BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan
Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktiviti, akan tetapi dapat
Kemajuan ilmu dan teknologi di belahan dunia ini tidak sepenuhnya diikuti
dengan kemajuan penatalaksanaan asma, hal itu tampak dari data berbagai negara
seperti perbaikan kolektif data, perbaikan diagnosis dan deteksi perburukan dan
oleh National Institute of Heallth National Heart, Lung and Blood Institute
memberikan petunjuk bagi para dokter dan tenaga kesehatan untuk melakukan
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan ini adalah untuk lebih mengerti dan memahami
tentang penyakit Asma dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti
kegiatan kepaniteraan klinik senior (KKS) di Departemen Ilmu Penyakit Paru
RSUD Langsa.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis
dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih mengenai penyakit
Asma.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berperan terutama sel mast, esonofil, limposit T magropag, neuropil dan sel epitel.
Asma merupakan sebuah penyakit kronik saluran napas yang terdapat di seluruh
tightness), dispnea, dan batuk (cough) terutama pada malam atau dini hari.
(PDPI, 2006; GINA, 2006). Menurut National Heart, Lung and Blood Institute
(NHLBI, 2007), pada individu yang rentan, gejala asma berhubungan dengan
2.1.2 Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan penting
ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperreaktivitas bronkus). Asma
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang
berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi saluran nafas dan
kodisi lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara, zat-zat
iritan kimia atau obat-obatan serta aktivitas olahraga yang berlebihan. Pada
golongan ini keluhan ini tidak ada hubungannya dengan paparan (exposure)
reaksi asma
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena
reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa
terhadap orang yang sehat. Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan
5
biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau uji provokasi bronchial. Pada
Di Inggris jelas penyebabnya House Dust Mite, di USA tepung sari bunga
rumput.2
maupun ekstrinsik.2
pemeriksaan fungsi paru pada evaluasi awal pasien. Pembagian derajat penyakit
1. Intermitten
b) Serangan singkat
2. Persisten ringan
3. Persisten sedang
4. Persisten berat
Parameter klinis,
fungsi paru, Ringan Sedang Berat Ancaman
laboratorium henti nafas
Sesak timbul pada Berjalan Berbicara Istirahat
saat
Bicara Kalimat Penggal Kata-kata
kalimat
Posisi Bisa Lebih suka Duduk
berbaring duduk bertopang
lengan
Kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya kebingungan
iritable iritable iritable
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada nyata
Mengi Sedang, Nyaring, Sangat nyaring, Sulit/tidak
8
Spirometri
vital paksa (KVP) dilakukan dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur
standar.
Obstruksi jalan napas diketahui dari nilai rasio VEP1/KVP <75% atau VEP1
pemeriksaan yang lebih sederhana yaitu dengan alat peak ekspiratory flow
meter (PEF meter) yang relatif sangat murah, mudah dibawa, terbuat dari
2.1.4 Epidemiologi
Asma adalah salah satu dari penyakit kronik yang paling sering dijumpai
dan polutan. Asma dapat merusak kualiti hidup dan menjadi alasan yang banyak
kronis tersering pada anak-anak, mengenai kira-kira 4,8 juta anak-anak. Lebih dari
Pada SKRT 1992, asma bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab
kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di
2.1.5 Patofisiologi
Manifestasi penyumbatan jalan nafas pada asma disebabkan oleh
desquamasi sel epitel serta sel radang. Salah satu sel yang memegang peranan
penting pada patogenesis asma ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh
berbagai pencetus misalnya allergen, infeksi, exercise dan lain-lain. Sel ini akan
mast, sel basofil dan beberapa sel lain dapat juga mengeluarkan mediator.1,2,4
Bila alergen sebagai pencetus, maka alergen yang masuk kedalam tubuh
merangsang sel plasma atau sel pembentuk antibodi lainnya untuk menghasilkan
antibodi reagenik, yang disebut juga Imunoglobulin E (IgE). Selanjutnya IgE akan
beredar dan menempel pada reseptor yang sesuai pada dinding sel mast. Sel mast
Apabila alergen yang serupa masuk kedalam tubuh, alergen tersebut akan
menempel pada sel mast yang tersensitisasi dan kemudian akan terjadi degradasi
dinding dan degranulasi sel mast. Mediator dapat bereaksi langsung dengan
permeabilitas dinding kapiler sehingga IgE dan Leukosit masuk kedalam jaringan
ikat bronkus. Dapat juga terjadi reaksi komplek antigen-antibodi kemudian terjadi
resiko yang terlibat dengan proses eksaserbasi asma. Tidak dapat diketahui secara
pasti penyebab munculnya asma, tetapi ini dapat dilihat dari interaksi kompleks
dari:
12
asma.
Faktor Pejamu
Predisposisi genetik
Atopi merupakan faktor yang menghasilkan IgE dalam jumlah abnormal yang
Jenis kelamin
Ras/etnik.1
Faktor lingkungan
Serangga dosmetik
Alergen hewan
Alergen kecoa
Faktor kontribusi
2. Lahir kecil waktu lahir (Disproporsi pertumbuhan janin, berat badan kurang
2500 gram)
3. Diet makanan
4. Asap rokok
Perokok aktif
Perokok pasif
asma menetap :
2. Infeksi pernafasan
14
4. Perubahan cuaca
5. Sulfur dioksida
Selandia Baru).1
2.1.7 Diagnosis
Studi epidemiologi menunjukkan asma underdiagnosed di seluruh dunia,
disebabkan berbagai hal antara lain gambaran klinis yang tidak khas dan beratnya
penyakit yang sangat bervariasi, serta gejala yang bersifat episodik sehingga
penderita tidak merasa perlu ke dokter. Untuk menegakkan diagnosis asma, dokter
Pemeriksaan fisik dipusatkan pada saluran nafas bagian atas dan dada
Spirometri.1
Riwayat penyakit/gejala
Gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada dan berdahak.
Riwayat alergi/atopi.
Dewasa
Bronkitis kronik
Disfungsi larings
Emboli Paru
Anak
Laringotrakeomalasia
Tumor
Stenosis trakea
Bronkiolitis.1,2
17
2.1.9 Prognosis
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir
menunjukkan kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang
kematian penderita asma wanita dua kali lipat penderita asma pria. Juga suatu
kenyataan bahwa angka kematian pada serangan asma dengan usia lebih tua lebih
banyak, kalau serangan asma diketahui dan di mulai sejak kanak-kanak dan
tidak sembuh dan di dalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan
angka kematiannya 2%, sedangkan angka kematian pada penderita yang dengan
perjalanan penyakit. Pemeriksaan faal paru yang penting pada asma adalah
4. Test provokasi
2.1.11 Pengobatan
Tujuan tata laksana
- Penyuluhan
- Pengendalian emosi
- Pemakaian oksigen
2. Pengobatan medikamentosa
1. Antiinflamasi (pengontrol)
Kortikosteroid
merupakan anti inflamasi yang secara konsisten efektif sampai saat ini. Efeknya
sistemik.1
Kromolin
Metilsantin
seperti antiinflamasi.1
dan formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (>12 jam). Pada pemberian
Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya melalui
2. Bronkodilator (pelega)
prokaterol yang telah beredar di Indonesia. Pemberian dapat secara inhalasi atau
oral, pemberian secara inhalasi mempunyai onset yang lebih cepat dan efek
Metilxantin
Antikolinergik
kerja pendek bila perlu saja.bila obat hirupan tidak ada atau tidak dapat
Jika penggunaan agonis hirupan sudah lebih dari 3 kali perminggu atau
C. Asma Berat
1. Asma berat.
salah satu obat seperti agonis kerja panjang atau agonis lepas
- Antileukotrien.1
23
2.1.12 Pencegahan
Pencegahan meliputi pencegahan primer yaitu mencegah
adalah mencegah yang sudah tersensitisasi untuk tidak berkembang menjadi asma;
baik klinis maupun faal paru. Berdasarkan penilaian fungsi pertimbangan pulang
Penderita dirawat inap bila VEP1 atau APE sebelum pengobatan awal <
25% nilai terbaik/ prediksi; atau VEP1 /APE < 40% nilai terbaik/ prediksi
adekuat
Gagal napas yang ditunjukkan dengan AGDA yaitu Pa O2 < 60 mmHg dan
atau PaCO2 > 45 mmHg, saturasi O2 90% pada penderita anak. Gagal
optimal, penderita tampak kelelahan dan atau PaCO2 meningkat terus. Tidak ada
penderita dalam ventilasi mekanis secara umum adalah sama dengan penderita
glukokortikosteroid sistemik.1