Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI adalah makanan eksklusif bagi bayi, karena mengandung berbagai bahan

makanan yang baik dan proporsi yang seimbang untuk mencukupi kebutuhan gizi

yang di perlukan selama 6 bulan pertama setelah kelahiran (Kristiansari, 2009). ASI

juga memiliki dampak besar pada kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi

(Joel, 2013). ASI sangat higienis dan memiliki konsentrasi pertumbuhan yang sangat

tinggi dan sisitem kekebalan tubuh yang baik, dan beberapa kandungan ASI yang

tidak terdapat pada susu formula yang mana kandungan ini sangat baik bagi

kehidupan bayi seperti zat imunologik dimana zat ini berfungsi sebagai antiinfeksi yang

bersih dan bebas kontaminasi. Zat imun ini terdapat pada immunoglobulin, secretor, dan

laktoferin serta adanya faktor bifidus yang dapat merangsang lactobacillus bifidus untuk

melindungi saluran pencernaan (Hanafi, 2012). Faktor inilah yang mengurangi

kejadian banyak penyakit di masa kecil dan masa dewasa, dan juga memberi manfaat

pada kesehatan ibu (Naanyu, 2008). WHO dan UNICEF menekankan bahwa nutrisi

yang terkandung dalam ASI dapat dengan cepat dan mudah diserap oleh tubuh sang

bayi karena di dalam ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibody karena

mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah

tinggi sehingga ASI eksklusif dapat mengurangi resiko kematian pada bayi

(KEMENKES RI, 2015).

Ketika masa menyusui akan berakhir, anak akan masuk ke tahap penyapihan

(Sitepoe, 2013). Penyapihan merupakan periode ketika ketergantungan makanan sang

bayi terputus hubungannya dengan sang ibu, atau periode dimana sang ibu sudah
2

tidak menyusui lagi (Sitepoe, 2013). Penyapihan juga dapat didefinisikan sebagai

proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus. Proses itu

dapat disebabkan oleh sang ibu untuk berhenti menyusui anaknya atau bisa juga dari

sang anak itu sendiri untuk berhenti menyusu atau dari keduanya dengan berbagai

alasan (Nugroho dkk, 2014).

Banyak pendapat tentang masalah yang timbul akibat pemberian ASI kurang

dari 24 bulan, seperti meningkatnya kejadian diare akibat pemberian makanan

tambahan atau susu formula yang tidak higienis (Nur & Marissa, 2014), berbeda

dengan ASI yang mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi karena mengandung

asam amino esensial yang dibutuhkan oleh pencernaan. Anak yang disapih dini

cendrung mempunyai gizi kurang karena pemberian ASI yang relitif sedikit, karena

diganti dengan memberikan makanan pendamping ASI atau susu formula sehingga

dapat mempengaruhi pola pertumbuhan dan perkembangannya (Amelia, 2013). Hasil

penelitian dari Nur & Marissa (2014) tentang riwayat pemberian air susu ibu dengan

penyakit infeksi pada balita bahwa pemberian ASI hingga usia 21 bulan beresiko

mengalami infeksi 1,8 kali dibandingankan dengan balita yang diberi ASI hingga usia

24 bulan, karena di dalam ASI mengandung sel-sel penting dalam pemusnah fagosit

(pemusnah kuman atau zat asing oleh sel darah putih) dan merupakan pelindung

pertama bagi saluran cerna bayi yang dapat mengurangi kejadian infeksi saluran

cerna, serta mengandung sistem pertahanan spesifik dan non spesifik yang dapat

melindungi anak dari infeksi saluran pernafasan (Aldy, dkk 2009).

Hasil presentase anak usia 2-4 tahun yang pernah disusui menurut lamanya

disusui tahun 2008 yang diambil dari 33 provinsi di Indonesia terdapat 52,2% anak

yang disusui dengan lama disusui kurang dari 2 tahun dan 47,81% anak dengan lama

disusui sama dengan atau lebih dari 2 tahun. Data yang didapatkan pada Provinsi
3

Jawa Timur terdapat 8,19% anak balita dengan lama waktu disusui kurang dari 5

bulan, 7,97% anak yang disusui dengan lama waktu 6-11 bulan, 17,97% anak dengan

lama disusui 12-17 bulan, 19,35% anak yang disusui dengan lama menyusui 18-23

bulan, dan 46,52% anak dengan lama disusui lebih dari atau sama dengan 24 bulan

(Depkes RI, 2009).

