yang
pada airtanah terutama dari kontminasi dapat mempengaruhi kualitas airtanah.
oleh zat-zat yang mampu mengkon- Beberapa aktivitas yang berbahaya dan
aminasi airtanah pada jarak yang luas yang dilarang pada zona I adalah
seperti zat-zat kimia yang tidak aktivitas dan beberapa tempat/fasilitas
terdegradasi atau yang terdegradasi yang ada pada zona II dan III serta
namun sangat lambat pada kawasan adanya infiltrasi air dari saluran bu-
industri yang memproduksi, menggu- angan/drainasi jalan, pemakaman pada
akan dan menyimpan zat-zat tersebut kuburan serta kegiatan apapun yang
seperti tempat pengolah gula, minyak, dapat mempengaruhi kualitas airtanah.
besi baja, pengolahan non logam, serta
tempat-tempat yang menyimpan ma- Tahap-tahap penentuan ZPA adalah
erial-material radioaktif. Kemudian sebagai berikut :
saluran pipa yang mengalirkan fluida 1. Tahap Lapangan
yang dapat mengkontaminasi airtanah, Merupakan pekerjaan dasar untuk
tempat sampah mobil-mobil yang sama menentukan batas-batas zona pro-
sekali rusak maupun ban-ban bekas dan teksi sumber air baku. Jika peta
residu dari pusat pembangkit listrik dan dasar area sumber air baku belum
pembakaran, bandar udara dan tempat ada, langkah pertama tahap ini
untuk bongkar muat barang-barang adalah pembuatan peta dasar area
seperti pangkalan truk, tempat pe- sekitar sumber air baku (SAB).
yimpanan residu dari batubara maupun
2. Observasi kondisi hidrogeologi
minyak bumi, tempat latihan militer
area sumber air baku
& pembukaan lapangan golf dan sta-
Pengamatan secara langsung kon-
siun pengisian bensin.
disi geologi dan hidrologi di la-
pangan yang terdiri dari dua aspek
Aktivitas Pada ZPA II
utama, yaitu :
ZPA II memberikan perlindungan air
A. Observasi kondisi hidrogeo-
tanah dari sumur terhadap zat-zat
logi
patogenik seperti bakteri, virus, parasit
Pengamatan dilakukan untuk
dan telur cacing maupun dari zat-zat
menentukan parameter-para-
lain yang mengkontaminasi airtanah
meter hidrogeologi seperti
karena jarak yang dekat dengan sumur
perubahan konduktivitas hi-
atau waktu yang singkat yang dibu-
drolika, perubahan nilai po-
tuhkan oleh air untuk mengalir ke

75
rositas efektif, dan batas-batas yang harus diambil demi per-
aliran airtanah. Pencarian data lindungan sumber air baku. Pe-
debit sumur, atau pengukuran metaan sebaiknya dilakukan seluas
debit mata air tergantung dari -luasnya, ke arah upstream/hulu
mana sumber air baku diam- harus lebih luas dibanding dengan
bil. ke arah downstream/hilir.
B. Pemetaan muka airtanah
4. Tahap Analisa
Bertujuan untuk mendapatkan
Tahapan ini dilakukan untuk
gambaran arah aliran airtanah
menentukan luas zona proteksi
di sekitar area sumber air baku
sumber air baku. Tahapan ini lebih
yang berupa Peta Arah Aliran
dicondongkan untuk menghitung
Airtanah. Pengukuran yang
luas zona proteksi II, karena pada
dilakukan berupa pengukuran
dasarnya zona I dan zona III
muka airtanah pada sumur-
batasannya jelas yaitu radius 10 –
sumur dangkal, pengukuran
15 m dari SAB untuk zona I dan
drawdown sumur bor (jika
Catchment Area untuk zona III.
SAB adalah sumur dalam),
pengukuran muka air sungai. 5. Diskretisasi Peta
3. Pemetaan Tata Guna Lahan Area Peta aliran airtanah, dibagi-bagi
Sekitar Sumber Air Baku menurut luasan yang sama dengan
Bertujuan untuk memetakan tata grid yang seragam kemudian plot-
guna lahan di sekitar sumber air kan arah aliran airtanah dan garis
baku, untuk menentukan rekomen- aliran airtanah yang menuju SAB
dasi larangan dan tindakan yang (Lihat gambar 3).
berkaitan dengan fungsi lahan,

