Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
Page | 73
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
siklus yang saling terkait, pada dasarnya terdiri BAHAN DAN ACARA
dari 4 fungsi dasar yaitu seleksi dan Penelitian ini merupakan rancangan
perencanaan, pengadaan, distribusi serta studi kasus (case study) kualitatif yang hasilnya
penggunaan. Pengelolaan obat yang efektif disajikan secara deskriptif. Penelitian ini
dan efisien dinilai dan diatur berdasarkan dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan
standar akreditasi yang berlaku karena dampak manajemen dan penggunaan obat dengan
dari ketidakefisienannya dapat berpengaruh melalui telusur sasaran dan telusur dokumen,
negatif secara medik, sosial maupun ekonomi. yaitu : 1) observasi, 2) wawancara, dan 3)
Dalam Permenkes Nomor 12 Tahun akses dokumen. Penelitian ini diawali dengan
2012 menerangkan bahwa, akreditasi memiliki observasi mengangkat isu- isu yang aktual
tujuan untuk: meningkatkan mutu pelayanan terkait akreditasi kemudian melakukan
rumah sakit; meningkatkan keselamatan wawancara dan telusur dokumen yang
pasien rumah sakit; meningkatkan diperlukan dalam penilaian. Hasil temuan
perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber wawancara, observasi dan akses dokumen
daya manusia rumah sakit dan rumah sakit tersebut dimasukkan dalam check list surveyor
sebagai institusi; dan mendukung program akreditasi rumah sakit 2012 dan
pemerintah di bidang kesehatan. Akreditasi dikonfirmasikan pada teori yang menjadi bahan
rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya acuan penilaian. Responden penelitian ini
dilakukan dengan self assessment oleh institusi adalah direktur penunjang pelayanan klinis
tersebut dan proses external peer review oleh serta empat staf farmasi rumah sakit.
komite akreditasi rumah sakit (KARS) yang Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Bob Bazar
menilai keakuratan tingkat kinerja dihubungkan Kalianda pada bulan September 2016 sampai
dengan standar dan cara implementasi Desember 2016.
peningkatan sistem pelayanan kesehatan
secara berkesinambungan. HASIL
Patient safety atau keselamatan
pasien menjadi salah satu parameter akreditasi 1. Hasil Analisis Wawancara Direksi
rumah sakit yang tercantum pada UU Nomor Kebijakan yang dikeluarkan untuk proses
44 Tahun 2009 Pasal 43 yang menyebutkan pengadaan obat berdasarkan formularium
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan standarisasi dari BPJS dikarenakan pasien
rumah sakit wajib rumah sakit wajib mayoritas adalah pengguna BPJS, tetapi ada
menerapkan standar keselamatan pasien. pula peran dari manajemen maupun fungsional
Standar keselamatan pasien dilaksanakan yang mengacu pada usulan dokter dalam
melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan keperluan obat-obat tertentu yang tidak
menetapkan pemecahan masalah dalam terdapat dalam formularium nasional / BPJS.
rangka menurunkan angka kejadian yang tidak Kebijakan distribusi obat di RSUD Bob Bazar
diharapkan (KTD). dipisahkan secara struktur menjadi dua yaitu
Penelitian ini akan dilakukan di logistik atau pengadaan dan instalasi farmasi
instalasi farmasi rawat inap dan rawat jalan di sehingga diharapkan terdapat kontrol dan
RSUD Bob Bazar Kalianda. RSUD Bob Bazar meminimalisir fraud maupun moral hazard.
yang merupakan satusatunya rumah sakit Walaupun dalam praktek pelayanannya RS
yang berada di Kabupaten Lampung Selatan masih memiliki keterbatasan SDM, sebagai
telah terakreditasi 5 Pelayanan Dasar yang Rumah Sakit Tipe C yang seharusnya memiliki
surat keputusannya ditandatangani oleh 8 apoteker sedangkan RSUD Bob Bazar hanya
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan memiliki 5 tenaga apoteker untuk saat ini.
Kementerian Kesehatan RI tanggal 29 Juni Supervisi manajemen farmasi dilakukan oleh
2012. tim keselamatan pasien walaupun masih
terbilang belum maksimal, tetapi dilakukan
setidaknya setiap bulan, terutama untuk stok
obat.