Waktu penyapihan atau memberhentikan ASI sebaiknya saat anak berusia 2

tahun atau lebih (Jitowiyono dan Kristianasari, 2010). WHO (World Health

Organisation) dan UNICEF (United Nations Children Emergency Fund) juga

merekomendasikan agar bayi diberi ASI eksklusif selama enam bulan dan setelah itu

pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 24 bulan (Joel, 2013). Kementrian

Kesehatan Indonesia merekomendasikan lama pemberian ASI berdasarkan peraturan

pemerintah nomor 33 tahun 2012 bahwa ASI diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

sampai bayi berusia 6 bulan tanpa diberi tambahan makan atau minuman lainnya

(KEMENKES RI, 2015). Dalam Al-quran dijelaskan bahwa masa menyusui dalam

ajaran islam adalah selama dua tahun, sesuai firman Allah S.W.T para ibu hendaklah

menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin

menyempurnakan penyusuannya, (QS Al-Baqarah [2]: 233).

Hasil studi pendahuluan pada bulan Agustus tahun 2016 di Desa

Karanggeger Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur terdapat 114 ibu yang

memiliki anak dibawah dua tahun. Data yang diperoleh dari Puskesmas Pajarakan

Desa karanggeger Kabupaten Probolinggo jumlah ibu yang memiliki anak dibawah

dua tahun yang bekerja yaitu terdapat 44 orang ibu, sedangkan data tentang tingkat

pendidikan ibu yang memiliki anak dibawah dua tahun yaitu SD terdapat 17 ibu, SMP

terdapat 38 ibu, SMA terdapat 36 ibu, perguruan tinggi terdapat 10 ibu, dan 16 ibu

tidak terdata (Buku KIA). Hasil observasi dan wawancara di Dusun Kerajan 1 RT 2
4

RW 1 Desa Karanggeger Kabupaten Probolinggo terdapat 14 jumlah ibu yang

memiliki anak dibawah dua tahun, 9 anak diantaranya sudah dilakukan penyapihan

kurang dari 2 tahun. Dari 9 anak yang sudah dilakukan penyapihan terdapat beberapa

masalah kesehatan seperti beberapa anak mengalami diare dan mengalami BGM

sesuai informasi yang didapatkan dari ibu baduta yang di wawancarai. Informasi lain

dari bidan Aini di wilayah kerja Puskesmas Pajarakan Desa Karanggeger bahwa

banyak ibu baduta melakukan penyapihan dibawah dua tahun melakukan penyapihan

anaknya dengan cara seperti memberi jamu, brotowali, memberi pewarna pada

daerah puting susu seperti menggunakan betadin. Beberapa alasan ibu melakukan

penyapihan dini berdasarkan wawancara terhadap 9 ibu yang sudah melakukan

penyapihan diantaranya yaitu 2 ibu mengatakan bahwa mereka mendengar dari

tetangga di lingkungan tempat tinggal tersebut untuk mengganti ASI pada usia 1

tahun dengan mengkonsumsi bubur dan diberi susu formula alasannya agar

pertumbuhannya anak tersebut cepat dan berat badan saat posyandu meningkat, 2

ibu mengatakan anak selalu menangis merasa tidak kenyang akibat produksi ASI

tidak keluar atau produksi ASI kurang sehingga mereka mengganti dengan susu

formula, dan 5 ibu yang mengatakan karena sibuk dengan pekerjaan yaitu ibu bekerja

sebagai karyawan disebuah pabrik rokok di daerah probolinggo dan sebagai PNS

(Pegawai Negeri Sipil) dengan alasan karena mereka bekerja dari pagi hingga sore

sehingga tidak ada waktu untuk menyusui anaknya.

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk mengambil

penelitian dengan judul Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Penyapihan

Kurang Dari Dua Tahun di Desa Karanggeger Kabupaten Probolinggo.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah faktor apa saja dan yang paling dominan yang mempengaruhi waktu

penyapihan dibawah dua tahun di Desa Karanggeger Kabupaten Probolinggo?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi

waktu penyapihan dibawah dua tahun di Desa Karanggeger Kabupaten Probolinggo.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi frekuensi waktu anak yang disapih dibawah dua tahun di Desa

Karanggeger Kabupaten Probolinggo.

b. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi ibu melakukan penyapihan dibawah

dua tahun di Desa Karanggeger Kabupaten Probolinggo.

c. Menganalisis faktor yang paling dominan terhadap kejadian ibu menyapih

dibawah dua tahun di Desa Karanggeger Kabupaten Probolinggo.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan tambahan bagi

mahasiswa untuk lebih memahami tentang penyapihan pada anak.

