Anda di halaman 1dari 11

REFERAT PSIKIATRI

GANGGUAN DEPRESI BERAT

PENYAJI : PUSPASARI AGUSTRI


PEMBIMBING : 1. Dr. AKHMAD SYAIFUL, Sp.KJ
2. Dr. LENNI C. SIHITE

SMF PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM
2012
Judul : Gangguan Depresi Berat
Nama : Puspasari Agustri
Hari / Tanggal : Sabtu / 31 Maret 2012
Dibacakan di : Poliklinik Psikiatri RSUD Embung Fatimah Kota Batam

I. PENDAHULUAN
Kategori diagnostik, gangguan depresi yang tidak spesifik, digunakan untuk pasien
yang menunjukkan gejala depresi sebagai fitur utama, tapi yang tidak memenuhi kriteria
diagnostik untuk gangguan suasana hati lainnya. Tiga gangguan memenuhi kriteria ini:
(1) gangguan depresi kecil,
(2) gangguan depresi berulang singkat, dan
(3) gangguan dysphoric pramenstruasi. 1

Gangguan depresi berat merupakan salah satu bentuk gangguan mood. Gangguan
mood adalah suatu kelompok klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan
pengalaman subyektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood terdepresi merasakan
hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu
makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Gejala non psikotik dapat ditegakkan
bila tidak terdapat adanya gejala psikotik seperti waham, halusinasi atau stupor depresif .
Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa,kemiskinan atau malapetaka yang mengancam,
dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfaktorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor. 4
II. TINJAU PUSTAKA

DEFINISI
Gangguan penyesuaian diri (adjustment disorder) merupakan reaksi maladaptif jangka
pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama tiga bulan dari
munculnya stressor tersebut. Gangguan ini merupakan respon patologis terhadap apa yang
oleh orang awam disebut sebagai kekurang beruntungan, atau yang menurut para psikiater
disebut sebagai stressor psikososial. Gangguan ini bukan merupakan kondisi lebih buruk dari
gangguan psikiatrik yang sudah ada. 1
Pasien dengan pengalaman perasaan depresi kehilangan energi atau mudah lelah,
perasaan bersalah, kesulitan dalam berkonsentrasi, kehilangan nafsu makan, dan pikiran
tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan suasana hati termasuk
perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, ucapan, dan fungsi vegetatif (misalnya,
tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan ritme biologis lainnya). Gangguan ini hampir selalu
menghasilkan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan terganggu.1

EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan DSM-IV TR prevalensi dari gangguan penyesuaian diantara 2 sampai 8
persen dari total populasi. Wanita didiagnosa dua kali lebih sering disbanding dengan pria,
dan wanita single secara umum memiliki resiko yang paling tinggi. Pada anak-anak dan
remaja, tidak ada perbedaan kecenderungan gangguan penyesuaian antara anak laki-laki dan
anak perempuan. Pada remaja, baik laki-laki maupun perempuan, stressor yang umum
menyebabkan gangguan penyesuaian diantaranya masalah sekolah, penolakan dari orang tua,
perceraian orang tua, dan tindak kekerasan yg diterima. Sedangkan pada orang dewasa,
sumber stressor yang umum diantaranya, masalah keluarga, perceraian, berpindah ke
lingkungan yang baru, dan masalah financial.1
Gangguan penyesuaian merupakan salah satu gangguan yang paling banyak
ditemukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit, baik yang dirawat karena penyakit fisik,
maupun juga pasien yang hendak mengalami operasi. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa
5 persen dari semua pasien yang dirawat pada suatu rumah sakit selama masa 3 tahun
didiagnosis mengalami gangguan penyesuaian. Kemudian juga ditemukan bahwa 50 persen
dari orang-orang yang memiliki riwayat penyakit medis, didiagnosis mengalami gangguan
penyesuaian.1
Angka gangguan depresi berat pada anak anak prasekolah diperkirakan adalah
sekitar 0,3% dalam masyarakat, dibandingkan 0,9% didalam lingkungan klinis. Depresi berat
sering terjadi pada anak laki laki dibandingkan dengan anak perempuan usia sekolah.1

ETIOLOGI

Berdasarkan definisi yang diungkapkan, gangguan depresi selalu didahului oleh satu
atau lebih stressor. Kadar kekuatan dari stressor tersebut tidak selalu sebanding dengan kadar
kekuatan gangguan yang dihasilkan. Kadar dari stressor tersebut dipengaruhi oleh banyak
factor yang kompleks, seperti derajat stressor, kuantitas, durasi, lingkungan maupun konteks
pribadi yang menerima stressor tersebut. Misalnya, reaksi dari anak berusia 10 tahun dan 40
tahun tentu sangat berbeda terhadap peristiwa meninggalnya orang tua. Factor kepribadian,
norma kelompok, serta budaya setempat juga sangat berpengaruh terhadap cara seseorang
menanggapi sebuah stressor.1

Stressor bisa single bisa multiple, single misalnya, kehilangan orang yang dicintai,
sedangkan yang multiple misalnya selain kehilangan orang yang dicintai, juga di PHK, dan
mengidap suatu penyakit. Selain itu stressor juga dapat berupa sesuatu yang berulang,
misalnya kesulitan bisnis di masa sulit, serta dapat berupa sesuatu yang terus menerus,
misalnya kemiskinan dan penyakit kronis. Perselisihan dalam keluarga dapat menyebabkan
gangguan depresi yang berpengaruh terhadap semua anggota keluarga, namun dapat juga
gangguan hanya terbatas pada satu anggota keluarga yang mungkin menjadi korban, atau
secara fisik, menderita penyakit. Terkadang, gangguan depresi juga dapat muncul pada
konteks kelompok atau komunitas, dimana sumber stresnya mempengaruhi beberapa orang
sekaligus, seperti yang terjadi pada komunitas yang mengalami bencana alam. Selain itu
tahap perkembangan tertentu seperti, mulai masuk sekolah, meninggalkan rumah untuk
merantau, menikah, menjadi ayah/ibu, gagal dalam meraih cita-cita, maupun ditinggal oleh
anak untuk merantau, sering diasosiasikan dengan gangguan depresi.1
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tapi diduga faktor faktor
dibawah ini yang berperan:1
1. Faktor Biologis
Data yang dilaporkan bahwa gangguan depresi berat berhubungan dengan disregulasi
heterogen pada biogenik (norepinefrin danserotenin). Penurunan serotenin dapat
mencetuskan depresi, dan pada beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi
metabolik seretonin didalam cairan serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat
ambilan serotonin yang rendah trombosit.
Faktor neurokimia lainnya seperti adrenalin cyclase, phospotidyl inositol,dan regulasi
kalsiummungkin juga memiliki relevasi penyebab. Penelitian yang dilakukan pada anak pra
pubertas dengan gangguan depresif berat dan usia remaja dengan gangguan mood telah
menemukan kelainan biologis.
Anak pra pubertas dalam suatu episode gangguan defresif berat mengsekresikan
hormon pertumbuhan yang secara bermakna lebih banyak selama tidur dibandingkan dengan
anak normal dan anak dengan gangguan mental nondepresi.

2. Faktor genetik
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari penderita
gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara
derajat pertama subyek kontrol untuk penderita gangguan. Penelitian terhadap anak kembar
menunjukkan angka kesesuaian pada kembar monozigotik adalah kira-kira 50 %, sedangkan
pada kembar dizigotik mencapai 10 sampai 25 %.

3. Faktor Psikologis
Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama
direplikasi bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului
episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah
dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum
usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset satu episode
depresi adalah kehilangan pasangan.
GAMBARAN KLINIS
Suatu mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi
yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi.3
Gejala lainnya dapat berupa : 3
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai berdasarkan
ungkapan pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya keluarga pasien, sekurang
kurangnya dibutuhkan waktu 2 minggu untuk menegakkan diagnosa terhadap pasien depresi.3

PEDOMAN DIAGNOSIS
I. Pedoman diagnosis menurut DSM IV TR 4

1. Pasien dengan mood depresi menderita rasa sedih atau perasaan kosong, kehilangan minat
atau kesenangan selama dua minggu atau lebih, ditambah empat atau lebih gejala berikut :
a. Gangguan tidur, insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hari.
b. Menurunnya minat atau kesenangan hampir pada semua kegiatan atau hampir sepanjang
waktu.
c. Perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai, atau perasaan tidak berharga
hampir di sepanjang waktu.
d. Kehilangan energi atau rasa letih yang hampir sepanjang waktu.
e. Menurunnya konsentrasi, sehingga sulit membuat keputusan.
f. Menurun selera makan.
g. Terdapat penarikan diri atau agitasi.
h. Memiliki pemikiran yang berulang-ulang tentang kematian atau ingin bunuh diri.
2. Gejala mengakibatkan penderitaan yang bermakna secara klinik, sosial, fungsi pekerjaan
atau fungsi penting lainnya.
3. Gejala bukan merupakan kriteria episode campuran, bukan merupakan efek dari
penyalahgunaan obat atau medikasi atau karena kondisi medik umum.
4. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh duka cita, yaitu setelah kehilangan orang yang
dicintai, gejala menetap lebih dari dua bulan atau ditandai gangguan fungsional yang jelas,
rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.

2. Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.2


Pedoman diagnostik pada depresi berat dibagi secara terpisah yaitu gangguan depresi
berat tanpa gejala psikotik dan gangguan depresi berat dengan gejala psikotik.

Episode depresi berat tanpa gejala psikotik:

Semua gejala depresi harus ada : afek depresif,kehilangan minat dan kegembiraan serta
berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.
Ditambah sekurang kurangnya 4 dari gejala lainnya: konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan
tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
mungkin pasien tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi
jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik :


Episode depresif berat yang memenuhi kriteria diatas.
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab
atas hal itu. Halusinasi audiotorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina
atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat
dapat menuju stupor.
Serasi atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).
Biasanya mulai terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang penuh stres, dan
gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan kecuali dalam hal reaksi depresi
berkepanjangan.

PENATALAKSANAAN 5
Bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf hebatnya gejala depresi
dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan dengan bijkasana dan penderita
sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan pikiran-pikiran bunuh diri kepada orang yang
memahami masalahnya, tetapi pada beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan
keinginan bunuh dirinya kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat
pikiran-pikiran atau rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit
dengan pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan.
Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan
farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi berat. Tiga
jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku,
telah diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguaSn depresi berat.
Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam
beberapa golongsan yaitu :
1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan opipramol.
2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
3. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine Oxsidase-A),
seperti : moclobemide.
4. Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline,
paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis)
sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu paruh sekitar
12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari). Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu :
1. Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I.
Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV, 100
mg/hari pada hari V dan VI.
2. Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15
hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.
3. Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.
Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis
pemeliharaan.
4. Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan
dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
5. Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage.
Misalnya amytriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari 75
mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari 25
mg/hari selama 1 minggu.

Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian
sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one
hour before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan
dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan.

Mengatasi Depresi Menggunakan Psikoterapi


Depresi merupakan indikasi bahwa anda memiliki masalah dalam diri anda yang
harus anda temukan solusinya. Depresi bukan hanya sekedar penyakit, melainkan sinyal dari
otak yang harus anda pecahkan.
Mengatasi depresi harus anda lakukan sebagai cara untuk mengembangkan diri anda
dan imbalan untuk mengubah hidup, otak, dan pola pikir anda.
Ahli Psikoterapi dapat membantu anda memahami alasan-alasan psikologis yang
menyebabkan depresi dan menawarkan anda dukungan untuk melalui proses yang sulit
tersebut.
Psikoterapi Dapat Membantu Anda Mengatasi Depresi Melalui:
- Menyelidiki pemicu depresi dalam pikiran dan sikap anda secara lebih mendalam
- Membantu anda mengenali masalah yang menyebabkan depresi mana yang bisa anda
selesaikan dan masalah mana yang harus anda jalani bersamaan dengan hidup anda
- Memperbaiki hubungan anda
- Membantu anda menemukan kebahagiaan hidup yang hilang karena depresi
- Membantu anda mengekspresikan perasaan anda dengan lebih baik
- Membantu anda meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri anda
- Membantu anda mengubah hidup anda menjadi lebih baik
- Membantu anda dalam menetapkan tujuan hidup anda yang akan meningkatkan kualitas
hidup anda
Semakin sehat dan kuat diri anda, semakin mudah pula anda mengatasi depresi dengan
bantuan psikoterapi. Namun sangatlah penting bagi anda untuk mengembangkan teknik
pribadi anda untuk memonitor dan mengendalikan diri anda sendiri untuk mengubah
pandangan serta pola pikir mengatasi depresi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock. BJ, Sadock VA, Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry 10 th ed Philadelphia
Tokyo Lippincott Williams and Wikins 2007. 528 - 535,569 - 572

2. Maslim, Rusdi, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,
2001 Jakarta. 64 - 65

3. Rowley, James A, emedicine from WebMD, November 2008


www.wikipedia.com/depresi-berat
4. Rindang Sitarani Putri. 2010 Ilmu Kedokteran Jiwa.Jurnal fkumyecase.
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Episode+Depresi+Berat+Tanpa+Gejala
+Psikotik&highlight=gangguan%20depresi%20berat

5. Departeman Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI..Farmakologi dan


Terapi.Jakarta : Gaya Baru. 2007.171 - 175

Anda mungkin juga menyukai