Anda di halaman 1dari 4

Seri I No.

6/Pusdu-BKKBN/Desember 2011

Policy Brief
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan - BKKBN

KAJIAN PROFIL PENDUDUK REMAJA


(10-24 THN) :
Ada apa dengan Remaja?
Ringkasan Eksekutif

J
umlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, 26,67 persen diantaranya adalah remaja. Besarnya penduduk
remaja akan berpengaruh pada pembangunan dari aspek sosial, ekonomi maupun demografi baik saat ini maupun di masa
yang akan datang. Penduduk remaja (10-24 tahun) perlu mendapat perhatian serius karena remaja termasuk dalam usia
sekolah dan usia kerja, mereka sangat berisiko terhadap masalah-masalah kesehatan reproduksi yaitu perilaku seksual pranikah,
Napzah dan HIV/AIDS. Mengingat pentingnya penduduk usia remaja maka perlu dikaji dari berbagai aspek, seperti kelompok
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sekolah, status kawin, daerah tempat tinggal, akses terhadap lapangan pekerjaan,
dan pengetahuan kesehatan reproduksi. Kajian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik demografi, sosial-
ekonomi, pengetahuan sikap dan perilaku kesehatan reproduksi penduduk remaja (usia 10-24 tahun). Sumber data yang digunakan
adalah Sensus Penduduk (SP) tahun 2010, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, dan Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia Remaja (SDKI-R) tahun 2007.

Hasil kajian menunjukkan bahwa masih terdapat 2,5 persen penduduk usia 7-15 tahun yang tidak/belum pernah sekolah,
sedangkan yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi 6,01 persen. Jika dilihat dari pendidikan tertinggi
yang ditamatkan, 6,33 persen penduduk remaja (7-12 tahun) tidak atau belum pernah sekolah dan 31,57 persen tidak atau belum
tamat SD. Dari 23.902.077 jiwa penduduk kelompok umur 19-24 tahun hanya 0,66 persen tamat Diploma IV/Perguruan Tinggi.
Sebagian penduduk remaja baik laki-laki maupun perempuan pada semua kelompok umur mampu membaca dan menulis huruf
latin yaitu masing masing 49,35 dan 48,19 persen. Persentase buta huruf penduduk remaja laki-laki dua kali (0,8 persen) lebih besar
dibandingkan penduduk remaja perempuan (0,44 persen). Temuan lain dari kajian tersebut adalah 55 dari 100 remaja kelompok
umur 10-14 tahun ternyata ada yang sudah kawin, 1 dari 100 remaja umur 10 14 tahun pernah melahirkan hidup antara 1-2 anak,
serta 10 dari 1000 remaja umur 10 14 berstatus cerai hidup. Perkawinan di usia muda ini akan memberikan sumbangan terhadap
tingginya kelahiran.

Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, Jumlah angkatan kerja sebanyak 172.070.339 jiwa, 66,06 persen diantaranya adalah
remaja usia 15-24 tahun, jumlah tersebut menunjukkan bahwa penduduk remaja cukup besar yang termasuk dalam angkatan
kerja yang perlu ditingkatkan kualitasnya agar dapat bener-benar sebagai aset pembangunan yang potensial. Diantara penduduk
remaja 15-24 tahun tersebut, hanya 7 persen yang bekerja dan mencari pekerjaan, selebihnya (93 persen) bukan angkatan kerja
(seperti masih sekolah, telah menikah).

Menurut SDKI-R tahun 2007, pengetahuan remaja umur 15-24 tahun tentang kesehatan reproduksi masih rendah, 21 persen
remaja perempuan tidak mengetahui sama sekali perubahan yang terjadi pada remaja laki-laki saat pubertas. Pengetahuan remaja
tentang masa subur relatif masih rendah. Hanya 29 persen wanita dan 32 persen pria memberi jawaban yang benar bahwa seorang
perempuan mempunyai kesempatan besar menjadi hamil pada pertengahan siklus periode haid. Sebesar 14 persen baik remaja
perempuan maupun remaja laki-laki yang mengetahui dengan benar mengenai anemia karena hemoglobin rendah. Pengertian
anemia lainnya yang paling sering disebut adalah kurang darah (remaja perempuan 77 persen dan remaja pria 63 persen). Remaja
yang belum menikah umur 15-24 tahun yang mendengarkan pesan dari radio tentang penundaan usia kawin sebesar 12,9 persen,
informasi tentang HIV/AIDS sebesar 40,8 persen, informasi tentang kondom sebesar 29,6 persen, pencegahan kehamilan sebesar
23,4 persen, dan Infeksi menular Seksual (IMS) sebesar 18,4 persen.