Garis Grid

Garis aliran 1 ke
sumber air

Sumber Air Baku


Gambar 3. Diskretisasi Peta

Kemudian pilih aliran airtanah perpotongan antara garis grid


yang menuju ke sumber air baku. dengan garis aliran airtanah.
Misal pilih garis aliran 1. Tentukan
nilai muka airtanah untuk setiap

76
6. Perhitungan kecepatan aliran setiap perubahan kecepatan pada
airtanah titik perpotongan. Travel time
Menghitung nilai kecepatan aliran dihitung dengan membagi jarak
airtanah semu untuk setiap titik tempuh dengan perubahan kece-
perpotongan tersebut dengan ru- patan
mus :
Va = kf x J/nsp 8. Untuk pembuatan Zonasi Travel
dengan : Time aliran airtanah untuk t = 50
Va = kecepatan aliran airtanah se- atau 60 hari dengan menghubung-
mu (m/det) kan titik-titik travel time pada
kf = permeabilitas (m/det) setiap garis aliran yang menun-
J = kemiringan muka air tanah jukkan t = 50 atau 60 hari (lihat
atau gradien hidrolika (-) gambar 4). Pekerjaan zonasi ini
nsp = porositas efektif (-) dapat dilakukan melalui program
komputer yang telah ada seperti
7. Perhitungan travel time aliran flowpath, modflow, GMS 2.1 dan
airtanah lain-lain.
Pengukuran jarak tempuh aliran
airtanah (garis aliran 1) untuk

Garis Grid

Zona Proteksi

Garis aliran 1 ke
sumber air

Sumber Air Baku

Gambar 4. Zonasi Travel Time Aliran Airtanah

Kesimpulan bangan dan kesejahteraan penduduk


Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan majunya teknologi, maka kebu-
tidak akan terlepas dari kebutuhan akan tuhan air khususnya airtanah yang
air, baik untuk pencukupan kebutuhan berkualitas tinggi juga bertambah besar
sehari-hari seperti mandi, mencuci dan dari tahun ke tahun.
minum maupun untuk upaya pengem-
bangan lingkungan hidup. Namun Untuk menjaga supaya kualitas air
dengan semakin pesatnya perkem- tanah tetap dapat dimanfaatkan sebagai

77
sumber air baku, maka dibuat suatu DAAD-PAU ITB-RWTH
upaya yang bertujuan untuk melin- Aachen, Bandung.
dungi/memproteksi sumber air (sumur 5. Soekardi, 1990, Kualitas Lingku-
bor) tersebut dari berbagai macam ngan di Indonesia, Kantor
proses pencemaran oleh zat-zat dan Menteri Negara Kependu-
organisme yang membahayakan kese- dukan & Lingkungan Hi-
hatan manusia. Penentuan Zona dup, Jakarta.
Proteksi Airtanah (ZPA) didasarkan
pada faktor-faktor kesehatan dan
biologis yakni ZPA I terletak 10–15 m
dari sumber air (sumur), ZPA II untuk
melindungi sumber air dari bahaya
pencemaran bakteriologi dan ZPA III
didasarkan pada luas penyebaran
catchment area dari lokasi sumur
berada. Kemudian dibuat implementasi
tindak lanjut yang harus dilakukan
untuk mewujudkan perlindungan
terhadap sumber air baku tersebut.

Daftar Pustaka
1. Anonim, 1995, Protective Areas
Part 1 : Protective Areas
for Groundwater: DVGW
Regelwerk, Bonn.
2. Harvey et al, 1993, Role of
Physical Heterogeneity in
the Interpretation of Small-
Scale Laboratory and Field
Observations of Bacteria,
Microbial-Sized Microsphe-
re, and Bromide Transport
Through Aquifer Sediments
: Water Resources Rese-
arch, vol.29 No. 8, pages
2713-2721, American Geo-
physical Union.
3. Hendrayana, H. & Putra, D.P.E.,
1998, Penentuan Zona Pro-
teksi Airtanah Pada Sumur
Bor Bimomartani Sleman
Dengan Metoda Random
Walk : Prosiding PIT IAGI
XXVII, Yogyakarta.
4. Lossen, H., 1988, Component of
Groundwater Pollutant Tra-
nsport Particullary for
Conservative Contamina-
tion : Prosiding Seminar

78
6.

79

Anda mungkin juga menyukai