Anda di halaman 1dari 9

Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

Public Health Perspective Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/phpj

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI TIDAK TERKENDALI PADA PENDERITA YANG
MELAKUKAN PEMERIKSAAN RUTIN

Budi Artiyaningrum,Mahalul Azam

Jurusan IlmuKesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,UniversitasNegeri Semarang,


Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Hipertensi tidak terkendali merupakan penyakit degenerative yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh
Diterima 3 Maret 2016 darah, jantung, ginjal, otak dan mata. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
Disetujui 3 April 2016 dengan kejadian hipertensi tidak terkendali pada penderita yang melakukan pemeriksaan rutin di Puskesmas
Kedung mundu Kota Semarang. Penelitian ini merupakan surveian alitik dengan pendekatan kasus kontrol, dan
Dipublikasikan 2 Juni
dilakukan kajian kualitatif dengan wawancara mendalam. Sampel berjumlah 88 responden, 44 kasusdan 44
2016
kontrol diambil dengan car apurposive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat danbivariat
________________ menggunakan ujichi square. Hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
Keywords: tidak terkendali yaitu umur (p=0,022;OR=2,956), status pasangan (p=0,001;OR=4,610), konsumsi garam
Risk Factors, Uncontrolled (p=0,001;OR=4,173), konsumsi kopi (p=0,033;OR=2,528), stres (p=0,0001;OR=6,333), dan konsumsi obat anti
hipertensi (p=0,010;OR=3,095). Faktor yang tidak berhubungan yaitu obesitas (p=0,280;OR=1,598), konsumsi
Hypertension
alkohol (p=0,502;OR=1,579), merokok (p=0,265;OR=1,651), dan aktivitas olahraga (p=0,509;OR=1,338). Saran
____________________
bagi masyarakat yaitu melakukan modifikasi gaya hidup dan menghindari factor risiko hipertensi tidak
terkendali.

Abstract
___________________________________________________________________
Uncontrolled hypertension was a degenerative disease that can caused damage to blood vessels, heart, kidneys,
brain and eyes. The purpose of this study was to identify factors that related with uncontrolled hypertention on
check up patient in Kedungmundu health care center, Semarang. This study was an analytic survey with case-
control approach, and conducted a qualitative study with in-depth interviews. Samples 88 respondents, 44 cases
and 44 controls were taken by purposive sampling. Data analysis was performed using univariate and bivariate
by chi square test. The result from this study showed that factors related with uncontrolled hypertension were
age (p=0,022;OR=2,956), partner status (p=0 ,001;OR=4,610), consume of salt (p=0,001;OR=4,173),
consume of coffee (p=0,033;OR=2,528), stress (p=0,0001;OR=6,333), and consume of antihypertension drug
(p=0,010;OR=3,095). There were not significant related between obesity (p=0,280;OR=1,598), consume of
alcohol (p=0,502;OR=1,579), smoking (p=0,265;OR=1,651), and exercise activity (p=0,509;OR=1,338).
Recommendation for public to modify lifestyle and avoid risk factors of uncontrolled hypertension.

2016UniversitasNegeri Semarang

Alamat korespondensi: p-ISSN 2528-5998


SekaranGunungpati Semarang 50229 Jawa Tengah-Indonesia
e-ISSN 2540-7945
E-mail: Budhyartiya@yahoo.co.id

12
Budi Artiyaningrum & MahalulAzam/ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

PENDAHULUAN
hipertensi tidak terkendali (Puskesmas
Hipertensi kini menjadi masalah global Kedungmundu, 2014).
karena prevalensinya yang terus meningkat dan Sekitar 40% kematian di usia muda
kian hari semakin mengkawatirkan, diakibatkan karena hipertensi tidak terkendali.
diperkirakan pada tahun 2025 sekitar 29% orang Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
dewasa di seluruh dunia akan menderita hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar
hipertensi (Depkes RI, 2006). Hipertensi tidak yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan
terkendali yaitu ukuran tekanan darah sistolik seperti jenis kelamin, umur, genetik, ras dan
140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 faktor yang dapat dikendalikan seperti pola
mmHg berdasarkan rata-rata tiga kali makan, kebiasaan olah raga, konsumsi garam,
pengukuran dalam waktu pemeriksaan yang kopi, alkohol dan stres. Untuk terjadinya
berbeda pada subyek dengan pengobatan hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut
antihipertensi (Chobanian et al, 2003). Kondisi secara bersama-sama (common underlying risk
tekanan darah tinggi yang terus-menerus dapat factor), dengan kata lain satu faktor risiko saja
menyebabkan jantung seseorang bekerja lebih belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi
keras, sehiungga dapat mengakibatkan (Depkes RI, 2003).
terjadinya kerusakan pada pembuluh darah, Berdasarkan penelitian E Degli et al
jantung, ginjal, otak, dan mata (Ratna, 2010). (2003), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
Berdasarkan data dari AHA (American berhubungan dengan hipertensi tidak terkendali
Heart Asosiation) tahun 2011, di Amerika dari yaitu umur, IMT, merokok, diabetes melitus,
59% penderita hipertensi hanya 34% yang dan kepatuhan pengobatan. Penelitian Aris
terkendali, disebutkan bahwa 1 dari 4 orang (2007), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
dewasa menderita hipertensi(Heidenreich PA, et terbukti sebagai faktor resiko hipertensi adalah
al, 2011). Banyaknya penderita hipertensi Umur (OR=4,76), riwayat keluarga (OR=4,04),
diperkirakan 15 juta orang, tetapi hanya 4% konsumsi asin (OR=3,95), konsumsi lemak
yang memiliki tekanan darah terkendali jenuh (OR=7,72), jelantah (OR=5,34), olahraga
sedangkan 50% penderita memiliki tekanan (OR=4,73), obesitas (OR=4,02), dan
darah tidak terkendali (Bustan, 2007). Data penggunaan pil KB (OR=5,38). Penelitian
Riskesdas tahun 2013 melaporkan prevalensi Sulistiyowati (2009) menyebutkan faktor-faktor
hipertensi di Indonesia pada penduduk umur 18 yang berhubungan yaitu umur (OR=3,42),
tahun ke atas sebesar 25,8%. Dari 15 juta tingkat pendidikan (OR=1,861), konsumsi
penderita hipertensi, 50% hipertensinya belum garam (OR=0,438), obesitas (OR=0,192),
terkendali (Riskesdas, 2013). aktifitas fisik (OR=2,38), stress (OR=11,019),
Di Jawa Tengah, berdasarkan laporan dan keturunan (OR=4,314). Dan berdasarkan
rumah sakit dan puskesmas, prevalensi kasus penelitian Ayu (2012) bahwa subjek yang
hipertensi pada tahun 2013 sebesar 58,6%. Kota mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir per hari,
Semarang menempati urutan pertama meningkatkan risiko hipertensi 4,11 kali lebih
dibandingkan kota dan kabupaten lain di Jawa tinggi dibandingkan subjek yang tidak minum
Tengah dengan prevalensi sebesar 55,6% kopi.
(Dinkes Jateng, 2013). Penderita hipertensi tidak terkendali perlu
Puskesmas dengan jumlah prevalensi meningkatkan kepatuhan terhadap terapi
hipertensi tertinggi di Kota Semarang tahun farmakologi dan non farmakologi untuk
2013 yaitu Puskesmas Kedungmundu (41,1%). mencapai tekanan darah yang normal. Gaya
Dan sampai bulan September 2014, dari 2075 hidup yang tidak sehat, konsumsi natrium yang
pasien yang melakukan pemeriksaan rutin di tinggi serta ketidakpatuhan mengkonsumsi obat
puskesmas Kedungmundu, 63% memiliki antihipertensi menjadikan tekanan darah
cenderung semakin meningkat. Sehingga

