Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN GANGGUAN POLA PERSEPSI DAN SENSORI

NAMA : MERISA DWI UTOMO

NIM : G3A016244

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2017
A. TEORI PENUAAN
1. PENGERTIAN PROSES MENUA
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008). Proses menua adalah
proses sepanjang hidup, yang dimulai sejak permulaan kehidupan, sehingga
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO), usia lanjut meliputi : usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok
usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (erderly) antara 60 sampai 74 tahun, usia tua
(old) antata 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (veryold) di atas 90 tahun
(Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
yang termuat dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita
(Nugroho, 2008).
2. TUGAS PERKEMBANGAN LANJUT USIA
Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya
kekuatan dan menurunnya kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan untuk
mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan
sebagian besar waktu kala mereka masih muda. Bagi beberapa orang berusia
lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial
sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah
pensiun, mereka sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping itu,
sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri
dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu membangun ikatan dengan
anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian dan menerima
kematian dengan tentram (Stanley & Beare, 2006)
3. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA
Perubahan yang terjadi pada usia lanjut meliputi perubahan fisik, mental,
dan psikologis.
a. Perubahan fisik
1) Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan
cairan intraseluler menurun
2) Sistem persarafan : Saraf panca indera mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya
yang berhubungan dengan stres.
3) Sistem pendengaran : Gangguan pendengaran karena membran timpani
menjadi atrofi. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan
4) Sistem pengelihatan : Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun dan katarak
5) Sistem kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, serta
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat
6) Sistem pengaturan suhu : Hipotalamus dianggap sebagai suatu termostat
yaitu menetapkan suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
sering ditemui antara lain temperatur tubuh menurun secara fisiologik
akibat metabolisme menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas.
7) Sistem respirasi : Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas
8) Sistem gastrointestinal : Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar
menurun, dan peristaltik menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi
organ aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi
hormon dan enzim pencernaan.
9) Sistem genitourinaria : Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun
10) Sistem kulit : Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut
dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi
menurun, rambut memutih, kelenjar keringat menurun.
11) Sistem muskuloskleletal : Cairan tulang menurun sehingga mudah
rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, tremor
b. Perubahan mental
Di dalam perubahan mental pada usia lanjut, perubahan dapat berupa
sikap yang semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak
akan sesuatu. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan
lingkungan (Nugroho, 2008).
c. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial meliputi pensiun yang merupakan
produktivitas dan identitas yang dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara
hidup, ekonomi akibat dari pemberhentian dari jabatan, dan penyakit
kronis

B. POLA PERSEPSI DAN SENSORI


Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar
tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca
indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi
secara sehat dan berkembang dengan normal. Sensori terdiri dari 4 komponen
penting yaitu stimulus, reseptor, konduksi, dan persepsi.
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan
input sensorik yang diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya
ketika mendengar suara kicauan burung, otak langsung menterjemahkan sebagai
bahasa atau suara binatang.

B. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada persepsi
seseorang salah satunya adanya penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran dapat
disebabkan salah satunya karena adanya penurunan aliran darah yang menuju
keotak, saat itu otak akan menekan daerah hemisfer yang berfungsi untuk
mempersepsikan stimulus sehingga implus yang dihantarkan tidak dapat sampai ke
reseptor sehingga indra tidak dapat mempersepsikan stimulus.
C. JENIS-JENIS GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
1. Defisit Sensori.
Adalah suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan dan persepsi sensori.
Individu tidak mampu menerima stimulus tertentu ( misalnya kebutaan atau tuli ),
atau stimulus menjadi distorsi ( misalnya penglihatan kabur karena katarak ).
Kehilangan sensori secara tiba-tiba dapat menyebabkan ketakutan, marah, dan
perasaan tidak berdaya. Apabila indera rusak maka perasaan terhadap diri juga rusak
. Pada awalnya individu bersikap menarik diri dengan menghindari komunikasi atau
sosialisasi dengan orang lain dalam suatu usaha untuk mengatasi kehilangan sensori.
Klien yang mengalami deficit sensori dapat mengubah perilaku dalam cara-cara
yang adaptif atau maladaptif. Sebagai contoh, seorang klien yang mengalami
kerusakan pendengaran dapat memutar telinga yang tidak terganggu kearah
pembicara untuk mendengar dengan lebih baik, sementara klien lain mungkin
menghidar dari orang lain untuk menghidari malu karena tidak mampu memahami
pembicaraan mereka.
Contoh defisit sensori umum :
a. Visual : presbiopi, katarak, glaukoma
b. Pendengaran : presbikusis, otitis eksternal
c. Neurologis : stroke, neuropati perifer.

2. Deprivasi Sensori.
Sistem pengaktivasi reticular dalam batang otak menyebabkan semua stimulus
sensori ke korteks serebral, sehingga meskipun saat tidur yang nyenyak, klien
mampu menerima stimulus. Stimulasi sensori harus cukup kualitas dan kuantitasnya
untuk mempertahankan kesadaran sesorang. Deprivasi sensori yang paling bermakna
dialami klien yang melaporkan kurangnya sentuhan manusiawi. Jika seseorang
mengalami suatu stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan kuantitasnya seperti
stimulus yang monoton atau tidak bermakna maka akan terjadi deprivasi sensori.
Tiga jenis deprivasi sensori adalah :
a. kurangnya input sensori ( karena kehilangan penglihatan dan pendengaran )
b. Eliminasi perintah atau makna dari input ( misal terpapar pada lingkungan asing )
c. Restriksi dari lingkungan ( misalnya tirah baring atau berkuranya variasi
lingkungan ) yang menyebabkan monoton dan kebosanan
Individu yang beresiko terjadi deprivasi sensori umumnya tinggal di ruang
terbatas pada perawatan dirumah. Meskipun panti keperawatn berkualitas
menawarkan stimulasii yang bermakna melalui aktivitas kelompok, mengatur
lingkungan, dan berkumpul saat waktu makan, terdapat pengecualian. Lansia yang
terbatas dikursi roda, menderita dari pendengaran atau penglihatan yang buruk,
mengalami penurunan tenaga, dan menghindari kontak dengan orang lain berada
pada resiko yang bermakna untuk depivasi sensori.
Efek dari deprivasi sensori adalah :
a. Kognitif : Penurunan kapasitas belajar, ketidakmampuan berpikir atau
menyelesaikan masalah, penampilan tugas buruk, disorientasi, berpikir aneh, regresi,
b. Afektif : Kebosanan, kelelahan, peningkatan kecemasan, kelabilan emosi, dan
peningkatan kebutuhan untuk stimulasi fisik.
c. Persepsi : Disorganisasi persepsi terjadi pada koordinasi visual, motorik, persepsi
warna, pergerakan nyata, keakuratan taktil, kemampuan untuk mempersepsikan
ukiran dan bentuk, penilaian mengenai ruang dan waktu
Tanda klinis deprivasi sensori :
a. Mengunyah dalam tidur
b. Perhatian menurun, sulit konsentrasi, penurunan dalam penyelesaian masalah
c. Kerusakan memori
d. Periode disorientasi, kebingungan yang tiba-tiba atau menetap
e. Palpitasi
f. Halusinasi atau delusi
g. Menangis, depresi, sensitif
h. Apatis, emosi labil.

3. Beban Sensori yang berlebihan.


Adalah suatu kondisi dimana individu menerima banyak stimulus sensori dan
tidak dapat secara perceptual tidak menghiraukan beberapa stimulus. Pada kondisi
ini stimulus sensori yang berlebihan dapat mencegah otak untuk berespon secara
tepat atau mengabaikan stimulus tertentu. Kerena banyak stimulus mengarah pada
kelebihan sensori sehingga individu tidak lagi mempersepsikan lingkungan secara
rasional. Kelebihan sensori mencegah respon yang bermakna oleh otak,
menyebabkan pikiran seseorang berpacu, perhatian bergerak pada banyak arah dan
menjadi lelah. Akibatnya, beban sensori yang berlebihan menyebabkan suatu
keadaan yang mirip dengan deprivasi sensori. Akan tetapi kebalikan dari deprivasi ,
kelebihan sensori adalah individual. Jumlah stimulus yang dibutuhkan untuk
berfungsi sehat bervariasi setiap individu. Toleransi seseorang pada beban sensori
yang berlebihan dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan, sikap, dan kesehatan
emosional dan fisik.
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan beban sensori yang berlebihan
dapat dengan mudah menjadi bingung atau disorientasi sederhana. Perawat harus
mencari gejala seperti pikiran yang terpacu, perhatian yang terkotak-kotak, lelah dan
cemas. Kien perawatan intensif kadang-kadang berusaha memainkan selang dan
balutan secara konstan. Reorientasi yang konstan dan kontrol stimulus yang
berlebihan menjadi suatu bagian yang penting dari perawatan klien.
Beban sensori berlebihan terjadi karena tiga faktor :
a. Peningkatan kualitas atau kuntitas stimulus internal, Contoh : nyeri, dyspnea,
cemas
b. Peningkatan kualitas atau kuantitas stimulus eksternal, Contoh : ruangan yang
ribut terlalu ramai pengunjung
c. Stimulus terabaikan secara selektif akibat kerusakan sistem saraf.
- Tanda klinis beban sensori yang berlebihan
a. Mengeluh lelah dan kurang tidur
b. Mudah tersinggung dan kurang istirahat
c. Disorientasi
d. Kemampuan pemecahan masalah dan penampilan tugas berkurang
e. Ketegangan otot meningkat
f. Perhatian berubah

D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI
1. Usia
a. Bayi tidak mampu membedakan stimulus sensori. Jalur sarafnya masih belum
matang.
b. Remaja : perubahan gaya hidup dan cara-cara yang tidak baik dalam gaya hidup
akan menyumbangkan 40% kejadian miopi pada remaja.
c. Dewasa : pada usia 40 - 50 tahun Pengelihatan berubah selama usia dewasa
mencakup presbiopi (ketidak mampuan memfokuskan pada objek dekat). Dan pada
usia 30 tahun indera pendengaran memasuki tahap dimana mengalami penurunan
ketajaman pendengaran, kejelasan bicaram dan ambang pendeengaran
d. Lansia : mengalami kesulitan membedakan konsonal (F,S,TH, CH). Suara bicara
bergetar, dan terdapat perpanjangan persepsi dan reaksi bicara. Perubahan gustatori
dan olfaktori mencakup penurunan dalam jumlah ujung saraf pengecap dalam tahun
terakhir dan penurunan serabut saraf olfaktori pd usia 50. Penurunan diskriminasi
rasa dan sensifitas terhadapbau adalah umum. Proprioseptif berubah setelah usia 60
termasuk kesulitan dengan keseimbangan, orientasi mengenal tempat, dan
koordinasi. Lansia mengalami perubahan laktil, termasuk perubahan sensitivitas
terhadapnyeri, tekanan, dan suhu.
2. Medikasi
Beberapa anti biotika (misalnya : streptomosin dan gentamisin) adalah ototoksik
dan secara permanen dapat merusak saraf pendengaran ; kloramfenikol dapat
mengiritasi saraf optik. Obat-obat analgesic narkotik, sedative, dan anti depresan
dapat mengubah persepsi stimulus.
3. Lingkungan
Stimulus lingkungan yang berlebihan (misalnya : peralatan yang bisik dan
percakapan staf didalam unit perawatan intensif ) dapat menghasilkan beban sensori
yanga berlebihan, ditandai dengan kebingungan, disorientasi, dan ketidak mampuan
membuat keputusan. Stimulus lingkungan yang terbatas (misalnya : dengan isolasi)
dapat mengarah kepada deprivasi sensori. Kualitas lingkungan yang buruk (misalnya
penerangan yang buruk, lorong yang sempit, latar belakang yang bising ) dapat
memperburuk kerusakan sensori.
4. Tingkat Kenyamanan
Nyeri dan kelelahan mengubah cara seseorang berpersepsi dan bereaksi terhadap
stimulus.
5. Penyakit yang Ada Sebelumnya
Penyakit vascular perifer dapat menyebabkan penurunan sensasi pada ektremitas dan
kerusakan kognisi. Diabetes kronik dapat mengarah pada penurunan pengelihatan,
kebutaan atau neuropati perifer. Stroke sering menimbulkan kehilangan kemampuan
bicara. Beberapa kerusakn neurologi dapat merusak fungsi motorik dan penerimaan
sensori.
6. Merokok
Pengunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atropi ujung-ujung saraf
pengecap, mengurang persepsi rasa.
7. Tingkat kebisingan (Pendengaran)
Pemaparan yang konstan pada tingkat kebisinagn yang tinggi (misalnya pada lokasi
pekerjaan konstruksi) dapat menyebabkan kehilangan pendengaran.
8. Intubasi endotrakea
Kehilangan kemampuan bicara sementara akibat pemasukan selang endotrakea
melalui mulut atau hidung kedalam trakea.
E. PATHWAY
F. PENGKAJIAN

FORMAT PENGAKAJIAN LANSIA


IDENTITAS KLIEN

Tanggal masuk:........................ No RM :..........................

A. IDENTITAS

1. Nama : ..............................
2. Alamat : ..............................
3. Pekerjaan : ..............................
4. Status perkawinan : ..............................

Keluarga terdekat yang segera dihubungi

1. Nama : .............................
2. Pekerjaan : .............................
3. Alamat : .............................

B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang : .............................


2. Riwayat Kesehatan Dahulu : .............................
3. Riwayat Kesehatan Keluarga : .............................
4. Suhu : .............................
5. Tekanan darah :............. Berdiri : ............... Berbaring: ..............
6. BB : .............................
7. Nadi : .............................
8. TB : .............................
9. Pernafasan : .............................
10. Diagnosa Medis : .............................
11. Persepsi Pasien Alasan Masuk RS : .............................
12. Penyakit yang pernah dialami : .............................
13. Pernah operasi: (Ya/tidak, jika ya macam operasi:................)
14. Alergi (Ya/Tidak, obat, makanan, debu, dll..................)
15. Macam obat yang diminum sekarang : .............................
16. Berdasarkan resep dokter (Ya/tidak, jika tidak dari.................)
17. Kebiasaan merokok (ya/tidak, jika ya..................batang/hari)
18. Minum alkohol (Ya/tidak, jika ya......................botol/hari)

C. KEBUTUHAN OKSIGEN

1. Pernafasan : ............................./mnt, irama: teratur/ tidak teratur


2. Kedalaman :dangkal/normal/dalam
3. Sesak nafas : ada/tidak Sianosis : .............................
4. Cuping hidung : ada/tidak Batuk : ada/tidak
5. Auskultasi : Wheezing : ada/tidak Ronchi : ada/tidak
6. Nadi : ...x/mnt, irama : teratyr/tiak teratur kekuatan : kecil/normal/besar
7. Tekanan darah : .....mmHg
8. Ektermitas : dingin : ada/tidak Sianosis : .............................
9. Edema : ada/tidak Distensi Vena leher :............
10. Nyeri dada : ada/tidak (jika ya, lokasi di............)

D. KEBUTUHAN NUTRISI

1. Makan : frekuensi..................x/hari
2. Jenis makanan : (nasi, bubur, bubur sumsum, cair)
3. Nafsu makan : (baik/kurang, tidak ada)
4. Disfagi : ada/tidak (jika ada, penyebabnya:...)
5. Kondisi gigi : lengkap/ sudah tanggal (jika tanggal masih sisa berapa?Atas.. bawah..)
6. Gigi palsu : pakai/ tidak
7. BB: ......... Kg TB: ...............cm RBW: ............%
8. Apakah turun atau tambah dalam 6 bulan terakhir : ya/tidak (jika ya...........kg)
9. HB : ......gr/dl Ht: .......% GD: .........mg/dl
10. Na: .............meq/1 kalium :.......meq/1 Cl:...meq/1
11. Kulit : ...............
12. Dekubitus : ada/tidak (jika ada, lokasi :..........diameter :.....x.....cm
13. Skor norton :................
14. Masalah lain : ...........
15. Turgor baik ( baik/sedang/kurang)

E. KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Minum : ..........cc/hr
2. Mukosa mulut : kering/normal
3. Kebiasaan BAK : ........x/hr
4. Inkontinensia : ada/tidak (jika ada bagaimana dan kapan?....)
5. Retensio urin : ada/tidak
6. Hematuri : ada/tidak
7. Kebiasaan BAB : .........x/hr, terakhir BAB tanggal :.............
8. Warna : ............ (keras, biasa, lembek, cair)
9. Konstipasi : ada/tidak Diare : ada/ tidak Inkontenensia alvi : ada/tidak
10. Pakai obat laksansia : Ya/tidak (jika ya apa...........)

F. KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Penilaian aktivitas

1. Mandiri
2. Alat bantu
3. Bantuan orang lain
4. Bantuan orang lain dan alat
5. Semua dengan bantuan

MACAM ADL 0 1 2 3 4
makan/minum
minum
berpakaian
BAK/BAB
pindah dr TT
berjalan
naik tangga

6. Indeks KATZ (AKS) : ( A,B,C,D,E,F,G). Jenis kemampuan............


7. Kebiasan olahraga :
8. Merasa mudah lemas/lelah : ya/tidak, jika ya, kapan ................
9. Bila melakukan aktivitas terjadi : sesak nafas/ sakit dada/ pusing/ lain-lain
10. Kontraktur : ada / tidak, jika ya, lokasi di...........
11. Apakah pernah mengalami jatuh : ya/tidak (jika ya jelaskan.......)
12. Kebiasaan tidur malam : ..... jam Tidur siang : .............jam
13. Perasaan setelah bangun tidur (jelaskan :..............)
14. Obat tidur : pakai/tidak (jika pakai macamnya ...............dosis.....)

G. KEBUTUHAN SPIRITUAL

1. Agama : ................
2. Kegiatan beribaha sehari-hari :......................
3. Selama di Rs kegiatan beribadah yang dilakukan :...............
4. Kebutuhan spiritual / jelaskan.........
5. Rohaniawan :......

