Anda di halaman 1dari 22

STATUS PSKIATRI

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. U
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Belum Bekerja
Status Perkawinan : Belum Menikah
Bangsa/ suku : Indonesia / Jawa
Alamat : Ngenyakmangir, Wijirejo, Pandak, Bantul, Yogyakarta
No. RM : 60xxxxx
Tanggal Periksa : 14 Agustus 2017
1.1. Sebab dibawa ke Rumah Sakit ( Keluhan Utama )

Pasien datang untuk kontrol rutin dan obatnya sudah habis. Pasien mengatakan masih

sering bingung, dan badan terasa pegal-pegal.

1.2. Riwayat Perjalanan Penyakit ( Riwayat Penyakit Sekarang )

Autoanamnesis

Pasien laki-laki usia 33 tahun, datang untuk kontrol rutin, terkadang pasien masih

sering bingung, banyak pikiran karena belum mendapatkan pekerjaan, dan badan terasa

pegal-pegal setelah ikut kerja bakti di desanya.

Pasien tinggal bersama orang tua, dan satu adek kandungnya. Kegiatan pasien

sehari- hari membantu ibunya memelihara ayam potong dan telur ayam. Setiap pagi

pasien mengantarkan adeknya untuk berangkat ke sekolah. Satu hari sebelum kerumah

sakit pasien membantu warga sekitar kerja bakti, pasien mengangkat semen dan pasien

merasa tidak kuat.

Tahun 2013 pasien pernah dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa magelang selama satu

bulan. Pasien mengatakan sering bingung. Dirumah pernah di rantai didalam rumah,

1
kemudian orang tuanya membawa ke RSJ magelang. Tahun 2016 pasien kembali rawat

inap di Rumah Sakit Jiwa Magelang selama 1 bulan. Tapi kejadian di tahun 2013 dan

2016 pasien mengatakan sudah lupa apa saja yang pernah terjadi di tahun tersebut.

Kemudian 2017 januari pasien kambuh lagi, lalu datang lagi ke dokter jiwa

mengeluh merasa bingung, bicara tidak bisa dikendalikan, sering mimpi buruk dan susah

tidur, bisikan- bisikan tidak ada. Pasien juga mengatakan ketika itu bingung karena

motor kesayanganya rusak dan tidak ada biaya untuk servis.

Pasien mengatakan ibunya sangat cerewet dirumah, sehingga pasien kadang

merasa sebal, dan hanya memendam saja dalam hati. Pasien tidak pernah bergaul dengan

teman- temanya. Pasien lebih suka di daalam rumah saja. Pasien tamatan SMK dibantul,

sejak lulus SMK pasien belum pernah mencoba untuk bekerja, dan pasien belum ada

rencana untuk berumah tangga.

Maret 2017 pasien datang kembali ke dokter jiwa, pasien masih sering merasa

bingung. Pasien mengatakan kalo ibunya menyuruhnya pasien untuk bekerja. Pasien

terkadang merasa keberatan dan bingung. Karena pasien merasa tidak mampu untuk

bekerja. Pasien merasa tetangga tetangganya sering mengejek. Pasin sering mimpi

buruk. Pasien juga sering bicara tidak jelas yang tidak dapat dikendalikan sendiri. Pasien

juga terkadang ngamuk sendiri ketika bulan januari 2017.

Hubungan pasien dengan kedua saudaranya baik. Adek laki-laki nomer dua nya

bekerja di hongkong sebagai tenaga kerja indonesia. Seminggu sekali mereka saling

berkomunikasi. Saat ini pasien sudah lumayan membaik, rajin minum obat. Harapan

pasien saat ini ingin mempunyai uang banyak untuk membeli pakaian baru. Dan

membuat kedua orang tuanya bahagia.

2
1.3. Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi Sosial dan
Kemandirian)
Diperoleh secara autoanamnesis`
Sistem Saraf : demam (-), riw. kejang (-), tremor (-), sakit kepala bagian
belakang (-) dan terasa berat.
Sistem Kardiovaskular : udem kaki (-), nyeri dada (-)
Sistem Respirasi : terlihat sesak nafas (-), batuk (-), pilek (-)
Sistem Digestiva : BAB normal, muntah (-), diare (-), sulit makan (-)
Sistem Urogenital : BAK normal
Sistem Integumentum : berjerawat (+), gatal pada kulit (+),
Sistem Muskuloskeletal : edema (-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-), lemah otot (-).
1.4. Mental Line

Gejala

2013 2014 Jan 2017 Maret 2017


Fungsi Peran

3
1.5. Hal-Hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu
1.5.1. Hal Hal yang Mendahului Penyakit

Faktor Organik

Tidak ada riwayat terjadinya penyakit kecacatan fisik maupun penyakit kronis berat

yang parah ( DM, Stroke, Jantung) yang membuat pasien menjadi sering bingung.

Faktor Psikososial ( Stressor Psikososial )

Ibunya yang terlalu cerewet dan otoriter.

Faktor Predisposisi

Kepribadiaan pasien cenderung pendiam dan jarang mengungkapkan perasaanya pada

orang lain atau keluarga.

Faktor Presipitasi

Ibu pasien mendesak segera bekerja, tetapi pasien belum mampu dan belum mau.

1.5.2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya

Pasien pernah mengalami keluhan yang sama dan pernah dirawat inap di Rumah Sakit

Jiwa

Riwayat Sakit Berat/ opnam

Pasien pernah sakit Demam berdarah

1.6. Riwayat Keluarga

1.6.1. Pola Asuh Keluarga

Pola asuh keluarga adalah pola asuh otoriter, ibu pasien sangat cerewet dan suka

mengatur. Pasien dituntut untuk daapat bekerja menghasilkan uang. Ayah pasien yang

cenderung pendiam.

1.6.2. Riwayat Penyakit Keluarga

4
Dari autoanamnesis pasien, dikatakan bahwa ibu pasien memiliki sakit darah tinggi.

Riwayat Psikiatrik di sangkal

1.6.3. PEDIGREE

33 Tahun 27 Tahun 14 Tahun

Ket :

Laki-laki

Perempuan

Tinggal satu rumah

Garis pernikahan

Garis keturunan

Physical or Mental illnes

5
1.7. Riwayat Pribadi

1.7.1. Riwayat Kelahiran

Pasien mengatakan bahwa dari sepengetahuan pasien, pasien lahir normal di dukun

beranak.

1.7.2. Latar Belakang Perkembangan Mental

Pasien mengatakan bahwa dari kecil pasien tidak ada permasalahan dalam beradaptasi

dengan lingkungan, namun pasien memang tidak pernah curhat tentang perasaan atau

masalah yang dihadapi kepada orang tua ataupun orang lain. Sehingga terkadang

banyak memikirkan ucapan- ucapan ibunya yang mengganggu perasaanya.

1.7.3. Perkembangan Awal

Pasien mengatakan bahwa dari sepengetahuan pasien, tumbuh kembang pasien seperti

mulai bicara dan berjalan saat kecil dalam batas normal

1.7.4. Riwayat Pendidikan

Pasien pertama masuk SD Negri Pandak usia 7 tahun ditempuh selama 6 tahun.

Kemudian melanjutkan SMP ditempuh selama 3 tahun, lalu melanjutkan ke SMK

Jurusan otomatif ditempuh selama 3 tahun. Selama sekolah pasien tidak pernah

mengalami kesulitan ataupun mendaptkan prestasi namun ditempuh tepat waktu.

1.7.5. Riwayat Pekerjaan

Autoanamnesis, Pasien belum pernah mencoba untuk bekerja karena merasa tidak
mampu,dan bingung.
1.7.6. Riwayat Perkembangan Psikoseksual
Autoanamnesis, Pasien lupa kapan tepatnya pertama kali ia mengalami mimpi basah.
Hingga SMK pasien belum pernah pacaran meskipun sudah beberapa kali menyukai
teman perempuannya. Saat ini pasien belum menikah.

6
1.7.7. Sikap dan kegiatan Moral Spiritual
Autoanamnesis, pasien mengaku beragama Islam. Pasien mengatakan dulunya rajin
menjalankan shalat 5 waktu dan rajin mengaji, tetapi sekarang pasien malas untuk
mengaji. Shalat juga sering ditinggalkan, biasanya hanya shalat dhuhur dan ashar, 3
waktu shalat lainnya pasien lebih memilih untuk tidur. Pasien tau bahwa jika tidak
shalat akan berdosa, tetapi ia tak memikirkan tentang dosanya
1.7.8. Riwayat Perkawinan
Saat ini pasien belum menikah
1.7.9. Riwayat Kehidupan Emosional ( Riwayat Kepribadian Premorbid)
Pasien cenderung tertutup urusan pribadi
Pasien tidak suka bercerita tentang kehidupanya
Pasien cenderung sedikit teman teman dilingkungan sekitarnya
1.7.10. Hubungn Sosial
Pasien mengatakan hubungan dengan tetangga-tetangganya tidak ada masalah, tetapi
terkadang pasien merasakan tetanga- tetangganya sering mengejek. Hubungan dengan
ibunya cenderung dinginm karena ibunya terlalu cerewet
1.7.11. Kebiasaan
Pasien mengatakan memiliki kebiasaan merokok kurang lebih 4 batang sehari, pasien
mengatakan tidak pernah mencoba minum-minuman alkohol ataupun obat-obatan
terlarang.
1.7.12. Status sosial Ekonomi
Autoanamnesis , Keluarga pasien bisa dikatakan merupakan keluarga yang kurang
mampu. Saat ini pencari nafkah utama adalah bapak. Ia harus menanggung 3 orang
yang semuanya tidak cukup mampu untuk bekerja. Penghasilannya sebagai buruh
hanya cukup untuk makan sehari-hari dan hidup bersosial. Rata-rata penghasilan
sebagai buruh saat ada yang membutuhkan tenaganya hanya mendapat Rp
20.000,00/hari dan bila penumpang cukup ramai bisa mencapai sekitar Rp
500.000,00/hari.
1.7.13. Riwayat Khusus
Pengalaman Militer (-)
Urusn dengan Militer (-)
1.7.14. Riwayat Hukum
Autoanamnesis, Pasien belum pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat.

7
1.8. Kesimpulan Autoanamnesis
Pasien laki-laki usia 33 tahun, datang untuk kontrol rutin. Pasien datang sendirian.

Pasien masih sering bingung, banyak pikiran karena belum mendapatkan pekerjaan, dan

badan terasa pegal-pegal setelah ikut kerja bakti di desanya. Pasien tinggal bersama

orang tua, dan satu adek kandungnya. Kegiatan pasien sehari- hari membantu ibunya

memelihara ayam potong dan telur ayam. Setiap pagi pasien mengantarkan adeknya

untuk berangkat ke sekolah. Satu hari sebelum kerumah sakit pasien membantu warga

sekitar kerja bakti, pasien mengangkat semen dan pasien merasa tidak kuat.

Dilakukan autoanamneis, Sebelumnya pasien pernah dirawat inap di rumah sakit

jiwa Magelang sebanyak dua kali. Keluhan yang dirasakan pertama kali tahun 2013

pasien mengatakan sudah lupa. Pasien hanya sering mengeluh merasa bingung, dan

merasa tetangganya sering mengejek dia. Ibu pasien merupankan orang tua yang cerewet

dan menuntut pasien untuk bisa mendapatkan pekerjaan menghasilkan uang.

Namun,pasien merasa belum mampu bekerja. Kegiatan yang dilakukan dirumah sehari-

hari hanya membantu ibunya melihara ayam.

Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adek nomer duanya menjadi

tenaga kerja indonesia di hongkong. Hubungan pasien adek-adek kandungnya baik. Ayah

pasien cenderung diam. Pasien mengatakan kebiasaan merokok setiap hari sejak SMP

dilakukan, dalam sehari pasien dapat menghabiskan 4 batang rokok. Nafsu makan pasien

baik, makan 3 kali sehari. Siklus tidur pasien mengatakan banyak tidur sepanjang hari.

Pasien mengatakan januari 2017 kalau biacara tidak dapat dihentikan, selalu banyak

ocehan.

Aktivitas sehari hari hanya dilakukan dirumah saja. Pasien takut akan ocehan dari

ibunya yang selalu menuntut untuk bisa bekerja dan menghasilkan uang. Pasien merasa

belum mampu bekerja, pasien juga merasa bersalah karena belum bisa bekerja.

8
Saat ini bisikan- bisikan pasien tidak keluhankan. Mampu melihat hal- hal yang

gaib disangkal oleh pasien. Harapan pasien saat ini dapat memiliki pekerjaan dan

mempunyai uang untuk membeli pakaian baru.

2. PEMERIKSAAN FISIK
2.1. Status Pemeriksaan Fisik
2.1.1. Status Internus
Tanggal Pemeriksaan: 14 Agustus 2017
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan : tidak ditemukan kelainan
Berat Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tinggi Badan : tidak dilakukan pengukuran
Tanda Vital
- Tekanan Darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 88 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : Afebris
Kepala
- Inspeksi : tidak tampak jerawat tumbuh di wajah. Pasien tidak
mengenakan kaca mata. Potongan rambut belah samping (kanan) tampak
cukup terawat
- Mata : conjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher
- Palpasi : limfonodi tak teraba
- Pengukuran JVP : tidak dilakukan pemeriksaan
Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 reguler, bising jantung (-)
- Sistem Respirasi : wheezing (-), ronkhi (-), vesikuler (+/+)
Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : peristaltik (+), supel, nyeri tekan (-)
- Sistem Urogenital : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : tidak ditemukan kelainan
Sistem Integumentum :
9
Kesan Status Internus : Dalam batas normal

2.1.2. Status Neurologis


Kepala dan Leher : tidak dilakukan
Tanda Meningeal : (-)
Kekuatan Motorik : dalam batas normal
Sensibilitas : dalam batas normal
Refleks Fisiologis : tidak dilakukan
Refleks Patologis : (-)
Gerakan Abnormal : (-)
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)
Kesan status neurologis: pemeriksaan yang dilakukan dalam batas normal

2.1.3. Hasil Pemeriksaan Penunjang


EKG : tidak dilakukan pemeriksaan.
EEG : tidak dilakukan pemeriksaan.
CT Scan : tidak dilakukan pemeriksaan
Foto Rontgen : tidak dilakukan pemeriksaan.
LAB darah : tidak dilakukan pemeriksaan.

2.2. Status Psikiatri


Tanggal Pemeriksaan: 14 Agustus 2017
No Status Psikiatri Hasil Keterangan
Deskripsi umum
1. Penampilan Rawat diri baik Pasien berusia 33 tahun, tampak
sesuai umur, kesan gizi cukup.
Pasien memakai kemeja lengan
pendek dan celana panjang.
2. Kesadaran Kuantitatif: GCS E4V5M6 Pasien sadar penuh
Kualitatif : Compos mentis
3. Pembicaraan Kuantitas : saat berbicara Pasien menjawab pertanyaan
masih bisa dihentikan dengan singkat, pasien banyak yang
Kualitas : koheren dan lupa apa yang sudah terjadi tahun

10
relevan lalu, pembicaraan cukup jelas, kata-
Produksi : spontan kata masih dapat dimengerti,
intonasi berbicara cukup jelas.
4. Perilaku dan Pasien tampak bingung Pasien tampak bingung dan
aktivitas Pasien berjalan dalam batas mengingat ingat kejadian yang
psikomotor normal berlalu
5. Orientasi Orang: baik Pasien dapat mengenali siapa
pemeriksanya
Waktu: baik Pasien dapat mengetahui hari ini
ketika dilakukan pemeriksaan .
Pasien mengetahui tempat ini
Tempat: baik
padaa saat dilakukan pemeriksaan
Situasi : baik Pasien mengetahui situasi
dilingkungan ruangan saat
dilakukan pemeriksaan
Memori segera (immediate) Pasien dapat mengingat nama
pemeriksa yang baru dikenalnya
Memori jangka pendek Pasien dapat menceritakan
(recent) kemarin malam makan apa
Memori jangka menengah Pasien ingat kejadian liburan
Memori (recent past) kepantai ketika liburan idul fitri
Memori jangka panjang Pasien ingat ketika pengalaman
(remote) pertama kali di sunat
Pasien ingat kebiasaan masa kecil.

5. Sikap/tingkah Kooperatif Pasien dapat diajak berbicara ketika


laku diwawancarai
Keadaan afektif
1. Mood Eutimik Pasien tampak biasa saja saat
diwawancarai.
2. Afek Appropriate Ekspresi wajah pasien sesuai
dengan apa yang diungkapkannya
Gangguan proses

11
pikir
Bentuk pikir: Bentuk pikiran pasien saat ini sesuai
dengan kenyataannya

Proses pikir : Mampu menjawab sesuai


Koheren, relevan pertanyaan dan dapat bercerita
secara runtut
Isi pikir:
Waham (-), siar pikir (-), Pasien sudah tidak merasa apa yang
fobia (-), waham bizare (-), dikatakan oleh tetangga-
waham cemburu (-), waham tetangganya.
diancm (-), waham berdosa
(-), waham bersalah (+),
waham tak berguna (+)
Gangguan
persepsi
1 Halusinasi Halusinasi auditorik (-) Pasien tidak mendengar suara-suara
aneh/halusinasi auditorik (-)

Gangguan
intelegensi
1. Taraf pendidikan SMK Pasien lulusan SMK jurusan
otomatif dengan waktu tempuh 3
tahun
2. Pengetahuan Baik Pasien bisa menyebutkan macam-
umum macam olahraga
3. Daya konsentrasi Baik Pasien dapat membaca dengan
tulisan terbalik

12
4. Perhatian Baik Pasien memperhatikan saat
diwawancarai dan beberapa kali
dapat kembali bertanya kepada
pemeriksa, pasien bisa mengeja kata
H-O-T-E-L
5. Pikiran abstrak Baik Pasien mampu membedakan buah
apel dengan jeruk
6 Kemampuan Baik Pasien bisa mandiri dalam hal
menolong diri mandi, makan, minum, melakukan
sendiri aktivitas sehari-hari
Tilikan balik
Insight Derajat 4 Saat ditanya pasien mengatakan
dirinya sakit dan sangat ingin
sembuh, tapi pasien tidak
memahami penyebab sakitnya

2.2.1. Gangguan Intelegensi Sesuai Umur / Pendidikan


Tidak ada.
2.3. Hasil Pemeriksaan Psikologis
2.3.1. Kepribadian
Tidak dilakukan
2.3.2. IQ
Tidak dapat dilakukan tes
2.3.3. Lain-Lain
Tidak ada
3. Rangkuman Data yang di Dapatkan pada Penderita

3.1. Gejala (Symptom )

Penampilan

Pasie tidak tampak sakit jiwa, kooperatif, pakaian terlihat bersih dan rawat diri yang

baik.

13
Perilaku dan Aktivitas Psikomotor

Cara berjalan normal, gerakan tubuh tidak kaku, semua dalam batas normal.

Pembericaraan

Pasien menceritakan apa yang ditanya oleh pemeriksa, isi pembicaraan relevan dan

koheren.

3.2. Tanda- Tanda ( Sign )

Delusi of control

Orientasi waktu, tempat, orang, situasi baik

Merasa bingung

Mood eutimik

Afek appropriate

Penarikan diri dari lingkungan (gejala negatif)

3.3. Kumpulan gejala

Pada saat auotoanamnesis, pasien tampak tenang. Gejala saat ini pasien merasa

bingung, dan tetangganya seperti mengejeknya. Dan pasien mengatakan terkadang

kalau berbicara tidak bisa dikendalikan ( banyak ocehan). Walaupun sudah 2 kali

rawat inap di rumah sakit jiwa Magelang saat ini pasien sudah bisa merawat diri

dengan baik dan dapat membantu ibunya merawat ayam peliharanya.

4. DIAGNOSIS BANDING

F.20.3 Skizofrenia tak terinci

F.20.0 Skizofrenia Paranoid

F.20.5 Skizofrenia Residual

5. Rencana Pemeriksaan Penunjang

Tidak perlu dilakukan karena pasien tidak menunjukan gejala- gejala Patologik pada organ.

14
6. DIAGNOSIS

AKSIS 1 (Gangguan Jiwa,kondisi yang menjadi fokus perhatian )

F.20.3.4 Skizofrenia tak terinci remisi tidak sempurna

AKSIS II (Gangguan Kepribadian, retardasi mental)

Z 03. 2

AKSIS III ( Kondisi Medik Umum)

Tidak ada

AKSIS IV ( stressor Psikososial)

Masalah dengan primary support group (keluarga)

AKSIS V ( Fungsi Sosial)

GAF 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabiltas ringan dalam fungsi,

secara umum masih baik.

7. RENCANA TERAPI/ PENATALAKSANAAN

Farmakoterapi

Riseridone 2 X 2 mg

Clozapine 1 X 25 mg

Psikoterapi

Terapi Keluarga
Pasien keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia, memberikan pendidikan dan informasi
tentang skizofrenia pada keluarga pasien (misalkan tanda-tanda awal dari kekambuhan, peran
pengobatan, dan efek samping obat yang diberikan). Terapi ini juga untuk mencegah
munculnya ekspresi emosi yang meningkat dari pasien
Terapi Kelompok
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencan, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial dan meningkatkan
rasa persatuan. Pasien dengan gejala negative, meskipun mereka tampak tidak berpatisipasi
aktip tapi biasanya mereka tetap mendengarkan.

15
8. PEMBAHASAAN

PEDOMAN DIAGNOSTIK SKIZOFRENIA MENURUT PPDGJ III (Maslim,


2003) :
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a) - Thought echo = isi pikiran dirinyasendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) , dan isi pikiran ulangan, walaupun isi sama, namun
kualitasnya berbeda; atau
-Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrawal); dan
-Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya;
b) -Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
-Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
-Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan tertentu dari luar;
(tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
-Delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara
yang berbicara), atau
- jenis suara halusinasi lain yang berasla dari salah satu bagian tubuh
d) Waham waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
16
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dari dunia lain).
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide ide berlebihan (over loaded ideas)
yang menetap, atau yang apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu
atau berbulan bulan terus menerus;
b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme;
c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor;
d) Gejala gejala negatif, seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus
jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi
neuroleptika;
3. Adanya gejala gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal);
4. Harus ada suatu perbuatan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,
sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara
sosial.

F20.3 Skizofrenia tak Terinci (Undifferentiented)


Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.
Tidak memenuhin kriteria untuk diagnosis skizofrenia, paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia

17
F20.5 Skizofrenia Residual
Pedoman Diagnostik
Untuk suatu diagnostik yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi
semua:
a) Gejala negatif dari skizofrenia yangb menonjol, misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiaadaan
insiatif, kemiskinan dalam kantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal
yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi
tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia.
c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.
d) Tidak dapat demintia atau penyakit/ganguan otak organik lain, depresi kronis atau
institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilatas negtif tersebut.
F20.0 Skizofrenia Paranoid
Pedoman Diagnostik
Memenuhi kriterianumum diagnosis skizofenia.
Sebagai tambahan :
o Halusinasi dan/atau waham harus menonjol:
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapanrasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubu; halusinasi visul mungkin ada tetapi jarang menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion
of control) dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yangb
paling khas
o Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.

18
Penanganan terapi Farmaklogi pada pasien dengan skizofrenia adalah dengan obat
Antipsikotik. Obat antipsikotik dibagi menjadi antipsikotik tipikal (antipsikotik
konvensional/antipsikotik klasik) dan antipsikotik atipikal (novel antipsychotics), dimana
terdapat perbedaan mekanisme kerja dan profil efek samping di anatara kedua golongan
tersebut.

Tabel di bawah ini memperlihatkan klasifikasi antipsikotik yang umum dipergunakan


beserta dosis pemakaiannya
piperid
Antipsikotik Group Kimia Dose Anjuran

Typucal
Chlopromazine (Larga ctil Phenothiazine (aliphatic) 150-600
Thioridazine (Melleni) Phenothiazine (pipiredine) 150-600
Trifluoperazine (Stelazine) Phenothiazine (peperazine) 10-15
Haloperidol (Serenace) Butyrophenone 5-15

Pimozide (Orap Forte) Diphenilbutylpiperidine 2-4

Atypucal
Clozapine (Clozaril) Dibenzodiazepine 25-100
Qlazapine ( Zyprexxa) Dibenzodiazepine 10-20
Quetiapine (Seroquel) Dibenzodiazepine 50-400
Risperedone (Rispedal) Benzisoxazole 2-6

Sulpiride (dogmatil forte) benzamede 300-600

Antipsikotik tipikal mempunyai mekanisme kerja dengan memblokade


dopamin padareseptor pascasinaptik di jalur limbik dan ekstrapiramidal otak. Blokade
ini dipikirkn memperantarai efekasi antipsikotik tipikal dalam kemampuan mengurangi
atau menghilangkan simtom positif psikotik.
Efek terapetik antipsikotik atipikal dapat diterangkan dengan mekanisme kerja
sebagai berikut : 1) Blokade reseptor D2 pada jalur mesolimbik akan mengurangi
simptompositif. 2) Peningkatan pembebasan dopmin dan blokade resptor 5 HT2A pada
jalur mesokortikal akan mengurangi simptom negatif 3) ikata dengan resptor lain
memberi kontribusi akan terhadapmefikasi dalam pengobatan simptom kognitif, agresif

19
dan depresi. 4) Antagonisme 5 HT2A pada jalur nirostriatal akan mengurangi
simptomekstrapiramidal dan diskinesia tardif. 5) Antagonisme5 HT2A pada jhalur
tubulo infundibular akan mengurangi hiperprolaktinemia. Pada pasien ini menggunakan
terapi obat Resperidon 2mg yang diberikan 2 kali sehari yang berfungsi untuk
mengatasi gejala positif.

9. PROGNOSIS

Indikator Pada Pasien Prognosis


FAKTOR PREMORBID

1. Faktor genetik Tidak ada Baik


2. Pola asuh Otoriter Jelek
3. Faktor organik Tidak ada Baik
4. Dukungan keluarga Ada Baik
5. Sosioekonomi Ekonomi rendah Jelek
6. Faktor pencetus Ada Baik
7. Status perkawinan Belum menikah Jelek
8. Kegiatan spiritual Tidak rutin Jelek

9. Onset usia 33 tahun (dewasa Baik


muda)

10. Perjalanan penyakit Kronis Jelek


11. Jenis penyakit Skizofrenia tak Dubia
FAKTOR MORBID

terinci
12. Respon terhadap terapi Baik Baik
13. Riwayat disiplin minum Baik Baik
obat
14. Riwayat disiplin kontrol Baik Baik
15. Beraktivitas Baik Baik

Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam


.
10. RENCANA FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, mengevaluasi
efektivitas obat, dan kemungkinan munculnya efek samping dari terapi yang
diberikan.

20
Memastikan pasien mendapat psikoterapi untuk membantu memberikan dorongan
kepada pasien untuk tetap beraktivitas normal.

21
Daftar pusataka

Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ III. Jakarta: Nuh Jaya.
Kaplan-Sadock, (2010). Gangguan Psikotik Singkat. Editor : I. Made Wiguna S. Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Jilid1. Binarupa Aksara
Publisher. Tanggerang
Muslim Rusdi, (2007). Panduan Pratis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ke 3
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atma Jaya, Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai