NIM : G3A016244
TAHUN 2017
A. TEORI PENUAAN
1. PENGERTIAN PROSES MENUA
Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008). Proses menua adalah
proses sepanjang hidup, yang dimulai sejak permulaan kehidupan, sehingga
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua. Menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO), usia lanjut meliputi : usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok
usia 45 sampai 59 tahun, usia lanjut (erderly) antara 60 sampai 74 tahun, usia tua
(old) antata 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (veryold) di atas 90 tahun
(Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
yang termuat dalam Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita
(Nugroho, 2008).
2. TUGAS PERKEMBANGAN LANJUT USIA
Orang tua diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan menurunnya
kekuatan dan menurunnya kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan untuk
mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan
sebagian besar waktu kala mereka masih muda. Bagi beberapa orang berusia
lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial
sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah
pensiun, mereka sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping itu,
sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri
dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu membangun ikatan dengan
anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian dan menerima
kematian dengan tentram (Stanley & Beare, 2006)
3. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA
Perubahan yang terjadi pada usia lanjut meliputi perubahan fisik, mental,
dan psikologis.
a. Perubahan fisik
1) Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan
cairan intraseluler menurun
2) Sistem persarafan : Saraf panca indera mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya
yang berhubungan dengan stres.
3) Sistem pendengaran : Gangguan pendengaran karena membran timpani
menjadi atrofi. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan
4) Sistem pengelihatan : Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap
gelap menurun, akomodasi menurun dan katarak
5) Sistem kardiovaskuler : Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan
memompa darah menurun, elastisitas pembuluh darah menurun, serta
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat
6) Sistem pengaturan suhu : Hipotalamus dianggap sebagai suatu termostat
yaitu menetapkan suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang
sering ditemui antara lain temperatur tubuh menurun secara fisiologik
akibat metabolisme menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas.
7) Sistem respirasi : Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas
8) Sistem gastrointestinal : Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar
menurun, dan peristaltik menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi
organ aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi
hormon dan enzim pencernaan.
9) Sistem genitourinaria : Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun
10) Sistem kulit : Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut
dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi
menurun, rambut memutih, kelenjar keringat menurun.
11) Sistem muskuloskleletal : Cairan tulang menurun sehingga mudah
rapuh, bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, tremor
b. Perubahan mental
Di dalam perubahan mental pada usia lanjut, perubahan dapat berupa
sikap yang semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak
akan sesuatu. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental antara lain
perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan
lingkungan (Nugroho, 2008).
c. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial meliputi pensiun yang merupakan
produktivitas dan identitas yang dikaitkan dengan peranan dalam
pekerjaan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara
hidup, ekonomi akibat dari pemberhentian dari jabatan, dan penyakit
kronis
B. PATOFISIOLOGI
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada persepsi
seseorang salah satunya adanya penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran dapat
disebabkan salah satunya karena adanya penurunan aliran darah yang menuju
keotak, saat itu otak akan menekan daerah hemisfer yang berfungsi untuk
mempersepsikan stimulus sehingga implus yang dihantarkan tidak dapat sampai ke
reseptor sehingga indra tidak dapat mempersepsikan stimulus.
C. JENIS-JENIS GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
1. Defisit Sensori.
Adalah suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan dan persepsi sensori.
Individu tidak mampu menerima stimulus tertentu ( misalnya kebutaan atau tuli ),
atau stimulus menjadi distorsi ( misalnya penglihatan kabur karena katarak ).
Kehilangan sensori secara tiba-tiba dapat menyebabkan ketakutan, marah, dan
perasaan tidak berdaya. Apabila indera rusak maka perasaan terhadap diri juga rusak
. Pada awalnya individu bersikap menarik diri dengan menghindari komunikasi atau
sosialisasi dengan orang lain dalam suatu usaha untuk mengatasi kehilangan sensori.