H. KOMUNIKASI

Berbicara : lancar/tidak (jika tidak apa penyebabnya..........)

I. POLA PERSEPSI (SENSORI)

1. Penglihatan : baik/tidak pakai kacamata : ya/tidak


2. Pendengaran : baik/ tidak pakai alat bantu : ya/tidak
3. Penciuman : baik/tidak
4. Pengecapan : baik/tidak
5. Perabaan : terasa/tidak
6. Pengkajian Nyeri , jelaskan hasilnya

J. KOPING DAN TOLENRANSI STRES

1. Jika merasa stress, bagaimana kebiasaan anda untuk mengatasinya ?


2. Apakah anda merasa stress akhir-akhir ini ?
3. Ketika itu bagaimana perasaannya dan bagaimana cara mengatasi?
4. Yang menjadi dukungan jika stres : ada/ tidak (jika ya, siapa.......)
5. Hobi :.................
6. Bagaimana support system keluarga ? jelaskan

K. MENTAL

1. Keadaan emosi : baik, labil, depresif, cemas


2. Memori : baik, sering lupa, tidak ingat sama sekali
3. Skor minimental status : berapa ............(SPSMQ) kesimpulan :............
4. Skor depresi getriatric :
5. Apakah pernah melakukan perbuatan yang aneh-aneh ?..... (misalnya jalan bolak-balik
tanpa tujuan)

L. SOSIAL EKONOMI

1. Pekerjaan :
2. Jumlah penghasilan perbulan ? RP:
3. Asuransi kesehatan ? ada/ tidak (jika ada, jelaskan .......)
4. Siapa yang membantu membayar dalam pengobatan ?
5. Jumlah anak laki-laki : ........... jumlah anak perempuan:....................
6. Cucu :................
7. Dirumah tinggal bersama:.......................
8. Siapa yang membantu dalam kehidupan sehari-hari :......

M. KEBIASAAN KEGIATAN DIRUMAH

PAGI SIANG SORE MALAM

9. Apakah pernah mengikuti kegiatan dikampung?


10. Apakah mengikuti kegiatan kelompok?

N. PEMERIKSAAN FISIK

RR:............x/mnt N:.........x/mnt TD:..........mmHg T:.........oC

Mata :

Telinga :

Hidung :

Leher :

Abdomen :

Dada :

Jantung :

Paru :

Kulit :

Rambut :
O. HASIL LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG (bila ada)
P. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan efek dari penuaan


2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan penglihatan
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan keseimbangan

Q. RENCANA ASKEP

NO. DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA RENCANA RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL
1. perubahan persepsi meningkat 1.mengenal 1.tentukan 1.penemuan
sensori b/d efek dari kan gangguan ketajaman dan
penuaan ketajaman sensori yang penglihatan, penanganan
penglihata berkompensa kemudian awal
n dalam si terhadap catat apakah komplikasi
batas perubahan 1 atau 2 dapat
situasi mata mengurangi
individu, 2.mengidenti terlibat dan resiko
mengenal fikasi atau observasi kerusakan
gangguan memperbaiki tanda- tanda lebih lanjut
sensori potensial disorientasi
yang bahaya 2.meningkatk
berkompe dalam 2.orientasi an keamanan
nsasi lingkungan klien mobilitas
terhadap terhadap dalam
perubahan lingkungan lingkungan

3.tentukan 3. penemuan
ketajaman dan
pendengara penanganan
n dan awal
observasi komplikasi
tanda- tanda dapat
disorientasi mengurangi
resiko
kerusakan
lebih lanjut
2. Defisit perawatan klien lebih klien lebih 1.beri 1.penemuan
diri berhubungan mampu mampu instruksi dan
dengan kehilangan memenuhi memenuhi kepada penanganan
penglihatan perawatan perawatan pasien atau awal
diri diri orang komplikasi
terdekat dapat
mengenal mengurangi
tanda atau resiko
gejala keruasakan
komplikasi lebih lanjut
yang harus
dilaporkan
segera
kepada
tenaga
kesehatan
2. pemakaian
2.berikan teknik yang
instruksi benar akan
lisan dan mengurangi
tertulis resiko infeksi
untuk dan cidera
pasien dan mata
orang yang
berarti
mengenal
teknik yang
benar
memberikan
obat
Daftar Pustaka

Mickey.,S. Patricia., G., B. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC
Noor,. T,. M,. K. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.
Pranarka., K. 2010. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi ke4.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sisi.,R.,M,. & Fatmawati., M., E. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai