Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan
tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal,
reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai
kemih.

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel
dalam batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus. Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per
menit, suatu volume yang sama dengan 20 sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per
menit). Lebih 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya
dialirkan ke medulla.

Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)


terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik,
sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan
masyarakat utama.

Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang
lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh
darah perifer.

Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi
pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai
berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran
cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.

Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan
pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal
kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah
menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat
dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini.
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)

Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak
dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit
yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996;
368)

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth,
2001; 1448)

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)

B. ETIOLOGI/PRESDIPOSISI

Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler


(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen
nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)

Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara
lain:

1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik


2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.

C. PATOFISIOLOGIS

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya


diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi
menjadi tiga stadium yaitu:

a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)


Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal
dan penderita asimtomatik.
b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai
meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar
normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate
10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini
kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan
timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):


a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi.
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi,
(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin
aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan
tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:


a. Sistem kardiovaskuler
1. Hipertensi
2. Pitting edema
3. Edema periorbital
4. Pembesaran vena leher
5. Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
1. Krekel
2. Nafas dangkal
3. Kusmaull
4. Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
1. Anoreksia, mual dan muntah
2. Perdarahan saluran GI
3. Ulserasi dan pardarahan mulut
4. Nafas berbau amonia
d. Sistem muskuloskeletal
1. Kram otot
2. Kehilangan kekuatan otot
3. Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
1. Warna kulit abu-abu mengkilat
2. Pruritis
3. Kulit kering bersisik
4. Ekimosis
5. Kuku tipis dan rapuh
6. Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
1. Amenore
2. Atrofi testis

E. PENATALAKSANAAN

1. Dialisis (cuci darah)


2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemid (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal

F. KONSEP ASKEP
a. PENGKAJIAN FOKUS

1. Biodata
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia
muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.

2. Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan
(anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau
(ureum), gatal pada kulit.

3. Riwayat penyakit
a. Sekarang: diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis,
renjatan kardiogenik.
b. Dahulu: riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benigna
Prostatic Hyperplasia, prostatektomi.
c. Keluarga: adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).
4. Tanda vital: peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah,
hipertensi, nafas cepat dan dalam (kussmaul), dyspnea.
5. Body Systems :
a. Pernafasan (B 1: Breathing)
Gejala: nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk
dengan/tanpa sputum, kental dan banyak,
Tanda; takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi. Batuk produktif
dengan/tanpa sputum.
b. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Gejala: riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau
angina dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema. Hipertensi,
nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda: hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik, friction rub perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan,
kuning, kecenderungan perdarahan. Anemia normokrom, gangguan
fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit.
c. Persarafan (B 3: Brain)
Kesadaran: disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai
koma. Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome,
restless leg syndrome. Endokrin; gangguan toleransi glukosa,
gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas dan
ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4: Bladder)
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan
pekat, tidak dapat kencing.
Gejala: Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan)
oliguria atau anuria.
e. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5: Bowel)
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis
erosiva dan diare.
f. Tulang-Otot-Integumen (B 6: Bone)
Gejala: nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk
saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda: pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada
kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak,
sendi keterbatasan gerak sendi. Berwarna pucat, gatal-gatal dengan
eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal.
6. Pola aktivitas sehari-hari
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gagal ginjal kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme: anoreksi, mual, muntah dan rasa pahit
pada rongga mulut, intake minum yang kurang. dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien.
Gejala: peningkatan berat badan cepat (oedema), penurunan berat
badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati, mual muntah, bau mulut
(amonia), penggunaan diuretik.
Tanda: gangguan status mental, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang,
rambut tipis, kuku rapuh.
c. Pola Eliminasi
Eliminasi uri: kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine
kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing.
Gejala: Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut)
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urin, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria
atau anuria.
Eliminasi alvi: diare.
d. Pola Tidur dan Istirahat: gelisah, cemas, gangguan tidur.
e. Pola Aktivitas dan Latihan: klien mudah mengalami kelelahan dan
lemas menyebabkan klien tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-
hari secara maksimal.
Gejala: kelelahan ektremitas, kelemahan, malaise.
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
f. Pola hubungan dan peran.
Gejala: kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran).
g. Pola sensori dan kognitif

Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati/mati


rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien
mampu melihat dan mendengar dengan baik/tidak, klien mengalami
disorientasi/tidak.

h. Pola persepsi dan konsep diri.


Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan
pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga.

i. Pola seksual dan reproduksi.

Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ


reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi
serta orgasme.

Gejala: penurunan libido, amenorea, infertilitas.

j. Pola mekanisme/penanggulangan stress dan koping.

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor


stress, perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat
menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping
yang konstruktif/adaptif.

Gejala: faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan.

Tanda: menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan


kepribadian.

k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta


gagal ginjal kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan
ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah klien.

