I. Konsep Mobilisasi
1.1 Definisi mobilisasi
Mobilitas atau mobilisasi merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktifitas dalam rangka mempertahankan kesehatannya (Potter & Perry, 2005).
Mobilitas adalah rangkaian gerakan yang terintegrasi antara system
musculoskeletal dan system persyarafan.
1.2.5 Sendi
Merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat
segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antarsegmen
dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi,
misalnya sendi sinovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang
berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul
sendi dan berisi cairan sinovial. Selain itu terdapat juga sendi bahu, sendi
panggul, lutut, dan sendi lainnya (Tarwoto,dkk 2009).
1.3.3 Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi
kebudayaan.Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan
jauh memiliki kemampuan mobilisasi yang kuat, sebaliknya ada orang
yang mengalami gangguan mobilisasi (sakit) karena adat dan budaya
tertentu dilarang untuk beraktivitas.
Ekstremitas bawah
- Inspeksi : Paha bagian kiri terdapat fraktu dan tidak bisa
digerakkan, tidak ada varises, jumlah jari kaki normal, tidak ada
keluhan.
- Palpasi : Ada nyeri tekan pada femur bagian kiri.
m. Kulit dan kuku
- Warna kulit : Sawo matang, tidak ada lessi, turgor kulit tidak
ada jaringan parut
- Kuku : Warna merah muda, bentuk lonjong, tidak ada
lesi, pengisian kapiler 2 detik.
2.3 Perencanaan
Diagnosa I : Hambatan mobilitas fisik
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcomes criteria)
- Pasien akan mencapai mobilitas ditempat tidur yang dibuktikan oleh
pengaturan posisi tubuh: kemauan sendiri, performa mekanika tubuh,
gerakan terkoordinasi, pergerakan sendi aktif, dan mobilitas yang
memuaskan.
- Pasien akan melakukan rentang pergerkan penuh seluruh sendi
- Pasien akan berbalik sendiri di tempat tidur atau memerlukan bantuan
pada tingkat yang realistis.
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
1. Terapi latihan fisik : ambulasi, keseimbangan, sendi, pengendalian otot.
- Rasional :
membantu untuk memperthankan atau mengembalikan fungsi tubuh
outonom dan gerakan tubuh yang terkendali.
2. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan postur dan mekanika tubuh
yang benar saat melakukan aktivitas.
- Rasional : mencegah terjadinya cedera saat pasien melakukan aktivitas.
3. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
- Rasional : mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan
otot.
Tarwoto, dkk. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: TIM.
I. Konsep Eliminasi
1.1 Definisi Eliminasi
Eliminasi merupakan kebutahan dasar manusia yang esensial dan berperan penting
dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi adalah pelepasan sisa-sisa
metabolisme tubuh. Secara umum sisa-sisa metabolisme dibagi menjadi dua yaitu
eliminasi fekal ( buang air besar/defekasi) dan eliminasi urine (buang air kecil/BAK).
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses
dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus (Haryono, 2012).
Sedangkan eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi
dari plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk
difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urin. Sebagian besar hasil filtrasi akan
diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
b. Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan di alirkan ke pelvis ginjal lalu ke
bladder melalui ureter. Panjang ureter pada orang dewasa antara 26 sampai
30 cm dengan diameter 4 sampai 6 mm. Setelah meninggalkan ginjal, ureter
berjalan ke bawah dibelakang peritoneum ke dinding bagian belakang
kandung kemih. Lapisan tengah ureter terdiri atas otot-otot yang di stimulasi
oleh transmisi impuls elektrik berasal dari saraf otonom. Akibat gerakan
peristaltik ureter maka urine di dorong ke kandung kemih.
c. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine, terletak di dasar
panggul pada daerah retroperitoneladan terdiri atas otot-otot yang dapat
mengecil. Kandung kemih terdiri atas dua bagian fundus atau body yang
merupakan otot lingkar, tersusun dari otot detrusor danbagian leher yang
berhubungan langsung dengan uretra. Pada leher kandung kemih terdapat
spinter interna. Spinter ini di kontrol oleh sistem saraf otonom. Kandung
kemih dapat menampug 300 sampai 400 ml urine.
d. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urine yang langsung keluar dari tubuh.
Kontrol pengeluaran urine terjadi karena adanya spinter kedua yaitu spinter
eksterna yang dapat di kontrol oleh kesadaran kita. Panjang uretra wanita
lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pria 20 cm. Sehingga pada wanita lebih
sering beresiko terjadinya infeksi saluran kemih (Hidayat, 2006).
b. Esofagus
Esofagus adalah sebuah tube yang panjang. Sepertiga bagian atas
adalah terdiri dari otot yang bertulang dan sisanya adalah otot yang
licin. Permukaannya diliputi selaput mukosa yang mengeluarkan
sekret mukoid yang berguna untuk perlindungan.
d. Usus kecil
Usus kecil (halus) mempunyai tiga bagian :
1) Duodenum, yang berhubungan langsung dengan lambung
2) Jejenum atau bagian tengah dan
3) Ileum
Fisiologi usus besar yaitu bahwa usus besar tidak ikut serta dalam
pencernaan/absorpsi makanan. Bila isi usus halus mencapai sekum,
maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan sampai isinya cair
(disebut chyme). Selama perjalanan didalam kolon (16 20 jam)
isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan sampai di rektum
feses bersifat padat lunak. Fungsi utama usus besar (kolon) adalah :
1) Menerima chyme dari lambung dan mengantarkannya ke arah
bagian selanjutnya untuk mengadakan absorpsi / penyerapan
baik air, nutrien, elektrolit dan garam empedu.
2) Mengeluarkan mukus yang berfungsi sebagai protektif sehingga
akan melindungi dinding usus dari aktifitas bakteri dan trauma
asam yang dihasilkan feses.
3) Sebagai tempat penyimpanan sebelum feses dibuang.
b. Diet
Makanan merupakan faktor utama yang berpengaruh pada eliminasi fekal dan urine.
Makanan berserat sangatlah diperlukan untuk pembentukan feses, sedangkan
makanan yang rendah serat akan menyebabkan pergerakan sisa digestif menjadi
lambat mencapai rectum, sehingga meningkatkan penyerapan air yang menybabkan
terjadinya konstipasi.
c. Cairan
Bila intake cairan tidak adekuat atau output cairan berlebihan, maka tubuh akan
mengabsorbsi cairan dari usus besar dalam jumlah besar yang menyebabkan feses
menjadi keras, kering dan sulit melewati saluran pencernaan. Kurangnya intake
cairan menyebabkan volume darah yang masuk ke ginjal difiltrasi menjadi
berkurang sehingga urine menjadi berkurang dan lebih pekat.
d. Stress psikologis
Stress yang berlebihan akan mempengaruhi eliminasi fekal dan urine.
e. Termperatur
Seseorang yang demam akan mengalami peningkatan penguapan cairan tubuh
karena menigkatnya aktivitas metabolik. Hal ini yang akan menyebabkan tubuh
akan kekurangan cairan sehingga dampaknya berpotensi menyebabkan konstipasi
dan pengeluaran urine sedikit.
2.3 Perencanaan
Berdasarkan diagnosa I : Kesiapan untuk meningkatkan eliminasi urine
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcome criteria) :
Pasien akan :
a. Menunjukkan eliminasi urine.
b. Tetap bebas dari infeksi saluran kemih
c. Melaporkan jumlah dan karakteristik urine normal
d. Tidak terjadi hematuria.
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
1. Managemen eliminasi urine
Rasional : memelihara pola eliminasi pasien yang optimum.