Anda di halaman 1dari 31

UVEITIS

ANTERIOR
Anatomi Uvea
Uvea adalah lapis vaskular di dalam bola mata
yang terdiri dari iris, badan siliar dan koroid.
Dilindungi oleh kornea dan sklera. Berfungsi untuk
memberikan nutrisi ke mata.

Uvea : - anterior iris dan badan siliar


- posterior koroid
Anatomi uvea
Iris terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi
siliar.
Iris reaksi pupil (kemampuan mengatur
masuknya sinar ke dalam bola mata ) indikator
untuk fungsi saraf simpatis (midriasis) dan
fungsi saraf parasimpatis (miosis) oleh nerves
kranialis III.
Iris sebagai pembatas antara kamera anterior
dari kamera posterior yang berisi akuous
humor
Korpus siliaris berbentuk seperti segitiga
Terdiri dari : -pars korona (diliputi oleh 2
lapisan epitel sebagai
kelanjutan dari epitel iris)
-pars plana
Memproduksi akuous humor sebagai pemberi

nutrisi
Dari processus siliar keluar serat-serat zonula
zinii sebagai penggantung lensa.
Koroid merupakan bagian dari segmen
posterior uvea, yang terletak diantara retina
dan sklera
Tersusun dari tiga lapis pembuluh darah yang
besar, sedang dan kecil
Semakin dalam letak pembuluh darah, semakin
lebar lumennya
Uveitis Anterior / Iridosiklitis
Definisi
Uveitis anterior adalah peradangan yang mengenai iris
dan badan siliaris yang disebut juga iridosiklitis.

Epidemiologi
15 : 100.000 penduduk
75 % uveitis anterior
usia 20 50 tahun
Etiologi
Berdasarkan spesifitas penyebab:
Penyebab spesifik (infeksi)
virus, bakteri, fungi, parasit spesifik (Sifilis, Tuberkulosis,
Herpes Zoster, Herpes simpleks, Morbus Hansen,
Adenovirus).

Penyebab non spesifik (non infeksi)/reaksi hipersensitivitas


reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau
antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang
reaksi antigen antibodi dengan predileksi pada traktus
uvea.
Berdasarkan asalnya:
Eksogen
karena trauma, operasi intra okuler, ataupun
iatrogenik.

Endogen
karena fokal infeksi di organ lain / reaksi autoimun.
Berdasarkan perjalanan penyakit:
Akut
serangan terjadi satu atau dua kali, dan penderita sembuh
sempurna diluar serangan tersebut.

Residif
serangan terjadi lebih dari dua kali disertai penyembuhan
yang sempurna di antara serangan-serangan tersebut.

Kronis
serangan terjadi berulang kali tanpa pernah sembuh sempurna
di antaranya.
Berdasarkan reaksi radang yang terjadi:
Non granulomatosa
Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel plasma dan
limfosit.

Granulomatosa
Infiltrat yang terjadi terdiri dari sel epiteloid dan
makrofag.
Patofisiologi

dilatasi pembuluh darah kecil , hiperemi perikorneal (pericorneal


vascular injection)

Permeabilitas pembuluh darah

eksudasi, iris edema, pucat, pupil reflex sampai dgn hilang,pupil miosis

Migrasi sel-sel radang dan fibrin ke COA, COA keruh, flare (+)

Sel radang menumpuk di COA, hipopion (bila proses akut)

Migrasi eritrosit ke COA, hifema (bila proses akut)

Sel-sel radang melekat pada endotel kornea (keratic precipitate)

Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan
iris melekat pada kapsul lensa anterior (sinekia
posterior)
dan pada endotel kornea (sinekia anterior)

Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup pupil
(seklusio pupil / oklusio pupil)

Gangguan aliran aquous humor
dan peningkatan tekanan intra okuler dan terjadi
glaukoma sekunder

Gangguan metabolisme pada lensa, lensa jadi keruh,
katarak komplikata

Peradangan menyebar bisa menjadi endoftalmitis dan
panoftalmitis
Klasifikasi Secara Klinis
Granulomatosa

- Terdapat invasi mikroba ke jaringan uvea oleh organisme penyebab


(Toxoplasma gondii, Mycobacterium tuberculosis).
- Reaksi seluler >> reaksi vaskular
- Injeksi silier tidak hebat iris bengkak dan gambaran radiernya kabur
- Di tepi pupil dapat terbentuk Koeppe nodule (penimbunan sel di tepi pupil)
- Keratik presipitat besar mutton fat deposit (makrofag dan pigmen-pigmen)
memberikan gambaran seperti berminyak.
- COA terlihat keruh, lebih banyak sel dibanding fibrin.
- Badan kaca keruh
- Visus media refrakta terganggu
- Rasa sakit sedang dan fotofobia sedikit
- Pemeriksaan PA sel limfosit, epiteloid, dan makrofag.
Non granulomatosa
- Lebih sering pada uveitis anterior
- Penyebabnya diduga alergi
- Timbulnya akut
- Reaksi vaskular >> reaksi seluler
- Injeksinya hebat
- Badan kaca tidak keruh
- Cairan COA mengandung lebih banyak fibrin
daripada sel dapat terbentuk hipopion.
- Nyeri lebih hebat, fotofobia, dan visus lebih menurun
- Pemeriksaan PA sel plasma dan sel mononuklear
pada iris dan badan silier.
Perbedaan Granulomatosa dan Non-
Granulomatosa
Manifestasi
Keluhan subyektif : - nyeri, terutama di bulbus okuli,
spontan
- sakit kepala di frontal yang menjalar
ke temporal
- blefarospasme
- fotofobia (hebat pada keadaan akut)
- lakrimasi
- gangguan visus, unilateral

Pada keadaan kronis gejala dapat minimal sekali, dan


merupakan episode rekuren.
Pemeriksaan Fisik
Edema palpebra disertai dengan ptosis ringan
Injeksi konjuntiva dan silier
COA: normal atau dangkal, bila terdapat iris bombe. Jika
terdapat sinekia posterior, maka COA terlihat dalam.
Pada pemeriksaan slit lamp, menunjukkan efek
Tyndal/flare positif sehingga berkas sinar di COA
menjadi tampak karena dipantulkan oleh sel-sel radang
yang ada di COA.
Derajat berat ringannya flare
0 tidak ditemukan
1+ flare terlihat dengan pemeriksaan yang teliti
2+ flare tingkat sedang, iris masih terlihat bersih
3+ kekeruhan lebih berat, iris dan lensa sudah
keruh
4+ flare sangat berat, fibrin menggumpal pada
akuous humor
Iris terlihat suram, gambaran radier menjadi tidak
nyata karena pelebaran pembuluh darah di iris,
gambaran kripta tidak nyata, edema dan warna
dapat berubah, terkadang didapatkan iris bombe.
Pupil miosis, bentuknya irregular (sinekia posterior),
refleks pupil menurun sampai tidak ada.
Lensa keruh katarak komplikata.
TIO normal, menurun atau meningkat jika telah terjadi
glaukoma sekunder.
Kornea keratik presipitat (kumpulan sel-sel yang
menempel pada endotel kornea, biasanya di bagian
bawah)
Pembagian Uveitis Anterior secara klinis
Ringan Sedang Berat
Keluhan ringan - sedang Keluhan sedang berat Keluhan sedang berat

Visus 20/20 20/30 Visus 20/30 20/100 Visus < 20/100

Kemerahan sirkumkorneal Kemerahan Kemerahan


superficial sirkumkorneal dalam sirkumkorneal dalam
Tidak ada KPs Tampak KPs Tampak Kps

1 + sel dan flare 1-3 + sel dan flare 3-4 + sel dan flare

TIO berkurang < 4 mmHh TIO berkurang 3-6 TIO meningkat


mmHg
Miosis, sluggish pupil, Pupil terfiksasi (fibrous),
sinekia posterior ringan, tidak tampak kripta
udem iris ringan pada iris
Diagnosis
Anamnesis
Mata sakit, merah, sekret (-), silau, pandangan kabur/penurunan
tajam penglihatan
Perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit sekarang karena
dapat menjadi faktor penyebab
Pemeriksaan Oftalmologi
- visus
- perubahan TIO
- injeksi silier
- keratik presipitat pada kornea
- flare pada COA
- sinekia
Pemeriksaan penunjang
Untuk mencari etiologi penyebabnya apabila
diagnosis uveitis anterior sudah dapat ditegakkan.
Contoh : skin test, foto rontgen, ANA dan lain-lain.
Komplikasi :
Sinekia posterior perlekatan antara iris dengan
kapsul lensa bagian anterior akibat sel-sel radang,
fibrin, dan fibroblas.
Sinekia anterior perlekatan iris dengan endotel
kornea akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas.
Seklusio pupil perlekatan pada bagian tepi
pupil
Oklusio pupil seluruh pupil tertutup oleh sel-sel
radang
Iris bombe akibat terjadinya perlekatan-
perlekatan dan tertutupnya trabekular oleh sel-sel
radang, maka aliran akuous humor dari COP ke
COA akan terhambat dan mengakibatkan akuous
humor terkumpul di COP dan akan mendorong iris
ke depan.
Glaukoma sekunder karena penimbunan akuous
humor dan menyebabkan peningkatan tekanan
bola mata.
Katarak komplikata akibat dari gangguan
metabolisme lensa
Endoftalmitis peradangan supuratif berat
dalam rongga mata dan struktur di dalamnya
dengan abses di dalam badan kaca akibat
dari peradangan yang meluas.
Panoftalmitis peradangan pada seluruh
bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon
sehingga bola mata merupakan rongga abses.
Ablasio retina
Penatalaksanaan
Topikal
Midriatikum/sikloplegik

untuk mengistirahatkan otot-otot iris dan badan silier, sehingga dapat


mengurangi nyeri dan mempercepat panyembuhan dan mencegah
terjadinya sinekia, atau melepaskan sinekia yang telah ada.
Midriatikum yang biasa digunakan yaitu:
- Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes
- Homatropin 2% sehari 3 kali tetes
- Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes
Anti inflamasi

Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi peradangan yang terjadi.


Kortikosteroid yang biasa digunakan ialah dexamethasone 0,1 % atau
prednisolone 1 %. Perlu diwaspadai komplikasi-komplikasi yang mungkin
terjadi pada pemberian kortikosteroid, yaitu glaukoma sekunder pada
penggunaan lokal selama lebih dari dua minggu.
Antibiotik
Sistemik
Antibiotik

Kortikosteroid oral
Dosis yang diberikan ialah 1 mg/ kg BB yang
kemudian dosis tersebut diturunkan perlahan-lahan
setiap 1 minggu.
Prognosis
Prognosis uveitis tergantung pada banyak hal,
seperti derajat keparahan, lokasi dan penyebab
peradangan. Secara umum, peradangan yang
berat perlu waktu lebih lama untuk sembuh serta
lebih sering menyebabkan kerusakan intaokular
dan kehilangan penglihatan dibandingkan
peradangan ringan atau sedang. Selain itu, uveitis
anterior cenderung lebih cepat merespon
pengobatan dibandingkan uveitis posterior.
Keterlibatan retina, koroid atau nervus opticus
cenderung memberi prognosa yang lebih buruk

Anda mungkin juga menyukai