Anda di halaman 1dari 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Kemajuan iptek kedokteran bertumpu pada riset yang dilakukan,
termasuk riset biomedik yang dilakukan pada manusia sebagai objek. Riset
biomedik yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitian (riset biomedik
pada manusia) tidak dapat dihindarkan, walaupun telah dilaukan uji coba
pada hewan, karena adanya perbedaan spesies antara keduanya. Jadi,
walaupun hasil uji coba pada hewan ternyata efektif dan aman, belum tentu
hasilnya sesuai dengan manusia sebagai subjek. Uji coba pada hewan ini
meliputi riset fisiologik, patologik, toksiologik, dan terapeutik. (Amri dan
Hanafiah, 1999)
Menurut Harmita & Radji (2008) bahwa penanganan hewan percobaan
yaitu :
a. Mencit
Mencit bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, dan
lebih aktif pada malam hari dibandingkan siang hari.
Cara memanggil dan memegang mencit :
Buka kandang hati-hati, kira-kira cukup untuk masuk tangan saja, angakt
mencit dengan cara memegang ekor (3-4 cm dari ujung). Letakkan pada
lembaran kawat atau alas kasar lainnya. Dengan tanga kiri, jepit tengkuk
diantara telunjuk dan ibu jari. Pindahkan ekor dari tangan kanan keantara
jari manis dan jari kelingking tangan kiri. Mencit sip mendapati
perlakuan.
b. Tikus
Tenang dan mudah ditangani. Tidak seperti mencit, tikus tidak begiti
fotofobik. Aktivitasnya tidak demikian terganggu dengan adanya
manusia. Jika diperlakukan kasar tikus menjadi galak.
Cara mengambil dan memegang tikus :
Buka kandang, angkat tikus pada pangkal ekornya dengan tangan kanan,
letakkan diatas permukaan kasar/kawat. Letakkan tangan kiri dibelakang
tubuh/punggung kearah kepala. Selipkan kepala diantara jari telunjuk dan
jari tengah, sedangakn ibu jari, jari manis, dankelingkin diselipkan
disekitar perut sehingga kaki depan kiri.
Disamping uji coba pada hewan, untuk mengurangi penggunaan hewan
percobaan telah dikembangkan pula berbagai penelitian in vitro, untuk
mnentukan khasiat obat, contohnya uji aktivitas enzim, uji anti kanker
menggunakan Cell Line, uji antimikrooba pada pembenihan mikroba, uji
antioksidan, uji antiinflamasi, dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat
pada hewan, tetapi belum semua uji dapat dilakukan secara in vitro. (Subroto
& Harmanto, 2007)
Pengujian toksikologi tidak dilakukan langsung pada manusia, tetapi
dilakukan pada hewan uji (tikus, mencit, kelinci, dan anjing). Logika yang
mendasarinya adalah bahwa reaksi dari hewan uji dan manusia terhadap
bahan kimiapada dasarnya sama atau sebanding.namun, harus tetap didasari
bahwa dalam hal ini ada unsur ketidakpastian, karena bagaimana pun manusia
tentu tidak bisa disamakan dengan hewan uji. (Djojosumarto, 2008)
Disamping perlakuan dengan suhu rendah, hewan uji juga dibuat stress
dengan pemberian etanol berkonsentrasi 50% pada dosis 10 ml/kg berat
badan. Etanol ini diberikan pada tikus yang dipuasakan terlebih dahulu
selama dua hari. (Sukrasno & Tim lentera, 2003)

Anda mungkin juga menyukai