7. Pemeriksan fisik :
a. Kepala: edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum.
b. Dada: pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada.
c. Perut: adanya edema anasarka (ascites).
d. Ekstrimitas: edema pada tungkai, spatisitas otot.
e. Kulit: sianosis, akaral dingin, turgor kulit menurun.

b. PATHWAYS KEPERAWATAN
(Terlampir)

c. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar


2. Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan sepsis.
3. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
4. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.

d. FOKUS INTERVENSI/RASIONAL

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI


1 Gangguan pertukaran gas b/d kongestiNOC : NIC :
paru, hipertensi pulmonal, penurunana. Respiratory Status : Gas Airway Management
perifer yang mengakibatkan asidosis exchange a. Buka jalan nafas, guanakan
laktat dan penurunan curah jantung. b. Respiratory Status : teknik chin lift atau jaw
ventilation thrust bila perlu
Definisi : Kelebihan atau kekurangan c. Vital Sign Status b. Posisikan pasien untuk
dalam oksigenasi dan atau pengeluaran Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
karbondioksida di dalam membran a. Mendemonstrasikan c. Identifikasi pasien perlunya
kapiler alveoli peningkatan ventilasi dan pemasangan alat jalan
oksigenasi yang adekuat nafas buatan
Batasan karakteristik : b. Memelihara kebersihan paru d. Pasang mayo bila perlu
- Gangguan penglihatan paru dan bebas dari tanda e. Lakukan fisioterapi dada
- Penurunan CO2 tanda distress pernafasan jika perlu
- Takikardi c. Mendemonstrasikan batuk f. Keluarkan sekret dengan
- Hiperkapnia efektif dan suara nafas yang batuk atau suction
- Keletihan bersih, tidak ada sianosis g. Auskultasi suara nafas,
- somnolen dan dyspneu (mampu catat adanya suara
- Iritabilitas mengeluarkan sputum, tambahan
- Hypoxia mampu bernafas dengan h. Lakukan suction pada
- kebingungan mudah, tidak ada pursed mayo
- Dyspnoe lips) i. Berika bronkodilator bial
- nasal faring d. Tanda tanda vital dalam perlu
- AGD Normal rentang normal j. Barikan pelembab udara
- sianosis k. Atur intake untuk cairan
- warna kulit abnormal (pucat, mengoptimalkan
kehitaman) keseimbangan.
- Hipoksemia l. Monitor respirasi dan
- hiperkarbia status O2
- sakit kepala ketika bangun
- frekuensi dan kedalaman nafas Respiratory Monitoring
abnormal a. Monitor rata rata,
- Faktor faktor yang berhubungan : kedalaman, irama dan
- ketidakseimbangan perfusi usaha respirasi
ventilasi b. Catat pergerakan
- perubahan membran kapiler- dada,amati kesimetrisan,
alveolar penggunaan otot tambahan,
retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
c. Monitor suara nafas,
seperti dengkur
d. Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
e. Catat lokasi trakea
f. Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
g. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
h. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
i. Uskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
AcidBase Managemen
a. Monitro IV line
b. Pertahankanjalan nafas
paten
c. Monitor AGD, tingkat
elektrolit
d. Monitor status
hemodinamik(CVP, MAP,
PAP)
e. Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
f. Monitor pola respirasi
g. Lakukan terapi oksigen
h. Monitor status neurologi
i. Tingkatkan oral hygiene

2 Penurunan curah jantung b/d responNOC : NIC :


fisiologis otot jantung, peningkatan a. Cardiac Pump effectiveness a. Cardiac Care
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau b. Circulation Status b. Evaluasi adanya nyeri dada
peningkatan isi sekuncup c. Vital Sign Status ( intensitas,lokasi, durasi)
Kriteria Hasil: c. Catat adanya disritmia
Definisi : ketidak adekuatan pompa a. Tanda Vital dalam rentang jantung
darah oleh jantung untuk memenuhi normal (Tekanan darah, d. Catat adanya tanda dan
kebutuhan metabolisme tubuh. Nadi, respirasi) gejala penurunan cardiac
b. Dapat mentoleransi aktivitas, putput
Batasan karakteristik tidak ada kelelahan e. Monitor status
a. Aritmia ( takikardia, bradikardia) c. Tidak ada edema paru, kardiovaskuler
b. Perubahan pola EKG perifer, dan tidak ada asites f. Monitor status pernafasan
c. Palpitasi d. Tidak ada penurunan yang menandakan gagal
kesadaran jantung
Faktor yang berhubungan g. Monitor abdomen sebagai
a. Gangguan frekuensi atau irama indicator penurunan perfusi
jantung h. Monitor balance cairan
b. Gangguan volume secungkup i. Monitor adanya perubahan
- Gangguan preload tekanan darah
- Gangguan afterload j. Monitor respon pasien
- Gangguan kontraktilitas terhadap efek pengobatan
Faktor yang berhubungan non- antiaritmia
NANDA International k. Atur periode latihan dan
a. Toksisitas obat istirahat untuk menghindari
b. Disfungsi konduksi listrik kelelahan
c. Hipovolemia l. Monitor toleransi aktivitas
d. Peningkatan kerja ventrikel pasien
e. Kerusakan ventrikel m. Monitor adanya dyspneu,
f. Iskemia ventrikel fatigue, tekipneu dan
g. Keterbatasan ventrikel ortopneu
n. Anjurkan untuk
menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


a. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
b. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor adanya pulsus
paradoksus
h. Monitor adanya pulsus
alterans
i. Monitor jumlah dan irama
jantung
j. Monitor bunyi jantung
k. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
l. Monitor suara paru
m. Monitor pola pernapasan
abnormal
n. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
o. Monitor sianosis perifer
p. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
q. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

3 Pola Nafas tidak efektif NOC : Fluid management


a. Respiratory status : a. Pertahankan catatan intake
Definisi : Pertukaran udara inspirasi Ventilation dan output yang akurat
dan/atau ekspirasi tidak adekuat b. Respiratory status : Airway b. Pasang urin kateter jika
patency diperlukan
Batasan karakteristik : c. Vital sign Status c. Monitor hasil lAb yang
a. Penurunan tekanan Kriteria Hasil : sesuai dengan retensi
inspirasi/ekspirasi a. Mendemonstrasikan batuk cairan (BUN , Hmt ,
b. Penurunan pertukaran udara per efektif dan suara nafas yang osmolalitas urin )
menit bersih, tidak ada sianosis dan d. Monitor status
c. Menggunakan otot pernafasan dyspneu (mampu hemodinamik termasuk
tambahan mengeluarkan sputum, CVP, MAP, PAP, dan
d. Nasal flaring mampu bernafas dengan PCWP
e. Dyspnea mudah, tidak ada pursed e. Monitor vital sign
f. Orthopnea lips) f. Monitor indikasi retensi /
g. Perubahan penyimpangan dada b. Menunjukkan jalan nafas kelebihan cairan (cracles,
h. Nafas pendek yang paten (klien tidak CVP , edema, distensi vena
i. Assumption of 3-point position merasa tercekik, irama nafas, leher, asites)
j. Pernafasan pursed-lip frekuensi pernafasan dalam g. Kaji lokasi dan luas edema
k. Tahap ekspirasi berlangsung rentang normal, tidak ada h. Monitor masukan makanan
sangat lama suara nafas abnormal) / cairan dan hitung intake
l. Peningkatan diameter anterior- c. Tanda Tanda vital dalam kalori harian
posterior rentang normal (tekanan i. Monitor status nutrisi
m. Pernafasan rata-rata/minimal darah, nadi, pernafasan) j. Berikan diuretik sesuai
- Bayi : < 25 atau > 60 interuksi
- Usia 1-4 : < 20 atau > 30 k. Batasi masukan cairan
- Usia 5-14 : < 14 atau > 25 pada keadaan hiponatrermi
- Usia > 14 : < 11 atau > 24 dilusi dengan serum Na <
n. Kedalaman pernafasan 130 mEq/l
- Dewasa volume tidalnya 500 l. Kolaborasi dokter jika
ml saat istirahat tanda cairan berlebih
- Bayi volume tidalnya 6-8 muncul memburuk
ml/Kg Fluid Monitoring
o. Timing rasio a. Tentukan riwayat jumlah
p. Penurunan kapasitas vital dan tipe intake cairan dan
eliminaSi
Faktor yang berhubungan : b. Tentukan kemungkinan
a. Hiperventilasi faktor resiko dari ketidak
b. Deformitas tulang seimbangan cairan
c. Kelainan bentuk dinding dada (Hipertermia, terapi
d. Penurunan energi/kelelahan diuretik, kelainan renal,
e. Perusakan/pelemahan muskulo- gagal jantung, diaporesis,
skeletal disfungsi hati, dll )
f. Obesitas c. Monitor serum dan
g. Posisi tubuh elektrolit urine
h. Kelelahan otot pernafasan d. Monitor serum dan
i. Hipoventilasi sindrom osmilalitas urine
j. Nyeri e. Monitor BP, HR, dan RR
k. Kecemasan f. Monitor tekanan darah
l. Disfungsi Neuromuskuler orthostatik dan perubahan
m. Kerusakan persepsi/kognitif irama jantung
n. Perlukaan pada jaringan syaraf g. Monitor parameter
tulang belakang hemodinamik infasif
o. Imaturitas Neurologis h. Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
i. Monitor tanda dan gejala
dari odema

4 Kelebihan volume cairan b/dNOC : NIC :


berkurangnya curah jantung, retensia. Electrolit and acid base Fluid management
cairan dan natrium oleh ginjal, balance a. Timbang popok/pembalut
hipoperfusi ke jaringan perifer danb. Fluid balance jika diperlukan
hipertensi pulmonal b. Pertahankan catatan intake
Kriteria Hasil: dan output yang akurat
Definisi : Retensi cairan isotomika. Terbebas dari edema, efusi, c. Pasang urin kateter jika
meningkat anaskara diperlukan
b. Bunyi nafas bersih, tidak d. Monitor hasil lAb yang
Batasan karakteristik : ada dyspneu/ortopneu sesuai dengan retensi
a. Berat badan meningkat pada c. Terbebas dari distensi vena cairan (BUN , Hmt ,
waktu yang singkat jugularis, reflek osmolalitas urin )
b. Asupan berlebihan dibanding hepatojugular (+) e. Monitor status
output d. Memelihara tekanan vena hemodinamik termasuk
c. Tekanan darah berubah, tekanan sentral, tekanan kapiler CVP, MAP, PAP, dan
arteri pulmonalis berubah, paru, output jantung dan PCWP
peningkatan CVP vital sign dalam batas f. Monitor vital sign
d. Distensi vena jugularis normal g. Monitor indikasi retensi /
e. Perubahan pada pola nafas, e. Terbebas dari kelelahan, kelebihan cairan (cracles,
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, kecemasan atau CVP , edema, distensi vena
suara nafas abnormal (Rales atau kebingungan leher, asites)
crakles), kongestikemacetan paru, f. Menjelaskanindikator h. Kaji lokasi dan luas edema
pleural effusion kelebihan cairan i. Monitor masukan makanan
f. Hb dan hematokrit menurun, / cairan dan hitung intake
perubahan elektrolit, khususnya kalori harian
perubahan berat jenis j. Monitor status nutrisi
g. Suara jantung SIII k. Berikan diuretik sesuai
h. Reflek hepatojugular positif interuksi
i. Oliguria, azotemia l. Batasi masukan cairan
j. Perubahan status mental, pada keadaan hiponatrermi
kegelisahan, kecemasan dilusi dengan serum Na <
130 mEq/l
Faktor-faktor yang berhubungan : m. Kolaborasi dokter jika
a. Mekanisme pengaturan melemah tanda cairan berlebih
b. Asupan cairan berlebihan muncul memburuk
c. Asupan natrium berlebihan
Fluid Monitoring
a. Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminaSi
b. Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
c. Monitor berat badan
d. Monitor serum dan
elektrolit urine
e. Monitor serum dan
osmilalitas urine
f. Monitor BP, HR, dan RR
g. Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
h. Monitor parameter
hemodinamik infasif
i. Catat secara akutar intake
dan output
j. Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
k. Monitor tanda dan gejala
dari odema
5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :
kebutuhan tubuh Nutritional Status : food and Nutrition Management
Fluid Intake a. Kaji adanya alergi
Definisi : Intake nutrisi tidak cukupKriteria Hasil : makanan
untuk keperluan metabolisme tubuh. a. Adanya peningkatan berat b. Kolaborasi dengan ahli gizi
badan sesuai dengan tujuan untuk menentukan jumlah
Batasan karakteristik : b. Berat badan ideal sesuai kalori dan nutrisi yang
a. Berat badan 20 % atau lebih di dengan tinggi badan dibutuhkan pasien.
bawah ideal c. Mampu mengidentifikasi c. Anjurkan pasien untuk
b. Dilaporkan adanya intake kebutuhan nutrisi meningkatkan intake Fe
makanan yang kurang dari RDA d. Tidak ada tanda tanda d. Anjurkan pasien untuk
(Recomended Daily Allowance) malnutrisi meningkatkan protein dan
c. Membran mukosa dan konjungtiva e. Tidak terjadi penurunan vitamin C
pucat berat badan yang berarti e. Berikan substansi gula
d. Kelemahan otot yang digunakan f. Yakinkan diet yang
untuk menelan/mengunyah dimakan mengandung
e. Luka, inflamasi pada rongga tinggi serat untuk
mulut mencegah konstipasi
f. Mudah merasa kenyang, sesaat g. Berikan makanan yang
setelah mengunyah makanan terpilih (sudah
g. Dilaporkan atau fakta adanya dikonsultasikan dengan
kekurangan makanan ahli gizi)
h. Dilaporkan adanya perubahan h. Ajarkan pasien bagaimana
sensasi rasa membuat catatan makanan
i. - Perasaan ketidakmampuan harian.
untuk mengunyah makanan i. Monitor jumlah nutrisi dan
j. Miskonsepsi kandungan kalori
k. - Kehilangan BB dengan j. Berikan informasi tentang
makanan cukup kebutuhan nutrisi
l. Keengganan untuk makan k. Kaji kemampuan pasien
m. Kram pada abdomen untuk mendapatkan nutrisi
n. Tonus otot jelek yang dibutuhkan
o. Nyeri abdominal dengan atau
tanpa patologi Nutrition Monitoring
p. Kurang berminat terhadap a. BB pasien dalam batas
makanan normal
q. Pembuluh darah kapiler mulai b. Monitor adanya penurunan
rapuh berat badan
r. Diare dan atau steatorrhea c. Monitor tipe dan jumlah
s. Kehilangan rambut yang cukup aktivitas yang biasa
banyak (rontok) dilakukan
t. Suara usus hiperaktif d. Monitor interaksi anak atau
u. Kurangnya informasi, orangtua selama makan
misinformasi e. Monitor lingkungan selama
makan
Faktor-faktor yang berhubungan : f. Jadwalkan pengobatan dan
Ketidakmampuan pemasukan atau tindakan tidak selama jam
mencerna makanan atau makan
mengabsorpsi zat-zat gizi g. Monitor kulit kering dan
berhubungan dengan faktor perubahan pigmentasi
biologis, psikologis atau ekonomi. h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan kadar
Ht
l. Monitor makanan kesukaan
m. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
n. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
p. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
q. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
6 Intoleransi aktivitas b/d curah jantungNOC : a. NIC :
yang rendah, ketidakmampuana. Energy conservation b. Energy Management
memenuhi metabolisme otot rangka,b. Self Care : ADLs c. Observasi adanya
kongesti pulmonal yang menimbulkanKriteria Hasil : pembatasan klien
hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi a. Berpartisipasi dalam dalam melakukan
yang buruk selama sakit aktivitas fisik tanpa disertai aktivitas
peningkatan tekanan darah, d. Dorong anal untuk
Intoleransi aktivitas b/d fatigue nadi dan RR mengungkapkan
Definisi : Ketidakcukupan energi b. Mampu melakukan aktivitas perasaan terhadap
secara fisiologis maupun psikologis sehari hari (ADLs) secara keterbatasan
untuk meneruskan atau menyelesaikan mandiri e. Kaji adanya factor
aktifitas yang diminta atau aktifitas yang menyebabkan
sehari hari. kelelahan
f. Monitor nutrisi dan
Batasan karakteristik : sumber energi
d. Melaporkan secara verbal adanya tangadekuat
kelelahan atau kelemahan. g. Monitor pasien akan
e. Respon abnormal dari tekanan adanya kelelahan fisik
darah atau nadi terhadap aktifitas dan emosi secara
f. Perubahan EKG yang berlebihan
menunjukkan aritmia atau iskemia h. Monitor respon
g. Adanya dyspneu atau kardivaskuler
ketidaknyamanan saat terhadap aktivitas
beraktivitas. i. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
Faktor factor yang berhubungan : pasien
a. Tirah Baring atau imobilisasi j. Activity Therapy
b. Kelemahan menyeluruh k. Kolaborasikan dengan
c. Ketidakseimbangan antara suplei Tenaga Rehabilitasi
oksigen dengan kebutuhan Medik dalam
b. Gaya hidup yang dipertahankan. merencanakan
progran terapi yang
tepat.
BAB III

RESUME ASKEP

1. PENGKAJIAN FOKUS

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama mahasiswa : Amal Fadlilah

NIM : G3A016140

Tempat praktek : Ruang Ayub II RS. Roemani Semarang

Tanggal : 2,3 november 2016

A. IDENTITAS
1. Identitas pasien
Nama : Tn. A/ L
Tempat & tgl lahir : 09 SEPT 1964
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Tidar no 3a rt 06/01 candisari SMG
Diagnosa medik : CKD (Chronic Kidney Disease)

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. S
Umur :
Jenis kelamin :L
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hubungan dg pasien : Saudara
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta
Alamat : Tidar no 3a rt 06/01 candisari SMG

STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk Rumah Sakit/Keluahan Utama
Badan terasa lemah dan lemes
b. Faktor pencetus
Gagalnya fungsi ginjal
c. Lamanya keluhan
Keluhan dirasakan sudah 5 minggu yang lalu.
d. Timbulnya keluhan
Bertahap
e. Faktor yang memperberat
Badan lemas jika dibuat beraktifitas
2. Status kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit apa apa sebelumnya.
b. Kecelakaan
Belum pernah
c. Pernah dirawat
pasien mengatakan pernah di rawat di RS. Roemani dengan ckd yang diderita
saat ini
d. Riwayat operasi
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan tindakan oprasi apapun

B. PENGKAJIAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Persepsi dan pemiliharaan kesehatan
a. Persepsi pasien tentang kesehatan diri
Jika pasien mulai merasakan badannya tidak sehat maka pasien akan
memeriksakannya ke yankes terdekat (puskesmas)
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
Pasien jika sakit akan selalu memeriksakan ke yankes terdekat dan setiap
bulan mengontrol kesehatannya
c. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatannya
1) Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat?
Dirumah pasien makan secara umum, tidak melakukan diit ketat, pasien
hanya makan yang hari itu/ menu setiap hari.
2) Pemeriksaan kesehatan
Jika sakit pasien segera memeriksakan kesehatannya ke yankes terdekat
3) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan
a). Yang dilakukan bila sakit
Pasien memeriksakan segera tentang masalah kesehatannya
b). Kemana pasien biasa berobat bila sakit
Yankes terdekat misal bidan, dokter, puskesmas & klinik
c). Kebiasaan hidup
Pasien tidak pernah mengkonsumsi jamu-jamunan, alkohol, rokok,
dan pasien setiap pagi tidak berolah raga
d). Faktor sosial ekonomi
Pasien memiliki asuransi kesehatan berupa BJPS

2. Nutrisi, cairan dan metabolik


a. Gejala (subjektif)
1). Diit biasa (tipe): lunak jumlah makan per hari: 3x1hari
2). Pola diit : diit sudah ditentukan dari rumah sakit, pasien nafsu makan baik
3). Nafsu makan pasien baik
4). Tidak muntah,
5). Tidak ada keluhan nyeri ulu hati
6). Pasein tidak memiliki alergi
7). Tidak ada masalah dalam menelan atau mengunyah
8). Pasien tidak demam suhu dalam batas normal
9). Pasien banyak minum air putih
10). Tidak ada penurunan berat badan selama dirawat.
b. Tanda (objektif)
1). Suhu dalam batas normal
2). Berat badan 56 kg, tinggi badan 160cm, turgor kulit bagus,
3). Tidak ada acites & edema
4). Integritas kulit perut dalam batas normal
5). Distensi vena jugularis tidak ada
6). Hernia/masa tidak ada
7). Bau mulut/Halitosis tidak ada
8). Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa dalam batas normal, tidak ada sariawan

3. Pernapasan, aktifitas dan latihan


a. Gejala
Pasien tidak dipsnea, tidak merasakan sesak napas, tidak menggunakan alat
bantu napas.
b. Tanda
Pernafasan: 20 x/menit, napas dalam keadaan normal tidak ada cuping hidung,
tidak menggunakan alat bantu napas, tidak ada batuk, bunyi napas sonor, tidak
terjadi sianosis, perkusi vocal vremitus normal.

4. Aktifitas (termasuk kebersihan diri) dan latihan


a. Gejala
Kegiatan dalam pekerjaan pasien terbiasa mandiri, dari sakit yang dirasa saat
ini pergerakan agak terbatasi karena merasakan lemas untuk aktivitas. Akan
tetapi pasien masih dapat pergi ke kamar mandi dengan berjalan dengan
bantuan. Tidak ada sesak napas saat aktifitas, tapi merasa kelelahan
b. Tanda
Status mental pasien tidak menarik diri, namun pasien tampak lemas karena
masih merasakan sakit dan sudah sekian hari bedres di tempat tidur. Untuk
rentan gerak, kekuatan otot pasien sangat bagus tidak ada masalah dengan
kelemahan otot.

5. Istirahat
a. Gejala
Kebiasaan tidur kalien siang dan malam lama tidur 8-9 jam untuk siang dan
malam, pasien tidak mengalami insomnia, ketika bangun pasien tampak fres
segar,dan tidak merasa mengantuk

b. Tanda
Pasien tak tampak mengantuk, mata tidak sayu, tidak merah, dan tidak sering
menguap

6. Sirkulasi
a. Gejala
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertesi, tidak ada bengakak/edema pada
ekstremitas, tidak merasa kesemutan, tidak ada nyeri dada.
b. Tanda
Tekanan darah 150/95 mmHg, Nadi : 92 x/menit, bunyi jantung reguler, bj 1
dan bj2 terdengar, ektremitas suhu 36c, warna bagus, ada tanda anemia,
konjungtiva anemis, tampak pucat.

7. Eliminasi
a. Gejala
Pola BAB frekuensi dalam 1 hari adalah 1x, dengan konsistensi lembek, tidak
terpasang alat bantu misal kolostomy, dan tidak konstipasi ataupun diare.
Untuk pola BAK pasien tidak terpasang kateter jika pasien BAK baik
b. Tanda
Abdomen tidak membuncit,bising usus 5-30 x/menit, bunyi timpani, tidak ada
bunyi yang lain, palpasi tidak ada nyeri tekan, konsistensi lunak, massa, pola
BAB 1 kali dalam 1 hari, BAK tidak ada keluhan inkontinensia, warna jernih,
bau khas urine, tidak terpasang, colostomy, urostomy, ileustomy.

8. Neurosensori dan kognitif


a. Gejala
Pasien tidak merasa ingin pingsan, pasien tidak merasa pusing, pasien tidak
merasa nyeri dan tidak merasa kesemutan.
b. Tanda
tidak terjadi kejang, penurunan pengelihatan tidak terjadi, tidak ada penurunan
pendengaran. Stasus mental kesadaran composmetis dengan skala GCS: 15
E: 4 M: 6 V: 5, pasien tidak menggunakan alat bantu pengelihatan, pasien
juga tidak kehilangan memori ingatannya, mata bereaksi ketika dirangsang
cahaya, penampilan umum pasien lemah.

9. Keamanan
a. Gejala
Pasien tidak alergi obat, tidak alergi makanan juga, faktor lingkungan baik,
pasien masih berhubungan seksual dengan istri, pasien sudah mempunyai 1
orang anak, pendengaran dan pengelihatan pasien dalam batas normal, tidak
ada riwayat cidera, tidak ada riwayat kejang.
b. Tanda
Suhu tubuh 36 C, intergritas baik, tidak ada jaringan parut, terlihat pucat.
Pasien mengalami gangguan keseimbangan.

10. Seksual dan reproduksi


a. Gejala
Pasien tidak mengeluh dengan gangguan seksual, atau hubungan dengan istri,
selama ini masih berhubungan dengan istri.
b. Tanda
Tidak ada masalah pada genital, semua dalam batas normal

11. Persepsi diri, konsep diri dan mekanisme koping


a. Gejala
Pasien jika menghadapi masalah selalu akan meminta pendapat kepada
keluarga terutama dengan istri, terus melanjutan ke tindak lanjut untuk
menyelesaikan masalah yang dialaminya, keluarga langsung membawa ke RS
guna ditangan tindak lanjut untuk cuci darah. Pasien sama sekali tidak merasa
putus asa.
b. Tanda
Status emosi pasien tenang, tidak gelisah, nyaman bersahabat

12. Interaksi sosial


a. Gejala
Orang yang terdekat adalah anak dan istrinya, jika pasien tidak mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri pasien meminta tolong kepada istrinya
guna memberikan solusi apa yang harus dilakukannya, tidak ada kesulitan
dalam keluarga pasien, dengan tetangga pun pasien tidak ada permasalahan.
b. Tanda
Pasien berbicara dengan jelas, tidak menggunakan alat bantu berbicara, tidak
menarik diri.

13. Pola nilai kepercayaan dan spiritual


a. Gejala
Sumber kekuatan bagi apsien adalah keluarga yang selalu disampingnya saat
sakit di RS, pasien selama sakit ini tidak dapat bersembahyang tetapi hanya
berdzikir saja, pasien yakin bahwa sakitnya akan segera sembuh dan dapat
beraktifitas kembali.
b. Tanda
Pasien tidak menarik diri, tidak mudah marah bahkan pasien ramah, tidak
mudah tersinggung, mudah diajak interaksi, pasien tidak menolak pengobatan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia, retensi produk sampah dan prosedur
dialysis.

b. Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukannya prosedur dyalisis.

3. PATHWAYS KEPERAWATAN KASUS

Faktor etiologi

faktor pencetus

GGK

Akan dilakukannya dialisis Sekresi entropoitis

Produksi Hb turun
kecemasan
Oksihemoglobin turun

Suplai O2 turun

Intoleransi
aktifitas

4. FOKUS INTERVENSI/RASIONAL

No. WAKTU TUJUAN & KRITERIA HASIL RENCANA


DX (NOC) (NIC)
( Tanggal/Jam )

1. 2 nov 2016 Intoleransi aktivitas b/d curah jantung NIC :


yang rendah, ketidakmampuan a. Energy Management
memenuhi metabolisme otot rangka, b. Observasi adanya
kongesti pulmonal yang menimbulkan pembatasan klien dalam
hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi melakukan aktivitas
yang buruk selama sakit c. Dorong anal untuk
mengungkapkan perasaan
Intoleransi aktivitas b/d fatigue terhadap keterbatasan
Definisi : Ketidakcukupan energi secara d. Kaji adanya factor yang
fisiologis maupun psikologis untuk menyebabkan kelelahan
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas e. Monitor nutrisi dan sumber
yang diminta atau aktifitas sehari hari. energi tangadekuat
f. Monitor pasien akan adanya
Batasan karakteristik : kelelahan fisik dan emosi
h. Melaporkan secara verbal adanya secara berlebihan
kelelahan atau kelemahan. g. Monitor respon
i. Respon abnormal dari tekanan darah kardivaskuler terhadap
atau nadi terhadap aktifitas aktivitas
j. Perubahan EKG yang menunjukkan h. Monitor pola tidur dan
aritmia atau iskemia lamanya tidur/istirahat
k. Adanya dyspneu atau pasien
ketidaknyamanan saat beraktivitas. i. Activity Therapy
j. Kolaborasikan dengan
Faktor factor yang berhubungan : Tenaga Rehabilitasi Medik
a. Tirah Baring atau imobilisasi dalam merencanakan
b. Kelemahan menyeluruh progran terapi yang tepat.
c. Ketidakseimbangan antara suplei
oksigen dengan kebutuhan
Gaya hidup yang dipertahankan.

NOC :
c. Energy conservation
d. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
c. Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan
RR
d. Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri
2. 3 nov 2016 Setelah dilakukan tindakan NIC
keperawatan selama 1x7 jam Anxiety reduction
diharapkan cemas klien dapat (penurunan kecemasan)
teratasi atau berkurang dengan 1. Gunakan pendekatan yang
kriteria hasil : menenangkan
NOC 2. Nyatakan dengan jelas
Anxiety self control harapan terhadap pelaku
Anxiety control pasien
Coping 3. Jelaskan selama prosedur
dan apa yang dirasakan
Kriteria hasil selama prosedur
1. Klien dapat mengidentifikasi 4. Pahami prespektif pasien
dan mengungkapkan gejala terhadap situasi stres
cemas 5. Temani pasien untuk
2. Mengidentifikasi, memberikan keamanan dan
mengungkapkan dan mengurangi rasa takut
menunjukkan tehnik untuk 6. Dorong keluarga untuk
mengontrol cemas menemani klien
3. Vital sign dalam batas normal 7. Lakukan back and neck rub
Postur gubuh, ekspresi wajah, 8. Dengarkan dengan penuh
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas perhatian
menunjukkan berkurangnya 9. Identifikasi tingkat
kecemasan kecemasan
10. Bantu pasien untuk
mengungkapkan perasaan
ketakutan, persepsi
11. Instruksikan pasien
menggunakan tehnik
relaksasi otot progresif
12. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
BAB IV

APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET

A. IDENTITAS KLIEN

Tn. A / 50 Tahun

B. DATA FOKUS

DS :

Klien mengatakan cemas dan takut akan dilakukannya cuci darah karena disana dingin

DO:

Pasien terlihat mengerutkan dahi dan cemas

TD 150/95 mmHg, RR 20x/menit, N 92x/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN JURNAL


EVIDENCE BASED NURSING RISET YANG DITELAAH
Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan dialisis.

D. ANALISA SINTESA JUSTIFIKASI/ALASAN PENERAPAN EVIDENCE BASED


NURSING PRACTICE

i. Analisa sintesa
Faktor etiologi

Faktor pencetus

GGK

Akan dilakukannya dialisis

kecemasan

ii. PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE

Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar perawat menerapkan relaksasi otot
progresif atau Progressive Muscle Relaxation pada setiap pasien hemodialisis supaya
mencegah peningkatan kecemasan. PMR bermanfaat untuk meningkatkan produksi
melatonin dan serotonin serta menurunkan hormon stress kortisol. Bersantai dan
melakukan PMR dapat membantu tubuh mengatasi stress dan mengembalikan
kemampuan sistem imun.
BAB V

PEMBAHASAN

1. Pemelihan tindakan keperawatan

Penerapan tehnik relaksasi otot progresive pada pasien hemodialisis supaya


mencegah peningkatan kecemasan. yang berguna untuk menurunkan stress.

2. Mekanisme penerapan

Pertama kita melakukan pendekatan diri dengan pasien, melakukan tanya jawab
serta mngkaji keadaan umum klien, setelah mendapatkan masalah yang utama
yang mengganggu pasien kita lakukan penyuluhan pendidikian kesehatan terlebih
dahulu, untuk selanjutnya kita mengajarkan tehnik relaksasi otot progresive dan
minta pasien melakukannya secara mandiri berulang - ulang.

3. Hasil yang dicapai


Hasil yang dicapai pada awal sebelum dilakukan pasien belum mengetahui
tentang tehnik relaksasi otot progresif, setelah diajarkan pasien mengetahui tehnik
relaksasi otot progresif

4. Kelebihan dan kekurangan

Kelebihan tidak memerlukan biaya, dan cukup efisien dan bermanfaat,


kekurangannya adalah bagi pasien sering lupa dan malas melakukannya.

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk


mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolik (toksik uremik) di dalam darah. Pembatasan cairian merupakan hal yang
kurang dipatuhi oleh pasien CKD, pembatasan ini merupakan hal terpenting bagi
pasien, apabila asupan cairan terlalu berlebih, maka dapat menyebabkan beban
sirkulasi menjadi berlebihan, dan dapat terjadi edema, sedangkanapabila asupan
cairan terlalu rendah dapat mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan gangguan fungsi
ginjal.

B. SARAN
Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar perawat menerapkan tehnik relaksasi
otot progresif pada setiap pasien hemodialisis supaya mencegah peningkatan
kecemasan.

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TINGKAT DEPRESI


PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIKYANG MENJALANI HEMODIALISIS DI
RUANG AYUB II RS.ROEMANI SEMARANG
NAMA MAHASISWA :

AMAL FADLILAH

G3A016140

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2015-2016

Anda mungkin juga menyukai