Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Uveitis merupakan salah satu penyebab kebutaan di dunia termasuk Indonesia,


terlebih uveitis pada anak yang merupakan penyakit sangat serius dan lebih sering
mengancam kebutaan dibanting usia dewasa. Penatalaksanaan yang mungkin dirasakan
kurang optimal pada anak dengan uveitis, komplikasi yang cukup tinggi, serta seringnya
diperlukan pengobatan sisteik menunjukkan bahwa kelainan ini kronis dan berat pada usia
muda.

Insidensi uveitis pada populasi 100.000 orang adalah 15 kasus pertahun. Di Amerika
terdapat 2,3 juta orang penderita uveitis dimana kasus barunya ditemukan sebanyak 45.000
pertahun. Uveitis juga menyebabkan 10% kebutaan. Meskipun dapat terjadi pada semua usia,
kebanyak penderita berusia 20-50 tahun dan menurun insidensinya pada usia diatas 70 tahun.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Traktus Uvea

Traktus uvealis terdiri atas iris, corpus ciliare dan koroid. Bagian ini merupakan
lapisan vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sclera. Struktur ini ikut

mendarahi retina.

Gambar 1. Anatomi Mata

2.1.1 Iris

Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris berupa permukaan pipih
dengan aperture bulat yang terletak di tengah pupil. Iris terletak bersambungan dengan
permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata belakang, yang
masing-masing berisi aqueous humor. Di dalam stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot
dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan
neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina kea rah anterior.(optamologi umum)

Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus major iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai
lapisan endotel yang tidak berlubang sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein
yang disuntikkan secara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam nervus
siliares.

Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada
prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan antara kontraksi akibat aktivitas parasimpatis yang
dihantarkan melalui nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatis.

2.1.2 Korpus Siliaris

Korpus siliaris secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang
kedepan dari ujung anterior koroid ke pangkat iris (sekitar 6 mm). korpus siliaris terdiri atas
zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm) dan zona posterior yang datar, pars
plana (4 mm). Prosesus siliaris berasal dari pars plikata. Prosesus ini terbentuk dari kapiler-
kapiler dan vena yang bermuara ke vena-vena vortex. Kapiler-kapilernya besar dan
berlobang-lobang sehingga membocorkan floresein yang disuntikkan secara intravena. Ada 2
lapisan epitel siliaris, satu lapisan tanpa pigmen di sebelah dalam, yang merupakan perluasan
neuroretina ke anterior dan lapisan berpigmen di sebelah luar, yang merupakan perluasan dari
lapisan epitel pigmen retina. Prosesus siliaris dan epitel siliaris pembungkusnya berfunsi
sebagai pembentuk aqueus humor.

2.1.3 KHOROID

Khoroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sclera. Khoroid tersusun
dari tiga lapisan pembuluh darah khoroid yaitu besar, sedang dan kecil. Semakin dalam
pembuluh terletak di dalam khoroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam pembuluh darah
khoroid dikenal sebagai khoriokapilaris. Darah dari pembuluh darah khoroid dialirkan
melalui empat vena vortex, satu di masing-masing kuadran posterior. Khoroid di sebelah
dalam dibatasi oleh membrane Brunch dan di sebelah luar oleh sclera. Ruang suprakoroid
terletak di antara khoroid dan sclera. Khoroid melekat erat ke posterior ke tepi-tepi nervus
optikus. Ke anterior, khoroid bersambung dengan korpus siliare.

2.2 Definisi
Uveitis dapat mengenai bagian depan jaringan uvea atau selaput pelangi (iris) dan
keadaan ini disebut sebagai iritis. Bila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini
disebut sebagai siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut sebagai
uveilitis anterior.

Uveitis anterior atau disebut juga sebagai iridosiklitis merupakan penyakit yang
mendadak yang biasanya berjalan selama 6-8 minggu dan pada stadium dini biasanya dapat
sembuh dengan tetes mata saja.

2.3 Patofisiologi

Patofisiologi pasti dari uveitis tidak diketahui. Secara umum uveitis disebabkan oleh
reaksi imunitas. Uveitis sering dihubungkan dengan infeksi seperti herpes, toksoplasmosis
dan sifilis. Reaksi imunitas terhadap benda asing atau antigen pada mat ajuga dapat
menyebabkan cedera pada pembuluh darah dan sel-sel pada traktur uvealis. Uveitis juga
sering dikaitkan dengan penyakit atau kelainan autoimun, seperti lupus eritematosus sistemik
dan artritis rheumatoid. Pada kelainan autoimu, uveitis mungkin disebabkan oleh reaksi
hipersensitifitas terhadap deposisi kompleks imun dalam traktus uvealis.

Berikut adalah beberapa kelaina yang dapat menyebabkan uveitis anterior :

Autoimun Artritis rheumatoid juvenilis, Spondilitis ankilosa, Kolitis


ulserativa, terinduksi lensa, Sarkoidosis, Penyakit crohn
Infeksi Sifilis, Tuberkulosis, Morbus Hansen, Herpes Zoster, Herpes
simpleks, Onkoserkiasis, Adenovirus
Keganasan Sindrom Masquerade (Retinoblastoma, Leukimia, Limfoma,
Melanoma maligna)
Lain-lain Idiopatik, Uveitis traumatic, Ablatio retina, Iridosiklitis
heterokromik Fuchs, krisis glaukomatosiklitik

2.4 Gejala dan Tanda

Gejala akut dari uveitis anterior adalah mata merah, fotofobia, nyeri. Penurunan tajam
penglihatan dan hiperlakrimasi. Sedangkan pada keadaan kronis gejala uveitis anterior yang
ditemukan dapat minimal meskipun proses radang yang hebat sedang terjadi.
2.4.1 Uveitis Anterior Jenis Non-Granulomatosa

Pada bentuk non-granulomatosa, onsetnya khas akut, dengan rasa sakit, injeksi,
fotofobia dan penglihatan kabur. Terdapat kemerahan sirkumkorneal atau injeksi siliar yang
disebabkan oleh dilatasi pembuluh-pembuluh darah limbus.

Deposit putih halus (keratic presipitatel atau disingkat KP) pada permukaan posterior
kornea dapat dilihat dengan slit-lamp atau dengan kaca pembesar. KP adalah deposit seluler
pada endotel kornea. Karakteristik dan distribusi KP dapat memberikan petunjuk bagi jenis
uveitis. KP umumnya terbentuk di daerah pertengahan dan inferior dari kornea. Terdapat 4
jenis KP yang diketahui, yaitu Small KP, Medium KP, Large KP dan Fresh KP. Small KP
merupakan tanda khas herpes zoster dan Fuchs uveitis syndrome. Medium KP terlihat pada
kebanyakan jenis uveitis anterior akut maupun kronis. Large KP biasanya jenis mutton fat
biasanya terdapat pada uveitis anterior tipe granulomatosa. Fresh KP atau KP baru terlihat
berwarna putih dan melingkar. Seiring bertambahnya waktu, akan berubah menjadi lebih
pucat dan berpigmen. Pupil mengecil dan mungkin terdapat kumpulan fibrin dengan sel di
kamera anterior. Jika terdapat sinekia posterior, bentuk pupil menjadi tidak teratur.

Anda mungkin juga menyukai