Anda di halaman 1dari 5

Prolapsus Genitalia

Prolapsus genitalia digolongkan dalam dua golongan yaitu inversio vagina atas dan eversio vagina bawah.
Keduanya dapat terjadi bersama-sama atau berbeda waktu. Inversion vagina atas disebabkan oleh
adanya paksaan dan kerusakan dari otot penyokong vagina atas (ligament) terutama karena persalinan
atau karena tekanan intrabdominal yang tinggi dan kronis, atau karena kelemahan jaringan penyokong
tersebut sejak dari bawaan. Vagina bagian atas mungki sedikit demi sedikit inversion, seperti didapat
adanya enterokel dan kadang-kadang sistokel tetapi jarang ada rektokel selama diafragma pelvis dan
urogenital tetap utuh. Inversion akan dipercepat lagi timbulnya apabila otot-otot dasar panggul (levator
ani) rusak sehingga hiatus genitalis akan menjadi longgar dan organ pelvis akan menurun ke dalamnya.
Kalau otot-otot levator ani dan lembaran levator utuh maka ligamnetum dan fasia yang
mempertahankan vagina dan serviks juga berada dalam keadaan normal.

Eversio vagina terjadi karena hilangnya penyokong atau lemahnya otot vagina bawah,terutama karena
kerusakan diafragma pelvis dan urogenital; biasanya kerusakan ini akibat trauma persalinan atau karena
atrofi jarigan-jaringan penyokong pelvis pasca menopause, dimana hormone esterogen sudah berkurang.
Cara mengetahui apakah inversion dulu yangtimbul atau eversio :

Penderita diminta untuk meneran dan;

- Bila terlihat sistokel dan rektokel dulu kemudian disusul serviks, jaringan penyokong bawah yang
rusak maka eversio yang lebih dominan.
- Bila terlihat serviks lebih dulu dan disusul oleh sistokel atau rektokel, kerusakan terjadi pada
jaringan peyokong vagina atas, maka inversion lebih dominan.

Prolapsus vagina

Bentuk-bentuk prolapsus vagina adalah sebagai berikut :

1. Sistokel : turunnya kandung kemih melalui fasi puboservikalis, sehingga dinding vagina depan
jadi tipis dan disertai penonjolan kedalam lumen vagina. Pada sistokel yang besar akan menarik
utero vesical junction dan ujung ureter ke bawah dan keluar vagina, sehingga kadang-kadang
dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan ureter bila tidak dikenal.
2. Urethrokel : hilangnya penyokong dari fasia puboservikalis dan fasia pubourethralis
3. Enterokel : enterokel biasanya berisi usus halus atau omentum dan mungkin menyertai uterus
turun ke dalam vagina.
4. Rektokel : kelemahan dari dinding vagina belakang yang menyebabkan penonjolan dari rectum
ke dalam vagina. Rectum turun melalui septum rektovaginal dan menyebabkan dinding vagina
menonjol ke depannya.
5. Kolpokel pasca histerectomia : penurunan vagina pasca histerektomia.
6. Prolapsus uteri : terjadi karena kelemahan ligament endopelvik terutama ligamentum transversal
dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel
tetapiada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang
keregangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama dan sulit ,
meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala dua, penatalaksanaan
pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik. Pada menopause, hormone
esterogen telah berkurang sehingga otot dasar panggul menjadi atrofi dan elemah. Oleh karena itu
prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Klasifikasi prolapsus uteri

1. Desensus uteri, uterus turun, tetapi serviks masih di dalam vagina


2. Prolapsus uteri tingkat I, uterus turun dengan serviks uteri turun paling rendah sampai introitus
vaginae
3. Prolapsus uteri tingkat II, uterus untuk sebagian keluar dari vagina
4. Prolapsus uteri tingkat III atau prosidensia uteri, uterus keluar seluruhnya dari vagina, disertai
dengan inversion vaginae.

Etiologi

- Partus berulang kali dan terlampau sering, partus dengan penyulit, merupakan penyebab
prolapsus genitalis dan memperburuk prolaps yang sudah ada.
- Tarikan pada janin saat pembukaan belum lengkap, perasat Crede yang berlebihan untuk
mengeluarkan plasenta dan sebgainya.
- Asites dan tumor-tumor didaerah pelvis
- Kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus (nullipara)

Gejala Klinik

- Perasaan adanya yang mengganjal atau menonjol di genitalia ekstrna


- Rasa sakit panggul dan pinggang. Biasanya jika penderita berbaring, keluhan menghilang
menjadi berkurang.
- Sistokel dapat menyebabkan gejala :
o Miksi sering dan sedikit sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian bila berat juga
pada malam hari.
o Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya
o Stress incontinence, yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk, mengejan. Kadang-
kadang dapat terjadi retensio urinae pada sistokel yang besar sekali.
- Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi :
o Obstipasi karena faeses berkumpul dalam rongga rektokel
o Baru dapat defekasi, setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina
- Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut :
o Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita waktu berjalan dan bekerja.
Gesekan portio uteri oleh celanan menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada
portio uteri.
o Leukorea karena kongesti pembuluh darah didaerah serviks dan karena infeksi serta luka
pada porsio uteri
- Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat dirongga panggul dan rasa penuh di vagina
Diagnosis

Penderita dalam posisi jongkok diminta mengejan dan ditentukan pemeriksaan dengan peeriksaan
dengan jari, apakah porsio uteri pada posisi normal, atau porsio sampai introitus vagina, atau apakah
serviks uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring dalam posisi litotomi,
ditentukan pula panjangnya serviks uteri. Serviks uteri yang lebih panjang dari biasa dinamakan
elongasio kolli.

Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak nyeri tekan. Benjolan ini
bertambah besar jika penderita mengejan. Jika dimasukan ke dalam kandung kencing kateter logam,
kateter itu diarahkan ke dalam sistokel, dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina.
Uretrokel letaknya lebih ke bawah dari sistokel, dekat pada orifisum urethrae eksternum.

Menegakan diagnosis rektokel, yaitu menonjolnya rectum ke lumen vagina sepertiga bagian bawah.
Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang dari proksimal ke distal,kistik dan tidak nyeri. Untuk
memastikan diagnosis, jari dimasukkan ke dalam rectum, dan selanjutnya dapat diraba dinding rektokel
yang menonjol ke lumen vagina. Enterokel menonjol ke lumen vagina lebih atas dari rektokel. Pada
pemeriksaan rectal ining rectum lurus, ada benjolan ke vagina terdapat diatas rectum.

Komplikasi

Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri. Prosidensia uteri disertai engan keluarnya dinding vagina
(inversion); karena itu mukosa vagina dan serviks uteri menjadi tebal serta berkerut, dan berwarna
keputih-putihan.

Dekubitus. Jika serviks uteri keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha dan pakaian dalam; hal
itu dapat menyebabkan luka dan radang, dan lambat lun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan
demikian, perlu dipikirkan kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita berusia lanjut.
Pemeriksaan sitologi/biopsy perlu dilakukan untuk mendapat kepastian akan adanya karsinoma.

Hipertrofi serviks uteri dan elongasio kolli. Jika serviks uteri turun ke dalam vagina sedangkan jaringan
penahan dan penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah dibagian uterus yang turun
serta pembendungan pembuluh darah serviks uteri mengalami hipertrofi dan menjadi panjang pula.
Hal yang terakhir dinamakan elangasio kolli. Hipertrofi ditentukan dengan periksa lihat dan raba. Pada
ellongasio kolli serviks uteri pada periksa raba lebih panjang dari biasa.

Gangguan miksi dan stress incontinence. Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang, sehingga
kandung kencing tidak dapat dikososngkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa juga menyempitkan ureter,
sehingga bisa menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya sistokel dapat pula mengubah bentuk
sudut antara kandung kencing dan urethra yang dapat menimbulkan stress incontinence.

Infeksi jalan kencing. Adanya retensi air kencing mudah menimbulkan infeksi. Sistitis yang terjadi dapat
meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan pielonefritis. Akhirnya dapat menyebabkan gagal
ginjal.
Kemandulan. Karena serviks uteri turun sampai ekat pada introitus vagina atau sama sekali keluar dari
vagina, tidak mudah terjadi kehamilan.

Kesulitan pada waktu partus. Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan
dapat timbul kesulitan di kala pembukaan, sehingga kemajuan persalinan terhalang.

Hemoroid. faeses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi dan timbul hemoroid.

Inkarserasi usus halus. Usus halus yang masuk ke dalam enterokel dapat terjepit dengan kemungkinan
tidak dapat direposisi lagi. Dalam hal ni perlu dilakukan laparotomiuntuk membebaskan usus yang
terjepit itu.

Pencegahan

Pemendekan waktu persalinan, terutama kala pengeluaran dan kalau perlu dilakukan elektif (forceps
dengan kepala sudah didasar panggul), membuat episiotomy, memperbaiki dan mereparasi luka atau
kerusakan jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar menghindari paksaan dalam
pengeluaran plasenta, mengawasi involusi uterus pasca persalinan tetap baik dan cepat, serta mencegah
atau engobati hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronik.
Menghindari benda-benda yang berat. Dan juga menganjurkan agar penderita jangan terlalu banyak
punya anak atau melahirkan.

Pengobatan

Medis

1. Latihan otot dasar panggul. Latihan ini dilakukan selama beberapa bulan. Caranya, pasien
diminta menguncupkan anus dan jaringan daasar panggul setelah buang air besar atau penderita
diminta membayangkan seolah-olah sedang buang air kecil dan tiba-tiba menghentikannya.
Latihan ini dapat lebih efektif dengan menggunakan perineometer.
2. Stimulasi otot dengan alat listrik. Dengan pemasangan electrode di dalam pessarium yang
dimasukan ke dalam vagina
3. Pengobatan dengan pessarium. Pengobatan ini bersifat paliatif, yakni menahan uterus
ditempatnya selama dipakai. Prinsip pemakaian pessarium ialah bahwa alat tersebut
mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian atas, sehingga bagian dari vagina tersebut
beserta uterus tidak dapat turun dan melewati vagina bagian bawah. Indikasi penggunaan
pessarium adalah :
a. Kehamilan
b. Bila penderita belum siap dilakukan operasi
c. Sebagai terapi tes, menyatakan bahwa operasi harus dlakukan
d. Penderita menolak dioperasi, lebih suka terapi konservatif
e. Untuk menghilangkan symptom yang ada, sambil menunggu waktu operasi dilakukan.

Operatif

Indikasi melakukan operasi pada prolapsus vagina :


1. Sistokel. Operasi kolporafia anterior
2. Rektokel. Operasi kolpoperineoplastik
3. Enterokel. Sayatan pada dinding belakang vagina diteruskan ke atas sampai serviks uteri.
4. Prolapsus uteri. Tergantung umur, keinginan hamil atau mempertahankan uterusnya, tingkat
prolapsus dan adanya keluhan.

Macam-macam operasi

1. Vetrofksasi.
2. Operasi Manchester
3. Histerektomi vaginal
4. kolpokleisis

Anda mungkin juga menyukai