Policy Brief 1
Puslitbang Kependudukan - BKKBN
Pendapat remaja tentang umur kawin ideal untuk perempuan 23,1 tahun dan untuk pria 25,9 tahun, sedangkan rata-rata umur
ideal menikah bagi perempuan 22 tahun dan pria 25 tahun. Pendapat diantara remaja yang tidak tamat SMTA tentang umur ideal
mempunyai anak pertama kali adalah antara 20-24 tahun dan mempunyai 2 anak, yaitu masing-masing 63 persen remaja perempuan
dan 55 persen remaja laki-laki.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah adalah meneruskan kebijakan wajib belajar 12
tahun dalam rangka meningkatkan kualitas SDM; kebijakan untuk meningkat kualitas penduduk remaja yg putus sekolah melalui
peningkatan ketrampilan dalam memanfaatkan kesempatan kerja; pelaksanaan kebijakan peningkatan pengetahuan Kesehatan
Reproduksi bagi remaja melalui jalur formal (sekolah, institusi pendidikan), non formal (melalui kelompok-kelompok yang ada
dimasyarakat misalkan Karang Taruna) dan informal (melalui keluarga misalkan: BKR)

Latar Belakang pada kelompok umur 20-24 tahun (8.987.822 jiwa). Hal tersebut
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa dimungkinkan karena remaja pada kelompok umur tersebut
jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta melakukan migrasi ke wilayah perkotaan untuk melanjutkan
diantaranya adalah remaja yang terdiri dari Laki-laki sebanyak pendidikan yang lebih tinggi ataupun mencari pekerjaan.
32.164.436 jiwa (50,70 persen) dan perempuan sebanyak Sebagian besar remaja-remaja 10-24 tahun baik laki-laki
31.279.012 jiwa (49,30 persen). Besarnya jumlah penduduk maupun perempuan mampu membaca dan menulis huruf latin
kelompok remaja ini akan sangat mempengaruhi pertumbuhan (Laki-laki= 31.311.414 jiwa atau 49,35 persen; Perempuan =
penduduk di masa yang akan datang. Penduduk kelompok 30.570.490 jiwa atau 48,19 persen). Persentase remaja laki-laki
umur 10-24 tahun perlu mendapat perhatian serius mengingat yang buta huruf sedikit lebih besar (0,82 persen atau 517.172
mereka masih termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja, jiwa) daripada remaja perempuan (0,44 persen atau 278.133
mereka akan memasuki angkatan kerja dan memasuki umur jiwa). Hal ini menunjukkan kesempatan untuk mengenyam
reproduksi. Apabila tidak dipersiapkan dengan baik remaja pendidikan sudah semakin merata.
sangat berisiko terhadap perilaku seksual pranikah. sehingga
akan mengakibatkan LPP yang sangat tinggi untuk beberapa Beberapa hal yang mempengaruhi fertilitas diantaranya adalah
tahun ke depan. pemakaian KB, rata-rata umur penduduk saat menikah pertama
kali serta lamanya seseorang dalam status perkawinan akan
Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat fertilitas. Pendewasaan
bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa usia perkawinan (PUP) memberikan dampak pada peningkatan
atau dalam perkembangan menjadi dewasa. WHO, 1975 umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan
mendefinisikan masa remaja sebagai masa terjadinya perubahan Total Fertility Rate (TFR). Usia kawin dini menjadi perhatian
fisik, mental, dan sosial-ekonomi. Melihat jumlah penduduk penentu kebijakan serta perencana program karena berisiko
remaja yang cukup besar, maka remaja sebagai generasi tinggi terhadap kegagalan perkawinan, kehamilan usia muda
penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang yang berisiko kematian maternal, serta risiko tidak siap mental
sehat secara jasmani, rohani dan mental spiritual. Sebagaimana untuk membina perkawinan dan menjadi orangtua yang
telah dikemukakan bahwa usia remaja merupakan fase umur bertanggung jawab. Perkawinan diatur dalam Undang-Undang
penduduk yang sangat menentukan kualitas penduduk pada Perkawinan no.1 Tahun 1974: Perkawinan adalah ikatan bathin
masa depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
dewasa sangat tergantung pada masa remajanya. Apabila isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
umur remaja memperoleh pendidikan formal dan non formal bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
yang cukup maka kualitas penduduk yang bersangkutan pada Untuk laki-laki minimal sudah berusia 19 tahun, dan untuk
fase umur dewasa akan cenderung lebih baik; dan selanjutnya perempuan harus sudah berusia minimal 16 tahun. Perkawinan
akan menghasil kan generasi yang berkualitas. Mengingat usia dini akan berdampak pada rendahnya kualitas keluarga, baik
pentingnya penduduk usia remaja maka perlu dilakukan ditinjau dari sisi ketidak siapan secara psikis dalam menghadapi
kajian penduduk usia remaja dari berbagai aspek, seperti persoalan sosial atau ekonomi rumah tangga, maupun kesiapan
kelompok umur, jenis kelamin, tingkat dan status pendidikan, fisik bagi calon Ibu remaja dalam mengandung dan melahirkan
status kawin, daerah tempat tinggal serta remaja yang telah bayinya.
akses dengan lapangan pekerjaan. Adapun tujuan dari kajian
ini adalah diketahuinya gambaran penduduk remaja usia 10- Data SP 2010 memberikan gambaran secara umum bahwa 55
24 tahun tentang karakteristik demografi, sosial-ekonomi dan dari 100 remaja kelompok umur 10-14 tahun ternyata ada yang
pengetahuan sikap perilaku kesehatan reproduksi penduduk sudah kawin, 1 dari 100 remaja umur 10 14 tahun pernah
remaja (usia 10-24 tahun). Sumber data yang digunakan Kajian melahirkan hidup antara 1-2 anak, serta 10 dari 1000 remaja
Profil ini adalah Sensus Penduduk tahun 2010, SDKI-R 2007, umur 10 14 berstatus cerai hidup. Perkawinan di usia muda
Survei RPJMN tahun 2010 dan Sakernas. ini akan memberikan sumbangan terhadap tingginya kelahiran.
Temuan lain dari kajian tersebut dilihat dari wilayah Perkotaan
Karakteristik Remaja dan Perdesaan bahwa penduduk kelompok umur 10-14 tahun
Jika dilihat menurut kelompok umur, tempat tinggal dan jenis ada yang sudah kawin (18 dari 100 remaja); cerai hidup (2 dari
kelamin terlihat bahwa remaja laki-laki dan perempuan pada 1000 remaja) dan cerai mati (1 dari 1000 remaja). Meskipun
setiap kelompok umur di wilayah perkotaan memliki proporsi yang persen-tasenya relatif kecil namun perlu mendapat perhatian
hampir sama (masing-masing 16.159.001 jiwa dan 16.042.563 karena masih terjadi perkawinan di usia kurang dari 14 tahun,
jiwa). Sedangkan pada wilayah pedesaan proporsinya berbeda bahkan terjadi didaerah perkotaan yang umumnya akses
antar kelompok umur remaja dimana proporsi terendah adalah dan informasinya lebih banyak dan mudah diperoleh. Hal ini