Page | 74
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
Dari tabel di atas nampak bahwa elemen 80%, masing- masing sebesar 54,16%, 37,5%,
MPO. I dan VII memiliki hasil yang cukup 67,85%, 57,14%, dan 54,54%.
memuaskan karena persentasenya diatas
batas minimal persentase 80% pada skor yang
diharapkan akreditasi rumah sakit 2012 dengan PEMBAHASAN
masing- masing persentase MPO. I
pencapaian skor dipenuhi sebanyak 65 dari 80 1. MPO I. Organisasi dan Manajemen
skor maksimal atau sebanyak 81,25% dan Manajemen adalah suatu proses tahapan
MPO. VII pencapaian skor dipenuhi sebanyak kegiatan yang terdiri atas perencanaan,
80 dari 90 skor maksimal atau sebanyak pengorganisasian, pelaksanaan dan
88,89%. Sedangkan MPO II, III, IV, V dan VI pengawasan agar tercapai tujuan pengelolaan
perlu menjadi perhatian karena skor dibawah obat yang efektif dan efisien agar obat yang
diperlukan selalu tersedia setiap saat
Page | 75
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
dibutuhkan dalam jumlah cukup untuk Pemesanan perbekalan farmasi didata dan
mendukung pelayanan kesehatan. dihitung oleh instalasi farmasi sesuai
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) kebutuhan yang kemudian diadakan
berperan mengembangkan pengkajian permintaannya lewat bagian logistik.
kebijakan, ketetapan dan peraturan berkaitan
dengan penggunaan obat dalam rumah sakit 3. MPO III. Penyimpanan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan Penyimpanan yang baik bertujuan untuk
lokal dan nasional serta menetapkan mempertahankan kualitas obat, meningkatkan
formularium rumah sakit, tetapi dalam efisiensi, mengurangi kerusakan atau
prakteknya RS tidak memiliki PFT, hal-hal yang kehilangan obat, mengoptimalkan manajemen
berhubungan dengan segala manajemen persediaan, serta memberikan informasi
farmasi dibawahi langsung oleh Tim Komite kebutuhan obat yang akan datang. Sistem
Medik. penataan gudang bertujuan untuk menilai
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan sistem penataan obat di gudang standar sistem
(DPJP) di rumah sakit sudah ada. Bukti penataan obat adalah FIFO (First In First Out)
pelaksanaan DPJP yang mengawasi dan FEFO (First Expired First Out).
penggunaan obat dapat dilihat di notulen rapat Berdasarkan observasi, sistem tersebut telah
dan laporan instalasi. Review atas sistem diterapkan oleh RSUD Bob Bazar Kalianda
manajemen obat dilakukan setiap tahunnya. sehingga persediaan obat tersimpan dalam
kondisi terkontrol. Akan tetapi dalam
2. MPO II. Seleksi dan Pengadaan penelusuran dokumen baik SPO dan pedoman
Penyeleksian dan pengadaan obat belum dikerjakan.
berdasarkan pembelian di e-katalog melalui Obat -obat juga diberi label yang
lelang tender yang dilakukan setiap tahunnya. memberi informasi isi dan tanggal kadaluarsa
Dalam prakteknya RS mengacu pada namun ditemukan obat tanpa kemasan yang
formularium nasional dalam rangka bekerja diberikan pada pasien rawat jalan yang pada
sama dengan pihak BPJS. Akan tetapi, apabila label tidak ditulis tanggal kadaluarsanya yakni
dokter memerlukan obat-obatan yang tidak pada obat yang dikeluarkan dari kemasannya
masuk dalam formularium nasional, maka akan (contoh : sediaan salep). Golongan elektrolit
dilakukan pengadaan obat sendiri oleh pihak kuat telah diberikan catatan khusus dan label
rumah sakit, dengan ketentuan tertentu. Pihak peringatan khusus yang meminimalisir
farmasi bekerjasama dengan para dokter akan terjadinya Kejadian Nyaris Cedera (KNC)/ KTD
mengajukan kebutuhan obat yang tidak pada setiap penggunaannya. Label yang
terdapat pada formularium nasional, dan sebaiknya diaplikasikan saat penggunaan
kemudian akan mengajukannya kepada RS elektrolit kuat maupun obat dengan perhatian
untuk menyediakan. Dukungan terhadap khusus di unit yang menyertakan 3 (tiga) label
penulisan obat nama generik juga harus peringatan di kantong infus, infus set dan kanul
digalakkan karena penulisan obat nama penyuntikan obat.
generik lebih informatif, lebih murah dan Penyimpanan obat emergency tersedia
mempermudah substitusi. hampir di seluruh unit tidak hanya di instalasi
Keputusan untuk menambah atau farmasi, baik IGD maupun bangsal dan ruang
mengurangi obat dari daftar mempunyai operasi. Akan tetapi dari hasil observasi,
panduan kriteria yang meliputi indikasi tempat penyimpanan di unit selain farmasi
penggunaan, efektifitas, risiko dan biaya, masih belum memadai. Kebijakan monitoring
namun belum terdapat pedoman atau pun belum diterapkan sepenuhnya selain di
kebijakan bagaimana untuk mendapatkan obat instalasi farmasi.
apabila farmasi tutup (misalnya terkunci).
Page | 76
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
Gambar 1. Penyimpanan obat emergency di (a) IGD dan (b) bangsal VIP
Obat narkotika dan psikotropika di rumah penyimpanan obat narkotika di unit disimpan
sakit telah dicatat dan dilaporkan secara rutin dalam lemari terkunci yang menempel paten di
oleh staf. Dari hasil observasi ditemukan, dinding.
Page | 77
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
Gambar 3. Label Barcode pada Kemasan Obat dan Gelang Identitas Pasien
Standar delivery time obat adalah 17,3 menjadi perhatian, meskipun pelayanan pada
menit (obat racikan 22,3 menit). Dari hasil saat itu dalam peak time, maupun pelayanan
observasi di lapangan, pasien RSUD Bob bangsal rawat inap yang melayani banyak
Bazar yang diwawancara secara random, 2 injeksi, seharusnya tetap dalam koridor standar
dari 3 responden mengaku bahwa mereka mutu pelayanan.
menunggu obat 15-30 menit padahal obat Sofware farmasi rumah sakit yang
pasien bukan obat racikan. Hal ini perlu terintegrasi dengan rekam medis dan
Page | 78
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
keuangan atau sistem billing sangat diperlukan harus selalu di update selama lima tahun sekali
untuk meningkatkan mutu. Sistem informasi dan ditinjau sekurang- kurangnya setahun
farmasi diharapkan dapat mengurangi sekali.
medication error maupun human error yang Gambar 3 berikut ini adalah contoh
menjadi permasalahan klasik dalam kesalahan intermuka software farmasi yang memuat
pemberian obat, kebocoran anggaran dan identitas pasien, resep dokter, jadwal
patient safety. Sistem informasi farmasi juga pemberian, potensi interaksi obat, harga, dll.
Saat ini RSUD Bob Bazar masih dalam proses yang rencananya kemudian akan digunakan
trial dan error dalam menggunakan software dalam pelayanan farmasi sehari-hari.
Page | 79
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
Page | 80
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
Page | 81
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/
3. Depkes Kesehatan RI, 2002. Pedoman Organisasi Rumah Sakit dan Pedoman
Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia. Rumah Sakit Umum
Jakarta. 11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
4. Departemen Kesehatan RI, 2007. Indonesia Nomor
Standar Pelayanan Rumah Sakit, 147/MENKES/PER/I/2010 tentang
Jakarta. Perizinan Rumah Sakit
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
5. Departemen Kesehatan RI, 2012. Indonesia Nomor
Pedoman Akreditasi Rumah Sakit 417/Menkes/per/2011 tentang Komisi
Indonesia, Jakarta. Akreditasi Rumah Sakit
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
6. El-Jardali et al., 2008.The impact of Indonesia No.12/MENKES/PER/2012
hospital accreditation on quality of 14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
care:perception of Lebanese nurses. Indonesia No. 58 Tahun 2014 tentang
International Joucnal for Quality in Standar Pelayanan Kefarmasian di
Health care. Situs : RumahSakit
http://intqhc.oxfordjournals.org/content/ 15. Sugiyono. 2012.
20/5/363 Diakses pada Kamis, 8 MetodePenelitianKuantitatifKualitatifda
September 2016 Pukul 10.25 WIB. n R&B. Bandung: Alfabeta.
7. Joint Comission International. 2010. 16. Undang- Undang Republik Indonesia
Medicine Management and Use. New Nomor 44 Tahun 2009 pasal 7/ pasal
York 12/ pasal 29/ pasal 32/ pasal 40/ pasal
8. Komite Akreditasi Rumah Sakit 43/ pasal 44.
Indonesia. 2012. Manajemen 17. Utarini, A., Koentjoro T., At Thobari, J.,
Pengelolaan Obat. Jakarta 2000. Accreditation of health care
9. Patton, Michael Quinn. 2002. organization, health professional and
Qualitative research and evaluation higher education institution for health
methods. USA: Sage Publicatin Inc personnel,Health Project V, Central
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Java Province. Yogyakarta, Centre for
Indonesia Nomor Health Service Management, Faculty
983/MENKES/SK/XI/1992 tentang of Medicine, UniversitasGadjahMada.
Page | 82