MODEL INTI
Nukleon-nukleon yang berbeda jenis setelah membentuk nukleus menjadi satu-kesatuan, dan
tidak lagi sebagai nukleon yang berdiri-sendiri. Bila nukleus menerima suatu aksi dari luar
maka seluruh nukleon penyusun nukleus memberikan aksi secara bersama-sama.
Dalam keadaan tereksitasi sifat dari nukleus menjadi tidak stabil. Untuk mencapai kestabilan
kembali nukleus akan melakukan reaksi nuklir. Hasil dari reaksi nuklir dapat berwujud energi
panas, radiasi partikel dan gelombang elektromagnet. Terpancarnya partikel-partikel dari
nukleon dapat dianalogkan dengan teruapkannya melekul-molekul air dari tetes cairan.
Model tetes cairan juga mampu menjelaskan mekanismelogis dari reaksi inti berenergi
rendah, menjelaskan gejala pembelahan dan penggabungan inti. Selain itu, model tetes cairan
memberikan dasar perhitungan energi pengikat inti dan massa atom secara inti empirik yang
dikemukakan Weizsacker yang dapat diaplikasikan dalam menghitung tetapan jari-jari nuklir
dan memperkirakan nuklida stabil pada deret isobarik peluruhan.
Model tetes cairan membawa pada persamaan semi empiris. Massa defek inti
dirumuskan:
Persamaan (3.1) diperoleh dari berbagai koreksi yang dilakukan berurutan. Dengan
energi ikat yang diabaikan, estimasi pertama adalah untuk massa inti yang tersusun dari proton
Z dan neutron N = A-Z adalah Zmp+(A-Z)mn
Selanjutnya, estimasi massa ini dikoreksi untuk menghitung energi ikat inti. Lantaran
gaya inti adalah tarik menarik, energi ikatnya menjadi positif, sehingga massa inti menjadi
lebih kecil dibanding massa nukleon yang terpisah-pisah. Dari model tetes cairan, penguapan
panas (energi ikat) berbanding lurus dengan jumlah nukleon A. Sehingga menghasilkan koreksi
sebesar (b1 A).
Asumsi pada koreksi pertama, yaitu b1 pernukleon, tentu tidak terlalu tepat. Sebab, hal
itu hanya berlaku untuk inti di bagian dalam yang dikelilingi inti yang lain. Sedangkan inti
pada bagian permukaan, pasti terikat lebih lemah. Makanya diperlukan koreksi permukaan
yang besarnya seluas permukaan inti, yaitu (b2 A2/3).
Selanjutnya adalah koreksi dari adanya Energi Coulomb (Ec) antar proton yang tolak-
menolak. Adanya gaya tolak-menolak ini, energi ikat (besanya massa defek) akan lebih kecil.
Yang memberikan koreksi sebesar (b3Z2A-1/3). Sampai disini bentuk ekspresi massa inti telah
didapatkan dari analogi dengan tetesan cairan bermuatan. Selain itu, muncul koreksi dari
mekanika kuantum. Menurut prinsip pengecualian Pauli, jika terdapat kelebihan netron
ketimbang proton atau kebalikannya di dalam inti, maka energinya (massanya) akan
mengalami kenaikan. Akhirnya muncul koreksi
Nukleon-nukleon di dalam inti juga cenderung berpasangan. Netron-netron atau proton-
proton akan berkelompok bersama dalam spin-spin yang berbeda. Akibat efek ini
menimbulkan pasangan energi hadir bervariasi sebesar A-3/4 dan bertambah sebesar jumlah
nukleon-nukleon tidak berpasangan.
Rata-rata energi ikat per nukleon diperoleh dari persamaan diatas:
(3.3)
Dari persamaan diatas jika digambarkan akan tampak seperti gambar 3.1.
B. Model Kulit
Pada model tetesan cairan, nukleon-nukleon tidak diperlakukan secara individu, tetapi
dipandang secara kolektif (rata-ratanya). Model ini berhasil menjelaskan beberapa sifat inti, seperti
rata-rata energi ikat per nukleon. Namun, sifat inti lainya, seperti energi-energi keadaan eksitasi
dan momen magnetik inti, membutuhkan pemakaian model mikroskopik dalam perhitungan
perilaku nukleon-nukleon secara individu.
Menurut data eksperimenl, terbukti bahwa sifat-sifat inti mengalami perubahan pada N atau
Z sebesar 2, 8, 20, 28, 50, 82, atau 126 yang dikenal sebagai bilangan ajaib
24
(Gambar cari di buku Krane). Pada bilangan ajaib ini didapatkan bahwa inti berada dalam keadaan
stabil dan berjumlah banyak.
Selain itu, energi-energi keadaan tereksitasi pertama pada bilangan ajaib, ternyata lebih
besar dibandingkan dengan inti-inti di luar bilangan ajaib. Sebagai contoh perak, dengan bilangan
ajaib Z = 50 memiliki 10 isotop stabil, sehingga energi yang dibutuhkan untuk melepaskan proton
sekitar 11 MeV dan keadaan tereksitasi pertama untuk isoto-isotop genap-genap (N dan Z bernilai
genap) adalah sekitar 1,2 MeV di atas keadaan dasar.
Sebaliknya untuk isotop-isotop terulium (Z = 52) energi yang dibutuhkan untuk melepas
proton 7 MeV dan untuk isotop-isotop genap, keadaan tereksitasi pertama memiliki energi sebesar
0,6 MeV.
Tampak sekali ada semacam pola sebagaimana pada atom yang elektron-elektronnya mengisi kulit
atom dengan pola tertentu. Kesamaan dalam perilaku ini mengisyaratkan adanya kemungkinan
bahwa beberapa sifat inti dapat dijelaskan dengan model kulit inti.
Diposting oleh ardyan di 06.58
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Posting Komentar
Pengikut
Arsip Blog
2012 (3)
o Januari (3)
Escalator
ELEVATOR (application of simple planes)
model Inti
Mengenai Saya
ardyan
Lihat profil lengkapku