2 Policy Brief
Puslitbang Kependudukan - BKKBN
ditunjukkan dengan kejadian kawin muda pada kelompok 15.509.254 jiwa (20 persen), Jawa Timur 12.132.654 jiwa
remaja umur 15-19 tahun lebih besar pada mereka yang (15,65 persen); dan Jawa Tengah 9.927.925 jiwa ( 12,80
tinggal di perdesaan (3.53 persen) dibandingkan di perkotaan persen). Sedangkan Hal ini perlu mendapat perhatian bagi
(2.81 persen). Berdasarkan Undang-undang Nomor: 23 Tahun pemerintah baik pusat maupun daerah agar mereka (penduduk)
2002 tentang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa setiap yang termasuk angkatan kerja ini dapat dipetakan bagaimana
anak berhak mendapat kan perlindungan termasuk orang tua kondisinya, apakah mereka sudah bekerja, mencari pekerjaan
mencegah terjadinya perkawinan pada anak-anak. Untuk itu, dan bukan termasuk angkatan kerja.
orang tua serta anak perlu mendapatkan sosialisasi agar tidak
terjadi perkawinan muda pada anak remaja. Provinsi yang mempunyai persentase penduduk usia 15-24
tahun yang bekerja lebih besar dibandingkan dengan provinsi
Dari aspek pendidikan, kebijakan wajib belajar sembilan lainnya adalah Nusa Tenggara Timur (13,21persen), Kalimantan
tahun yang dilaksanakan pemerintah belum sepe-nuhnya Selatan (6,85 persen) dan Sulawesi Tenggara (5,09 persen).
dimanfaatkan oleh penduduk, lebih dari satu persen atau sekitar Selain itu persentase yang sedang mencari pekerjaan, tertinggi
2,4 juta penduduk usia remaja (7-15 tahun) tidak bersekolah lagi ada di provinsi DKI Jakarta (5,15 persen), Kepulauan Riau
baik karena putus sekolah maupun karena tidak melanjutkan dari (5,03 persen) dan Sulawesi Utara (5,01 persen). Sementara
SD/MI ke SMP/MTS dan dari SMP/MTs ke jenjang pendidikan provinsi dengan persentase penduduk remaja usia 15-24
menengah disebabkan berbagai alasan, diantaranya karena tahun yang bukan angkatan kerja terbesar adalah Provinsi
tidak dapat membayar uang sekolah, masing-masing 51 persen Kepulauan Bangka Belitung (96,97 persen), diikuti tiga provinsi
remaja perempuan dan 54 persen remaja laki-laki (SDKI-R, yaitu Maluku Utara (96,6 persen), Papua (95,97 persen) dan
2007). Kondisi tersebut memerlukan perhatian pemerintah Sumatera Barat (95,96 persen).
agar pelaksanaan program wajib belajar sembilan tahun dapat
berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan kualitas sumber Persentase remaja kelompok umur 20-24 tahun yang mengaku
daya manusia Indonesia. Pemerintah mulai merintis program bekerja sebesar 53,17 persen, dan kelompok umur 15-
Wajib Belajar 12 tahun pada 2012 dengan memberikan Bantuan 19 tahun adalah sebesar 11,21 persen. Sedangkan remaja
Operasional Siswa SMA (BOS SMA), dengan harapan tidak ada yang mengaku bukan angkatan kerja sebagian besar (33
lagi remaja usia sekolah tidak bersekolah/putus sekolah. persen) berada pada remaja kelompok umur 15-19 tahun,
hal ini kemungkinan banyak remaja yang masih melanjutkan
Ketenagakerjaan pendidikan atau bekerja bukan status utamanya. Data lain
Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk menunjukan bahwa 10,52 persen remaja kelompok umur 20-
remaja usia 15-24 tahun, bukan penduduk remaja usia 10-24 24 tahun dan 4,56 persen kelompok umur 15-19 tahun yang
tahun, hal ini karena penduduk remaja kelompok umur 10-14 menjawab bersedia bekerja apabila ada yang menyediakan
tahun termasuk penduduk remaja yang masih harus sekolah. lapangan pekerjaannya.
Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, Jumlah angkatan
kerja sebanyak 172.070.339 jiwa, 66,06 persen diantaranya Diantara remaja yang melakukan kegiatan seminggu yang lalu,
adalah remaja usia 15-24 tahun, jumlah tersebut menunjukkan banyak remaja yang bekerja sebagai buruh/ pegawai (48,85
bahwa penduduk remaja cukup besar yang termasuk dalam persen) serta remaja yang bekerja dengan berusaha sendiri
angkatan kerja yang perlu ditingkatkan kualitasnya agar dapat (12,25 persen). Umumnya remaja yang pada kelompok 20-
bener-benar sebagai aset pembangun-an yang potensial dalam 24 tahun lebih besar (69,84 persen) dalam melakukan aktifitas
menggerak-kan perekonomian. dalam bekerja dibandingkan remaja pada kelompok 15-19
tahun (30,16 persen).
Secara umum jumlah angkatan kerja usia 15-24 tahun Remaja umur 15-19 tahun yang bekerja bersama keluarga
lebih banyak diperkotaan (42.138.175 jiwa) dibanding kan dan tidak dibayar sebanyak 9,43 persen, sedang kan remaja
diperdesaan (35.402.013 jiwa). Hal ini disebabkan remaja di kelompok umur 20-24 tahun sebesar 18,16 persen. Perbedaan
perkotaan ingin mendapatkan kemudahan dalam akses baik yang mencolok terlihat pada remaja yang berusaha sendiri,
untuk mendapatkan pekerjaan dan mencari pekerjaan maupun yaitu remaja kelompok usia 20-24 tahun (2,78 persen) lebih
mereka yang karena alasan lain ingin tinggal diperkotaan. besar dibandingkan remaja kelompok umur 15-19 tahun (13,56
Kecenderungan inipun ditunjukkan bahwa penduduk usia 15-24 persen). Hal ini terjadi karena kelompok remaja yang lebih tua
tahun yang bekerja diperkotaan jauh lebih besar dibandingkan kemungkinan telah memiliki penge-tahuan dan kemampuan
dengan diperdesaan, yaitu 445.438 jiwa dibanding 2.116.978 untuk melakukan aktifitas dalam mendapatkan uang.
jiwa. Sebaliknya mereka yang mencari pekerjaan diperkotaan Sementara itu penduduk remaja umur 15-19 tahun (3,5 persen)
1.877.807 jiwa lebih sedikit dibandingkan mereka yang tinggal dan kelompok 20-24 tahun (10,96 persen) yang bekerja lepas/
dipedesaan 1.012.109 jiwa. Hal ini kemungkinan terjadi karena sebagai pekerja bebas, berarti mereka melakukan aktifitas
mereka yang tinggal dipedesaan kesulitan mendapatkan dalam memperoleh uang namun tidak memiliki kelangsungan
pekerjaan atau remaja tersebut memilih-milih lapangan dalam aktifitas tersebut.
pekerjaan yang sesuai/diinginkannya atau keterbatasan dalam
menyediaan lapangan pekerjaan. Kesehatan Reproduksi
Usia remaja adalah masa dimana seseorang berada pada
Berdasarkan persebaran jumlah penduduk remaja umur 15- sebuah kondisi masa peralihan antara anak-anak dan dewasa.
24 tahun menurut provinsi dan kegiatan, terdapat beberapa Perubahan yang terjadi pada usia remaja adalah perubahan
provinsi memiliki jumlah penduduk usia 15-24 tahun lebih secara fisik maupun perubahan non fisik. Hasil SDKI-R tahun
besar dibandingkan provinsi lainnya. Provinsi-provinsi dengan 2007 menunjukkan bahwa remaja perempuan yang tidak tahu
penduduk remaja 15-24 tahun tersebut adalah Jawa Barat tentang perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan

Policy Brief 3
Puslitbang Kependudukan - BKKBN
sebanyak 13,3 persen lebih tinggi dibandingkan hasil SDKI-R (sekolah, institusi pendidikan), non formal (melalui kelompok-
tahun 2002/2003 sebesar 10,7 persen. Hampir separuh (47,9 kelompok yang ada di masyarakat, misalkan Karang Taruna)
persen) remaja perempuan tidak mengetahui kapan seorang dan informal (melalui keluarga misalkan: BKR)
perempuan memiliki hari atau masa suburnya. Sebaliknya dari
hasil survei yang sama, persentase pengetahuan responden Daftar Pustaka :
laki-laki yang mengetahui masa subur seorang perempuan 1. Badan Pusat Statistik, Hasil Sensus Penduduk tahun
lebih tinggi (32,3 persen) dibandingkan dengan responden 2010
perempuan (29 persen). Secara nasional remaja yang 2. Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro. 2003.
mengetahui masa subur dengan benar sebesar 21,6 persen Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007.
(RPJMN 2010). Hasil survei RPJMN tahun 2010 menunjukkan Calverton, Maryland, USA: BPS and ORC Macro.
remaja yang terpapar informasi PIK-Remaja (Pusat Informasi 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keluarga
dan Konseling Remaja) mencapai 28 persen. Berarti hanya 28 Berencana, Badan Koordinasi Keluarga Berencana
dari 100 remaja yang akses dengan kegiatan yang berkaitan Nasional, Survei Indikator Kinerja Rencana
dengan informasi kesehatan reproduksi. Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Program Kependudukan dan KB Nasional Tahun
Departemen kesehatan tahun 2010 mencanangkan target 2010, Jakarta.
pengurang an prevalensi Anemia dibawah 20 persen bagi 4. Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, Departemen
remaja. Kekurangan zat besi khususnya pada anemia masih Kesehatan dan Macro Internasional; Survei Kesehatan
merupakan salah satu permasalahan gizi yang paling tinggi Reproduksi Remaja tahun 2007, Jakarta.
dan berat bagi Indonesia. Kekurangan zat besi memiliki risiko 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
meningkatkan kematian diantara wanita penderita anemia jika 1974 Tentang Perkawinan -------------- Diundangkan
terjadi pendarahan berlebihan. Persepsi anemia dikalangan oleh Menteri/Sekretaris Negara Republik Indonesia,
remaja yang pernah mendengar tentang anemia adalah 70 Sudharmono, Sh.Mayor Jenderal TNI, Jakarta, tanggal
persen remaja perempuan dan 60 persen remaja laki-laki 2 Januari 1974
(SDKI-R, 2007). Sedangkan 14 persen masing-masing laki-laki 6. H. Muhammad Basir Palu, Dr, Sp.A, MH.A, Deputi
dan perempuan memberikan jawaban yang benar mengenai Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan
anemia karena hemoglobin rendah. Hasil survei yang sama, Rerpoduksi, BKKBN, Pendewasaan Usia Perkawinan
menurut responden remaja bahwa median umur kawin ideal dan Hak-Hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia,
untuk perempuan adalah 23,1 tahun dan untuk laki-laki Jakarta, Oktober 2008
adalah 25,9 tahun. Sedangkan rata-rata umur ideal menikah
bagi perempuan dan bagi laki-laki masing-masing adalah 22 7. Undang-undang Nomor: 23 Tahun 2002 tentang
tahun dan 25 tahun. Informasi tentang umur ideal mempunyai Perlindungan Anak,--------------- Diundangkan oleh
anak pertama kali adalah antara umur 20-24 tahun. Remaja Sekretaris Negara Republik Indonesia, Bambang
perempuan dengan umur muda cenderung mengatakan Kesowo, Jakarta, tanggal 22 Oktober 2002.
bahwa umur ideal mempunyai anak pertama kali pada umur
20-24 tahun, sedangkan remaja perempuan dengan umur
lebih tua berpendapat sebaiknya pada umur 25 tahun atau
lebih. Lebih lanjut waktu ditanyakan jumlah anak yang ideal,
menurut responden perempuan menginginkan punya anak 2
orang anak (63 persen) begitu juga responden laki-laki (55
persen) dari mereka yang berpendidikan tidak tamat SMTA.
Sedangkan rata-rata jumlah anak ideal menurut remaja
perempuan dan laki-laki lebih dari dua anak, masing-masing
2,5 anak dan laki-laki 2,7 anak.

Dari hasil SDKI-R tahun 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan


remaja tentang cara paling penting untuk menghindari infeksi
HIV masih terbatas, hanya 14 persen wanita dan 95 pria
menyebutkan pantang berhubungan seks, 18 persen wanita
dan 25 persen pria menyebutkan menggunakan kondom, serta
11 persen wanita dan 8 persen pria menyebutkan membatasi
jumlah pasangan seksual sebagai cara menghindari HIV/AIDS
(SDKI-R 2002-2003).

Rekomendasi dan Implikasi Kebijakan


Policy Brief ini ditulis oleh Dwi Wahyuni dan Rahmadewi
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah baik Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
pusat maupun daerah adalah meneruskan kebijakan wajib Informasi lebih lanjut hubungi:
belajar 12 tahun dalam rangka meningkatkan kualitas SDM; Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
kebijakan untuk meningkatkan kualitas penduduk remaja Gd. Halim 2 Lantai Dasar,
yg putus sekolah melalui peningkatan ketrampilan dalam Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
Ph. (021) 8098018,8009029 ext. 661,662 | Email. naufal_azmi2000@yahoo.com
memanfaatkan kesempatan kerja; perlu digalakkan dan
ditingkatkan pelaksana-an kebijakan dan program peningkatan
pengetahuan Kesehatan Reproduksi melalui jalur formal

4 Policy Brief
Puslitbang Kependudukan - BKKBN

Anda mungkin juga menyukai