Klien yang mengalami deficit sensori dapat mengubah perilaku dalam cara-cara
yang adaptif atau maladaptif. Sebagai contoh, seorang klien yang mengalami
kerusakan pendengaran dapat memutar telinga yang tidak terganggu kearah
pembicara untuk mendengar dengan lebih baik, sementara klien lain mungkin
menghidar dari orang lain untuk menghidari malu karena tidak mampu memahami
pembicaraan mereka.
Contoh defisit sensori umum :
a. Visual : presbiopi, katarak, glaukoma
b. Pendengaran : presbikusis, otitis eksternal
c. Neurologis : stroke, neuropati perifer.
2. Deprivasi Sensori.
Sistem pengaktivasi reticular dalam batang otak menyebabkan semua stimulus
sensori ke korteks serebral, sehingga meskipun saat tidur yang nyenyak, klien
mampu menerima stimulus. Stimulasi sensori harus cukup kualitas dan kuantitasnya
untuk mempertahankan kesadaran sesorang. Deprivasi sensori yang paling bermakna
dialami klien yang melaporkan kurangnya sentuhan manusiawi. Jika seseorang
mengalami suatu stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan kuantitasnya seperti
stimulus yang monoton atau tidak bermakna maka akan terjadi deprivasi sensori.
Tiga jenis deprivasi sensori adalah :
a. kurangnya input sensori ( karena kehilangan penglihatan dan pendengaran )
b. Eliminasi perintah atau makna dari input ( misal terpapar pada lingkungan asing )
c. Restriksi dari lingkungan ( misalnya tirah baring atau berkuranya variasi
lingkungan ) yang menyebabkan monoton dan kebosanan
Individu yang beresiko terjadi deprivasi sensori umumnya tinggal di ruang
terbatas pada perawatan dirumah. Meskipun panti keperawatn berkualitas
menawarkan stimulasii yang bermakna melalui aktivitas kelompok, mengatur
lingkungan, dan berkumpul saat waktu makan, terdapat pengecualian. Lansia yang
terbatas dikursi roda, menderita dari pendengaran atau penglihatan yang buruk,
mengalami penurunan tenaga, dan menghindari kontak dengan orang lain berada
pada resiko yang bermakna untuk depivasi sensori.
Efek dari deprivasi sensori adalah :
a. Kognitif : Penurunan kapasitas belajar, ketidakmampuan berpikir atau
menyelesaikan masalah, penampilan tugas buruk, disorientasi, berpikir aneh, regresi,
b. Afektif : Kebosanan, kelelahan, peningkatan kecemasan, kelabilan emosi, dan
peningkatan kebutuhan untuk stimulasi fisik.
c. Persepsi : Disorganisasi persepsi terjadi pada koordinasi visual, motorik, persepsi
warna, pergerakan nyata, keakuratan taktil, kemampuan untuk mempersepsikan
ukiran dan bentuk, penilaian mengenai ruang dan waktu
Tanda klinis deprivasi sensori :
a. Mengunyah dalam tidur
b. Perhatian menurun, sulit konsentrasi, penurunan dalam penyelesaian masalah
c. Kerusakan memori
d. Periode disorientasi, kebingungan yang tiba-tiba atau menetap
e. Palpitasi
f. Halusinasi atau delusi
g. Menangis, depresi, sensitif
h. Apatis, emosi labil.
A. IDENTITAS
1. Nama : ..............................
2. Alamat : ..............................
3. Pekerjaan : ..............................
4. Status perkawinan : ..............................
1. Nama : .............................
2. Pekerjaan : .............................
3. Alamat : .............................
B. RIWAYAT KESEHATAN
C. KEBUTUHAN OKSIGEN
D. KEBUTUHAN NUTRISI
1. Makan : frekuensi..................x/hari
2. Jenis makanan : (nasi, bubur, bubur sumsum, cair)
3. Nafsu makan : (baik/kurang, tidak ada)
4. Disfagi : ada/tidak (jika ada, penyebabnya:...)
5. Kondisi gigi : lengkap/ sudah tanggal (jika tanggal masih sisa berapa?Atas.. bawah..)
6. Gigi palsu : pakai/ tidak
7. BB: ......... Kg TB: ...............cm RBW: ............%
8. Apakah turun atau tambah dalam 6 bulan terakhir : ya/tidak (jika ya...........kg)
9. HB : ......gr/dl Ht: .......% GD: .........mg/dl
10. Na: .............meq/1 kalium :.......meq/1 Cl:...meq/1
11. Kulit : ...............
12. Dekubitus : ada/tidak (jika ada, lokasi :..........diameter :.....x.....cm
13. Skor norton :................
14. Masalah lain : ...........
15. Turgor baik ( baik/sedang/kurang)
1. Minum : ..........cc/hr
2. Mukosa mulut : kering/normal
3. Kebiasaan BAK : ........x/hr
4. Inkontinensia : ada/tidak (jika ada bagaimana dan kapan?....)
5. Retensio urin : ada/tidak
6. Hematuri : ada/tidak
7. Kebiasaan BAB : .........x/hr, terakhir BAB tanggal :.............
8. Warna : ............ (keras, biasa, lembek, cair)
9. Konstipasi : ada/tidak Diare : ada/ tidak Inkontenensia alvi : ada/tidak
10. Pakai obat laksansia : Ya/tidak (jika ya apa...........)
Penilaian aktivitas
1. Mandiri
2. Alat bantu
3. Bantuan orang lain
4. Bantuan orang lain dan alat
5. Semua dengan bantuan
MACAM ADL 0 1 2 3 4
makan/minum
minum
berpakaian
BAK/BAB
pindah dr TT
berjalan
naik tangga
G. KEBUTUHAN SPIRITUAL
1. Agama : ................
2. Kegiatan beribaha sehari-hari :......................
3. Selama di Rs kegiatan beribadah yang dilakukan :...............
4. Kebutuhan spiritual / jelaskan.........
5. Rohaniawan :......
H. KOMUNIKASI
K. MENTAL
L. SOSIAL EKONOMI
1. Pekerjaan :
2. Jumlah penghasilan perbulan ? RP:
3. Asuransi kesehatan ? ada/ tidak (jika ada, jelaskan .......)
4. Siapa yang membantu membayar dalam pengobatan ?
5. Jumlah anak laki-laki : ........... jumlah anak perempuan:....................
6. Cucu :................
7. Dirumah tinggal bersama:.......................
8. Siapa yang membantu dalam kehidupan sehari-hari :......
N. PEMERIKSAAN FISIK
Mata :
Telinga :
Hidung :
Leher :
Abdomen :
Dada :
Jantung :
Paru :
Kulit :
Rambut :
O. HASIL LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG (bila ada)
P. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
Q. RENCANA ASKEP
3.tentukan 3. penemuan
ketajaman dan
pendengara penanganan
n dan awal
observasi komplikasi
tanda- tanda dapat
disorientasi mengurangi
resiko
kerusakan
lebih lanjut
2. Defisit perawatan klien lebih klien lebih 1.beri 1.penemuan
diri berhubungan mampu mampu instruksi dan
dengan kehilangan memenuhi memenuhi kepada penanganan
penglihatan perawatan perawatan pasien atau awal
diri diri orang komplikasi
terdekat dapat
mengenal mengurangi
tanda atau resiko
gejala keruasakan
komplikasi lebih lanjut
yang harus
dilaporkan
segera
kepada
tenaga
kesehatan
2. pemakaian
2.berikan teknik yang
instruksi benar akan
lisan dan mengurangi
tertulis resiko infeksi
untuk dan cidera
pasien dan mata
orang yang
berarti
mengenal
teknik yang
benar
memberikan
obat
Daftar Pustaka
Mickey.,S. Patricia., G., B. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC
Noor,. T,. M,. K. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.
Pranarka., K. 2010. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut Edisi ke4.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sisi.,R.,M,. & Fatmawati., M., E. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta : Salemba Medika