Anda di halaman 1dari 7

PR Ujian

Penguji : dr. Djoko Heru. Sp.M

Nama : Alfred Wema Lotama

NIM : 112016342

1. Gambaran funduskopi retinopati hipertensi


Retinopati Hipertensi
Tipe 1 :
- Fundus hipertensi dengan atau tanpa retinopati, tidak ada sclerosis, dan terdapat
pada orang muda
- Pada funduskopi : arteri menyempit dan pucat, arteri meregang dan percabangan
tajam, perdarahan ada atau tidak ada, eksudat ada atau tidak ada
Tipe 2 :
- Fundus hipertensi dengan atau tanpa retinopati sclerosis senile, terdapat pada orang
tua
- Funduskopi : pembuluh darah tampak mengalami penyempitan, pelebaran dan
sheeting setempat
- Perdarahan retina ada atau tidak ada. Tidak ada edema papil
Tipe 3 :
- Fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteriosclerosis, terdapat pada orang
muda
- Funduskopi : penyempitan arteri, kelokan bertambah fenomena crossing,
perdarahan multiple, cotton wool patches, macula star figure
Tipe 4 : Hipertensi yang progresif
- Funduskopi : edema papil, cotton wool patches, hard eksudat , dan star figure exudat
yang nyata.

2. Tatalaksana presbyopia selain kacamata

Cornea Inlays
Perbandingan Cornea Onlay dan Cornea Inlay
Cornea inlay terbuat dari PFPE (synthetic polymer of perfluoropolyether) yang
biokompatibel dengan jaringan kornea dalam jangka panjang dan merupakan alternatif
yang aman secara biologis sehingga dapat diterima sebagai bentuk lain dari bedah
refraktif. Cornea inlays ini diajukan pertama kali oleh Barraquer in pada pertengahan
abad 20. Selanjutnya, dilakukan penelitian pada kelinci pada tahun 1991-2007 dan

ditemukan bahwa implan kornea memiliki biokompabilitas dan biostabilitas yang baik.
Berikut adalah data material yang diteliti sebagai bahan untuk implan kornea.

Gambar 1. Material sintetis yang dapat digunakan untuk pembuatan cornea inlays

Di seluruh dunia, ada lebih dari tiga miliar orang membutuhkan berbagai bentuk
koreksi visi untuk bisa melihat normal dan jumlah ini berkembang pesat, di mana salah
satu kelompok di antaranya adalah kelompok usia lanjut yang menderita presbiopia.
Sebelum ditemukannya metode ini sudah ada beberapa metode yang dikembangkan
seperti prosedur yang berbasiskan laser seperti photorefractive keratectomy (PRK),
laser in situ keratomileusis (LASIK) dan laser assisted subepithelia keratomileusis
(LASEK). Namun, prosedur berbasis laser ini terkait dengan berbagai kemungkinan
komplikasi paska operasi seperti kabut kornea, masalah flap, kelainan epitel termasuk
ingrowth epitel, ectasia kornea dan mengurangi sensasi kornea.
Prosedur implantasi kornea ini ada dua, prosedur inlay kornea yaitu penempatan
lensa sintetis dalam stroma kornea sedangkan onlay kornea melibatkan penempatan
lensa sintetis di atas kornea, di dalam lapisan epitel untuk memperbaiki kelainan
refraksi yang terjadi (gambar 2).
Gambar 2. Perbandingan antara cornea onlay dan cornea inlay

Prinsip dasar dalam prosedur ini adalah kekuatan refraksi mata berubah dengan
mengubah kelengkungan kornea pada permukaan kornea anterior atau mengubah
indeks bias materi atau kombinasi dari kedua pendekatan ini.

Indikasi dan Prosedur Pemasangan Cornea Inlay

Indikasi

Presbiopia yang merupakan perubahan lensa pada kornea mata sebagai akibat dari
bertambahnya usia, umumnya mulai terjadi pada usia 40 tahun. Perubahan tersebut
menyebabkan kemunduran daya akomodasi sehingga sulit untuk melihat fokus
terhadap objek di jarak dekat.

Prosedur

Corneal inlay bertujuan untuk memperbaiki ketajaman penglihatan jarak dekat


dan meningkatkan kedalaman dari focus. Prosedur ini dapat menjadi keuntungan bagi
individu yang sulit menggunakan kacamata atau lensa kontak, misalnya pada orang
dengan keterampilan yang terbatas.
Prosedur ini biasanya dilakukan pada mata yang non-dominan, menggunakan
anestesi topical. Pasien diminta untuk memfiksasikan mata mereka ke arah sumber
cahaya yang terdapat pada mikroskop bedah sehingga operator dapat mengidentifikasi
posisi target pada pusat aksis visual. Teknik mikrokeratom atau laser digunakan untuk
membentuk salah satu dari lamellar corneal flap atau sebuah kantung dalam stroma
kornea. Flap atau kantung tersebut dipisahkan dengan spatula dan sebuah alat khusus
digunakan untuk memposisikan inlay didalamnya, pada pusat aksis yang telah
ditandakan. Posisi pemusatan yang tepat sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
baik. Titik tengah yang diinginkan ditentukan dengan menandai refleks Purkinje yang
pertama, atau reflex kornea yang terlihat secara co-aksial, atau untuk keakuratan yang
lebih baik digunakan peralatan khusus. Kedalaman dari penempatan inlay sendiri
terfantung dari desain inlay yang digunakan. Raindrop Inlay, yang mengubaj kurvatura
kornea ditempatkan superfisial, dengan kedalaman 120-150 mikron, sementara inlay
lain yang dengan celah sentral dan yang dapat mengubah indeks refraksi, ditempatkan
lebih dalam pada kornea, pada 200-300 mikron. Flap atau kantung yang dapat tersegel
sendiri tersebut, akan menyangga inlay tetap di tempatnya. Pasien kemudian akan
diberikan kortikosteroid dan tetes mata antibiotik untuk jangka pendek, serta air mata
buatan selama jangka waktu yang dibutuhkan. Inlay ini dapat dikeluarkan atau
dipindahkan bila dibutuhkan.

Gambar 3. Prosedur Pemasangan Cornea Inlays


Gambar 4. Hubungan Anatomi Inlay Lenses terhadap Kornea. a) Sklera b) Kornea c)
inlay lens d) Letak insisi pada kornea

Post Operative Management of cornea inlay :

1. Tetes mata antibiotik selama 1 minggu.


2. Steroid tetes diberikan dengan dosis yang semakin mengecil dalam jangka waktu
sebulan.

Hal ini dilakukan untuk meminimalisir penglihatan buram, opasifikasi dan mencegah
perubahan refraksi.

Kelebihan dan Kekurangan Pemasangan Cornea Inlay

Kelebihan:

1. Memberikan visus yang baik pada penglihatan, dekat, sedang dan jauh. Studi
membuktikan bahwa penglihatan jarak dekat dan jauh membaik pada mata yang
diperbaiki.
2. Operasi ini terbatas pada kornea sehingga lebih aman dibandingkan dengan operasi
intraokuler untuk memperbaiki presibiopia seperti implantasi lensa dan lasik karena
sama sekali tidak ada membuang jaringan kornea. Hal ini menurunkan risiko
terjadinya ektasia.
3. Cornea inlay dapat dikeluarkan jika pasien tidak puas dengan hasilnya.
4. Cornea inlay dapat dilakukan bersamaan dengan LASIK dan PRK untuk
memperbaiki ametropia dan presbiopia. Dapat juga dilakukan kepada pasien yang
telah melakukan operasi katarak dengan lensa monofokal atau implantasi IOL.
5. Penggunaan inlay tidak mengganggu dalam pemeriksaan dan pengambilan foto
untuk menilai struktur okuler.

Kekurangan:

1. Dapat terlihat perbedaan jika dilakukan pada orang dengan warna iris yang biru atau
berwarna terang.
2. Dapat terjadi penurunan pada penglihatan di malam hari.

Efek Samping dari Pemasangan Cornea Inlay


Berikut ini adalah beberapa efek samping yang dapat terjadi setelah dilakukan
pemasangan cornea inlay :
1. Terciptanya halo dan gangguan penglihatan pada malam hari.
2. Kehilangan sensitivitas kontras. Hal ini disebabkan karena berkurangnya
cahaya yang masuk ke mata.
3. Kesulitan untuk membaca pada suasana yang remang. Design dari inlay
mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata. Efek ini lebih terasa
pada pencahayaan yang kurang baik sehingga membuat membaca lebih sulit.
4. Efek dari ukuran pupil dapat mempengaruhi penglihatan dalam kasus inlay
refraktif. Pada pupil yang kecil, sebagian besar pupil terokupasi oleh inlay
sehingga membuat penglihatan jauh sulit. Pada pupil besar, hanya sebagian
kecil dari inlay yang menempati pupil sehingga menyebabkan kabur pada
pandangan dekat.
5. Pengaburan kornea dapat terjadi setelah pemasangan Raindrop inlay. Hal ini
biasanya hilang dengan sendirinya atau hilang setelah penggunaan steroid
topikal.

Komplikasi Pemasangan Cornea Inlay


Komplikasi yang mungkin terjadi dari pemasangan cornea inlay antara lain :
1. Desentrasi lensa. Hal ini dapat terjadi pada awal periode post operasi
dikarenakan adhesi flap yang inadekuat. Desentrasi menyebabkan penurunan
kualitas penglihayan terutama berefek kepada penglihatan jarak jauh.
2. Mata kering dapat disebabkan karena kerusakan pada nervus kornea saat
pembentukan flap seperti pada operasi LASIK.
3. Keratolisis, vaskularisasi dan opasifikasi. Komplikasi ini lebih umum pada
design inlay lama yang lebih tebal dan kurang kompatibel dan memiliki kadar
air yang rendah. Pemasangan anterior atau implan non-porous berefek pada
pergerakan dan difusi akuos, oksigen, glukosa dan nutrisi lain pada bagian
anterior kornea menyebabkan nekrosis dan hancurnya jaringan. Namun,
sekarang komplikasi ini sudah jarang karena penggunaan inlay yang lebih tipis,
berdiameter kecil, memiliki permeabilitas yang kebih tingi dan memiliki
biokompabilitas yang lebih tinggi.
4. Pertumbuhan epitel. Sel epitel dapat tanpa sengaja terimplantasi dan tumbuh
disekeliling implan. Pertumbuhan ini menyebabkan jaringan menjadi opak dan
menyebabkan penglihatan kabur, fotofonia dan star burst.

Gambar 5. Pertumbuhan sel


epitel (tanda panah hitam)

Anda mungkin juga menyukai