1.4.2 Bagi Perawat atau Petugas Kesehatan

Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi perawat atau petugas kesehatan

untuk dapat mengembangkan wawasan dan peran perawat atau petugas kesehatan

dalam memberikan informasi dan sosialisasi tentang penyapihan, termasuk waktu

penyapihan yang benar dan terutama manfaat ASI bagi kehidupan anak hingga usia 2

tahun.
6

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi pendidikan

keperawatan sebagai bahan kajian bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

1.4.4 Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi puskesmas sebagai

pedoman dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama bagi ibu dan anak

khususnya promosi kesehatan tentang penyapihan pada waktu yang tepat dengan cara

yang benar dan terutama manfaat ASI bagi kehidupan anak hingga usia 2 tahun.

1.4.5 Bagi Orang Tua

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi untuk orang tua khususnya ibu

yang memiliki anak baduta agar lebih memahami tentang penyapihan dan keputusan

waktu penyapihan yang benar dan mengetahui manfaat ASI dan kerugian apabila

tidak memberikan ASI hingga usia 2 tahun.

1.4.6 Bagi Bayi

Bayi diharapkan untuk mendapatkan hak diberi ASI eksklusif selama 6 bulan dan

mendapat ASI sampai usia 2 tahun agar meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan

bayi secara optimal.

1.4.7 Bagi Peneliti

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penyapihan pada anak

balita yang benar.

2. Untuk meningkatkan keilmuan di bidang penelitian khususnya keperawatan ibu

dan anak.

3. Untuk memberikan informasi pada peneliti selanjutnya mengenai penyapihan

pada anak baduta.


7

1.5 Keaslian Penelitian

1. Penelitian oleh Dandekar, Shafee, & Kumar (2014), Breastfeeding and weaning

practices among literate mothers a community based study in rural area of

perambalur taluk, tamil nadu. Penelitian ini dilakukan pada 250 ibu terpelajar

yang memiliki anak 0-2 tahun di daerah pedesaan Perambalur Taluk di negara

bagian Tamil Nadu yang diambil dengan cara studi cross-sectional. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui praktek menyusui dan menyapih antara ibu

terpelajar. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa ibu dengan pendidikan

matrikulasi di atas memberi makan pra-lacteal tambahan dan kolostrum lebih

rendah untuk bayi dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pendidikan yang

lebih rendah. Perbedaan penelitian yaitu hanya membahas tentang pengetahuan

dan tingkat pendidikannya ibu dengan kejadian penyapihan, sedangkan penelitian

saya membahas lebih luas penyebab faktor penyapihan seperti faktor

pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sosial budaya, dan produksi ASI. Kesamaan

penelitian adalah sama-sama membahas pengetahuan dan pendidikan ibu tentang

penyapihan.

2. Penelitian oleh Rohmah & Sina (2014), Faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian penyapihan kurang dari 2 tahun di posyandu Sawahan Desa Sidodadi

Kecamatan Majayana Kabupaten Madiun. Penelitian ini dilakukan pada 30

orang pada ibu yang mememiliki anak usia 0-2 tahun. Pengambilan data ini

menggunakat kuesioner yang di berikan pada ibu baduta. Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui faktor-faktor yang memempengaruhi kejadian penyapihan

kurang dari 2 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi penyapihan kurang dari 2 tahun yaitu ibu yang bekerja

66,7%; air susu yang tidak keluar 56,7%; konsumsi makanan tambahan sudah
8

banyak 46,7%; kesiapan untuk disapih 36,7%; ibu sakit 26,7%. Kesamaan

penelitian yaitu sama-sama meneliti faktor yang menyebabkan penyaihan kurang

dari 2 tahun. Perbedaan penelitian yaitu penelitian saya membahas variabel

penelitian tentang faktor pengetahuan, pendidikan, dan sosial budaya pada ibu

baduta yang tidak terdapat pada penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai