Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan
yang tinggi. Hipertensi sering disebut the silent killer karena hipertensi merupakan
pembunuh tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama
sekali. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,
bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Di seluruh dunia,
hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius disamping karena prevalensinya yang
tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang karena tingkat keganasannya
yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak.
Hipertensi saat ini masih menjadi faktor risiko kematian tertinggi di seluruh dunia.
WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga penyebab kematian didunia
dan bertanggung jawab terhadap 62% timbulnya kasus stroke 49% timbulnya serangan
jantung dan tujuh juta kematian prematur tiap tahunnya. Data yang dikumpulkan dari
berbagai literatur menunjukkan jumlah penderita hipertensi dewasa di seluruh dunia pada
tahun 2000 adalah 957-987 juta orang. Prevalensinya diduga akan semakin meningkat
setiap tahunnya sampai mencapai angka 1,56 milyar (60% dari populasi dewasa dunia)
pada tahun 2025.
Di dunia, 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Tekanan darah tinggi
merupakan penyakit kronis yang bisa merusak organ tubuh manusia. Setiap tahun,
hipertensi menjadi penyebab 1 dari 7 kematian (7 juta pertahun) di samping menyebabkan
kerusakan jantung, mata, otak dan ginjal. (Depkes RI, 2007). Berdasarkan data World
Health Organization, dari 70% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang
mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Diperkirakan sampai

1
tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan akan
mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh dunia.. (Depkes RI, 2007).
Menurut American Heart Assosiation, di Amerika tekanan darah tinggi ditemukan
satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 285 atau 59 juta orang mengidap
hipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui
keadaannya dan hanya 61% yang diobati, dari penderita yang mendapat medikasi hanya
satu pertiga mencapai target darah yang optimal.
Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey menunjukkan
bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%
yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15
juta dari NHANES tahun 1988-1991.
Di Amerika, 15% golongan kulit putih dewasa dan 25-35% golongan kulit hitam
adalah penderita hipertensi. Angka kejadian hipertensi tahun 1997 adalah 4.400 per 100.000
penduduk. Insiden tertinggi adalah di kalangan kaum Melayu dan diikuti kaum Cina dan
India. (Suparman, 1998). Berdasarkan sensus nasional 2005, tingkat kejangkitan hipertensi
di Tiongkok mencapai 18,8% bertambah 31% dibandingkan dengan tahun 1991. (Depkes
RI, 2007).
Di negara maju, pengendalian hipertensi juga belum memuaskan. Di banyak negara,
pengendalian tekanan darah hanya 8% karena menyangkut banyak faktor dari penderita,
tenaga kesehatan, obat - obatan maupun pelayanan kesehatan. Dr. dr. Siti Fadilah Supari,
Sp.JP (K) seperti yang juga ahli jantung menyatakan hipertensi sebenarnya merupakan
penyakit yang dapat dicegah bila faktor risiko dapat dikendalikan. Upaya tersebut meliputi
memantau tekanan darah secara teratur, program hidup sehat tanpa asap rokok, peningkatan
aktifitas fisik/gerakan badan diet yang sehat dengan kalori seimbang melalui konsumsi
tinggi serat, rendah lemak dan rendah garam.
Transisi diet dan kesehatan di Indonesia sudah mengikuti negara maju. Banyak
kebiasaan makan yang telah diadopsi oleh orang Indonesia yang semakin memperburuk

2
keadaan status gizi. Penyakit buatan manusia (man made disease) dan penyakit degeneratif
sekarang telah menjadi masalah utama kesehatan. Perubahan pola makan sebagai gaya
hidup modern dewasa ini menjurus ke sajian siap santap membawa konsekuensi terhadap
berkembangnya penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes melitus, aneka kanker, dan
hipertensi. (Zukhair, Alii, 2008).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada daerah urban dan rural berkisar antara 17-
21%. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian besar penderita hipertensi di
Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang terdeteksi umumnya tidak menyadari
kondisi penyakitnya. (Depkes RI, 2007).
Hipertensi di Indonesia terdaftar sebagai penyakit pembunuh ketiga setelah penyakit
jantung dan kanker. Hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1995 menunjukan
prevalensi penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi 83 per
1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya perempuan lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan dengan pria. Prevalensi di daerah luar Jawa dan Bali lebih besar
dibandingkan kedua pulau ini. Hal ini berkaitan erat dengan pola makanan terutama
konsumsi garam yang umumnya lebih tinggi di luar pulau Jawa dan Bali. (Zukhair, Alii,
2008).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap penderita hipertensi dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Maliku Kecaamatan Maliku Kabupaten Pulang
Pisau Provinsi Kalimantan Tengan Tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah


Belum diketahuinya Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Maliku Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2016.

3
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Maliku Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Peneliti
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi
penulis dalam meneliti secara langsung di lapangan.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani
Program Internship Dokter Umum Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para
penderita hipertensi mengenai penyakit hipertensi yang dideritanya.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Maliku
Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah dalam
rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hipertensi


Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri. Istilah tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi dari peredaran darah
sistemik di dalam tubuh manusia. Tekanan darah di bedakan antara tekanan darah sistolik
dan tekanan darah diastolik.

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten di mana tekanan


sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg, pada populasi
manula hipertensi di defenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik
90 mmHg. (Brunner & Suddarth vol 2 : 896).

Hipertensi menurut Manjoer dkk (2001) hipertensi adalah tekanan sistolik 140
mmHg dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti
hipertensi. Hipertensi (HTN) adalah peningkatan tekanan darah arteial abnormal yang
langsung terus-menerus (Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2:1).

Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup
(sistole). Adapun tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung
mengendor kembali (diastole). Dengan demikian, jelaslah bahwa tekanan darah sistolik
selalu lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik.tekanan darah manusia selalu berayun-
ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,di mana tekanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah akan di peroleh

5
pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah di tulis sebagai tekanan sistolik
garis miring tekanan diastolik,misalnya 120/80 mmHg, di baca seratus dua puluh per
delapan puluh.

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,
hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampao usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan bahkan menurun drastis.

Hipertensi maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati akan
menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari
setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada orang dewasa. Tekanan darah juga diperngaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan
lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan
darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi ahri dan paling rendah pada
saat tidur malam hari.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on


Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC7)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1
dibawah (Gray, et al. 2005).

6
Tabel 2.1.Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 > 160 > 100

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment


of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan
darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya
90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi. Pada anak-anak,
definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur,
jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah (Bakri, 2008).

2.2 Penyebab Hipertensi


Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh
hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi primer. Meskipun hipertensi
primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain
faktor keturunan, ciri perseorangan dan kebiasaan hidup.

a. Faktor Keturunan

Dari data statistik terbukti seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

7
b. Ciri Perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis


kelamin dan umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan
darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Juga statistik di
Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali
lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.

c. Kebiasaan Hidup

Kebiasaan hirup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi


garam yang tinggi, kegemukan (makan berlebihan) stres dan pengaruh lain.

1. Konsumsi garam yang tinggi

Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita oleh
suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang rendah. Dunia kedokteran
juga telah membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan
tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik (pelancar
kencing) akan menurunkan tekanan darah.

2. Kegemukan atau makan berlebihan

Obesitas didefinisikan sebagai kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari
berat badan ideal obesitas adalah penumpukan jaringan lemak tubuh yang
berlebihan dengan perhitungan IMT 27,0. Pada orang yang menderita obesitas ini
organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat oleh sebab itu lebih cepat
merasa gerah dan kelelahan akibat dari obesitas para penderita cenderung menderita
penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes mellitus.

3. Stres

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu)

8
stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
Stress dapat merangsang belajar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah
akan meningkat, jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan
patologis, gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. (Anjali,
2008).

d. Pengaruh lain

1. Merokok

Nikotin penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan
bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin juga merangsang pelepasan
adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi
otot jantung selain itu meningkatkan kebutuhan oksigen jantung dan dapat
menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia) serta berbagai kerusakan lainnya.
(Anjali Arora, 2008)

2. Minuman beralkohol

3. Olahraga

Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu


emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju, panjat
tebing dan angkat besi. (Kuswandi, 2004). Bentuk latihan yang paling tepat untuk
penderita hipertensi adalah jalan kaki, bersepeda, senam, berenang dan aerobic,
olahraga yang bersifat kompetisi dan meningkatkan kekuatan tidak dibolehkan bagi
penderita hipertensi karena akan memacu emosi sehingga akan mempercepat
peningkatan tekanan darah.

4. Minum obat-obatan, misal ephedrin, prednison, epinefrin. (Lany Gunawan, 2001)

9
2.3 Gejala Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut sebagai silent
killer karena dua hal yaitu:

a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus,
gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya jarang
berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui dengan
mengukur secara teratur.

b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar untuk
meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan gagal ginjal. Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak
terobati, bisa timbul gejala berikut:

- Sakit kepala
- Kelelahan
- Jantung berdebar-debar
- Mual
- Muntah
- Sesak nafas
- Gelisah

10
- Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
- Telinga berdenging
- Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera. (Trisha Macnair, 2007).

2.4 Patosifisiologi
ACE (Angiotensin Converting Enzyme), memegang peran fisiologi penting dalam
mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati
selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi angiotensin 1, oleh ACE yang
terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi angiotensin II (peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

a. Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus, ADH diproduksi
di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas
dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat sedikit urin yang dieksresikan
keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya untuk mengencerkanya
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian
intra seluler akibatnya volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.

b. Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan hormone


steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan cara mengabsorbsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

11
meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang pada giliranya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. (Astawan, 2005).

2.5 Penatalaksanaan
Bagi penderita tekanan darah tinggi penting mengenal hipertensi dengan membuat
gaya hidup positif. Jika anda baru saja menemukan tekanan darah anda tinggi atau tidak
normal, tidak perlu khawatir ada 7 langkah untuk mengatasinya antara lain:

a. Mengatasi Risiko

Tanyakan pada diri sendiri pertanyaan berikut: apakah anda memiliki sejarah keluarga
penderita hipertensi? Apakah anda memiliki berat badan berlebihan? Apakah anda
makan makanan berkadar garam tinggi? Apakah anda cukup olahraga atau apakah anda
merokok? Jika jawaban anda ya pada salah satu pertanyaan diatas anda berisiko
memiliki tekanan darah tinggi.

b. Mengontrol pola makan

Apabila anda ingin terhindar dari risiko hipertensi jauhi makanan berlemak dan
mengandung garam.

c. Tingkat konsumsi potassium (K) dan magnesium (mg)

Pola makan yang rendah potassium dan magnesium menjadi salah satu faktor pemicu
tekanan darah tinggi, buah-buahan dan sayur segar adalah sumber terbaik bagi kedua
nutrisi tersebut.

d. Makan makanan jenis padi-padian

Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam American Journal Clinical Nutrition
ditemukan pria yang makan sedikitnya satu porsi perhari sereal dari jenis padi-padian
kecil kemungkinan terkena penyakit hingga 20%.

12
e. Tingkat aktivitas

Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan lebih rentan terhadap tekanan darah
tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga bentuk tubuh dan berat
badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah. Jika anda menyandang tekanan
darah tinggi, latihan aerobik sedang selama 30 menit sehari selama beberapa hari setiap
minggu dapat menurunkan tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan
darah adalah : berjalan kaki, bersepeda, berenang, aerobic. (Trisna Macnair, 2007).
Tidak diragukan meningkatkan aktifitas dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi,
anda tidak perlu berolahraga seperti seorang atlet hanya 30 menit sampai 45 menit 5
hari dalam seminggu cukup untuk menurunkan hipertensi.

f. Sertakan bantuan dari kelompok pendukung

Sertakan keluarga dari teman menjadi kelompok pendukungn pada pola hidup sehat
dukungan dan partisipasi orang lain membuatnya lebih mudah dan lebih asyik dalam
menjalankan dietnya. Bagi setiap orang dukungan keluarga berhasil dalam membuat
perubahan gaya hidup untuk mencegah tekanan darah tinggi.

g. Berhenti merokok

Jika anda tidak merokok itu baik bagi anda, jika anda merokok berhenti sekarang juga.
Walaupun merokok tidak ada kaitanya dengan timbulnya hipertensi. Merokok dapat
menimbulkan risiko komplikasi lainnya seperti penyakit jantung dan stroke.

h. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa, relaksasi


dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah dan menyenangkan dilakukan dengan
mendengarkan musik atau bernyanyi.

13
i. Perubahan gaya hidup

Gaya hidup yang baik untuk menghindari terjangkitnya penyakit hipertensi dan
berbagai penyakit degeneratif lainnya adalah:

1. Mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh

2. Melakukan olahraga secara teratur dan dinamik (tidak mengeluarkan tenaga terlalu
banyak seperti berenang, jogging (jalan kaki cepat), naik sepeda)

3. Meningkatkan porsi buah-buahan dan sayuran segar dalam pola makan

4. Mengkonsumsi kalium dalam jumlah tinggi seperti semangka, avokad, kismis,


pisang, tomat, kentang dan biji bunga matahari dapat membantu menjaga tekanan
darah agar tetap normal.

5. Menjauhkan dan menghindarkan stress dengan pendalaman agama sebagai salah


satu upayanya.

6. Pengaturan Makanan

j. Pengobatan

Pengobatan pada penyakit tekanan darah tinggi harus memperhatikan terlebih dahulu
faktor penyebabnya oleh karena itu dianjurkan untuk memeriksakan kesehatannya
kepada dokter yang sama agar dokter dapat mengikuti riwayat penyakit pasien dengan
demikian dokter akan memiliki obat yang tepat.

1. Pengobatan pada golongan khusus

a. Hipertensi pada golongan khusus

Obat anti hipertensi diberikan pada ibu hamil bila tekanan diastolenya 90
mmHg pada trimester pertama dan 100 mmHg para trimester ketiga.

14
b. Hipertensi pada dislipidemia

Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi keadaan tersebut adalah


gemfibrozil ini dapat menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL
trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol HDL secara nyata.

c. Hipertensi pada pembuluh darah otak

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh


darah, apabila yang pecah adalah pembuluh darah otak keadaan ini dikenal
dengan stroke.

d. Hipertensi pada penyakit jantung

Pemberian obat pada hipertensi dengan kelalian jantung harus disesuaikan


dengan jenis gangguan pada jantung dan derajat hipertensinya. Pemeriksaan
fungsi jantung perlu dilakukan untuk menentukan pengobatanya.

e. Hipertensi pada gagal ginjal

Pengobatan pada gagal ginjal dibedakan menjadi dua bagian besar yakni
pengobatan pada refrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna, pengobatan
pada nefrosisklerosis benigna dilakukan secepatnya hingga mendekati normal
penurunan tekanan darah yang cepat akan mengurangi kerusakan akibat
nekrosis arteroti sehingga dalam jangka panjang diharapkan terjadi perbaikan
fungsi ginjal.

2. Pilihan obat dalam mengatasi hipertensi diantaranya:

Bila tekanan darah tidak dapat diturunkan dalam satu bulan, dosis obat dapat
disesuaikan sampai dosis maksimal atau menambahkan obat golongan lain atau
mengganti obat pertama dengan obat golongan lain. Sasaran penurunan tekanan

15
darah adalah kurang dari 140/90 dengan efek samping minimal penurunan dosis
obat dapat dilakukan pada golongan hipertensi ringan yang sudah terkontrol dengan
baik selama satu tahun.

a. Diuretik

Diuretik adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi pengeluaran


garam (NaCl) dengan turunya kadar Na+ makan tekanan darah akan turun dan
efek hipotensifnya kurang kuat. Obat yang sering digunakan adalah obat yang
daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal, diutamakan
diuretic yang hemat kalium seperti spironolacton, HCT, furosemid.

b. Alfa-Bloker

Alfa blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan menyebabkan
vasodilatasi perifer serta turunya tekanan darah karena efek hipotensinya ringan
sedangkan efek sampingnya agak kuat misalnya hipotensi ostotatik dan
tachikardia maka jarang digunakan. Seperti prognosin dan terazosin.

c. Beta-Blocker

Mekanisme kerja obat beta-blocker belum diketahui dengan pasti diduga


kerjanya berdasarkan beta blocker pada jantung sehingga mengurangi daya dan
frekuensi kontrasi jantung. Dengan demikian tekanan darah akan menurun dan
daya hipotensinya baik. Seperti : propanolol, bisoprolol, dan antenolol.

d. Obat yang bekerja sentral

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin sehingga
menurunkan aktifitas saraf adretergik perifer dan turunya tekanan darah,
penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi ostatik seperti
reserpine, clonidine dan metildopa.

16
e. Vasodilator

Obat vasodilator dapat langsung mengembangkan dinding arteriola sehingga


daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun seperti
hidralazine dan tecrazine.

f. Antagonis Kalsium

Mekanisme obat antagonis kalisum adalah menghambat pemasukan ion kalsium


ke dalam sel otot polos pembuluh dengan efek vasidilatasi dari turunya tekanan
darah seperti : nipedipin,amlodipine, dan verapamil.

g. Penghambat ACE

Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara


menghambat angiotensin converting enzyme yang berdaya vasodilatori kuat
seperti captopril, lisinopril. (Lany Gunawan, 2001).

Tabel 2.2 Beberapa Obat Antihipertensi Yang Sering di Pakai

No Jenis obat Dosis sehari (mg) Frekuensi


Min Maks
pemakaian sehari
1 Diuretik
HCT 12,5-25 50 1x
Chlorbalidone 12,5-25 50 1x
Indopamide 2,5 5 1x
Spironolactone 2,5 10 1x
2 Bekerja netral
Clonidene 0,1 1,2 2x
Gufacine 1 3 1x
Methidopa 250 2000 2x
3 Penyakit alfa-1

17
Prozoin 1-2 20 2x
Doxazosin 1-2 15 1x
Terazosin 1-2 20 1x
4 Penyakit beta
Metoprolol 50 200 1x
Atenolol 25 150 1x
Propanolol 40 320 1x
Acebutolol 200 1200 1x
5 Vasodilator
Hydralazine 50 300 2x
Ecarazine HCL 30 120 2x
6 Penghambat ACE
Captopril 25-50 300 1-3x
Lisinopril 5 40 1x
Enalapril 2,5-5 40 1-2x

Tabel 2.3 Efek Samping obat anti hipertensi

Golongan obat Efek samping


Thiazide/diuretik o Kadar kalium dalam darah rendah

18
o Toleransi glukosa terganggu (kadar
glukosa darah diatas normal) terutama
jika dikombinasi dengan beta blocker
o Peningkatan kadar kolesterol LDL,
trigliserida dan asam urat
o Disfungsi ereksi
o Gout
Alfa blocker o Inkontinensia
o Rasa melayang pada saat berdiri
Beta-blocker o Kadar glukosa tidak terkontrol
o Letargi
o Gangguan memori dan kosentrasi
o Gejala penyakit arteri perifer
memburuk, sirkulasi yang buruk pada
tungkai
Inhibitor ACE o Batuk
o Fungsi ginjal memburuk
o Hipotensi
o Ruam
Blocker kenal kalsium golongan non- o Edema perifer
dihydropyridine o Pembesaran gusi dan konstipasi

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan bertujuan menentukan adanya
kerusakan jaringan dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya

19
diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah, (kalium, natrium, kreatinin, gula
darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG. (Arif Mansjoer dkk, 2001).

2.7 Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakan dalam satu kali pengukuran hanya dapat
ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali
terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis pengukuran tekanan darah dilakukan
dalam keadaan pasien duduk bersandar setelah beristirahat selama 5 menit dengan ukurang
pengukuran lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan) tensimeter dengan air raksa masih
tetap dianggap alat pengukuran yang terbaik.

Anamnesis dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan
gejala penyakit, penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung,
penyakit serebrovaskuler. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala
yang berkaitan dengan penyebab hipertensi, perubahan aktifitas/kebiasaan (merokok),
konsumsi makanan, riwayat obat-obat bebas, hasil dan efek samping terapi antihipertensi
sebelumnya bila ada dan faktor psikososial lingkungan (keluarga, pekerjaan dll).

Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih
dengan jarak 2 menit, kemudian diperiksa ulang pada lengan kontralateral dikaji
perbandingan berat badan dan tinggi pasien, kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi
untuk mengetahui adanya retio hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising carotid,
pembesaran vena, atau kelenjara tiroid. (Arif Mansjoer dkk, 2001).

2.8 Komplikasi
Pemakaian obat dalam jangka panjang bisa menyebabkan berbagai komplikasi seperti
terganggunya fungsi atau terjadi kerusakan organ otak, ginjal, jantung dan mata. Kerusakan

20
pada otak terjadi pembesaran otot jantung bagian kiri yang berakhir pada kegagalan
jantung. Kejadian ini biasanya ditandai dengan bengkak pada kaki, kelopak mata, kelelahan
dan sesak nafas.

Kerusakan pada ginjal akibat hipertensi bisa menurunkan ginjal sebagai penyaring
racun dalam tubuh sekaligus sebagai produsen hormone yang dibutuhkan tubuh, penderita
yang mengalami komplikasi ginjal harus cuci darah setiap minggu dengan biaya yang
mahal sementara itu gangguan pada mata sering tidak disadari sebagai akibat tekanan darah
tinggi, kerusakan pada mata buta menyebabkan kebutaan atau gangguan penglihatan.

Kerusakan pada otak ditandai dengan nyeri kepala hebat, berubahnya kesadaran
kejang dengan defisit neurologi fokal ozotermia, mual dan muntah. Ensefalopati dapat
terjadi terutama pada hipertensi maligna, tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf pusat. (Corwin, 2000)

BAB III
METODE PENELITIAN

21
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan
pengetahuan penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Maliku Kecamatan Maliku
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Umum di wilayah kerja Puskesmas Maliku
Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tanggal 01 sampai 31 Mei 2016.

3.3 Etika Penelitian


Sebelum dilakukan penelitian, peniliti meminta persetujuan responden untuk ikut
serta dalam penelitian yang dilakukan dengan menjawab pertanyaan sesuai kuesioner yang
telah disediakan.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,
2002:79). Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai maka populasi dalam penelitian ini
adalah semua penderita hipertensi yang datang berobat ke Poliklinik Umum di
wilayah kerja Puskesmas Maliku Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau
Provinsi Kalimantan Tengah selama 01sampai 31 Mei 2016 yang berjumlah 47
penderita.
2. Sampel Penelitian

22
Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti, apabila subjeknya kurang dari
100 maka lebih baik diambil semua hingga sampel penelitian menggunakan seluruh
populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah 47 penderita (total populasi). (Arikunto,
2003:112).

3.5 Definisi Operasional


Definisi Alat
Variabel Cara ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional Ukur
Pengetahuan Aspek yang Kuesioner Wawancara Baik, jika Ordinal
diketahui responden
dan mampu dapat
diingat oleh menjawab
responden mean (kode
tentang 1) atau
upaya skore 50.
mencegah Buruk, jika
kekambuhan responden
penyakit tidak bisa
hipertensi. menjawab <
mean (kode
0) atau
skore < 50.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti dengan
menggunakan teknik wawancara.

23
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang
pengetahuan penderita hipertensi terhadap penyakit hipertensi yang dideritanya.

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan Data
a. Pengolahan Data (editing)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat di
proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data
sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera
dilaksanakan.
b. Pengkodean (Coding)
Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya, menjadi
bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c. Pemasukan Data (Entry)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d. Pembersihan Data (Cleaning data)
Data yang telah di masukan ke dalam komputer diperiksa kembali untuk
mengkoreksi kemungkinan kesalahan. (Hastono, 2001).
2. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini digunakan analisis univariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan. Hasil
penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk distribusi frekuensi jawaban benar atau
salah dari responden untuk setiap item pertanyaan dijumlahkan kemudian dibagi
dengan seluruh responden dikali 100% hasilnya berupa persentase.

24
Rumus yang digunakan
X
P= x 100
N

Keterangan :
P : Persentase
X : Jumlah pengetahuan baik/buruk
N : Jumlah Responden

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Maliku

25
Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan paling terdepan di masyarakat.
Pada era globalisasi sekarang ini dibutuhkan suatu paradigma yang berbeda dalam
memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan kondisi masyarakat yang
semakin maju, maka dibutuhkan pelayanan kesehatan berorientasi pada promotif dan
preventif.

Puskesmas Maliku merupakan fasilitas kesehatan milik pemerintah di Kecamatan


Maliku. Dalam rangka mendukung program Pemerintah Daerah, Puskesmas Maliku
berupaya melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat secara
maksimal, sesuai program-program yang telah direncanakan sebelumnya. Dimana dalam
acuan tugas pokok puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat, Puskesmas Maliku berupaya menjangkau semua lapisan masyarakat yang
berada di wilayah kerja Puskesmas.

Dengan segala keterbatasan, Puskesmas Maliku berupaya membawa masyarakat di


wilayahnya untuk berprilaku hidup bersih dan sehat, guna mendukung tercapainya
Kabupaten Pulang Pisau Sehat.

4.2 Hasil Penelitian


1. Deskripsi Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi di Puskesmas Maliku.
Sampel berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berjumlah 47 orang. Sampel dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dewasa dan kelompok lansia. Distribusi
karakteristik sampel meliputi usia, jenis kelamin, dan pendidikan. Data lengkap mengenai
karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur


No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Dewasa (36-45 tahun) 6 12,76%

26
41
2 Lansia (>46 tahun) 87,24%

Jumlah 47 100%

Ditinjau berdasarkan umur, jumlah penderita hipertensi dalam kisaran umur 36-45
tahun berjumlah 6 orang (12,76%), sedangkan jumlah penderita hipertensi lansia berjumlah
41 orang (87,24%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin


No Kategori Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 18 38,29%
2 Perempuan 29 61,71%

Jumlah 47 100%

Ditinjau berdasarkan jenis kelamin, jumlah penderita hipertensi berjenis kelamin


laki-laki berjumlah 18 orang (38,29%), sedangkan jumlah penderita hipertensi berjenis
kelamin perempuan berjumlah 29 orang (61,71 %).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pendidikan


No Kategori Jumlah Persentase

1 Tidak Sekolah 16 34,04%


2 SD 13 27,66%
3 SMP 6 12,76%
4 SMA 4 8,51%
5 Perguruan Tinggi 8 17,03%

Jumlah 47 100%

Ditinjau berdasarkan pendidikan, jumlah penderita hipertensi yang tidak sekolah


berjumlah 16 orang (34,03%). Jumlah penderita dengan pendidikan terakhir setingkat SD
berjumlah 13 orang (27,66 %). Jumlah penderita hipertensi dengan pendidikan terakhir

27
setingkat SMP berjumlah 6 orang (12,76%). Jumlah penderita hipertensi dengan
pendidikan terakhir setingkat SMA berjumlah 4 orang (8,51%). Sedangkan jumlah
penderita hipertensi dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi berjumlah 8 orang
(17,03%).

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas


Maliku

Pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit yang dideritanya adalah segala


sesuatu yang berkaitan dengan hasil tahu penderita hipertensi melalui panca indera
sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hipertensi di wilayah Kerja


Puskesmas Maliku Kecamatan maliku kabupaten Pulang Pisau
Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016

No Kategori Jumlah Persentase

1 Baik 24 51,06%
2 Buruk 23 48,94%

Jumlah 47 100%

28
Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik
sejumlah 24 responden (51,06%) sisanya berpengetahuan buruk sejumlah 23 responden
(48,94%).

BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik


sejumlah 24 responden (51,06%) sisanya berpengetahuan buruk sejumlah 23 responden
(48,94%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita hipertensi mempunyai
pengetahuan baik dan mengerti tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi.
Sebagian penderita tidak mengetahui bahwa memeriksakan tekanan darah secara
teratur dan menjaga pola makan yang baik akan sangat membantu mengontrol tekanan
darah pada penyakit hipertensi. Kurangnya pengetahuan responden ini dapat disebabkan
beberapa faktor antara lain rendahnya tingkat pendidikan responden yang pada umumnya
belum sekolah ataupun hanya tamatan sekolah dasar, kurangnya keaktifan responden dalam
mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan setempat dan ada
beberapa responden yang sudah berusia lanjut (diatas 50 tahun) dimana kemampuan
responden dalam menerima informasi kesehatan agak kurang.
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

29
berpengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan/kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan karena dari
pengalaman dan penelitian yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2002) peningkatan pengetahuan
mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel perilaku. Pengetahuan dapat
diperoleh dari tingkat pendidikan seseorang realitas cara berfikir dan ruang lingkup
jangkauan berfikirnya semakin luas.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah diperoleh Gambaran
Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Maliku Kecamatan
Maliku Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016 yaitu penderita
hipertensi yang berpengetahuan buruk sejumlah 23 responden (48,94%), dan penderita
hipertensi yang berpengetahuan baik sejumlah 24 responden (51,06%).

6.2 Saran
1. Untuk Masyarakat
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi, mengikuti
penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan terdekat agar dapat
terhindar penyakit hipertensi secara dini.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan sosialisasi
tentang penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan penyuluhan tentang upaya

30
mencegah kekambuhan penyakit hipertensi secara dini dan tindakan apa saja yang
harus dilakukan jika tekanan darah meningkat serta menjelaskan pentingnya
memeriksakan tekanan darah secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat.
3. Untuk Penderita Hipertensi
Agar lebih rajin dalam memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan
terdekat atau rumah sakit serta mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan
untuk mencegah kekambuhan penyakit hipertensi serta dapat termotivasi untuk
menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit hipertensi menjadi lebih parah
lagi misalnya menghindari makanan yang mengandung lemak seperti gorengan,
daging kambing, santan, mengurangi konsumsi garam dapur, minuman yang
mengandung kafein, alkohol, merokok, malas berolahraga, serta menjauhi stress.

31
DAFTAR PUSTAKA

Sherwood, Lauralee., 2001. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah. Dalam : Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 297 340.

Sloane, Ethel., 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul., 2010. Metode Penelitian Kesehatan; Paradigma Kuantitatif.


Surabaya: Health Books Publishing.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Bustan., 2000. Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.

Gunawan, Lany., 2000. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogjakarta : Kanisus

Macnair, Trisha., 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga

32
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius:
FKUI

Notoatmodjo, Soekidjo., 1993. Ilmu Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan edisi pertama. Yogjakarta : Andi Offset

Suddarth & Brunner. 2002. Keterampilan Medikal Bedah vol. 2. Jakarta : EGC
Warpadzi, Sarwono., Soeparman,dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam jilid VI. Jakarta : Balai
Penerbitan FKUI.

Wolf Harf Peter. 2006. Hipertensi. Jakarta : Buana Ilmu Populer.

33
KUESIONER PENELITIAN

Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja


Puskesmas Maliku Kecamatan maliku Kabupaten Pulang Pisau
Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016
A. Identitas
a. Nama :
b. Umur :
c. Alamat :

B. Aspek pertanyaan pengetahuan


Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan memberi tanda (x)
pada huruf pilihan tersebut!.
No Pernyataan Benar Salah
1 Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah tinggi
2 Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah ke
pelayanan kesehatan yang terdekat
3 Membatasi makanan berlemak merupakan salah satu usaha untuk

34
mencegah tekanan darah tinggi
4 Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan tekanan darah
meningkat
5 Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah
tekanan darah tinggi adalah olahraga secara teratur.
6 Merokok dan minuman alcohol merupakan penyebab timbulnya
kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
7 Menjauhkan diri dari stress salah satu cara untuk mencegah tekanan darah
8 Dukungan keluarga merupakan salah satu yang penting untuk memotivasi
penderita hipertensi dalam menjalankan perubahan gaya hidupnya.
9 Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola makan
adalah usaha mencegah kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
10 Menjaga berat badan dalam kisaran normal bisa mengurangi risiko
terjadinya penyakit hipertensi

35
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 5
2.1 Pengertian Hipertensi.................................................................................................... 5
2.2 Penyebab Hipertensi...................................................................................................... 7
2.3 Gejala Klinis.................................................................................................................. 10
2.4 Patofisiologi................................................................................................................... 11
2.5 Penatalaksanaan............................................................................................................. 12
2.6 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................. 20
2.7 Diagnosis....................................................................................................................... 20
2.8 Komplikasi..................................................................................................................... 21
BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................................... 22
3.1 Desain Penelitian........................................................................................................... 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................................... 22

36
3.3 Etika Penelitian.............................................................................................................. 22
3.4 Populasi dan Sampel...................................................................................................... 22
3.5 Defenisi Operasional..................................................................................................... 23
3.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................................................. 24
3.7 Teknik Pengolaan dan Analisis Data............................................................................. 24
BAB IV. HASIL PENELITIAN.......................................................................................... 26
4.1 Gambaran Umum Puskesmas Maliku........................................................................... 26
4.2 Hasil Penelitian.............................................................................................................. 26
BAB V. PEMBAHASAN.................................................................................................... 30
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 31
6.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 31
6.2 Saran.............................................................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA

37
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kalsifikasi Tekanan Darah Menurut JNC7......................................................... 7


Tabel 2.2 Beberapa Obat Antihipertensi Yang Sering Dipakai........................................... 17
Tabel 2.3 Efek Samping Obat Antihipertensi..................................................................... 19
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur........................... 27
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin............. 27
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.4 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hipertensi di wilayah Kerja
Puskesmas Maliku Kecamatan maliku kabupaten Pulang Pisau Propinsi
Kalimantan Tengah Tahun 2016.......................................................................... 28

38

Anda mungkin juga menyukai