13
Budi Artiyaningrum & MahalulAzam/ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

penderita hipertensi tidak terkendali perlu HASIL DAN PEMBAHASAN


mengetahui faktor apa sajakah yang menjadi
risiko kejadian hipertensi tidak terkendali guna Berdasarkan hasil penelitian dengan uji
menurunkan angka mortalitas, morbiditas dan chi square didapatkan hasil sebagai berikut:
akan mengurangi resiko komplikasi (Sarjunani,
2009). Hubungan Antara Umur dengan Kejadian
Dari latar belakang diatas maka penulis Hipertensi Tidak Terkendali
tertarik untuk melakukan penelitian dengan Berdasarkan hasil perhitungan
judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali pada ada hubungan yang signifikan antara umur
Penderita yang Melakukan Pemeriksaan Rutin dengan kejadian hipertensi tidak terkendali
di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang (pvalue =0,022 < 0,05). Dari hasil analisis
Tahun 2014. diperoleh nilai OR=2,956, artinya penderita
yang memiliki umur >40 tahun memiliki risiko
METODE 2,956 kali mengalami tekanan darah tidak
terkendali dibandingkan dengan penderita yang
Jenis penelitian ini merupakan survei memiliki umur 18 40 tahun.
analitik dengan pendekatan kasus kontrol, dan Hasil penelitian ini sesuai dengan
dilakukan kajian kualitatif yang dilakukan penelitian terdahulu oleh E Degli et al
dengan wawancara mendalam (in depth (2003)yang menyatakan terdapat hubungan
interview) guna melengkapi informasi faktor- antara umur dengan kejadian hipertensi tidak
faktor yang berhubungan dengan kejadian terkendali (p=0,001, OR=1,76). Umur >40
hipertensi tidak terkendali. Kelompok kasus tahun mempunyai risiko lebih besar untuk
dalam penelitian ini sebanyak 44 penderita terjadi tekanan darah tidak terkendali
hipertensi yang melakukan pemeriksaan rutin dibandingkan umur 18 40 tahun.
selama 6 bulan terakhir di Puskesmas Pada umur >40 tahun elastisitas arteri
Kedungmundu Kota Semarang, memiliki mulai berkurang, sehingga menjadi lebih mudah
tekanan darah 140/90 mmHg, periode Januari arterosklerosis dan rentan terkena hipertensi.
2014 sampai dengan bulan September 2014, dan Sedangkan pada umur 18-40 tahun, semangat,
tidak menderita penyakit komplikasi. Sedangkan kegiatan dan aktifitas fisik tinggi, sehingga
kelompok kontrol sebanyak 44 penderita kondisi kesehatan masih baik (Sutanto, 2010).
hiperetensi yang melakukan pemeriksaan rutin
selama 6 bulan terakhir di Puskesmas Hubungan Antara Status Pasangan dengan
Kedungmundu Kota Semarang, memiliki Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali
tekanan darah <140/90 mmHg, periode Januari Berdasarkan hasil perhitungan
2014 sampai dengan bulan September 2014, dan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
tidak menderita penyakit komplikasi. ada hubungan yang signifikan antara status
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara pasangan dengan kejadian hipertensi tidak
purposive sampling. Instrumen yang digunakan terkendali (pvalue =0,001 < 0,05). Dari hasil
dalam wawancara mendalam (in depth analisis diperoleh nilai OR=4,610, artinya
interview) yaitu kuesioner terstruktur yang telah penderita yang tidak ada pasangan memiliki
di uji validitas dan reliabilitas sebelum penelitian risiko 4,610 kali mengalami hipertensi tidak
dilakukan. Analisis data dilakukan secara terkendali dibandingkan dengan penderita yang
univariat dan bivariat menggunakan uji chi ada pasangan.
square Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian oleh Dina T Elperin et al (2013) yang
menyatakan terdapat hubungan antara status
pasangan dengan kejadian hipertensi tidak

14
Budi Artiyaningrum & MahalulAzam/ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

terkendali (p=0,0001, OR=1,15). Penderita yang Sulistyowati (2009) yang menyatakan terdapat
tidak atau tanpa pasangan (lajang, duda/janda, hubungan antara obesitas dengan kejadian
pisah ranjang) mempunyai risiko lebih besar hipertensi tidak terkendali (p=0,0001,
terjadi hipertensi tidak terkendali dibandingkan OR=0,192). Obesitas mempunyai risiko 0,192
penderita yang berpasangan. kali lebih besar terjadi hipertensi tidak terkendali
Pasien tanpa pasangan memiliki risiko dibandingkan yang tidak obesitas.
lebih tinggi untuk menderita hipertensi dan laki-
laki yang tidak berpasangan memiliki risiko Hubungan Antara Konsumsi Garam dengan
lebih besar menderita hipertensi tidak terkendali Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali
karena tidak menyadari dan tidak ada Berdasarkan hasil perhitungan
perawatan pada hipertensi yang sudah ada, menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
adanya pasangan membantu dalam proses ada hubungan yang signifikan antara konsumsi
perawatan dan kepatuhan (Van Rossum et al, garam dengan kejadian hipertensi tidak
2000). terkendali (pvalue =0,001 < 0,05). Dari hasil
Berdasarkan hasil penelitian, responden analisis diperoleh nilai OR=4,173, artinya
cenderung tidak memperhatikan kondisi tekanan konsumsi garam yang tinggi memiliki risiko
darahnya, tidak adanya pasangan yang 4,173 kali mengalami hipertensi tidak terkendali
menemani dalam sehari-hari menjadikan dibandingkan pada konsumsi garam dalam
responden tidak ada yang membantu dalam jumlah normal.
proses pengendalian tekanan darah. Adanya Hasil penelitian ini sesuai dengan
perasaan takut dan khawatir karena tinggal penelitian terdahulu oleh Aris Sugiharto (2007)
sendiri menjadikan responden semakin stres yang menyatakan terdapat hubungan antara
sehingga tekanan darah cenderung tinggi. konsumsi asin dengan kejadian hipertensi tidak
terkendali (p=0,0001, OR=3,95). Konsumsi
Hubungan Antara Obesitas dengan Kejadian garam yang tinggi mempunyai risiko 3,95 kali
Hipertensi Tidak Terkendali lebih besar terjadi hipertensi tidak terkendali
Berdasarkan hasil perhitungan dibandingkan yang mengkonsumsi garam dalam
menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa jumlah normal.
tidak ada hubungan yang signifikan antara Garam menyebabkan penumpukan cairan
obesitas dengan kejadian hipertensi tidak dalam tubuh, karena menarik cairan di luar sel
terkendali (pvalue =0,280 > 0,05). agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang
penelitian Suparto (2010) yang menyatakan mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
bahwa tidak ada hubungan antara obesitas dan ditemukan tekanan darah rata-rata rendah,
status index massa tubuh dengan kejadian sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram
hipertensi tidak terkendali (p=0,132). tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih
responden kasus dan kontrol setiap hari makan dari 6 gram atau 3 sendok per hari (Depkes RI,
makanan yang digoreng atau berminyak, 2006).
dimana minyak banyak mengandung asam Berdasarkan hasil penelitian, responden
lemak jenuh, dan juga sering mengkonsumsi menyadari sepenuhnya bahwa kebiasaan
makanan yang berlemak seperti daging dan mengkonsumsi garam atau mengkonsumsi asin
santan sehingga cenderung mengalami obesitas. merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.
Keadaan ini dimungkinkan karena adanya akan tetapi, mereka tidak bisa menghindari atau
variabel lain yang lebih kuat sebagai faktor risiko mengurangi kebiasaan tersebut karena mereka
hipertensi tidak terkendali. sudah terbiasa masak dengan menggunakan
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak garam, ketika harus dikurangi, masakan menjadi
sesuai dengan penelitian terdahulu oleh hambar.

15
Budi Artiyaningrum & MahalulAzam/ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

adanya hubungan yang bermakna dalam


Hubungan Antara Konsumsi Alkohol dengan penelitian ini dikarenakan 64,8% responden
Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali kasus dan kontrol tidak merokok, dan 38,6%
Berdasarkan hasil perhitungan responden adalah seorang ibu rumah tangga
menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa dimana dia bukan seorang perokok. Sehingga
tidak ada hubungan yang signifikan antara tidak ada perbedaan yang signifikan antara
konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi responden kasus dengan responden kontrol. Dan
tidak terkendali (pvalue =0,502 > 0,05). pada responden yang merokok mengaku alasan
Penelitian terdahulu yang mendukung merokok dikarenakan mulutnya hambar dan
penelitian ini adalah penelitian Sulistyowati pahit dan ketika dada sudah terasa sesak baru
(2009) yang juga menyatakan tidak ada berhenti merokok. Bahkan satu hari responden
hubungan antara konsumsi alkohol dengan dapat menghabiskan lebih dari satu bungkus.
kejadian hipertensi tidak terkendali (p=0,189, Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
OR=2,484). hasil penelitian E Degli et al (2003), yang
Keadaan ini dimungkinkan karena menyatakan bahwa merokok merupakan faktor
adanya variabel lain yang lebih kuat sebagai risiko kejadian hipertensi tidak terkendali
faktor risiko hipertensi tidak terkendali. (p=0,025; OR=0,75).
Berdasarkan hasil wawancara mendalam,
responden kasus dan kontrol 88,6% tidak Hubungan Antara Konsumsi Kopi dengan
mengkonsumsi alkohol. Sehingga tidak ada Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali
perbedaan yang signifikan antara responden Berdasarkan hasil perhitungan
kasus dengan responden kontrol. menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan ada hubungan yang signifikan antara konsumsi
hasil penelitian Saverio Stranges, dkk., yang garam dengan kejadian hipertensi tidak
menyatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi terkendali (pvalue =0,033 < 0,05). Dari hasil
minuman beralkohol merupakan faktor risiko analisis diperoleh nilai OR=2,528, artinya sering
hipertensi (OR 1,71 2,31; 95% CI 1,11 4,86). mengkonsumsi kopi memiliki risiko 2,528 kali
Dimana orang yang mengkonsumsi alkohol mengalami hipertensi tidak terkendali
lebih beresiko mengalami hipertensi tidak dibandingkan dengan yang jarang
terkendali dibandingkan orang yang tidak mengkonsumsi kopi.
mengkonsumsi alkohol. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian terdahulu oleh Ayu Martiani dkk
Hubungan Antara Merokok dengan Kejadian (2012) yang menyatakan terdapat hubungan
Hipertensi Tidak Terkendali antara konsumsi kopi dengan kejadian
Berdasarkan hasil perhitungan hipertensi tidak terkendali (p=0,017, OR=4,11).
menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa Responden yang mengkonsumsi kopi 1-2
tidak ada hubungan yang signifikan antara cangkir per hari lebih beresiko mengalami
merokok dengan kejadian hipertensi tidak hipertensi tidak terkendali dibandingkan
terkendali (pvalue =0,265 > 0,05). responden yang tidak mengkonsumsi kopi.
Penelitian terdahulu yang mendukung Berdasarkan hasil penelitian
penelitian ini adalah penelitian Aris Sugiharto menyatakan bahwa kebiasaan mengkonsumsi
(2007) yang juga menyatakan tidak ada kopi merupakan hal wajib yang harus dilakukan
hubungan antara merokok dengan kejadian setiap pagi, bahkan sehari tidak cuma sekali,
hipertensi tidak terkendali (p=0,79, OR=2,47). ditempat kerja dan di waktu-waktu luang selalu
Keadaan ini dimungkinkan karena ada kopi. Pada responden yang tidak menyukai
adanya variabel lain yang lebih kuat sebagai dan tidak biasa mengkonsumsi kopi mereka
faktor risiko hipertensi tidak terkendali. lebih memilih mengkonsumsi air putih atau air
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, tidak

16
Budi Artiyaningrum & MahalulAzam/ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

teh. Pada saat mengkonsumsi kopi kepala terasa mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
berdenyut dan sakit`. menetap (Sutanto, 2010).
Dalam kopi mengandung kafein yang
memiliki efek yang antagonis kompetitif Hubungan Antara Aktivitas Olahraga dengan
terhadap reseptor adenosin. Adenosin Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali
merupakan neuromodulator yang Berdasarkan hasil perhitungan
mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
saraf pusat. Hal ini berdampak pada tidak ada hubungan yang signifikan antara
vasokonstriksi dan meningkatkan total resistensi aktivitas olahraga dengan kejadian hipertensi
perifer, yang akan menyebabkan tekanan darah. tidak terkendali (pvalue =0,509 > 0,05).
Kandunagan kafein pada secangkir kopi sekitar Hasil penelitian ini sesuai dengan
80-125 mg (Uiterwaal C, et al, 2007). penelitian Suparto (2010) yang menyatakan
tidak terdapat hubungan yang bermakna tentang
Hubungan Antara Stres dengan Kejadian aktivitas Olahraga dengan hipertensi tidak
Hipertensi Tidak Terkendali terkendali (p=0,102).
Berdasarkan hasil perhitungan Keadaan ini dimungkinkan karena
menggunakan uji chi square menunjukkan adanya variabel lain yang lebih kuat sebagai
bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor risiko hipertensi tidak terkendali.
stres dengan kejadian hipertensi tidak terkendali Berdasarkan hasil dari wawancara mendalam,
(p value =0,0001 < 0,05). Dari hasil analisis responden jarang yang berolahraga ideal (3-4
diperoleh nilai OR=6,333, artinya kondisi stres kali seminggu minimal 30 menit) atau olahraga
memiliki risiko 6,333 kali mengalami hipertensi dengan intensitas sedang, seperti jalan kaki,
tidak terkendali dibandingkan dengan yang tidak jongging, bersepeda dan berenang. Responden
stres. sibuk bekerja dan tidak ada waktu luang untuk
Hasil penelitian ini sesuai dengan beraktifitas fisik olahraga. Untuk mengontrol
penelitian terdahulu oleh Sulistyowati (2009) tekanan darah, di Puskesmas Kedungmundu
yang menyatakan terdapat hubungan antara terdapat kegiatan Program Pengelolaan Penyakit
stres dengan kejadian hipertensi tidak terkendali Kronis (Prolanis) yang dilakukan rutin satu
(p=0,0001, OR=11,019). Stres meningkatkan bulan sekali setiap tanggal 10. Adapun acaranya
risiko 11,019 kali lebih tinggi terjadi hipertensi yaitu senam, penyuluhan dan konsultasi, akan
tidak terkendali dibandingkan yang tidak stres. tetapi belum semua pasien hipertensi mengikuti
Berdasarkan hasil wawancara kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan kesadaran
mendalam, tekanan pikiran yang di rasakan pasien yang kurang.
responden seperti khawatir dan takut sering Penelitian ini tidak sejalan dengan
menjadikan mereka merasa murung dan sedih, penelitian terdahulu oleh Aris Sugiharto (2007)
sehingga tidur tidak pulas dan sering terbangun yang menyatakan terdapat hubungan antara
tengah malam. Sering marah dan kebingungan aktivitas olahraga dengan kejadian hipertensi
dalam mengelola kebutuhan rumah tangga juga tidak terkendali (p=0,001, OR=4,73). Olahraga
menjadi pikiran dan stres pada responden. tidak ideal (<3x seminggu dan <30 menit)
Stres diduga melalui aktivitas syaraf meningkatkan risiko 4,73 kali lebih tinggi terjadi
simpatis (syaraf yang bekerja saat beraktivitas). hipertensi tidak terkendali dibandingkan yang
Peningkatan aktivitas syaraf simpatis olahraga ideal.
mengakibatkan tekanan darah secara intermitten Olahraga banyak dihubungkan dengan
(tidak menentu). Gangguan kepribadian yang pengelolaan tekanan darah, karena olahraga
bersifat sementara dapat terjadi pada orang yang isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
menghadapi keadaan yang menimbulkan stres. perifer yang akan menurunkan tekanan darah
Apabila stres berlangsung lama dapat (Mac Mahon S. et al, 2004).

17
Budi Artiyaningrum & MahalulAzam/ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

Tabel 1. Hasil Penelitian

Kejadian Hipertensi
Tidak P OR
No Variabel Kategori Terkendali Jumlah
terkendali value 95%CI
n % n % n %
2,956
40 tahun 35 79,5 25 56,8 60 68,2
1. Umur 0,022 (1,149-
18-40 tahun 9 20,5 19 43,2 28 31,8
7,602)
Tidak ada 4,610
Status 29 65,9 13 29,5 42 47,7
2. pasangan 0,001 (1,877
pasangan 15 34,1 31 70,5 46 52,3
Ada pasangan 11,327)
Obesitas 28 63,6 23 51 58,0 0,280
3. Obesitas 52,34747,7 -
Tidak obesitas 16 36,4 21 37 42,0
4,173
Konsumsi Tinggi 28 63,6 13 29,5 41 46,6 0,001
4. (1,709-
garam Normal 16 36,4 31 70,5 47 53,4
10,188)
Mengkonsumsi
Konsumsi 6 13,6 4 9,1 10 11,4
5. Tidak 0,502 -
alkohol 38 86,4 40 90,9 78 88,6
mengkonsumsi
Perokok 18 40,9 13 29,5 31 35,2
6. Merokok 0,265 -
Bukan perokok 26 59,1 31 70,5 57 64,8
2,528
Konsumsi Sering 28 63,6 18 40,9 46 52,3
7. 0,033 (1,070-
kopi Jarang 16 36,4 26 59,1 42 47,7
5,970)
6,333
Stres 38 86,4 22 50,0 60 68,2
8. Stres 0,000 (2,229-
Tidak stres 6 13,6 22 50,0 28 31,8
17,996)
Aktivitas Kurang 29 65,9 26 59,1 55 62,5
9. 0,509 -
olahraga Baik 15 34,1 18 40,9 33 37,5
Kepatuhan
3,095
minum Tidak patuh 26 59,1 14 31,8 40 45,5
10. 0,010 (1,292-
Obat anti Patuh 18 40,9 30 68,2 48 54,5
7,417)
hipertensi

Hubungan Antara Kepatuhan Minum Obat dibandingkan dengan penderita yang patuh
Antihipertensi (OAH) dengan Kejadian meminum obat antihipertensi.
Hipertensi Tidak Terkendali Hasil penelitian ini sesuai dengan
Berdasarkan hasil perhitungan penelitian terdahulu oleh E Degli et al (2003)
menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa yang menyatakan terdapat hubungan antara
ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan konsumsi obat antihipertensi dengan kejadian
minum obat antihipertensi dengan kejadian hipertensi tidak terkendali (p=0,001, OR=1,27).
hipertensi tidak terkendali (pvalue =0,010 < Tidak patuh meminum obat antihipertensi
0,05). Dari hasil analisis diperoleh nilai meningkatkan risiko 1,27 kali lebih tinggi terjadi
OR=3,095, artinya penderita yang tidak patuh hipertensi tidak terkendali dibandingkan yang
meminum obat antihipertensi memiliki risiko patuh meminum obat antihipertensi.
3,095 kali mengalami hipertensi tidak terkendali

18
Budi Artiyaningrum & MahalulAzam/ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

Berdasarkan hasil wawancara DAFTAR PUSTAKA


mendalam (in depth interview) untuk mengetahui
pasien patuh mengkonsumsi obat atau tidak Aris, Sugiharto, 2007, Faktor Risiko Hipertensi Grade II
dapat dilihat dari sisa obat, kapan pasien Pada Masyarakat [Tesis], Program Studi
Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana
periksa, hitung sisa obat yang belum di
Universitas Diponegoro Semarang, Semarang
konsumsi. Responden tidak patuh meminum
[13 Mei 2014 Pukul 11.05 WIB].
obat yang diberikan oleh dokter, obat tidak Ayu Martiani, Rosa Lelyana, 2012, Faktor Risiko
dihabiskan, kalau tidak merasa pusing atau sakit Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan Minum
kepala obat tidak diminum. Adapun obat Kopi (Studi Kasus di Wilayah Kerja
antihipertensi yang diberikan salah satuya Puskesmas Ungaran pada Bulan Januari-
adalah captopril dan amlodipin. Pada responden Februari 2012), Journal of Nutrition College,
yang membutuhkan obat kombinasi biasanya Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 78-
dokter menambahkan dengan diuretik. Obat 85 Online, http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jnc, [6 Juni 2014 pukul
antihipertensi diberikan untuk 5-10 hari ke
11.07 WIB].
depan. Sehingga 10 hari lagi pasien harus datang
Bustan, M.N, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak
ke puskesmas untuk periksa tekanan darah dan Menular, Rineka Cipta, Jakarta.
mendapatkan obat. Pastilah banyak pasien yang Chobanian et al, 2003, The Seventh Report of the
mangkir, akan tetapi ketika pasien kembali Joint National Committee on Prevention,
periksa kemudian dokter memberikan Detection, Evaluation, And Treatment of
peringatan. Obat antihipertensi sengaja High Blood Pressure (JNC-VII), Jama
diberikan untuk 5-10 hari karena keterbatasan 289:2560-2571.
jumlah obat di puskesmas. Kalau obat diberikan Depkes RI, 2003, Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Tidak
untuk 1 bulan semua, ditakutkan tidak
Menular, Departemen Kesehatan RI,Jakarta.
mencukupi untuk semua pasien.
--------------, 2006, Pedoman Teknis Penemuan Dan
Berdasarkan hasil wawancara, Tatalaksana Penyakit Hipertensi, Direktorat
disebutkan bahwa ada kegiatan Program P2PL, Jakarta.
Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) yang Dina T, Elperin, et al, 2013, A Large Cohort Study
diagendakan satu bulan sekali setiap tanggal 10. Evaluating Risk Factors Assosiated With
Setiap pasien hipertensi, diabetes maupun Uncontrolled Hypertension, The Journal of
penyakit degeneratif lainnya di anjurkan untuk Clinical Hypertension, Vol. 16 No. 2 Februari
mengikuti agenda tersebut karena dalam agenda 2014.
Dinkes Jateng , 2013, Profil Kesehatan Provinsi Jawa
tersebut ada senam, penyuluhan, konsultasi dan
Tengah tahun 2013, Dinas Kesehatan Jawa
pemberian obat. Untuk hipertensi sendiri obat
tengah, Semarang.
diberikan untuk 1 bulan. Akan tetapi tidak E Degli, M, Di Martino, et al, 2003, Risk Factors For
semua pasien mengikuti kegiatan tersebut. Uncontrolled Hypertension in Italy, Journal of
Human Hypertension, 18, 207-213
SIMPULAN Heidenreich PA, Trogdon JG, Khavjou OA, et al,
2008, Forecasting the future of cardiovascular
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disease in the United States: a policy statement from
dilakukan, dapat disimpulkan ada hubungan the American Heart Associatio, [5 Agustus 2014
antara umur, status pasangan, konsumsi garam, pukul 15.40 WIB]
Mac Mahon S, et al, 2004, Obesity and Hypertension:
konsumsi kopi, stres, dan kepatuhan minum
Epidemiological and Clinical Issues, European
obat antihipertensi dengan kejadian hipertensi
Heart Journal
tidak terkendali. Dan tidak ada hubungan antara Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang, Tahun
obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan 2014
aktivitas olahraga dengan kejadian hipertensi Ratna Dewi, 2010, Penyakit-Penyakit Mematikan,
tidak terkendali. Jakarta, Gramedia
Riskesdas, 2013,Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

19
Budi Artiyaningrum & MahalulAzam/ Public Health Perspective Journal 1 (1) (2016)

Sarjunani, Nina, 2009, Rancangan RPJMN 2010-2014 Suparto, 2010, Faktor Risiko yang Paling Berperan
Kesehatan, Proses Penyusunan & Materi terhadap Hipertensi pada Masyarakat di
Kebijakan, Badan Penelitian Dan Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar
Pengembangan Kesehatan, Departemen Tahun 2010,Tesis, Universitas Sebelas Maret,
Kesehatan RI, Jakarta. Surakarta.
Saverio Stranges, Tiejian Wu, Joan M. Dorn, et.al, Sutanto, 2010, Cekal (Cegah Dan Tangkal) Penyakit
2004, Relationship of Alcohol Drinking Modern, Yogyakarta, C.V Andi Offset
Pattern to Risk of Hypertension: A Uiterwaal C, et al, 2007, Coffe Intake and Incidence
Population-Based Study. J. Hypertensi. of Hypertension, Am J Clin Nutr.
Sulistiyowati, 2009, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Van Rossum, et al, 2000, Prevalence, Treatment, And
Dengan Kejadian Hipertensi Di Kampung Button Control of Hypertension by Sosiodemograpic
Kelurahan Magelang Tahun 2009 [Skripsi], Ilmu Factors Among the Dutcth Elderly,
Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Hypertension.
Semarang, Semarang.

20

Anda mungkin juga menyukai