Anda di halaman 1dari 201

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 3

PERENCANAAN PABRIK, PERUMAHAN dan STADION


Heri Sungkowo, SST,MMT

Oleh :
Santoso (1541150093)
(D4 SKL 2A)

PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2017
PABRIK
C11

C12D8A1 C12D8A1B1 C12D8A1B2 C12D8A1B3

C12D8 C12D7 C12D6 C12D5 C12D4 C12


C12D3 C12D2 C12D1

C13D6 C13D5 C13D4 C13D3 C13D2 C13D1

C13D6C1 C13

C13D6C3D2A1 C13D6C3D1A1

C13D6C2

C14

C13D6C3D2 C13D6C3D1 C13D6C3

C15

C13D6C3D1C1D1 C13D6C3D1C1 C13D6C3D1C1B1

Keterangan :

Rumah 900 VA Tiang beton 9 m, 200 daN A


Tiang beton 11 m, 350 daN
Rumah 1300 VA Tiang PJU
D B
SUTM
SUTR C16
Rumah 2200 VA
SR R
SR S C
Gardu trafo 2 tiang SR T
Gardu distribusi pelanggan
Tiang beton 13 m, 350 daN
C13D6C3D1C1D1C1 C13D6C3D1C2 C13D6C3D1C1B1C1
Tiang beton 11 m, 200 daN Gardu distribusi PLN
SINGLE FEEDER CUBICLE PLN CUBICLE PELANGGAN
Transformator Trafindo 1.250
JARINGAN TM 20 KV INCOMING METERING OUTGOING INCOMING METERING OUTGOING kVA

NYY 8x(1x150mm2)
Y
LBS LBS DS LBS LBS DS

CO
100A
ARRESTER CB CB NYY 4x(1x150mm2) MDP LV
PT PT
CT CT CT CT
2.000 A 2.500 A
ATS
BC 50 mm2

BC 16 mm2
BC 16 mm2
N2XSY 3X(1X35 mm2) N2XSY 3X(1X35 mm2) N2XSY 3X(1X35 mm2)
F4 F3 F2 F1
1.000 A 800 A 630 A 250 A

BC 50 mm2
400 300 200 100
KVA KVA KVA KVA
NYRGbY NYRGbY NYRGbY NYRGbY
NYY 6x(1x150mm2)
6x(4x150) 5x(4x150) 3x(4x150) 2x(4x150)

Panel
Genset

G BC 50 mm2
Genset Caterpillar
BANGUNAN GARDU DISTRIBUSI UNTUK PABRIK 800 kVA
BC 50 mm2

NO. GAMBAR
SINGLE LINE DIAGRAM
TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
DIGAMBAR: Santoso 08-07-2017
KELAS: D4-2A DIPERIKSA: HERI SUNGKOWO -
PERENCANAAN INSTALASI
DATA PERUMAHAN DINAS
1. Daya rumah 2200VA,type 45 jumlah 25 buah
2. Daya rumah 1300VA,type 36 jumlah 30 buah
3. Daya rumah 900VA,type 21 jumlah 40 buah

DATA PADA PABRIK LVMDP


1. Data pabrik pada LVMDP kelompok 1 = 100 kVA
Kelompok 2 = 200 kVA
Kelompok 3 = 300 kVA
Kelompok 4 = 400 kVA
2. Jarak antara Gardu distribusi PLN pada pabrik terhadap SUTM yang ada
adalah 150m
3. Lebar jalan menuju pabrik 20m sepanjang 200m,dengan PJU Emin=12 Lux

DATA SARANA OLAH RAGA


1. Data Lapangan 110m x 70m
2. E rata-rata min 300 Lux di pakai type 4 Menara (Metode leugi ferari stadium)

CATATAN
1. Pju pada pabrik ikut LVMDP pabrik
2. Pju perumahan dinas ikut GTT dan pelanggan tersendiri
3. Perumahan dinas dan lapangan sepak bola di supply GTT sendiri
4. Jarak GTT perumahan dinas terhadap tiang akhir JTR sebesar 100m
5. Jarak GTT untuk lapangan sepak bolas sebesar 500m
PERENCANAAN INSTALASI INDUSTRI PABRIK ROTI

A. Menentukan besarnya daya terpasang


Dalam memasang instalasi tenaga listrik harus menentukan daya
terpasang terlebih dahulu. Dalam menentukan besarnya daya terpasang ini adalah
menentukan besarnya kemampuan nilai daya trafo yang akan digunakan untuk
Instalasi TM/TM/TR. Maka harus diperhatikan ketentuan ketentuan diantaranya
adalah :

1. Menentukan besarnya nilai beban total


Dalam pemilihan trafo harus memperhatikan hubungan daya terpasang dan
daya tersambung dari PLN dengan daya pada trafo. Hal ini ditunjukkan untuk
menentukan nilai daya yang tersedia pada tarif dasar listrik

Nilai daya total diperoleh dari 5 kelompok beban yang sudah ditentukan
sebagai berikut:

S = kel 1 + kel 2 + kel 3 + kel 4 + kel 5

= ( 100 + 200 + 300 + 400 ) kVA

= 1000 kVA

2. Ketentuan Daya Terpasang


Ketentuan beban maksimum ini perlu memperhatikan berbagai faktor, salah
satunya faktor kebutuhan. Pada perencanaan ini yang sedang dikerjakan adalah
pabrik industri roti. Dari aspek tersebut maka dapat kita asumsiskan faktor
kebutuhannya untuk pabrik industri roti adalah 0.6 0.9 sehingga
perhitungannya adalah :
Jenis Bangunan Faktor Kebutuhan

Rumah Tinggal :

Perumahan 0,4

Flat tanpa pemanas 0,6

Flat dg pemanas 0,8-1,0

Bangunan Umum :

Hotel dll 0,6-0,8

Kantor 0,5-0,8

Departemen store 0,7-0,9

Sekolah 0,6-0,7

Rumah sakit 0,5-0,75

Industri logam 0,5-0,7

Industri makanan 0,7-0,9

Industri semen 0.8-0,9

Lift 0,5

Crane 0,7

Sesuai dengan tabel kebutuhan beban di atas, faktor kebutuhan untuk industri
logam
adalah : 0,7-0,9
Pada rancangan ini dipilih faktor kebutuhan 0,78 Sehingga kebutuhan beban
maksimum adalah = 1000 0,78
= 780 kVA

Hal hal yang perlu diperhatikan untuk pelanggan :

Pelanggan tersebut adalah pelanggan TM/TM/TR


Pelanggan adalah pelanggan TM (20 Kv), pengukuran pada sisi TM (20 kV)
dan pemakaian pada sisi TR (380 V).
Menurut SPLN No. D3. 002 1 : 2007, Pelanggan diatas 200 kVA trafonya
adalah milik sendiri atau milik pelanggan, dan ditempatkan pada suatu tempat
yaitu gardu distribusi. Penyediaan trafo ditanggung oleh pelanggan. Jika
pelanggan menggunakan trafo yang disewakan PLN, maka biaya sewa unit
trafo PLN yang dioperasikan sepenuhnya oleh pelanggan.
Pelanggan termasuk pelanggan tarif I-3/TM (200 kVA keatas) menggunakan
alat ukur 312 dengan KWH meter meter kode sambungan 312
312 =3 kawat double tarif dan register sekunder, registrasi sekunder
menggunakan CT dan PT

Pelanggan termasuk pelanggan tarif I-3/TM (200 kVA keatas), tarif I-3 yaitu
tarif untuk keperluan industri besar menengah (TM).
Biaya yang dibebankan kepada pelanggan adalah :
o Biaya beban yaitu biaya tetap yang ditagihkan kepada pelanggan berkaitan
dengan jumlah daya kVA yang di sediakan PLN.
o Biaya pemakaian :
1) Blok WBP : waktu beban puncak antara jam 17.00 22.00 WIB. Tarif
blok WBP
= k x Rp 1.115

k = faktor perbandingan antara harga WBP dan LWBP sesuai dengan


karakteristik beban sistem kelistrikan setempat (1,4 k 2).
Ditetapkan oleh perusahaan perseroan (persero) PT PLN.

2) Blok LWBP : luar waktu beban puncak. Tarif LWBP = Rp. 1.115
o Biaya kelebihan kVARh adalah biaya yang dikenakan karena kelebihan
pemakaian daya reaktif (kVARh) dikenakan dalam hal faktor daya rata
rata setiap bulan kurang dari 0,85. tarif kVARh = Rp. 1200/kVARh.
Tarif dasar listrik untuk keperluan penjualan curah / bulk pada tegangan
menengah dengan daya diatas 200 kVA diperuntukkan bagi pemegang izin
usaha penyediaan tenaga listrik.
(golongan TDL : keputusan menteri energi dan sumber daya mineral N0.
31 2014 lampiran IV).
Keandalan dan Sistem Instalasinya

Kontinuitas pelayanan
Kontinuitas penyaluran bagi pemanfaatan tenaga listrik adalah pelayanan
yang memberikan kapasitas yang cukup dalam menyediakan daya pada beban
puncak dengan variasi tegangan yang baik.

Jangkauan pelayanan
Yaitu mengambil pasokan tenaga listrik / penyulang SUTM yang terdekat.
Dimana bertujuan agar investasi murah, mudah dalam pembanguna, mudah
pengoperasiannya dan rugi rugi yang didapat kecil.

Proteksi jaringan
Dimana proteksi jaringan sangat penting yaitu jika terjadi gangguan pada
suatu cabang pada sisi tegangan rendah maka tidak mengganggu cabang yang
lain ataupun mengganggu sisi TM.

Gardu SKTM
SPLN 56 2 : 1994

Gardu SKTM ditempatkan sedemikian rupa sehingga memudahkan


pemasangan pengoperasian dan pemeliharaan.
Dasar lantai gardu harus diatas peil banjir.
Gardu harus diberi penerangan dalam dengan kuat penerangan 25 lux,
dihitung dari lantai dengan panel.
Letak meter pengukuran pada APP setinggi 1,5 m dari lantai.
Konstruksi gardu distribusi untuk SKTM mengacu kepada SPLN gardu
distribusi

3. Menghitung besar daya terpasang dengan prediksi pertambahan beban


mendatang
Penggunaan energi listrik dimasa yang akan datang maka nilai beban ,
diprediksi akan bertambah. Pertambahan dari beban ini adalah diakibatkan
semakin bertambahnya jumlah manusia yang di iringi dengan kebutuhannya.
Seperti kebutuhan tenaga listrik, sehingga dalam pertambahan beban ini harus
diantisipasi dari sekarang dengan memberikan kuota daya lebih besar dari
nilai total daya terpasang. Oleh karena itu nilai daya terpasang dapat
dipertimbangkan agar dibebankan sebesar 80% dari nilai daya maksimum
suatu trafo. Daya diperkirakan dalam penambahan beban sebesar 20% dari
nilai daya terpasang. Sehingga daya trafo yang dibutuhkan sebesar :

Kapasitas daya terpasang = Kebutuhan beban maksimum x 120%

= 780 kVA x120% = 936 kVA

4. Kapasitas daya trafo


Penentuan load faktor (faktor beban) adalah 0,81 sesuai tabel IEC 60354 / SPLN
17 ; 1979
100
936 1155,55kVA
81
5. Namun untuk pemilihan harus melihat tdl atau daya kontrak yang disediakan
oleh pln untuk pemilihan dengan daya mengunakan trafo 1140 kva dengan arus
primer 33 A.
Arus Primer Daya Tersambung
(A) (kVA)

6 210
7 245
8 275
9 310
10 345
11 380
12 415
14 485
15 520
16 555
17,5 605
18 625
20 690
21 725
22 760
22,5 780
24 830
25 865
27 935
27,5 950
28 970
30 1.040
32 1.110
33 1.140
35 1.210
36 1.245
40 1.385
42 1.455
44 1.525
45 1.560
48 1.660
Sumber: PT PLN Jabar, 2002
6. Industri ini tergolong tarif I-4/TM batas daya diatas 200 kVA (menurut data tarif dasar
listrik 2010 ) karena daya yang terpasang adalah 7,8 MVA.
Syarat syarat golongan I-3/TM :

Mempunyai trafo sendiri


Memiliki gardu distribusi sendiri
kWh yang di gunakan adalah kelas 0,05 dengan sistem AMR ( Automatic
Monitoring Riding )
Tabel 1.5 Golongan Tarif

Golongan Sistem
No Penjelasan Batas Daya
Tarif Tegangan
1. S1 Pemakai Sangat Kecil TR s/d 200 VA
2. S2 Badan Sosial Kecil TR 250 VA s/d 2.200VA
3. S3 Badan Sosial Sedang TR 2.201 VA s/d 200 kVA
4. S4 Badan Sosial Besar TM 201 kVA ke atas
5. SS 4 Badan Sosial Besar Dikelola TM 201 kVA ke atas
Swasta untuk Komersial
6. R1 Rumah Tangga Kecil TR 250 VA s/d 500 VA
7. R2 Rumah Tangga Sedang TR 501 VA s/d 2.200 VA
8. R3 Rumah Tangga Menengah TR 2.201 VA s/d 6.600 VA
9. R4 Rumah Tangga Besar TR 6.601 VA ke atas
10. U1 Usaha Kecil TR 250 VA s/d 2.200 VA
11. U2 Usaha Sedang TR 2.201 VA s/d 200 kVA
12. U3 Usaha Besar TM 201 kVA ke atas
13. U4 Sambungan Sementara TR
14. H1 Perhotelan Kecil TR 250 VA s/d 99 kVA
15. H2 Perhotelan Sedang TR 100 kVA s/d 200 kVA
16. H3 Perhotelan Besar TM 201 kVA ke atas
17. I1 Industri Rumah Tangga TR 450 VA s/d 2.200 VA
18. I2 Industri Kecil TR 2201 VA s/d 13,9 kVA
19. I3 Industri Sedang TR 14 kVA s/d 200 kVA
20. I4 Industri Menengah TM 201 Kva ke atas
21. I5 Industri Besar TT 30.000 kVA ke atas
22. G1 Gedung Pemerintahan TR 250 VA s/d 200 kVA
Kecil/Sedang
23. G2 Gedung Pemerintahan Besar TM 201 Kva ke atas
24. J Penerangan Umum TR

Sumber : PT. PLN Jabar, 2002
PEMILIHAN TRAFO

B. Perencanaan dan pemilihan trafo


Dalam merencanakan dan pemilihan trafo harus mengetahui kapasitas daya
terpasang dahulu. Dalam sistem instalasi ini daya yang digunakan adalah 1000 kVA.
Berikut ini adalah hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan transformator
distribusi yang mempunyai tegangan tertinggi (untuk peralatan) 24 KV atau kurang,
baik melalui import maupun pembelian dalam negeri.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemesanan transformator menurut SPLN 50
: 1997 yaitu :

Suhu rata rata tahunan disesuaikan dengan kondisi iklim di Indonesia yaitu 300
Rugi rugi transformator harus di standarisasi.
Standart rugi rugi transformator baru harus 2.0 %
Redaksional diuraikan lebih jelas
Spesifikasi umum :
a) Daya pengenal
b) Tegangan pengenal (input dan output) dan tegangan penyadapan.
c) Kelompok vektor
d) Tingkat isolasi dasar
e) Karakteristik elektris
Data Elektrik
NO. Jenis trafo Capasity Impedance NO-load Load
(kVA) Losses
Losses
1 Tumetic 1250 kVA 6% 2100 16000
2 Turnoma 1250 kVA 6% 1300 13200
3 Trafindo 1250 kVA 5,5% 2500 15000

Data Mekanik
NO. Jenis trafo Panjang (A) Lebar(B) Tinggi (C)
1 Tumetic 2030 mm 800mm 1425mm
2 Turnoma 2115mm 820mm 1595mm
3 Trafindo 2250mm 1335mm 2025mm
*lebih lengkap nya lihat ada lampiran katalok trafo

Melalui pertimbangan dari data catalog merk trafo yang ada. Maka di pilih trafo merk
Trafindo karena memiliki total rugi yang lebih kecil dan nilai tegangan impedansi dan
arus nol yang kecil. Selain itu Trafindo berada di Indonesia sehingga purna jualnya
lebih mudah

PEMILIHAN GENSET

Kapasitas beban terpasang sebesar 936 kVA, sedangkan untuk memilih genset
tidak harus standby dengan daya yang sama agar bisa memenuhi supply yang diinginkan
apabila terjadi ketidak normalan pada trafo. Harus menggunakan perhitungan beban
prioritas.

Pada perencanaan ini, direncanakan beban yang harus disuplai ketika trafo dalam
kondisi tidak normal adalah 65% dari beban total. Daya yang dibutuhkan genset adalah :

65% x 936 kVA = kVA.

Nilai 360 kVA adalah daya genset yang beroperasi maksimum. Untuk pemilihan genset
harus diperhatikan pembebanan maksimum seperti halnya trafo yaitu sebesar 81%,
sehingga daya genset adalah = 562,35 / 81% = 695 kVA

Sehingga dipilih genset yang memiliki daya standby 800 kVA.

Spesifikasi genset yang digunakan :

Merk : CATERPILLAR

Model : 3412
Daya standby : 800 kVA

Frekuensi : 50 hz

Tegangan : 400 V

NB : keterangan lebih lengkap ada pada lampiran katalog

Arus nominal genset :

I=(800 kVA)/(3 x 400 V)

=1.154,70 A

1. Penghantar Genset

Genset dengan rating daya standby adalah 800 kVA mempunyai arus nominal 1.154,70
A.

KHA = 125% x 1.154,70 A = 1.443,37 A


Merujuk katalog supreme dipilih kabel jenis NYY 0,6 / 1 (1,2) kV dengan luas
4x(1x150mm2), pemasangan di udara dengan KHA = 1.720 A.
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 55 derajat celcius = 0,61
b. Jumlah rak :1 =1

= 1.720x0,61 = 1.049,2 A (tidak memenuhi)

1.7201.443,37
KHA kabel minimal adalah = 2.366,18
1.049,2

Arus 2.366,18 A menggunakan kabel dengan luas 6x(1x150mm2), KHA baru


2.580 A.
. .3 2.580 .10 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 0,88
. 56 .900
Busbar yang digunakan adalah ukuran 100x10 mm, berat 8,9 kg/m, berjumlah 2
batang dan dilapisi dengan konduktif, dengan KHA = 2850 A.
Untuk pengahantar netral dan grounding, karena luas penampang penghantar fasa
lebih dari 35 mm2, maka penghantar grounding yang dipilih setengah dari
penghantar fasa (PUILL bab 3 hal.77), dan penghantar netral sama dengan
penghantar fasa.

Netral, supreme NYY 6x(1x150mm2)

Grounding, supreme NYY 3x(1x150mm2)

Sepatu kabel dengan type KCG-AL-150, lebar lubang baut 14,5


Pengaman Genset

2,5 x 1.154,70 = 2.886,75 A

Ib<In<Iz => 1.154<2.000<2.580

Maka dipilih MCCB merek schneider type NS 2.000 + micrologic 5.0

NB : keterangan lebih lengkap ada pada lampiran katalog


PERHITUNGAN ARUS NOMINAL UTAMA DAN ARUS NOMINAL CABANG
7. Menghitung besarnya arus nominal primer dan sekunder pada trafo
1) In Primer pada trafo 1245 kVA


=
3

1245
= = 35,9
3 20

KHA primer = 1,25 x In


= 1,25 x 35,9
= 44,875 A

2) In Sekunder pada trafo 1245 kVA


=
3

1245
= = 1,7
3 400

KHA sekunder = 1,25 x In


= 1,25 x 1,7
= 2,125 A

Dari perhitungan Is trafo dapat ditentukan penggunaan bushing 3100 A


dengan mur baut 13,5 hole 14
8. Menghitung nilai In per cabang serta KHA kabel
Cabang 1 (100 kVA)


=
3

100
= = 151,93
3 380

KHA = 1,25 x In
= 1,25 x 151,93
= 189,91 A

Cabang 2 (200 kVA)



=
3

200
= = 303,86
3 380

KHA = 1,25 x In
= 1,25 x303,86
= 379,82 A

Cabang 3 (300 kVA)



=
3

300
= = 455,8
3 380

KHA = 1,25 x In
= 1,25 x 455,8
= 569,75 A

Cabang 4 (400 kVA)



=
3

400
= = 607,7
3 380

KHA = 1,25 x In
= 1,25 x 607,7
= 759,625 A
3. Menentukan luas penampang kabel dengan memperhitungkan derating factors
1. Derating Factors
Data yang digunakan:
1. Variation in ground temperature (50C)
PVC Insulation 0,71
2. Variation in thermal resitivity of soil (100C.cm / watt)
PVC Insulation 1,0
3. Variation depth of laying (100 cm)
PVC Insulation 0,99
4. Grouping of multicore (4 group)
PVC Insulation 0,68
2. Menentukan Luas Penampang Kabel
Table kabel

Cabang 1 (kapasitas 100 kVA)


In1 = 151,93 A
KHA1 = 189,91 A

=
3

100
= = 151,93
3 380
*KHA=1,25 151,93

= 189,91 A

Kabel NYFGbY (Supreme Cable) 4 x 70 mm2 (KHA 203 A in ground)


Derating factors = 203 x 0,71 x 1 x 0,99 x 0,68
= 97,02 A
Setelah dikalikan derating factors, KHA kabel menjadi 97,02 A jadi kabel yang
digunakan adalah 2 x (4 x 70 mm2) dengan KHA total 194,04 A
* Perhitungan drop tegangan yang terjadi pada penghantar

L = 100 meter
X tembaga = 56
I = I nominal
cyang diijinkan = 5-10%
. .3 194,4 .100 .3
Maka, = = 4,2 %
. 56 .140
Karena drop tegangan kurang dari 5%, maka drop tegangan pada penghantar ini
masih memenuhi standard.

* Sehingga kabel penghubung LVMDP dengan sub panel menggunakan kabel merk SUPREME
NYFGbY 2 x (4x70 mm2)/ fasa dengan KHA 2 x 97,02 A = 194,04 A dengan Suhu normal t 300 C.
Kabel Ground dan Petanahan titik netral trafo serta ground body trafo menggunakan merk
Kabelindo BCC (1x70mm2).
Cabang 2 (kapasitas 200 kVA)
In2 = 303,86 A
KHA2 = 379,82 A

=
3

200
= = 303,86
3 380

*KHA=1,25 303,86

= 379,82 A

Kabel NYFGbY 4 x 70 mm2 (KHA 203 A in ground)


Derating factors = 312 x 0,71 x 1 x 0,99 x 0,68
= 97,02 A
Setelah dikalikan derating factors, KHA kabel menjadi 97,02 A jadi kabel yang
digunakan adalah 4 x (4 x 70 mm2) dengan KHA total 388,08 A
* Perhitungan drop tegangan yang terjadi pada penghantar

L = 25 meter
X tembaga = 56
I = I nominal
cyang diijinkan = 5-10%
. .3 97,02 .100 .3
Maka, = = 4,2 %
. 56 .70
Karena drop tegangan kurang dari 5%, maka drop tegangan pada penghantar ini
masih memenuhi standard.

*Sehingga kabel penghubung LVMDP dengan sub panel menggunakan kabel merk SUPREME
NYFGbY 4 x (4x70 mm2)/ fasa dengan KHA 4 x 97,02 A = 388,8 A dengan Suhu normal t 300 C.
Kabel Ground dan Petanahan titik netral trafo serta ground body trafo menggunakan merk
Kabelindo BCC (1x70mm2).
Cabang 3 (kapasitas 300 kVA)
In3 = 455,8 A
KHA3 = 569,75 A

=
3

300
= = 455,8
3 380
*KHA=1,25 455,8

= 568,75 A

Kabel NYFGbY 4 x 95 mm2 (KHA 242 A in ground)


Derating factors = 282 x 0,71 x 1 x 0,99 x 0,68
= 115,66 A
Setelah dikalikan derating factors, KHA kabel menjadi 115,66 A jadi kabel yang
digunakan adalah 5 x (4 x 95 mm2) dengan KHA total 578,3 A
* Perhitungan drop tegangan yang terjadi pada penghantar

L = 25 meter
X tembaga = 56
I = I nominal
cyang diijinkan = 5-10%
. .3 115,66 .100 .3
Maka, = = 3,7 %
. 56 .95
Karena drop tegangan kurang dari 5%, maka drop tegangan pada penghantar ini
masih memenuhi standard.

* Sehingga kabel penghubung LVMDP dengan sub panel menggunakan kabel merk SUPREME
NYFGbY 6 x (4x95 mm2)/ fasa dengan KHA 6 x 115,66 A = 693,9 A dengan Suhu normal t 300 C.
Kabel Ground dan Petanahan titik netral trafo serta ground body trafo menggunakan merk
Kabelindo BCC (1x70mm2).

Cabang 4 (kapasitas 400 kVA)


In4 = 607,7 A
KHA4 = 759,625 A

=
3

400
= = 607,73
3 380
*KHA=1,25 607,73

= 759,66 A
Kabel NYFGbY 4 x 120 mm2 (KHA 282 A in ground)
Derating factors = 282 x 0,71 x 1 x 0,99 x 0,68
= 134,78 A
Setelah dikalikan derating factors, KHA kabel menjadi 134,78 A jadi kabel yang
digunakan adalah 6 x (4 x 120 mm2) dengan KHA total 808,72 A
* Perhitungan drop tegangan yang terjadi pada penghantar

L = 25 meter
X tembaga = 56
I = I nominal
yang diijinkan = 5-10%
. .3 134,78 .100 .3
Maka, = = 3,4 %
. 56 .120
Karena drop tegangan kurang dari 5%, maka drop tegangan pada penghantar ini
masih memenuhi standard.

* Sehingga kabel penghubung LVMDP dengan sub panel menggunakan kabel merk SUPREME
NYFGbY 6 x (4x120 mm2)/ fasa dengan KHA 6 x 134,78 A = 808,68 A dengan Suhu normal t 300
C. Kabel Ground dan Petanahan titik netral trafo serta ground body trafo menggunakan merk
Kabelindo BCC (1x70mm2).
PERHITUNGAN ARUS NOMINAL UTAMA DAN ARUS NOMINAL CABANG

a. Menghitung besarnya arus nominal primer dan sekunder pada trafo


3) In Primer pada trafo 1245 kVA


=
3

1245
= = 35,9
3 20

KHA = 1,25 x In
= 1,25 x 35,9
= 44,875 A

4) In Sekunder pada trafo 1245 kVA


=
3

1245
= = 1,7
3 400

KHA = 1,25 x In
= 1,25 x 1,7
= 2,125 A

Dari perhitungan Is trafo dapat ditentukan penggunaan bushing 3100 A


dengan mur baut 13,5 hole 14
1. Menentukan Busbar Sesuai Dengan Standart PUIL table 6.6-1

Sumber PUIL 2000 tabel 6.6-1

1. Busbar Cabang 1 (100 kVA)



=
3

100
= = 151,93
3 380

* KHA = 1,25 x 151,93


= 189,91 A

Menggunakan busbar 12 x 2 penampang 24mm2 lapis 2 dengan KHA sebesar 202 A

2. Busbar Cabang 2 (200 kVA)



=
3

200
= = 303,8
3 380

* KHA = 1,25 x 303,8

= 379,82 A

Menggunakan busbar 20 x 3 penampang 60mm2 lapis 2 dengan KHA sebesar 394 A

3. Busbar Cabang 3 (300 kVA)



=
3

300
= = 455,8
3 380

* KHA = 1,25 x 455,8

= 569,75 A

Menggunakan busbar 30 x 3 penampang 90mm2 lapis 2 dengan KHA sebesar 600 A


4. Busbar Cabang 4 (400 kVA)

=
3

400
= = 607,73
3 380
* KHA = 1,25 x 607,73

= 759,66 A

Menggunakan busbar 40 x 3 penampang 120mm2 lapis 2 dengan KHA sebesar 780 A

2. Menentukan Pengaman Dimasing-masing Cabang

Katalog MCCB SCHNEIDER


1. Pengaman Cabang 1 (100 kVA)

=
3

100
= = 151,93
3 380

* KHA = 1,25 x 151,93

= 189,91 A

* Pengaman = 2,5 x In

= 2,5 x 151,93 A

= 379,82 A

* Pertimbangan menentukan pengaman adalah bahwa KHA pengaman harus diatas arus
nominal dan dibawah KHA kabel (Ib < In < Iz)

151,93 < 160 < 194,04

Menggunakan MCCB merk SCHNEIDER, MCCB type EZC250N, 3P, EZC250N3160 dengan arus
maximum 160A
2. Pengaman Cabang 2 (200 kVA)

=
3

200
= = 303,8
3 380

* KHA = 1,25 x 303,8

= 379,82 A

* Pengaman = 2,5 x In

= 2,5 x 303,8 A

= 759,65 A

* Pertimbangan menentukan pengaman adalah bahwa KHA pengaman harus diatas arus
nominal dan dibawah KHA kabel (Ib < In < Iz)

303,8 < 320 < 388,08

Menggunakan MCCB merk SCHNEIDER, MCCB type EZC400N, 3P, EZC400N3320 dengan arus
maximum 320A

3. Pengaman Cabang 3 (300 kVA)



=
3

300
= = 455,8
3 380

* KHA = 1,25 x 455,8

= 569,75 A
* Pengaman = 2,5 x In

= 2,5 x 455,8 A

= 1139,5 A

* Pertimbangan menentukan pengaman adalah bahwa KHA pengaman harus diatas arus
nominal dan dibawah KHA kabel (Ib < In < Iz)

455,8 < 630 < 693,9

Menggunakan MCCB merk SCHNEIDER, MCCB type NS630bN dengan arus maximum 630 A

4. Pengaman Cabang 4 (400 kVA)



=
3

400
= = 607,73
3 380

* KHA = 1,25 x 607,73

= 759,66 A

* Pengaman = 2,5 x In

= 2,5 x 607,73

= 1519,32 A

* Pertimbangan menentukan pengaman adalah bahwa KHA pengaman harus diatas arus
nominal dan dibawah KHA kabel (Ib < In < Iz)

607,73 < 630 < 808,68


Menggunakan MCCB merk SCHNEIDER, MCCB type NS630bN dengan arus maximum 630 A

Table MCCB merk SCHNEIDER


3. Menentukan Kabel Pada Sisi Primer Dan Sekunder

Table kabel N2XSY

Penghantar Pada Sisi Primer (20 kVA)


=
3

1245
= = 35,9
3 20
* KHA Primer : 1,25 x In

: 1,25 x 35,9 A =44,8 A

* Dipilih untuk kabel awal N2XSY merk SUPREME dengan luas penampang 1 x 70mm2 dengan
KHA kabel sebesar 347 A in air

* Perhitungan KHA kabel dengan mempertimbangkan beberapa factor melalui table DERATING
FACTORS (variation in air temperature 50C = 0,71)

* KHA kabel x 0,71

= 347 A x 0,71

= 246,3 A

KHA kabel 1 x 70 mm2 menjadi 246,3 A.

* Perhitungan drop tegangan yang terjadi pada penghantar

L = 50 meter
X tembaga = 56
I = I nominal
cyang diijinkan = 5-10%
. .3 246 .50 .3
Maka, = = 5,4 %
. 56 .70
Karena drop tegangan kurang dari 10%, maka drop tegangan pada penghantar ini
masih memenuhi standard.

* Sehingga kabel penghubung pada sisi primer menggunakan kabel merk SUPREME N2XSY KHA
kabel 1 x 70 mm2 menjadi 246,3 A dengan Suhu normal t 300 C.

Penghantar Pada Sisi Sekunder (1245 kVA)


=
3
1245
= = 1,7
3 400

= 1,7 X 1000 = 1700 A

* KHA Sekunder : 1,25 x In

: 1,25 x 1700 A =2125 A

* Dipilih untuk kabel awal NYY merk SUPREME dengan luas penampang 1 x 150mm2 dengan KHA
kabel sebesar 445 A in air

* Perhitungan KHA kabel dengan mempertimbangkan beberapa factor melalui table DERATING
FACTORS (variation in air temperature 50C = 0,71)

* KHA kabel x 0,71

= 445 A x 0,71

= 315,9 A

KHA kabel 1 x 150 mm2 menjadi 315,9 A. jumlah kabel 7 x (1 x 150 mm2) KHA total
2205A

* Perhitungan drop tegangan yang terjadi pada penghantar

L = 100 meter
X tembaga = 56
I = I nominal
cyang diijinkan = 5-10%
. .3 2205.100 .3
Maka, = = 6,5 %
. 56 .1050
Karena drop tegangan kurang dari 10%, maka drop tegangan pada penghantar ini
masih memenuhi standard.

* Sehingga kabel penghubung pada sisi sekunder menggunakan kabel merk SUPREME NYY KHA
kabel 7 x (1 x 150 mm2) menjadi 2205A dengan Suhu normal t 300 C.

4. Menentukan Pengaman Dan Busbar Utama

1. In Sekunder pada trafo (menentukan pengaman utama)


=
3 400
1245
= = 1,7
3 400

= 1,7 X 1000

= 1700 A

* KHA Primer : 1,25 x In

: 1,25 x 1700 A =2125 A

* Pengaman = 2,5 x In

= 2,5 x 1700 A

= 4250 A

* Pertimbangan menentukan pengaman adalah bahwa KHA pengaman harus diatas arus
nominal dan dibawah KHA kabel (Ib < In < Iz)

1700 < 2000 < 2205

Menggunakan MCCB merk SCHNEIDER, MCCB type NS630bN dengan arus maximum 2000 A
Table 6.6-1 busbar

1. In Sekunder pada trafo (menentukan busbar utama)


=
3 400

1245
= = 1,7
3 400

= 1,7 X 1000

= 1700 A

* KHA Primer : 1,25 x In

: 1,25 x 1700 A =2125 A

Menggunakan busbar 100 x 5 penampang 500mm2 lapis 2 dengan KHA sebesar 2200
CUT OUT

Cut Out berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus lebih. Cut out dipasang
pada sisi primer transformator, dalam menentukan cut-out hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah:

Arus nominal beban untuk pemilihan rating arus kontinyu cut-out


Tegangan sistem untuk pemilihan rating tegangan
Penggunaan CO tergantung pada arus beban, tegangan sistem, type sistem, dan arus
gangguan yang mungkin terjadi.
Dalam pemilihan Cut Out, teragantung dari pemakaian trafo apakah memakai minyak atau
trafo kering. Di dalam PUIL 2000 hal 190, apabila menggunakan trafo kering, In CO dikalikan
125 % (maksimal).

1250kVA
In CO = 125 % X
3 X 20kV

= 43.30 A

Dari data diatas dapat dipilih CO dengan spesifikasi sebagai berikut:

Merk : ABB

Rating arus : 100 Ampere

Rating tegangan : 15/27 kV

BIL : 125 kV

Interuppting RMS : 10.000

PEMILIHAN ARESTER UNTUK TRANSFORMATOR 20 KV


Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh karena pemilihan
arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena kepekaan arrester terhadap
tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai
dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi sehingga didapatkan perlindungan
yang baik.

Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang berkekuatan 400 kV
dalam waktu 0.1s, jarak titik penyambaran dengan transformator 5 Km.

Tegangan dasar arrester


Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi
(primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 kV sama seperti tegangan
pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 kV arrester tersebut masih bisa
bekerja sesuai dengan karakteristinya yaitu tidak bekerja pada tegangan maksimum
sistem yang direncanakan, tetapi masih tetap mampu memutuskan arus ikutan dari
sistem yang efektif.

Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal
sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks = 110% x 20 kV

= 22 kV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 30 kV.

Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam
keadaan gangguan pada tempat dimana penangkal petir, dengan tegangan rms fasa ke
fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan. Untuk menetukan
tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan :

Vm
Vrms =
2

22
=
2

= 15,5 kV

Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan
ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :
Vrms 2
Vm(L - G) =
3

15,5 2
=
3

= 12,6 kV

12,6 KV
Koefisien pentanahan =
15,5KV

= 0,82

Keterangan :

Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (kV)

Vrms = Tegangan nominal sistem (kV)

Tegangan pelepasan arrester


Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi
kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.

Tegangan yang sampai pada arrester :

e
Eo =
K .x

400KV
Eo = = 133,3 kV
0,0006 5Km

Keterangan :

K = konsatanta redaman (0,0006)

x = jarak perambatan

e = tegangan surja yang datang (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)


Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi
oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flashover dan probabilitas tembus
isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah :

e =1,2 BIL saluran

Keterangan :

e = tegangan surja yang datang (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar transformator (KV)

Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)


2e Eo
I =
ZR

Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan sambaran
tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang GTT yang lain
berjarak antara 8 KM sampai 10 KM. ( SPLN 52-3,1983 : 11)

tegangankejutimpuls100%
R =
aruspemuat

105KV
=
2,5KA

= 42

2 400 KV 133,3KV
I =
0 42

= 15,8 KA

Keterangan :

Eo = tegangan yang sampai pada arrester (KV)

e = puncak tegangan surja yang datang

Z = impedansi surja saluran ()

R = tahanan arrester ()
Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

V =IxR

Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :

ea = Eo + (I x R)

ea = 133,3 + (15,8 x 42)

ea = 796,9 kV

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (KA)

Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)

ea = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja ()

R = tahanan arrester ()

Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)


Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage
(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 s. Sehingga isolasi
dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama
atau lebih tinggi dari BIL tersebut.

Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)


Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi
oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan probabilitas tembus
isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah :

e =1,2 BIL saluran

e = 1,2 x 150 KV

e = 180 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage
(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 s. Sehingga isolasi
dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama
atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL
transformator yaitu 150 KV
Margin Perlindungan Arrester
Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

MP = (BIL / KIA-1) x 100%

MP = (150 KV/ 133,3 1) x 100%

= 125.28 %

Keterangan :

MP = margin perlindungan (%)

KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar (KV)

Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya. Kriteria
yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator .

Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan


Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan
peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi digunakan
persamaan sebagai berikut :

2 A x
Ep = ea +
v

2 4000 KV / s x
= 133,3 KV+
300m / s

8,3 = 26,6x

x = 0,31 m jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.


Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang.
Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan
tanah dengan menggunakan kabel tanah. Transformator tersebut berada dalam tempat
terpisah dengan pengaman arresternya. Transformator diletakkan di atas tanah dan
terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah.
Tabel Batas Aman Arrester

IMPULS PETIR BIL ARRESTER BIL TRAFO


KONDISI KET
(KV) (150 KV) (125 KV)

Tegangan masih di bawah


120 KV < 150 KV <125 KV Aman rating transformator maupun
arrester

Tegangan masih memenuhi


125 KV <150 KV =125 KV Aman
batasan keduanya

Tegangan lebih diterima


130 KV <150 KV >125 KV Aman
arrester dan dialirkan ke tanah

Masih memenuhi batas


150 KV =150 KV >125 KV Aman tegangan tertinggi yang bisa
diterima arrester.

Arrester rusak, transformator


200 KV >150 KV >125 KV Tidak aman
rusak

Berdasarkan keterangan diatas maka pemilihan BIL arrester harus mempunyai


kemampuan yang sama atau diatas tegangan BIL petir (150 kV), sedangkan untuk BIL trafo dapat
menggunakan BIL yang lebih rendah yaitu 125 kV.

PERHITUNGAN SANGKAR FARADAY


Medan listrik berpengaruh dan berbahaya bagi pekerja yang bekerja pada atau dekat
sekali dengan bagian dari jaringan yang bertegangan. Pekerja dapat mempergunakan
perlindungan untuk hal tersebut seperti sangkar faraday dimana kuat medan listrik didalam
pelindung konduktor ini merupakan fungsi dari derajat perlindungannya

Sangkar pelindung terbuat dari bahan konduktor dan beberapa tahun yang lalu Faraday
telah menunjukkan bahwa kuat medan listrik didalam sangkar adalah nol (0) bila sangkar
berbentuk kotak penuh. Namun jika sangkar tersebut berbentuk kotak penuh sehingga pekerja
didalamnya bebs terhadap medan listrik, maka hal ini tidak dapat dipakai untuk bekerja.
Perlindungan terhadap medan ini hanya dilakukan oleh sangjar yang hanyaberbentuk setengah
kotak atau sangkar yang tidak berbentuk kotak penuh, tergantung pada derajat perlindungan
yang kita inginkan

Dalam perhitungan ini yang perlu diperhatikan adalah system pengaman dari sisi TR
maupun TT pada trafo. Sesuai dengan catalog yang ada jarak aman sisi tegangan tinggi adalah =
500 mm dengan perkiraan panjang tangan manusia sekitar kurang lebih 750 mm sehingga dapat
terhitung sangkar faraday untuk 4 trafo sekaligus sesuai dengan dimensi trafo yang digunakan.

Dimensi trafo yang digunakan dengan data sebagai berikut :

Panjang (A) : 1950 mm

Lebar (B) : 1135 mm

Tinggi (C) : 1755 mm

Sehingga diperoleh dimensi sangkar faraday terpasang sebagai berikut :

Panjang : (Jarak aman + panjang tangan)x2 + 2x panjang trafo

: ( 500 + 750 ) x 2 + 2x 1950

: 6400 mm.

Lebar : (Jarak aman + panjang tangan)x2 + 2x lebar trafo

: ( 500 + 750 ) x 2 + 2x 1135

: 4770 mm
Tinggi : (jarak aman trafo dengan atap) + tinggi trafo

: 1000 mm + 1755 mm

: 2755 mm

PERHITUNGAN CELAH VENTILASI PADA TRAFO


Dalam kerjanya transformator tidak lepas dari kerugian salah satunya adalah panas,
panas yang berlebihan pada trafo dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan antara lain
:

1) Drop tegangan.
2) Pemanasan pada minyak trafo yang berlebihan, sehingga menyebabkan
turunnya kualitas minyak trafo yang dapat mengakibatkan tegangan tembus
minyak trafo turun.
Sehingga dalam kerjanya trafo menuntut sistem pendinginan yang baik, oleh karena itu
sistem pendinginannya harus mempunyai kinerja yang baik, dari berbagai macam faktor yang
mempengaruhi pendinginan salah satunya adalah sirkulasi udara, karena dalam perencanaan ini
trafo yang digunakan diletakkan dalam ruangan (indoor). Untuk itu kita harus menghitung
seberapa besar celah ventilasi yang dibutuhkan agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik.

Menurut PUIL 2000 celah minimal suatu ventilasi trafo adalah 20cm 2 / kVA terpasang,
dengan perhitungan sebagai berikut:

Celah ventilasi pada trafo dihitung pada suhu 75oC dengan losses sebesar 17500Watt =
17.5 kW untuk trafo Trafindo dengan daya nominal 1250kVA.

Data lain yang diketahui adalah sebagai berikut:

1) Temperatur udara masuk(t1) 20oC


2) Temperatur udara keluar (t2) 35oC
1
3) Koefisiensi muai udara ( )
273
4) Tinggi ruangan = 3 meter.
Dengan data diatas dapat dicari volume udara yang dibutuhkan untuk mensirkulasi
panas adalah sebagai berikut:
860 Pv
V x(1 t1 )
1116 (t 2 t1 )

dimana:

Pv = rugi trafo (Kw)

t1 = temperatur udara masuk (oC)

t2 = temperatur udara keluar (oC)

= koefisien muai udara

H = ketinggian ruangan (m)

sehingga:

860 x17.5 1
V x(1 * 20)
1116 (35 20) 273

15050
V x(1 0.07326)
16740

V 0.833 m3 s

Kemampuan pemanasan udara yang mengalir disepanjang tangki trafo adalah

H
v

dimana:

H=ketinggian (m)

= koefisien tahanan aliran udara

Koefisien tahanan aliran udara berbeda-beda tergantung pada kondisi daripada tempat
diletakkannya trafo itu sendiri.

Kondisi tempat

Sederhana 4.....6

Sedang 7.....8

Baik 9.....10 (jaringan konsen)>20


Apabila kondisi tempat dimisalkan adalah baik maka = 9. Sehingga:

3
v
9
v 0.333
Maka dapat kita hitung celah ventilasi sebagai berikut:

V
qe (penampang celah udara yang masuk) =
v

0.833 m3 s
qe = = 2.52
0.33
Karena udara yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada udara yang
masuk yang diakibatkan proses pendinginan trafo dalam ruangan sehingga terjadi pemuaian
maka ventilasi udara keluar yang dibutuhkan harus lebih besar daripada celah ventilasi udara
masuk, dengan kata lain q A qe

Sehingga:

q A 1.1* qe

qA 1.1*2.52 = 2.7 m2

Nilai perhitungan diatas adalah nilai minimum, sehingga pemakaian ventilasi udara bisa
memakai ukuran yang lebih besar dari ukuran perhitungan diatas
PERHITUNGAN, PERENCANAAN KABEL INCOMING DAN OUTGING KUBIKEL SERTA SEKUNDER
TRAFO

Gardu PLN Gardu Pelanggan

MV-MDP MV-MDP LV-MDP

1 2 3 4
Dari tiang
akhir TM

Diketahui:

Jarak tiang akhir gardu PLN : 25m

Jarak gardu PLN gardu pelanggan : 15m

Jarak MV-MDP pelanggan trafo : 15m

Jarak trafo LV-MDP : 15m

1. Incoming Kubikel PLN


Sistem supply menggunakan double feeder / 2 penyulang dan masing-masing penyulang
menyumbang maksimal daya kontrak karena 1 feeder lain sebagai cadangan.
1110
= = 32.04
0.4 3
KHA minimal kabel tiap penyulang = 1,25 x 32.04 A = 40.05 A
Sehingga kabel tiap penyulang ke kubikel PLN menggunakan kabel merk Supreme NA2XSEYFGbY
24kV 1x(3x35mm2) dengan KHA 171 A.
3
V1 =
3 25 32.04
3 35 56
= 0.23 V
u/ tegangan menengah V = 5% (SPLN 72-1987) sehingga V = 20 x 5% = 1kV
Kabel tsb akan ditanam dengan kedalaman 70cm. Jika derating factor 1.00 x 171A = 171A
(KHA1 = 40.05 ) dan V1 < 5% maka kabel tsb bisa digunakan.

2. Outgoing Kubikel PLN


Pada outgoing Kubikel PLN merupakan total daya kontrak, sehingga :
1110
= = 32.04
20 3
KHA minimal kabel tiap penyulang = 1,25 x 32.04 A = 40.05 A
Sehingga kabel tiap penyulang ke kubikel PLN menggunakan kabel merk Supreme NA2XSEYFGbY
24kV 1x(3x35mm2) dengan KHA 171 A.
3
V1 =
3 15 32.04
3 35 56
= 0.14 V

u/ tegangan menengah V = 5% (SPLN 72-1987) sehingga V = 20 x 5% = 1kV


Kabel tsb akan ditanam dengan kedalaman 70cm. Jika derating factor 1.00 x 171A = 171A
(KHA1 = 40.05 ) dan V1 < 5% maka kabel tsb bisa digunakan.

3. Outgoing Kubikel Pelanggan


Pada outgoing Kubikel Pelanggan merupakan total daya kontrak, sehingga :

1110
= = 32.04
20 3
KHA minimal kabel tiap penyulang = 1,25 x 32.04 A = 40.05 A
Sehingga kabel outgoing kubikel pelanggan ke trafo menggunakan kabel merk Supreme NA2XSY
24kV 3x(1x35mm2) dengan KHA197A.
3
V1 =

3 15 32.04
3 35 56
= 0.14 V

u/ tegangan menengah V = 5% (SPLN 72-1987) sehingga V = 20 x 5% = 1kV

Kabel tsb akan disusun dengan formasi trefoil. Jika derating factor u/ 1rak 3sistem 0.96*197A
= 189A (KHA3 = 40.05A ) dan V3 < 5% maka kabel tsb bisa digunakan.
4. Outgoing Trafo
1250
= = 1804.22
400 3
KHA minimal kabel = 1,25 x 1804.22 A = 2255.27 A
Maka dipilih .
2255.27 A
Maka Jumlah kabel = = 7,04 8
320
Sehingga kabel sekunder tiap trafo menggunakan kabel merk Supreme NYY rm 7x(1x395 mm 2)/
fasa dengan KHA 2560 A dengan Suhu normal t 300 C.
3
V1 =

3 15 2255.27
95 56
= 11.01 V

u/ tegangan rendah V = 4% (SPLN 72-1987) sehingga V = 400*4% = 16kV

Kabel tsb akan disusun di atas rak dengan formasi mendatar. Jika derating factor u/ 1rak
3sistem 0.96 x (8 x 320A) = 2457.6 A (KHA4 = 2255.27A) dan V4 < 4% maka kabel tsb bisa
digunakan.
Dipilih busbar Cu (10 x 100 x 1 mm) KHA 2407 A

Jika penghantar phasa adalah NYY 8 (1x95mm) maka penghantar netral adalah NY4(1x95sqmm)
(PUIL2000 tabel 3.16-1)
Lubang baut sebesar 14mm untuk ukuran sepatu kabel 95mm2

PEMILIHAN KOMPONEN KUBIKEL

1. Single Line Diagram Kubikel PLN


IMC IMC METERING OUTGOING
FEEDER 1 FEEDER 2 CM-2 DM1-A
Busbar 20 kV
Earth Earth
LBS LBS switch switch
(SF6) (SF6) (SF6) (SF6)

CB
Fuse (SF6)
PT
CT CT PT CT

Kubikel 20 kV adalah komponen peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan,


pengukuran, tegangan, arus maupun daya, peralatan proteksi dan control. Didalam perencanaan ini,
pelanggan memesan daya kepada PLN sebesar 1100 kVA, pelanggan ini termasuk pelanggan TM /
TM / TR sehinga trafo milik pelanggan, rugi-rugi di tanggung pelanggan, pengukuran di sisi TT dan
trafo ditempatkan di gardu distribusi.

Kubikel terdiri dari dua unit. Pertama adalah milik PLN (yang bersegel) dan kubikel milik
pelanggan (hak pelanggan sepenuhnya). Setiap kubikel terdiri dari 2 incoming, metering dan
outgoing. Pada perencanaan ini, kubikel pelanggan dan PLN disamakan spesifikasinya, karena selain
PLN, pelanggan juga perlu memonitoring metering milik pelanggan itu sendiri. Spesifikasi kubikel
ialah:

1. Incoming : IMC
2. Metering : CM2
3. Outgoing : DM1-A
Dari schneider / Merlin Gerin

Incoming (IMC 1 dan 2)

Peralatan dasar yang dibutuhkan pada IMC :

Saklar dan earth switch


Busbar 3 fasa
Indikator tegangan
Mekanisme operasi CIT
Busbar 3 fasa bawah untuk outgoing
Connection pads for dry-type cables
1-3 CT

Peralatan Bantu :

- Motor untuk mekanisme operasi


- Kontak bantu
- Key type interlocks
- Heating element 50 W
- Stands footing
- Unit pelepasan
- Konektor tambahan untuk penghantar dari atas

a. Load Break Switch

Ialah pemutus dan penyambung tegangan dalam keadaan berbeban, komponen berbeban
terdiri atas beberapa fungsi yaitu:

1. Earth Switch
2. Disconnect Switch
3. Load Break Switch
Untuk meng-energized, proses harus berurutan (1-2-3) dan memutus beban harus dengan
urutan kebalikan (3-2-1).

1250
= = 36.08
20 3

In = 115% x In primer

= 115% x 36.08

= 41.49 A

b. Coupling Capasitor

Dalam penandaan kubikel membutuhkan lampu tanda dengan tegangan kerja 410 V.
Karena pada kubikel mempunyai tegangan kerja 20 kV, maka tegangan tersebut harus
diturunkan hingga 410 V - 400 V menggunakan coupling capasitor dengan 5 cincin yang
menghasilkan

output tegangan = 20 kV/5

= 400 V

c. Current Transformer

Untuk memilih CT perlu diketahui arus pengenal dari trafo. CT ini berfungsi sebagai metering
(IMC)

1250
= = 36.08
20 3

Sedangkan meter yang digunakan hanya mampu menerima arus sampai 5 A. Sehingga
membutuhkan CT dengan spesifikasi :

CT ARM2/N2F

Single Primary Winding

Double Secondary Winding Untuk Pengukuran dan Pengaman

Arus rating : 50 A / 5 A

Ith : 12.5 kA

Untuk metering 5 A, Burden : 7,5 VA , Class : 0,5

Untuk proteksi 5 A, Burden 10 VA 5P10

d. Mekanisme operasi CIT


3. Metering (CM2)

Peralatan dasar :

Disconnecting Switch dan Earth Switch


Busbar 3 fasa
Mekanisme operasi CS
Saklar isolasi LV Circuit
Fuse LV
3 buah Fuse tipe 6,3 A UTE / DIN
3 Potensial Transformer (fasa to netral)
2 Potensial Transformer (fasa to fasa)
Peralatan Bantu :

Kontak bantu
Stands footing
Heating element 50 W
Kontak Indikator untuk fuse
Konektor tambahan untuk penghantar dari atas
a. Mekanisme Operasi CS
b. Potensial Transformer
Spesifikasi potensial transformer :

Transformer VRC2 / S1 phase to phase 50 Hz / 60 Hz

Rated voltege : 24 kV

Primary voltage : 20 kV

Secondary voltage : 100 V

Thermal power : 500 VA

Kelas akurasi : 0,5

c. Heating Element 50 W

Digunakan sebagai pemanas dalm kubikel. Sumber listrik heating element ini berdiri
sendiri 220 V-AC. Difungsikan untuk menghindari flash over akibat embun yang ditimbulkan
oleh kelembaban di sekitar kubikel.

4. Outgoing (DM1-A)

Peralatan dasar :
- Circuit Breaker SF1 / SF (hanya untuk 400 630 A)
- Disconnecting switch dan earth switch
- Circuit breaker mekanisme operasi RI
- Disconnecting mekanisme operasi CS
- Indikator tegangan
- 3 CT untuk circuit breaker SF1
- Kontak bantu pada circuit breaker
- Busbar 3 fasa untuk bagian bawah
- Connections pads for dry type cables
- Downstream earthing switch

Peralatan bantu :

Kubikel

- Kontak bantu pada disconnecting


- Konektor tambahan untuk penghantar dari atas
- Proteksi menggunakan relai Statimax atau relai elektronik Sepam untuk circuit breaker SF1
- 3 potensial transformer untuk circuit breaker SF1
- Interlock tipe key
- Heating element 50 W
- Stands footing
- Surge arrestor
Circuit breaker
- Motor untuk mekanisme operasi
- Unit pelepasan
- Perhitungan otomatis pada mekanisme operasi manual
a. Mekanisme Operasi
b. Current transformer

Trafo yang digunakan adalah trafo dengan daya total 1250 kVA. Sehingga arus nominalnya
ialah:

1250
= = 36.08
20 3

Spesifikasi current transformer yang digunakan :

CT ARJP1/N2F

Double Primary Winding

Single Secondary Winding Untuk Pengukuran dan Pengaman

Arus rating : 50 / 5 A

Ith : 12.5 kA

t(s) :1

Untuk metering 5 A, Burden : 7,5 VA , Class : 0,5

Untuk proteksi 5 A, Burden 10 VA 5P15

c. Pemilihan Disconnecting Switch (DS).

Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya (menutup dan
membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini hanya difungsikan sebagai
pemisah bukan pemutus.

Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi flash over atau
percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri.
Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah tegangan pada
waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar pembumian agar tidak ada
muatan sisa.

Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah :

KVA(trafo)
I 1,15
3 20kV

1250
= 115% = 41.49
20 3

2. Single Line Diagram Kubikel Pelanggan

INCOMING METERING QM QM QMC DM1-A


IMC CM-2 TRAFO 1 TRAFO 2 TRAFO 3 TRAFO 4

Busbar 20 kV
Earth Earth
LBS switch switch
(SF6) (SF6) (SF6)

Fuse Fuse Fuse


CB
Fuse (SF6)
PT
CT PT CT CT

Incoming (IMC)

Peralatan dasar dan Peralatan bantu IMC sama dengan milik Kubikel PLN.

a. Load Break Switch

Ialah pemutus dan penyambung tegangan dalam keadaan berbeban, komponen berbeban
terdiri atas beberapa fungsi yaitu:

1. Earth Switch
2. Disconnect Switch
3. Load Break Switch
Untuk meng-energized, proses harus berurutan (1-2-3) dan memutus beban harus dengan
urutan kebalikan (3-2-1).

1250
= = 36.08
20 3

In = 115% x In primer

= 115% x 36.08

= 41.49 A

b. Coupling Capasitor

Spesifikasi sama dengan milik Kubikel PLN.

c. Current Transformer

IMC pada pelanggan digunakan untuk mengukur semua kapasitas daya sebesar 10 MVA.
Sehingga arus nominalnya ialah:

1250
= = 36.08
20 3

Sedangkan meter yang digunakan hanya mampu menerima arus sampai 5 A. Sehingga
membutuhkan CT dengan spesifikasi :

CT ARM2/N2F

Single Primary Winding

Double Secondary Winding Untuk Pengukuran dan Pengaman

Arus rating : 50 A / 5 A

Ith : 12.5 kA

Untuk metering 5 A, Burden : 7,5 VA , Class : 0,5

Untuk proteksi 5 A, Burden 10 VA 5P10

d. Mekanisme operasi CIT

Spesifikasi sama dengan milik Kubikel PLN.


2. Metering (CM2)

Spesifikasi sama dengan milik Kubikel PLN.

3. Outgoing (DM1-A)

Peralatan dasar dan Peralatan bantu DM1-A sama dengan milik Kubikel PLN.

a. Mekanisme Operasi

Spesifikasi sama dengan milik Kubikel PLN.

b. Current transformer

Trafo yang digunakan adalah trafo dengan daya 1250kVA. Sehingga arus nominalnya ialah:

1250
= = 36.08
20 3

Spesifikasi current transformer yang digunakan :

CT ARJP1/N2F

Double Primary Winding

Single Secondary Winding Untuk Pengukuran dan Pengaman

Arus rating : 50 A / 5 A

Ith : 12,5 kA

t(s) :1

Untuk metering 5 A, Burden : 7,5 VA , Class : 0,5

Untuk proteksi 5 A, Burden 10 VA 5P15

d. Pemilihan Disconnecting Switch (DS).

Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya (menutup dan
membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini hanya difungsikan sebagai
pemisah bukan pemutus.

Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi flash over atau
percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri.
Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah tegangan pada
waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar pembumian agar tidak ada
muatan sisa.

Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah :

KVA(trafo)
I 1,15
3 20kV

1250
= 115% = 41.49
20 3

e. Coupling Capasitor

Spesifikasi sama dengan milik Kubikel PLN.

4. Outgoing (QMC untuk 1 trafo)

Peralatan dasar :

- Disconnecting switch dan earth switch


- Disconnecting mekanisme operasi CI1
- Indikator tegangan
- Busbar 3 fasa
- Sistem indikasi saat Fuse terbakar.
- 3 CT
- Connections pads for dry type cables
- Downstream earthing switch

Peralatan bantu :

Kubikel

- Kontak bantu pada disconnecting


- Konektor tambahan untuk penghantar dari atas
- Heating element 50 W
- Stands footing
a. Mekanisme Operasi
b. Load Break Switch

Ialah pemutus dan penyambung tegangan dalam keadaan berbeban, komponen berbeban
terdiri atas beberapa fungsi yaitu:

1. Earth Switch
2. Disconnect Switch
3. Load Break Switch
Untuk meng-energized, proses harus berurutan (1-2-3) dan memutus beban harus dengan
urutan kebalikan (3-2-1).

1250
= = 36.08
20 3

In = 115% x In primer

= 115% x 36.08

= 41.49 A

c. Current transformer

Kubikelini hanya dihubungkan dengan 1 trafo daya 1250 kVA. Sehingga arus nominalnya
ialah:
1250
= = 36.08
20 3

Spesifikasi current transformer yang digunakan :

CT ARM1/N1F

Single Primary Winding

Single Secondary Winding Untuk Pengukuran

Arus rating : 50 / 5 A

Ith : 4 kA

t(s) :1

Untuk metering 5 A, Burden : 15 VA , Class : 0,5

d. Pemilihan Disconnecting Switch (DS).

Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya (menutup dan
membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini hanya difungsikan sebagai
pemisah bukan pemutus.

Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi flash over atau
percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri.

Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah tegangan pada
waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar pembumian agar tidak ada
muatan sisa.

Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah :

KVA(trafo)
I 1,15
3 20kV

1250
= 115% = 41.49
20 3

e. Fuse.

Fuse digunakan sebagai alat pembatas arus yang lewat. Spesifikasi fuse yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tipe
1250
= = 36.08
20 3

: Fusarc CF

Tegangan kerja : 24 kV

Rating Arus : 40 A

5. Outgoing (QM untuk 2 trafo)

Peralatan dasar :

- Disconnecting switch dan earth switch


- Disconnecting mekanisme operasi CI1
- Indikator tegangan
- Busbar 3 fasa
- Sistem indikasi saat Fuse terbakar.
- Connections pads for dry type cables
- Downstream earthing switch
Peralatan bantu :

Kubikel

Spesifikasi sama dengan QMC.

a. Mekanisme Operasi

Spesifikasi sama dengan QMC.

b. Load Break Switch

Spesifikasi sama dengan QMC.

d. Pemilihan Disconnecting Switch (DS).

Spesifikasi sama dengan QMC.

e. Fuse.

Spesifikasi sama dengan QMC.


TECHNICAL SPECIFICATION (INCOMING)

MV DISTRIBUTION - METAL ENCLOSED COMPARTEMENTED 3-24 kV

STANDARD RECOMMENDATION : IEC 298, 265, 129, 694, 420, 56

UTE NFC 13.100, 13.200, 64.130, 64.160

EDF HN 64-S-41, 64-S-43

TYPE OF PANEL : SWITCH UNIT IMC / INCOMING

RATED VOLTAGE : 24 kV

SERVICE VOLTAGE : 20 kV

POWER FREQUENCY WITSTAND VOLTAGE : 50 kVrms

LIGHTING IMPULSE WITSTAND VOLTAGE : 125 kV peak

SHORT TIME WITHSTAND CURRENT : 14,5 kA rms-1 sec / 36 kA peak

PHASE :3

Panel compartement : - SWITCHGEAR COMPARTEMENT

- BUSBAR COMPARTEMENT

- CONNECTION COMPARTEMENT

- LOW VOLTAGE COMPARTEMENT

- OPERATING MECHANISM COMPART.


LIST OF COMPONENT SPESIFICATION QTY

BASIC EQUIPMENT INCOMING SET

o DISCONNECTOR AND EARTHING POSITIVE THREE ROTATING 1


CONTACTS
SWITCH (SF6) 1
o AUXILIARY CONTACT ON 2NO + 2NC
1
DISCONNECTOR 400A
1
o THREE PHASE BUSBAR CIT DOUBLE FUNCTION
1
o DISCONNECTOR OPERATING R-S-T
1
MECHANISM
YES
1
o VOLTAGE INDICATOR
50W 220VAC
o CONNECTION PADS FOR DRY TYPE 1
50 / 5A
CABLE
10VA CLASS 0.5
o ANTI CONDENTATION HEATER
o 3 CURRENT TRANSFORMER 2.5VA 5P20

1 st SECONDARY

2nd SECONDARY

PROTECTION RELAY AND METERING

o SEPAM 1000 +T20 MERLIN GERIN 110VDC

OTHERS

DEGREE OF PROTECTION IP 2XC

COLOUR RAL 9002

WEIGHT Approximate 200kg

DIMENSION ( H x W x D) mm 1600 x 500 x 940


TECHNICAL SPECIFICATION (OUTGOING)

MV DISTRIBUTION - METAL ENCLOSED COMPARTEMENTED 3-24 kV

STANDARD RECOMMENDATION : IEC 298, 265, 129, 694, 420, 56

UTE NFC 13.100, 13.200, 64.130, 64.160

EDF HN 64-S-41, 64-S-43

TYPE OF PANEL : SINGLE ISOLATION CB UNIT DM1-A / OUTGOING

RATED VOLTAGE : 24 kV

SERVICE VOLTAGE : 20 kV

POWER FREQUENCY WITSTAND VOLTAGE : 50 kVrms

LIGHTING IMPULSE WITSTAND VOLTAGE : 125 kV peak

SHORT TIME WITHSTAND CURRENT : 14,5 kA rms-1 sec / 36 kA peak

PHASE :3

Panel compartement : - SWITCHGEAR COMPARTEMENT

- BUSBAR COMPARTEMENT

- CONNECTION COMPARTEMENT

- LOW VOLTAGE COMPARTEMENT

- OPERATING MECHANISM COMPART.

LIST OF COMPONENT SPESIFICATION QTY

BASIC EQUIPMENT OUTGOING SET

o CIRCUIT BREAKER (SF6) FIXED TYPE SF-1 400 A 14,5 1


kA
o AUXILIARY CONTACT ON CB 1
o DISCONNECTOR AND EARTHING 4 N O + 5 NC
1
SWITCH POSITIVE THREE ROTATING
1
CONTACT
o THREE PHASE BUSBAR
1
o CB OPERATING MECHANISM RI 400 A
1
o DISCONNECTOR OPERATING RECHARGING FUNCTION
1
MECHANISM CS DOUBLE FUNCTION
o EARTHING SWITCH OPERATING 1
SINGLE FUNCTION
MECHANISM CS 1
RST
o VOLTAGE INDICATOR 1
YES
o CONNECTION PADS FOR DRY TYPE 1
150 W 220 VAC
CABLE
o ANTI CONDENTATION HEATER 50 / 5 A
o 3 CURRENT TRANSFORMER ( ) 7.5VA CLASS 0.5
1 st SECONDARY 5VA 5P10
nd
2 SECONDARY

PROTECTION RELAY AND METERING

o SEPAM 1000 +T20 MERLIN GERIN 220 VAC 1

OTHERS

DEGREE OF PROTECTION IP 2XC

COLOUR RAL 9002

WEIGHT Approximate 400 kg

DIMENSION ( H X W D) mm 1600 x 500 x 940

TECHNICAL SPECIFICATION (METERING)

MV DISTRIBUTION - METAL ENCLOSED COMPARTEMENTED 3-24 kV

STANDARD RECOMMENDATION : IEC 298, 265, 129, 694, 420, 56

UTE NFC 13.100, 13.200, 64.130, 64.160

EDF HN 64-S-41, 64-S-43

TYPE OF PANEL : METERING SWITCH CIBICLE CM / METERING

RATED VOLTAGE : 24 kV

SERVICE VOLTAGE : 20 kV

POWER FREQUENCY WITSTAND VOLTAGE : 50 kVrms

LIGHTING IMPULSE WITSTAND VOLTAGE : 125 kV peak


SHORT TIME WITHSTAND CURRENT : 14,5 kA rms-1 sec / 36 kA peak

PHASE :3

Panel compartement : - SWITCHGEAR COMPARTEMENT

- BUSBAR COMPARTEMENT

- CONNECTION COMPARTEMENT

- LOW VOLTAGE COMPARTEMENT

- OPERATING MECHANISM COMPART.

LIST OF COMPONENT SPESIFICATION QTY

BASIC EQUIPMENT METERING SET

o DISCONNECTOR AND EARTHING POSITIVE THREE ROTATING 1


CONTACTS
SWITCH (SF-6) 1
o AUXILIARY CONTACT ON 2NO + 2NC
1
DISCONNECTOR 400A
1
o THREE PHASE BUSBAR DOUBLE FUNCTION
1
o DISCONNECTOR OPERATING 43A 24kV
1
MECHANISM
10A 100V
1
o 3 HV SOLE FUSE UTE / DIN
150W 220VAC
o 3 LV FUSE 1
20 kV/V3 // 100V /V3
o ANTI CONDENTATION HEATER
30VA
o 3 VOLTAGE TRANSFORMER
1 st SECONDARY

PROTECTION RELAY and METERING


and MEASURING
3ph 4 wr 1
o kWh meter double tariff + timer
20kV/100 V + 4 posisi 1
o kV meter + SSV
OTHERS

DEGREE OF PROTECTION IP 2XC

COLOUR RAL 9002

WEIGHT Approximate 210 kg

DIMENSION ( H X W D) mm 1600 00 x 940


A. PENTANAHAN

Bagian-bagian yang dibumikan pada gardu distribusi adalah :

- Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) misalnya pintu gardu,
panel kubikel.
- Lapisan pelindung elektris kabel tegangan menengah pada kubikel
- Lightning arrester pada gardu portal
Tidak boleh membumikan bagian-bagian tersebut sendiri-sendiri, kecuali pembumian lightning
arrester. Penghantar pembumian bagian-bagian tersebut dihubungkan pada suatu ikatan
ekipotensial, selanjutnya ikatan ekipotensial tersebut dibumikan sehingga gradien kenaikan tegangan
terhadap bumi akibat gangguan ke tanah pada semua bagian instalasi sama besarnya.

Pentanahan dengan elektroda batang ini penanaman dilakukan tegak lurus dan pada kedalaman
beberapa centimeter di bawah permukaan tanah.

p
h

Elektroda batang
tembaga

Perhitungan berdasarkan data elektroda batang tembaga dengan persamaan sebagai berikut :

2. L
Rd 1 Ln 1
2 . . L a
(3.1)

Dimana :

Rd1 : tahanan untuk satu batang elektroda yang ditanam tegak lurus permukaan tanah (Ohm)

L : panjang elektroda batang (meter)


a : jari-jari batang elektroda (m)
: tahanan jenis tanah rata-rata (Ohm-m)

Diketahui data :
Tahanan jenis tanah : 100 ohm.m
Diameter : 1in
Jari-jari (a) : 0.5in (1.3cm = 0.013m)
Panjang (L) : 10ft (3m)
Maka nilai tahanan pentanahannya adalah
100 2 . 3
R pt Ln 1
2 . . 3 0.013
Rd 1 27.26ohm
Berdasarkan perhitungan diatas nilai pembumian yang diperoleh dari satu batang elektroda
tembaga dengan panjang yang berbeda yang ditanam tegak lurus terhadap permukaan tanah
pada gardu trafo tiang ini masih melebihi 5 ohm, sehingga perlu diadakan penanaman elektroda
tembaga dengan beberapa konfigurasi pemasangan elektroda batang lebih dari satu batang.
Maksud dari menghubungkan dua buah atau lebih batang elektroda dengan menggunakan
konfigurasi ini adalah untuk memperkecil tahanan pembumiannya.
Untuk menghitung tahanan pentanahan total konfigurasi konfigurasi diatas maka dipakai
rumus :

. K
R x Faktor pengali konfigurasi
2 . L
Dimana :

= tahanan jenis tanah ( ohm-meter)

L = panjang elektroda batang (meter)

K = faktor pengali elektroda batang tunggal

Faktor pengali elektroda batang tunggal (k) ditentukan oleh perbandingan antara
panjang dan jari-jari elektroda sehingga dalam perhitungan, k adalah sesuai dengan tabel

Dibawah ini :

Tabel faktor pengali untuk elektroda batang tunggal

L/r 20 200 2000 20000

k 3 5.3 7.6 9.9

L
K
r
3
K = 231
0.013
1 L ln ( x)
x= m=
L l
ln ( )
r
1 3 ln (1.33)
x= 1.33 m= = 0.05
3 3
ln ( )
0.013
1 2 L ln Y
Y= n=
2L l
ln ( )
r
1 2 * 3 ln 1.17
Y= = 1.17 n= = 0.02
2*3 3
ln ( )
0.013
J.1 Konfigurasi double straight

(1 m )
faktor pengali =
2
(1 0.05)
faktor pengali = = 0.525
2
100 x 5.3
R( ) x 0.525 = 14.77ohm
2 x 3.14 x 3

J.2 Konfigurasi triple straight

1 2m 2 n
faktor pengali =
3 4m n
1 2 (0.05) 2 0.02
faktor pengali = = 0.36
3 4 (0.05) 0.02
100 x 5.3
R( ) x 0.36 = 10.13ohm
2 x 3.14 x 3

J.3 Konfigurasi triangle

1 2m
faktor pengali =
3
1 2(0.05)
faktor pengali = = 0.37
3
100 x 5.3
R( ) x 0.37 = 10.41ohm
2 x 3.14 x 3

Berdasarkan perhitungan pentanahan menggunakan konfigurasi-konfgurasi di atas, dipilih metode


pentanahan dengan konfigurasi triple straight karena memiliki R yang paling kecil di antara ketiga
konfigurasi di atas.

1. Pentanahan body trafo, body panel, pintu gardu


Nilai tahanan elektroda pembumian tidak boleh melebihi 5.
Karena Rpt dengan konfigurasi triple straight > 5ohm maka harus diparalel hingga Rpt <= 5ohm.
Paralel dua konfigurasi triple straight
Rpt = 10.13 / 2 = 5.065ohm
Paralel tiga konfigurasi triple straight
Rpt = 10.13 / 3 = 3.34ohm <= 5ohm
Dengan demikian maka pentanahan menggunakan konfigurasi triple straight yang diparalel
sebanyak tiga buah

Penentuan Breaking Capacity (Isc)

JTM R1, X1

TRAFO R2, X2

NYY 8 (1 X 95 mm)
KABEL 1 R3, X3

Pengaman 1 R4, X4

Busbar Cu (10 x 100 x 1 mm)


Busbar 1 R5, X5
Busbar 2 R6, X6

Untuk menentukan Psc / daya hubung singkat trafo dapat menggunakan tiga metode yakni:

Melihat data penyulang di Gardu Induk


Melihat SPLN
Empiris
Untuk menentukan Psc saat ini, digunakan metode ketiga yakni metode empiris. Dengan metode
empiris, diketahui Psc sebesar 500<81.37o .

a. JTM
Z1 = Uo2 / Psc
= 4002 / 500 = 320m
R1 = Z1 x Cos x 10-3
= 320 x 0.15 x 10-3 = 0.048m
X1 = Z1 x Sin x 10-3
= 320 x 0.98 x 10-3 = 0.313m

b. Trafo
202
Z2 = 100
5.5 4002
= 100 1250
=7.04 m
R2 = (Wc x Uo2 x 10-3) / S2
= (15000 x 4002 x 10-3) / 12502 = 1.53m
X2 = (Z2 R2)
= (7.042 1.532) = 4.61m
c. Kabel 1
R3 = x (L / A)
= 22.5 x (15 / (1 x 95 )) = 3.55m
X3 = 0.08L
= 0.08 x 15 = 1.2 m
d. Pengaman 1
R4 = X4 = 0
Rt = R1 + R2 + R3 + R4
= 0.048 + 1.53 + 3.55 + 0 = 5.128m
Xt = X1 + X2 + X3 + X4
= 0.313 + 4.61 + 1.2 + 0 = 6.123m

Isc = 3 x (Rt2 + Xt2)
400
3 x 5.1282 + 6.1232 )
= 28.91 kA

Dipilih MCCB dengan breaking capacity sebesar 36kA


e. Busbar 1
R5 = x (L / A)
= 22.5 x (0.5 / (10 x 15.5 x 0.8)= 0.090m
X3 = 0.15L
= 0.15 x 0.5 = 0.075m
PERUMAHAN
PERENCANAAN PJU JALAN MASUK UTAMA UNTUK PABRIK, PERUMAHAN
DAN STADION

Tata letak PJU pada jalan dua arah


Jalan utama untuk pabrik, perumahan dan stadion mempunyai data sebagai berikut :
1. Required illumination level : 12 lux
2. Width (W) : 20 m
3. height of the lamp (H) : 10 m
4. Spacing (s) : 30 m
5. angle above horisontal : 5 degree
6. over hung (OH) : 0.5 m
7. Maintenance factor (M) : 0.75

Perhitungan UTILIZATION
W OH 20 0.5
B / H (roadside ) 1,95
H 10

OH 0.5
B / H ( pavement side ) 0.05
H 10

dari gravis didapat (UTILIZATION CURVES) :


U1 = 0.32 (road side) U2 = 0.06 (pavement side)
Maka U = U1 + U2 = 0.32 + 0.06 = 0.38
Jadi besanya lumen yang harus diberikan untuk tiap tiap lampu sebesar :
ExWxS
F
UxMxK
12 x20 x30 7200
33.684lumen
0.38 x0.75 x0.75 0,186
Keterangan :
E = illumination level (lux).
F = Lamp flux (lumen)
U = Koeficient of utilization (%)
M = maintenance factor (%)
W = lebar jalan (m)
S = Spacing of lighting pole for roadway (M)
K = coefficient of lamp flux life ( =75%)
Kuat penerangan lampu yang diperoleh adalah 33.684 lumen sehingga digunakan
lampu SON High Pressure Sodium MASTER SON-T PIA Plus dengan merk Philips.
jadi lampu yang dipilih :
- SON-T PIA PLUS 250W
- GES
- Luminous 32.200
- Tegangan 230V
Lampu untuk penerangan jalan tidak dipasang pada tiang listrik dengan tinggi tiang
listrik 10 meter dan lampu untuk penerangan jalan dipasang dengan jarak antar tiang 30
meter. Panjang jalan 400 m. Sehingga jumlah lampu yang digunakan pada jalan utama ini
sebanyak 14 buah dikali 2 = 28 buah (karena menggunakan tipe central twin braket).

PERENCANAAN INSTALASI UNTUK PERUMAHAN

PERENCANAAN PJU DI DALAM KOMPLEK PERUMAHAN

Tata letak PJU pada jalan single side


Jalan utama untuk pabrik, perumahan dan stadion mempunyai data sebagai berikut :
1. Required illumination level : 12 lux
2. Width (W) :8m
3. height of the lamp (H) :8m
4. Spacing (s) : 50 m
5. angle above horisontal : 5 degree
6. over hung (OH) : 0.5 m
7. Maintenance factor (M) : 0.75
Perhitungan UTILIZATION

W OH 8 0.5
B / H (roadside ) 0,93
H 8

OH 0.5
B / H ( pavement side ) 0.0625
H 8

dari gravis didapat (UTILIZATION CURVES) :


U1 = 0.22 (road side) U2 = 0.06 (pavement side)
Maka U = U1 + U2 = 0.22 + 0.06 = 0.28
Jadi besanya lumen yang harus diberikan untuk tiap tiap lampu sebesar :
ExWxS
F
UxMxK
12 x8 x50 4.800
30.476lumen
0.28 x0.75 x0.75 0,1575
Keterangan :
E = illumination level (lux).
F = Lamp flux (lumen)
U = Koeficient of utilization (%)
M = maintenance factor (%)
W = lebar jalan (m)
S = Spacing of lighting pole for roadway (M)
K = coefficient of lamp flux life ( =75%)

Kuat penerangan lampu yang diperoleh adalah 30.476 lumen sehingga digunakan lampu SON
High Pressure Sodium MASTER SON-T PIA Plus dengan merk Philips.
jadi lampu yang dipilih :
- SON-T PIA PLUS 250W
- GES
- Luminous 32.200
- Tegangan 230V

Lampu untuk penerangan jalan dipasang pada tiang listrik dengan tinggi tiang listrik 8
meter dan lampu untuk penerangan jalan dipasang dengan jarak antar tiang 50 meter. Panjang
jalan 829 m. Sehingga jumlah lampu yang digunakan pada jalan utama ini sebanyak 16 buah.

PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK PJU PABRIK & PERUMAHAN

MENENTUKAN DAYA TERPASANG


Untuk menentukan daya trafo pada GTT kita harus menentukan factor ramalan
pertumbuhan kebutuhan beban yaitu:
Ramalan Pertumbuhan Beban
Pertumbuhan beban atau melonjaknya kebutuhan suatu perencanaan pengembangan
system tenaga listrik adalah merupakan masalah penting bagi suatu perencanaan
pengembangan system tenaga listrik. Ada beberapa factor yang mempengaruhi dan
mendorong melonjaknya kebutuhan listrik tersebut, misalnya adanya perdagangan dan
industri yang tumbuh dengan pesat, pertambahan penduduk yang semakin meningkat dan
sebagainya.
Masalah-masalah yang timbul disini adalah untuk untuk perencanaan tahunan untuk
memperbesar kapasitas penjualan tenaga listrik, untuk menanggulangi pertambahan beban
tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, kita harus mengetahui besar pertambahan beban
puncak untuk tahun-yahun mendatang. Untuk meramalkan kebutuhan tahunan, kebutuhan
beban sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu.
Ada beberapa macam cara meramalkan pertumbuhan beban, tetapi secara garis besar
dapat dibagi menkadi dua yaitu:
Secar grafis.
Secara analitis.
a) Secara Grafis.
Dengan menggunakan data-data grafis dari tahun sebelumnya, yaitu dari kurva
tahunan dan besarnya daya(kW), maka dapat diramalkan pertumbuhan beban untuk tahun-
tahun mendatang dengan metode extrapolar. Metode ini adalah dengan menarik garis-garis
pertumbuhan beban untuk tahun-tahun berikutnya. Dengan sendirinya hasil yang diperoleh
dari penganalisaan secara grafis agak kasar. Oleh karena itu cara ini digunakan hanya sebagai
pembanding.
b) Secara Analitis.
Dalam metode ini peramalan kebutuhan tenaga listrik digolongkan dalam empat group
konsumen, yaitu:
1) Konsumen perumahan(residensial).
Jumlah anggota perumahan = A orang per rumah
JumlahPenduduk
Jumlah perumahan =
A
Jumlah langganan dari perumahan = (2) X electrification ratio
Dimana electrification ratio = perbandingan antara jumlah konsumen rumah
tangga yang memakai tenaga listrik dengan jumlah seluruh rumah tangga.
Jadi jumlah kebutuhan tenaga listrik untuk konsumen Residensial adalah
= (3) X pemakaian maksimum rata-rata untuk seluruh rumah.
2) Konsumen komersil.
Jumlah dari langganan komersil = jumlah langganan perumahan x constituent ratio
Dimana constituent ratio = perbandingan antara jumlah jumlah konsumen komersil
dengan jumlah konsumen perumahan.
Jadi jumlah kebutuhan tenaga listrik untuk konsumen komersil adalah
= (5) X pemakaian maksimum rata-rata dari tiap langganan komersil.
3) Konsumen industri.
Kebutuhan menurut permintaan dari para konsumen industri.
4) Konsumen Fasilitas Umum.
Kebutuhan untuk fasilitas umum ={(4)+(6)} x 10%.
Pemasangan GTT pada perumahan diperlukan sebagai suplai daya yang diperoleh dari
SUTM yang ada. Pemasangan perlu memperhatikan berbagai aspek, salah satunya aspek
lingkungan. Seperti yang kita ketahui, jarak rumah terjauh dengan GTT adalah 150 m dan
jarak ke tiang JTM adalah 300 m sehingga penempatan GTT pada perumahan diletakkan pada
tengah komplek perumahan. Hal ini dimaksudkan agar penyaluran beban bisa merata.
Persyaratan GTT adalah dibawah 200 kVA, akan tetapi jika lebih dari 200 kVA maka trafo
tersebut bukanlah GTT melainkan gardu perencanaan sendiri. Dalam pemilihan trafo harus
memperhitungkan beberapa hal yaitu :
1. Factor keserempakan beban.
2. Factor perkembangan beban untuk beberapa tahun mendatang.
Dari aspek tersebut maka kita dapat menentukan trafo dengan memperhatikan kapasitas beban
yang harus disuplai.
Menghitung Nilai Beban Total.
Beban P (Watt) S (VA) Jumlah Total VA
Rumah tipe 21 - 900 25 22.500
Rumah tipe 36 - 1.300 25 32.500
Rumah tipe 45 - 2.200 25 55.000
PJU Perumahan 250 277,78 16 4.444,45
Cos phi=0,9
PJU utama 250 277,78 28 7.777,78
Cos phi=0,9
Pengembangan - 7.200 6 43200
Total VA 165.422,23

165.422,23
Rata-rata daya maksimum tiap rumah = = 2.205,62VA.
75Rumah

Dengan asumsi setiap rumah memiliki anggota keluarga sebanyak 5 jiwa per
rumah maka jumlah total penduduk = 5 x 75 = 375 jiwa.
Pertumbuhan penduduk tiap tahun(dimisalkan) = 2 % per tahun.
Dari data-data diatas kita dapat meramalkan pertumbuhan beban pada perumdin tersebut
yaitu:

JumlahKonsumenPerumahan
1) Electrification ratio :
JumlahRumah
75
: =1
75

2) Jumlah penduduk 5 Tahun mendatang.


= (1+0,02)5 x 375 jiwa = 414 jiwa.

3) Jumlah perumahan 5 tahun mendatang.


= jumlah penduduk / 5

= 414/ 5 = 83rumah.

4) Jumlah konsumen perumahan 5 tahun mendatang.


= jumlah rumah x Electrification ratio

= 83 x 1

= 83 rumah

Kapasitas daya transformator adalah sesuai dengan data teknis transformator pada
nameplate nya. Transformator dapat dibebani terus-menurus sesuai kapasitas dayanya dan
dapat dibebani lebih besar dari kapasitas transformator dengan merujuk pada standard PLN
yang berlaku. Daya tersambung pada transformator adalah total daya tersambung pada suatu
transformator.

Untuk menghitung besarnya beban pada transformator perlu diperhatikan faktor kebersamaan
sebagai berikut :

Jumlah sambungan jenis Faktor Kebersamaan


pelanggan Heterogen

24 0,85

6 10 0,80

11 20 0,7

21 40 0,6

> 40 0,4
Metoda faktor kebersaman ini effektif untuk variasi pelanggan yang heterogen
(pertokoan, perumahan, dll). Untuk pelanggan dengan karakteristik yang sama misalnya
pelanggan pada perumahan BTN/Perumnas/Rusun harus diambil angka kebersamaan yang
lebih tinggi ( sekitar 0,8 0,9 ). Selain pertimbangan tersebut, begitu banyaknya sambungan
dan jarak dari GTT ke setiap rumah maka perlu dilihat losses dan drop teganganya.

Dan perhitungan akan menjadi sebagai berikut :

PENENENTUAN KAPASIAS TRAFO

Daya Total Jurusan 1 (kVA) Jurusan 2 (kVA)


Beban
Beban (VA) n R n S n T n R n S n T
Rumah tipe 900 8 7,2 - - - - 8 7,2 - - - -
21
Rumah tipe 1300 - - 8 10, - - - - 9 11, - -
36 4 7
Rumah tipe 2200 - - - - 9 19, - - - - 8 17,
45 8 6
PJU 277,78 - - - - - - - - -
Perumahan
PJU 277,78
Utama
Pengembang 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2
an
Jumlah 14,4 17,6 27 14,4 18,9 24,8
Jumlah Daya Tersambung
59 58,1
Tiap Jurusan (VA)
Faktor Kebersamaan 0,4 0,4
Beban Maksimum (kVA) 23,6 23,24

Daya Total Jurusan 3 (kVA) Jurusan 4 (kVA)


Beban
Beban (VA) n R n S n T n R n S n T
Rumah tipe 21 900 9 8,1 - - - - - - - - - -
Rumah tipe 36 1300 - - 8 10,4 - - - - - - - -
Rumah tipe 45 2200 - - - - 8 17,6 - - - - - -
PJU 277,78 - - - 5 1,4 5 1,4 6 1,7
Perumahan
PJU 277,78 1 2,8 9 2,5 9 2,5
Utama 0
Pengembanga 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2 7,2
n
Jumlah 15,3 17,6 24,8 11,4 11,1 11,4
Jumlah Daya Tersambung
57,7 33,9
Tiap Jurusan (kVA)
Faktor kebersamaan 0,4 O,4
Beban Maksimum (kVA) 23,08 13,56
Total beban keseluruhan 83,48
(kVA)

Standar pembebanan maksimum pada transformator adalah 80% dari kapasitas


transformator tersebut. Sedangkan di pasaran trafo untuk GTT yang tersedia dipasaran adalah
50 kVA, 100kVA, 160kVA dan 200kVA. Maka dipilih trafo dengan daya 100kVA (karena
80% dari kapasitas trafo tersebut diatas kapasitas daya yang dibutuhkan) tipe transformator
minyak dengan spesifikasi Trafo sebagai berikut :

Pilih kapasitas transformator 100 kVA

Merek Trafindo

Rated primary voltage 20kV

Rated secondary voltage 400V

Voltage impedance 4%
PENENTUAN JENIS TIANG PADA SUTM DAN SUTR

Tiang SUTM
1. Tiang C12D2- C12D7 : karena merupakan tiang penyangga lurus maka digunakan TM
1 dengan konstruksi tiang 11 meter 200 dAN.
2. Tiang C13D2- C13D5 : karena merupakan tiang penyangga lurus maka digunakan TM
1 dengan konstruksi tiang 11 meter 200 dAN.
3. C12D1 dan C13D1 : karena merupakan tiang sudut maka digunakan TM 2 dengan
konstruksi tiang 11 meter 200 dAN.
4. C13D6 : karena merupakan tiang sudut/belokan maka digunakan TM
10 dengan konstruksi tiang 11 meter 350 dAN.
5. C12D8 : karena merupakan tiang penyangga akhir maka digunakan TM
3 dengan konstruksi tiang 11 meter 200 dAN, dilengkapi 1set guy wire untuk menahan
tarikan kabel).
Tiang SUTR
1. Tiang C13D6C2 : karena merupakan tiang sudut maka digunakan TR 2
dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN. Dilengkapi dengan 1 set guy wire.
2. Tiang C13D6C3 : karena merupakan tiang sudut maka digunakan TR 2
dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN. Dilengkapi dengan strut pole.
3. Tiang C13D6C3D1 : karena merupakan tiang percabangan maka digunakan
TR 6 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN. Dilengkapi dengan strut pole.
4. Tiang C13D6C3D1A1 : karena merupakan tiang penyangga akhir maka
digunakan TR 3 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN, dilengkapi 1set guy wire
untuk menahan tarikan kabel).
5. Tiang C13D6C3D2 : karena merupakan tiang sudut maka digunakan TR 2
dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN. Dilengkapi dengan strut pole.
6. Tiang C13D6C3D2A1 : karena merupakan tiang penyangga akhir maka
digunakan TR 3 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN, dilengkapi 1set guy wire
untuk menahan tarikan kabel).
7. Tiang C13D6C3D1C1 : karena merupakan tiang percabangan maka digunakan
TR 4 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN.
8. Tiang C13D6C3D1C2 : karena merupakan tiang penyangga akhir maka
digunakan TR 3 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN, ditambah dengan guy wire
untuk menahan tarikan kabel menggunakan 1set guy wire).
9. Tiang C13D6C3D1C1D1 : karena merupakan tiang sudut/belokan maka
digunakan TR 2 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN. Dilengkapi dengan strut
pole.
10. Tiang C13D6C3D1C1D1C1 : karena merupakan tiang penyangga akhir maka
digunakan TR 3 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN, ditambah dengan guy wire
untuk menahan tarikan kabel menggunakan 1set guy wire).
11. Tiang C13D6C3D1C1B1 : karena merupakan tiang sudut/belokan maka
digunakan TR 2 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN. Dilengkapi dengan strut
pole.
12. Tiang C13D6C3D1C1B1C1 : karena merupakan tiang penyangga akhir maka
digunakan TR 3 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN, ditambah dengan guy wire
untuk menahan tarikan kabel menggunakan 1set guy wire).
13. Tiang C12D8A1 : karena merupakan tiang sudut/belokan maka
digunakan TR 2 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN. Dilengkapi dengan strut
pole.
14. Tiang C12D8A1B1 : karena merupakan tiang penyangga lurus maka
digunakan TR 1 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN.
15. Tiang C12D8A1B2 : karena merupakan tiang penyangga lurus maka
digunakan TR 1 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN.
16. Tiang C12D8A1B3 : karena merupakan tiang penyangga akhir maka
digunakan TR 3 dengan konstruksi tiang 9 meter 200 dAN, ditambah dengan guy wire
untuk menahan tarikan kabel menggunakan 1set guy wire).
PERHITUNGAN BESAR PENGHANTAR

20 A 20 A 20 A 20 A 20 A

300 A

30 A 30 A 30 A 30 A 30 A

20 A 20 A
280 A

50 A 250 A

150 A

50 A 50 A

20 A 30 A 30 A 20 A 30 A 30 A 20 A 30 A

20 A 20 A 20 A 20 A 20 A

1. Kabel SUTR menggunakan kabel TC dengan luas penghantar fasa 3x35mm2 dan
penghantar netral 1x35mm2.
2. Panjang dan besar arus yang memalui SUTR.
20 x 47 = 940 150 x 52 = 7.800 280 x 47 = 13.160
20 x 47 = 940 20 x 47 = 940 300 x 15 = 4.500
30 x 47 = 940 50 x 35 = 1.750
50 x 35 = 1750 20 x 47 = 940
50 x 25 = 1250 250 x 25 = 6.250
(940x5) + (2x1750) + 1250 + 7.800 + 6.250 + 13.160 + 4.500 = 41.160
3. Rugi tegangan yang diperbolehkan adalah 5%. ( 5 x 220 ) : 100 = 11 V.
0,033 41.160
4. = = = 123,48 mm2
V 11
5. Dikalikan faktor keserempakan beban 123,48 x 0,4= 49,392 mm2
6. Jadi twisted cable yang digunakan adalah NFA2X-T berukuran 3x50mm2 + 1x35mm2.

KOMPONEN PHB TR

Komponen Utama :
1. Pengaman Utama
2. Pengaman Jurusan
3. Penghantar
Panel Hubung Bagi tegangan rendah menggunakan panel 2 jurusan 1 pintu.

Pengaman Utama

KVA(trafo)
In
3 400V

100kVA
In
3 400V

= 144,3 A

Sehingga dipilih pengaman utama NH Fuse Siba Size 2 Gtr 144 A for 100 kVA Transformer.
Pengaman Jurusan

Group 1 ( Jurusan1)

STotal Jurusan 1 = 59 kVA

59.000
In
3 400V

= 85,15 A

NH fuse yang digunakan adalah LV Fuse NH Fuse Bussman Size 2 Gg 100 A for general /
fasa.
Group 2 ( Jurusan 2 )

STotal Jurusan 2 = 58,1 VA

58100
In
3 400V

= 83,86 A

NH fuse yang digunakan adalah LV Fuse NH Fuse Bussman Size 2 Gg 100 A for general /
fasa

Group 3 ( Jurusan 3 )

STotal Jurusan 3 : 57,7 VA

57700
In
3 400V

= 83,28 A

NH fuse yang digunakan adalah LV Fuse NH Fuse Bussman Size 2 Gg 100 A for general /
fasa

NB : keterangan lebih lengkap ada pada lampiran katalog


Group 4 ( Jurusan 4 )

STotal Jurusan 1 : 33,9VA

33900
In
3 400V

= 48,93 A

NH fuse yang digunakan adalah LV Fuse NH Fuse Bussman Size 2 Gg 50 A for general / fasa

Penghantar

Kabel dari sisi sekunder trafo menuju LV panel

Untuk menghitung KHA kabel kita harus mengetahui data-data yang diperlukan untuk
kebutuhan perhitungan KHA penghantar tersebut yaitu :

Daya Trafo GTT : 100 kVA

KVA(trafo)
In
3 400V

100kVA
In
3 400V
= 144,34 A

KHA pada sisi outgoing trafo :

KHA = 1,25 x In

= 1,25 x 144,34

= 180,42 A

Menggunakan kabel NYY dari supreme dengan luas penampang 50 mm2 KHA 205 A untuk
setiap fasa nya.

Busbar

Untuk menghitung KHA busbar kita harus mengetahui data-data yang diperlukan untuk
kebutuhan perhitungan KHA penghantar tersebut yaitu :

Daya Trafo GTT : 100 kVA

KVA(trafo)
In
3 400V

100kVA
In
3 400V

= 144,34 A
KHA pada sisi outgoing trafo :

KHA = 1,25 x In

= 1,25 x 144,34

= 180,42 A

Dari tabel pembebanan penghantar kontinyu untuk tembaga penampang persegi maka
dipilih busbar ukuran 15x3, berat 0,40 k/m dengan KHA sebesar 187 A sebanyak 1 buah tiap
fasa.

Maka Komponen Kwh Pada Tiap Group PJU Adalah:

Karena PJU untuk jalan utama dan didalam perumahan menjadi satu, maka
menggunakan 1 buah kWh meter 3 fasa, yang di letakkan dekat dengan GTT untuk
perumahan.

Total daya untuk PJU adalah (277,78x26)+(277,78x16) = 12.222,20 VA

Arus total PJU :

S
I=
1,73xV

12.222,20
I=
1,73x380

=18,56 A

Komponen yang digunakan untuk pengaman utama:

1. Pembatas MCB 3 fasa 20 A


2. Kabel NYY 1x 4 mm2 dari kWh menuju panel control.
3. Terdapat kontaktor 3 fasa dan timer 1 fasa.
Komponen yang digunakan pada tiap jurusan PJU :
Arus total untuk jurusan jurusan 1 fasa R :

S
I=
V

1400
I=
220

= 6A

Komponen yang digunakan untuk jurusan 1 fasa R :

1. Pembatas MCB 1 fasa 6 A


2. Kabel NYY 1x 4 mm2 dari kWh menuju terminal kabel pada panel kontrol.

Arus total untuk jurusan jurusan 2 fasa S :

S
I=
V

1400
I=
220

= 6A

Komponen yang digunakan untuk jurusan 2 fasa S :

1. Pembatas MCB 1 fasa 6 A


2. Kabel NYY 1x 4 mm2 dari kWh menuju terminal kabel pada panel kontrol.

Arus total untuk jurusan jurusan 3 fasa T :

S
I=
V

1700
I=
220

= 7,72A

Komponen yang digunakan untuk jurusan 3 fasa T :

1. Pembatas MCB 1 fasa 10 A


2. Kabel NYY 1x 4 mm2 dari kWh menuju terminal kabel pada panel kontrol.

Arus total untuk jurusan jurusan 4 fasa R :

S
I=
V

2800
I=
220

= 12,72 A

Komponen yang digunakan untuk jurusan 4 fasa R :

1. Pembatas MCB 1 fasa 16 A


2. Kabel NYY 1x 4 mm2 dari kWh menuju terminal kabel pada panel kontrol.

Arus total untuk jurusan jurusan 5 fasa S :

S
I=
V

2500
I=
220

= 11,36A

Komponen yang digunakan untuk jurusan 5 fasa S :

1. Pembatas MCB 1 fasa 16 A


2. Kabel NYY 1x 4 mm2 dari kWh menuju terminal kabel pada panel kontrol.

Arus total untuk jurusan jurusan 6 fasa T :

S
I=
V

2500
I=
220

= 11,36A

Komponen yang digunakan untuk jurusan 6 fasa T :

1. Pembatas MCB 1 fasa 16 A


2. Kabel NYY 1x 4 mm2 dari kWh menuju terminal kabel pada panel kontrol.

Penghantar untuk setiap lampu PJU adalah NYFGBY 2x10 mm2 dengang KHA 77 A in
ground dari LV cable Supreme.

Karakteristik Dan Pemilihan Fuse Cut-Out

Karakteristik utama suatu cut-out adalah sehubungan dengan kebuuhan antara waktu
dan arus. Hubungan antara minimum melting dan maksimim clearing time, ditentukan dari
test data yang menghasilkan karakteristik waktu dan arus. Kurva minimum melting time dan
maksimum clearing time adalah petunjuk yang penting dalam penggunaan fuse link pada
system yang dikoordinasikan.

Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan
pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching time.
Sedangkan clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time.

Penggunaan cut-out tergantung pada arus beban, tegangan, type system, dan arus
gangguan yang mungkinterjadi. Keempat factor diatas ditentukan dari tiga buah rating cut-
out, yaitu :

1. Pemilihan rating arus kontinyu


Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan sama dengan atau lebih besar arus
beban kontinyu maksimum yang diinginkan akan ditanggung. Dalam menentukan arus
beban dari saluran, pertimbangan arus diberikan pada kondisi normal dan kondisi arus
beban lebih (over load).
Pada umumnya outgoing feeder 20 kV dari GI dijatim mampu menanggung arus
beban maksimum 630 A.
2. Pemilihan Rating tegangan
Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :

Tegangan system fasa atau fasa ke tanah maksimum.

System pentanahan.

Rangkaian satu atau tiga fasa.

Sesuai dengan teganga sisitem dijatim maka rated tegangan cut-out dipilih sebesar 20
kV dan masuk ke BIL 150.

3. Pemilihan rating Pemutusan.


Setiap transformator berisolasi minyak harus diproteksi dengan gawai proteksi
arus lebih secara tersendiri pada sambungan primer, dengan kemampuan atau setelan
tidak lebih dari 250 % dari arus pengenal transformator.

Berdasarkan data- data diatas maka perhitungan pemilihan rating arus fuse cut-out
adalah sebagai berikut :

KVA(trafo)
I co
3 20kV
100000
I co 2,886 A
3 20kV

125% x 2,886 = 3,6 A

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar dari beban
kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu dipilih CO dengan arus
sebesar 100 A.
Pemilihan Arester Untuk Transformator GTT

Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Karena kepekaan
arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang
sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan
perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang
datang berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1s, jarak titik penyambaran dengan
transformator 5 Km.

Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi
(primer) yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti tegangan pada
sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester tersebut masih tetap mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.

Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal
sistem. Sehingga:

Vmaks = 110% x 20 kV
= 22 kV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 24kV.

Koefisien pentanahan didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa ke


tanah dalam kondisi gangguan. Untuk menetukan tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan
ground digunakan persamaan :

22
= = = 15,56
2 2

Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan
ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

2 15,5 2
() = = = 12,65
3 3

() 12,65
= = = 0,81
15,56

Keterangan :

Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)

Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)

Tegangan pelepasan arrester


Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi
kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.

Tegangan yang sampai pada arrester :

400
= = = 133,33
0,0006 5

Keterangan :

E = tegangan pelepasan arester (KV)

e = puncak tegangan surja yang datang

K = konsatanta redaman (0,0006)

x = jarak perambatan
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang
dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e
adalah :

e = 1,2 BIL saluran

Keterangan :

e = tegangan surja yang datang (kV)

BIL = tingkat isolasi dasar transformator (kV)

Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)


2
=
+

Z adalah impedansi saluran yang diabaikan karena jarak perambatan sambaran


tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang GTT yang
lain berjarak antara 8 Km sampai 10 Km. ( SPLN 52-3,1983 : 11 )

100 % 105
= = = 42
2,5

2 400 133,33
= = 15,8 kA
0 + 42

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (A)

e = tegangan surja yang datang (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja saluran ()

R = tahanan arrester ()

Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

V =IxR

Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :


ea = Eo + (I x R)

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (KA)

Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja ()

R = tahanan arrester ()

Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)


Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest
voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 s.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.

Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)


Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi
oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan probabilitas
tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah :

e =1,2 BIL saluran

e = 1,2 x 125 KV

e = 150 KV

Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse
crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 s.
Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik
ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL
arrester yang sama dengan BIL transformator yaitu 150 KV

Margin Perlindungan Arrester


Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

MP = (BIL / KIA-1) x 100%

MP = (150 KV/ 133,3 1) x 100%


= 125.28 %

Keterangan :

MP = margin perlindungan (%)

KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar (KV)

Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya.


Kriteria yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi
transformator .

Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan


Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin
dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi
digunakan persamaan sebagai berikut :

2 A x
Ep= ea +
v

2 4000 KV / s x
125 = 133,3 KV+
300m / s
8,3 = 26,6x

x = 0,31 m

jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.

PENTANAHAN ARRESTER

Agar bahaya sambaran petir tidaak masuk kedalam sistem, maka arester harus
ditanahkan. Pada pentanahan arrester harus mempunyai tahanan maksimum 1 ohm. Dalam
pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:

Setelah dilakukan pengukuran tahanan jenis tanah selama beberapa bulan diketahui rata-
rata tahanan jenis tanah () pada tanah perumahan sebesar = 19 ohm/m.
Luas penampang elektroda adalah 1 Cu telanjang (r = 12,5 mm)
Panjang elektroda = 4 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
1+ 1+4
= = = 1,25
4

+ 2 4+8
= = =3
4

1 + 2 1+8
= = = 1,125
2 8

ln ln 1,25
= = = 0,03
4000
ln ln
12,5

ln ln 3
= = = 0,19
4000
ln ln
12,5

ln ln 1,125
= = = 0,02
4000
ln ln
12,5

Factor pengali konfigurasi cross cycle (fk)

1 + 2 + 42
=
5 + 2 + 8

1 + 2 . 0,02 + 0,19 4 . 0,032


=
5 + 2 . 0,02 + 0,19 8 . 0,03

= 0,24

Factor pengali elektroda batang tunggal (fe)

4000
= = 320
12,5

Berdasarkan tabel faktor pengali elektroda batang tunggal fe = 5,3

= 0,24 5,3

= 1,27

Sehingga tahanan pembumian total konfigurasi cross cycle (Rpt)


19 . 1,27
= =
2 2 . 3,14 . 4

= 0,96 ()

Jadi tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal sistem
konfigurasi cross cycle pentanahan netral langsung adalah sebesar 0,96 karena Rpt < 1
yang memenuhi syarat PUIL.
Grounding
Arester

9m
R1
R2 R3

NO. GAMBAR

PEMASANGAN GROUNDING PADA ARESTER


TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG DIGAMBAR : Sandi Rizki Tamara 08-07-2017

KELAS : D4-2A NO. 21 DIPERIKSA : HERI SUNGKOWO


PENTANAHAN TITIK BINTANG TRANSFORMATOR, BODY PANEL PHB TR
DAN TIANG

Untuk menghindari tegangan sentuh pada peralatan maka bodi panel harus ditanahkan.
Pentanahan tiang digunakan untuk mengurangi drop tegangan pada konsumen dan pada
pentanahan PJU ini harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini
menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan catatan:

Setelah dilakukan pengukuran tahanan jenis tanah selama beberapa bulan diketahui rata-
rata tahanan jenis tanah () pada tanah perumahan sebesar = 19 ohm/m.
Luas penampang elektroda adalah 1 Cu telanjang (r = 12,5 mm)
Panjang elektroda = 4 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda
4L
R pentanahan = ln 1
2. .L a

19 4 x4
ln 1
2.3,14.4 0,125

= 0,75 x 3,85

= 2,89 (Memenuhi syarat karena kurang dari 5)

Jadi tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang tunggal
sistem pentanahan netral langsung adalah sebesar 2,89 karena Rpt < 5 yang memenuhi
syarat PUIL.

BREAKING CAPACITY

Hubung singkat pada suatu penyulang dapat terjadi pada sisi atas trafo, kabel, rel dan
pemutusan sirkit. Dalam hal ini perhitungan digunakan untuk menentukan besarnya arus
hubung singkat pada suatu titik dan breaking capacity pengaman, sehingga pengaman tersebut
dapat mengamankan sirkit tanpa merusak pengaman tersebut pada hubung singkat.

Untuk perhitungan arus hubung singkat pada LV maka diperlukan data daya hubung
singkat pada sisi LV, panjang dari pada penghantar dan jenis penghantar tersebut.

Untuk penentuan tersebut daya hubung singkat dapat diketahui melalui tiga cara, yaitu :
1) Melihat data pada gardu induk
2) Melihat MVA peralatan
3) Dengan cara permisalan
Pada perhitungan ini dilakukan dengan cara ketiga yaitu dimisalkan dan data yang
diketahui adalah sebagai berikut :

Daya hubung singkat 500 810 MVA


S = 100 kVA
V0 = 400 V
Load Loss Trafo (Pk)= 1.600 W
Vsc =4%

Perhitungan arus hubung singkat

R (m) X(m)

a. Jaringan sisi atas

V xCos81x10 3 V xSinx10 3
2 2

R1 0 X1 0
Psc Psc
400 xCos810 x10 3
2
400 xSin810 x10 3
2
R1 X1
500 500
R1 0,048 X 1 0,31

b. Transformator

WcxV0 x10 3
2 2
R2 VscxV0 2
X2 R 2 2
100 2 S

1600 x 400 2 x10 3
R2 2
100 2 4 400 2
X 2 x 26,62
R 2 26,6m 100 100
X 2 58,21m

c. Koneksi kabel dari transformator

X 3 0,08 xL
(Diabaikan karena A > 240 mm ) 2
X 3 0,08 x35
X 3 2,8m
L
R3
A
35
R3 22,5 1,97 m
400

d.Busbar Utama
L 0,15 1
R4 = = 0,0375
A 4
1
R 4 22.5
2400
R 4 0.009
a) Busbar Cabang
L 0,15 2
R5 = = 0,1
A 3
2
R5 22.5
96
R5 0.47

Breaking Capacity :

Rt 1 = R1 + R2 + R3

= 0.048+ 26,6

= 26,648 Ohm

Xt 1 = X1 + X2 + X3

= 0.31 + 58,21 + 2,8

= 61,32 Ohm

0
Isc utama =
3 12+ 12

400
=
3 26,6482 +61,6322

= 3,43 kA
Daya Trafo GTT : 100 kVA

KVA(trafo)
In
3 400V

100kVA
In
3 400V

= 144,34 A
Sehingga dipilih MCCB merk Schneider dengan spesifikasi:
Rating Tegangan : 380V/415V
Rating Arus : 160A
Tipe : NS160
Jumlah Pole :3

Isc : 18 kA
STADION
PERENCANAAN DESAIN INSTALASI STADION

Perencanaan Instalasi Lampu Pada Lapangan Olah Raga

8m
110 m

70 m
Luas Stadion

Panjang : 110 m

Lebar : 70 m

Lebar Track lari :8m

Untuk merencanakan instalasi penerangan pada Stadion kita harus mengacu pada
standarisasi FIFA sebagai induk organisasi sepak bola dunia yang memiliki tingkatan sesuai
dengan kegunaannya.

Untuk penerangan yang baik tentunya mempunyai mempunyai standar tertentu, maka
dari itu FIFA sebagai badan federasi tertinggi sepak bola memberikan 5 kelas untuk
penerangan stadion. Untuk kelas I 200 Lx, kelas II 500 Lx, kelas III 750 Lx, kelas IV
iluminasi vertical 1400 Lx dan 2000 Lx (untuk kamera yang dapat diubah-ubah) juga
iluminasi horizontal 2500 Lx, kelas V iluminasi vertical 1800 Lx dan 2400 Lx

(untuk kamera yang dapat diubah-ubah) juga iluminasi horizontal 3500 Lx. Kelas I
digunakan untuk latihan dan rekreasi, kelas II klub dan liga, kelas III pertandingan nasional,
kelas IV pertandingan nasional, kelas V pertandingan internasional.
Perencanaan Titik Lampu Pada Stadion

Perencanaan Titik Tengah Pondasi Manara

Standar FIFA tentang peletakan titik tengah pondasi adalah 15 di belakang titik
tengah gawang dan 20 dari sisi lapangan. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini

20 15

Perencanaan titik tengah pondasi tiang

Warna menandakan area yang tidak boleh ada lampu sorot

Peletakan tiang lampu diletakkan di sudut-sudut dekat dengan tribun di mana


peletakan tiang-tiang lampu tidak mengganggu kenyamanan penglihatan penonton.

Sehingga ditentukan jarak tiang lampu penerangan dari titik tengah lapangan 94,5
meter dengan menggunakan standar FIFA dan tidak mengganggu kenyamanan penglihatan
penonton.
Perhitungan Tinggi Menara

94
,5
m

Perencanaan tiang Lampu Stadion

Contoh penentuan tinggi tiang pada tiang lampu 1 :

Tinggi tiang lampu 1 = tan 25 . jarak titik tengah lapangan ke tiang

= 0,47 x 94,5

= 44,4 m ~> 44,5 m


44,5 m

25

94,5 m

Perencanaan jarak tinggi dan jarak titik tengah ke tiang


Perencanaan Pemilihan Armature Lampu Sorot

Menggunakan armature polar dengan tipe arena Vision MVF 403 C

Armature polar tipe arena Vision MVF 403 C

Pemilihan Lampu

Menggunakan lampu tipe MHN-SA 2000 watt,bila di pasang pada armature polar
tipe arena Vision MVF 403C akan menghasilkan flux 200000 lumen.

Lampu tipe MHN-SA 2000 watt

Perhitungan Titik Lampu Stadion

Perhitungan titik lampu stadion menggunakan rumus :

E A
n
F Kd
Keterangan :

n= Jumlah armature yang diperlukan

E= Kuat penerangan ( Lux )

A= luas area ( m2 )

= Faktor pemeliharaan

F= Kuat pencahayaan dari lampu ( Lumen )

Kd= Faktor depresi

Data lampu MHN-SA 2000 watt

F=200000 lm

= 0,5 ( efisiensi total lampu dan arneture )

Data umum :

E= 1800 lux ( yang direncanakan )

A= 110 m x 70 m

Kd= 0,8 ( pada umumnya )

Sehingga jumlah armature yang digunakan adalah :

E A
n
F Kd

1800 110 70

0.5 200.000 0,8

173,25 Lampu
173,25
Jumlah lampu per tiang = = 43.3 ~ 43 unit lampu
4

Untuk menghilangkan efek stroboskopik jumlah lampu ditambah 1 yaitu menjadi 44 unit.
PERHITUNGAN SUDUT LAMPU SOROT

Jumlah lampu yang telah dihitung dapat berlanjut ke penentuan sudut lampu-
lampu tersebut. Perhitungan sudut lampu-lampu sorot didapatkan dari titik lampu yang telah
ditentukan.

X (m) = 50 m

Y (m) = 80 m

C = 80 2 50 2 94,5m

h = 44,5 m

D= h2 c2

= 44,5 2 94,5 2 104,45m

h D
D

C
C

Perhitungan sudut Lampu Sorot

Contoh perhitungan lampu sorot 1 di tiang 1 :

Titik lampu yang ditentukan untuk lampu sorot 1 di tiang 1 :

X (m) = 2,9

Y (m) = 3,7

Sehingga

a = 50-2,9 = 47,1 m dan b =80 3,75= 76,25m


Maka C = a2 b2

47,12 76,25 2
=
= 89,62 m

D= h 2 c' 2

= 44,5 2 89,62 2 100,06 m

C 89,62
Cos = = 100,06 = 0.9

= COS-1 0,9 = 25,80

Untuk sudut-sudut lampu 2 - 42 dengan menggunakan cara yang sama yaitu titik
area yang akan disorot telah ditentukan dapat di lihat pada table yang terdapat pada lampiran.

PERENCANAAN PENGHANTAR DAN PENGAMAN

Perencanaan Penghantar untuk tiap lampu :

KHA = 125% x 10,10 A = 14,125 A


Merujuk katalog supreme dipilih kabel jenis NYY 0,6 / 1 (1,2) kV dengan luas
2x(1x1,5mm2), pemasangan di udara dengan KHA = 1.720 A.
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 55 derajat celcius = 0,61
b. Jumlah rak :1 =1

= 26x0,61 = 15,86 A ( memenuhi)

. .2 15,86 .10 .2
Perhitungan drop tegangan = = = 3,77 (memenuhi)
. 56 .1,5

Sehingga menggunakan kabel NYY dengan ukuran 1x(3x1,5 mm2).


Untuk pengahantar netral dan grounding, karena luas penampang penghantar fasa
kurang dari 35 mm2, maka penghantar grounding yang dipilih sama dengan
penghantar fasa, dan penghantar netral sama dengan penghantar fasa. (PUILL bab 3
hal.77)

Grounding, supreme NYY (1x1,5mm2)


Perencaaan penghantar dari dari SDP 1 ke tiang 1 (sbg contoh)

In x 44 lampu = 10,10 x 44 = 444,4 A


KHA = 125% x 444,4 A = 555,5 A
Sehingga menggunakan kabel merk Supreme NYRGbY 0,6/1 (1,2kV), 1x(3x10mm2)
dengan KHA 68 A. (di dalam tanah)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 50 derajat celcius = 0,71
b. Resistivity of soil : 100C.cm/W = 1,00
c. Kedalaman : 160 cm = 0,95
d. Jumlah grup :5 = 0,64

= 68x0,71x0,95x0,64 = 29,35 A (memenuhi)

. .3 29,35 .150 .2
Perhitungan drop tegangan = = = 15,72 (tidak
. 56 .10

memenuhi).
Sehingga ukuran kabel ditambah satu tinggat yaiutu 16 mm2.
. .3 29,35 .150 .2
Perhitungan drop tegangan = = = 9,82 (memenuhi).
. 56 .16

Busbar yang digunakan adalah ukuran 12x2 mm, berat 0,23 kg/m, berjumlah 1
batang dan dilapisi dengan konduktif, dengan KHA = 123 A.
Untuk pengahantar netral dan grounding, karena luas penampang penghantar fasa
kurang dari 35 mm2, maka penghantar grounding yang dipilih sama dengan
penghantar fasa, dan penghantar netral sama dengan penghantar fasa. (PUILL bab
3 hal.77)

Grounding, supreme NYY 3x(3x16mm2)

Sepatu kabel dengan type KCG-AL-16 lebar lubang baut 8,5

Perhitungan Pengaman

MCB

Satu MCB digunakan untuk mengamankan 2 buah lampu sorot, dengan 1 daya
lampu sorot 2000 watt

Sehingga arus nominal :

P 2000 2
In = =
V cos 220 0,9

In = 20,20 A

Rating pengaman MCB = 250% x 20,20 A = 50,5 A

Dan dipilih MCB merek merlin gerlin :

Rating Arus : 50A.

Breaking capasity : 20 kA
Type : C60N

Tegangan : 230-240

MCCB

Untuk menentukan besar rating arus MCCB juga digunakan rumus yang sama
seperti pada penentuan rating arus MCB, dalam hal ini akan dicontohkan penghitungan besar
rating arus MCCB pada SDP 1. Total beban lampu sorot pada SDP 1 adalah 44 lampu.

Sehingga arus nominal :

P 2000 44
In = = = 148,55 A
3 V cos 3 380 0,9

Rating pengaman MCCB = 250% x 148,55 A = 371,39 A

Dan dipilih pengaman tipe NS250, Merk Schneider Electric.

Rating arus : 250 A.

Tegangan : 380/415 V

Breaking Capacity : 36 kA
Untuk SDP 2, 3 dan 4 menggunakan cara yang sama.

Berat Total Per Tiang

Berat 1 unit lampu + armature polar = 0,09 Kg + 14,50 Kg =14,59 Kg

Total beban dalam satu tiang = 14,59 x 42 = 612,78 Kg

Perancanaan Pembumian Pada Tiang Lampu Sorot

Data elektroda batang tembaga, yaitu :

Jenis elektroda : ground rod (tembaga)


Diameter : 16 mm
Jari-jari (r) : 8 mm
Panjang elektroda (l) :4m
Jarak antar elektroda (L) :4m
Tahanan jenis (tanah sawah) : 30 m (PUIL 2000)

.K
R( ) x faktorpengalikonfigurasi
2 l

K = faktor pengali elektroda batang tunggal

l 2 .4
= = 300
r 0.008

K 5,3 (*lihat tabel)

Sehingga resistansi yang didapat dengan menggunakan elektroda batang tunggal :


.K
R( )
2 l

30 5,3
R( ) = 10,55
2 3,14 2,4

Karena menurut standar PUIL 2000 tahanan pentanahan yang standar harus di
bawah 5 maka pentanahan elektroda batang tunggal tidak dipakai dan menggunakan
pentanahan konfigurasi.

Sehingga perencanaan ini menggunakan konfigurasi triple straight agar


mendapatkan tahanan pentanahan di bawah 5 .

2. konfigurasi triple straight

L L
D = 16mm

Elektroda

1 L
x=
L

1 2.4
x= 1.4167
2.4

m = ln ( x)
l
ln ( )
r

m = ln (1.4167)
2.4
ln ( )
0.008

ln (1.4167)
m=
ln (300)

0.3483
m=
5.703

m = 0.061
n = ln Y
l
ln ( )
r

1 2 L
Y=
2L

1 2 x 2 .4
Y=
2 x 2 .4

Y = 5 .8
4 .8

Y = 1.2084

n= 1.2084
2.4
ln ( )
0.008

1.2084
n=
ln (300)

1.2084
n=
5.7037

n = 0.2118

1 2m 2 n
faktor pengali =
3 4m n

1 2 (0.061) 2 0.2118
faktor pengali =
3 4 (0,061) 0.2118

1.2118 0.007442
faktor pengali =
3.2118 0.244

1.204358
faktor pengali =
2.9678

faktor pengali = 0.4059

Bessarnya tahanan pentanahan :

30 5,3
R( ) x 0.4059
2 3,14 2,4
R 4,28

Jadi untuk mencapai nilai pembumian sebesar 4,28 ohm pada tiang penerangan ini
diperlukan 3 buah elektroda batang tembaga dengan konfigurasi triple straight.

Untuk perencanaan pentanahan yang lain menggunakan cara yang sama.

Perhitungan Titik Lampu Indoor dan Tribun

Data Indoor dan Tribun

NO Ruangan Lebar Panjang Tinggi Satuan

Lantai 1

1 Ruang Genset 4 8,25 4 Meter

2 Loket utara 1,5 2,93 4 Meter

3 Teras utara 1,25 12 4 Meter

4 Ruang Kelas Aerobik 10 10,15 4 Meter

5 kosong 1 3 8,75 4 Meter

6 Kosong 2 1,95 6 4 Meter

7 Kantin 3,28 6 4 Meter

8 Ruang ganti pemain utara 6 10 4 Meter

9 Ruang rapat 6 6,95 4 Meter

10 kosong 3 5,2 10 4 Meter

11 Wc Pria 1,65 2 4 Meter

12 Wc Wanita 1,65 2 4 Meter

13 kosong 4 6 8,3 4 Meter

14 Ruang wasit 3,5 6 4 Meter

15 Lobby 5,2 10 4 Meter


16 Teras tengah 3,53 18 4 Meter

17 Ruang ganti pemain Selatan 7 9 4 Meter

18 Kosong 5 5,5 6 4 Meter

19 Gudang OR 6 6 4 Meter

20 Ruang kelas 6,15 10 4 Meter

21 Kosong 6 3,1 13 4 Meter

22 Teras selatan 2 12 4 Meter

23 Gudang 1,65 2 4 Meter

24 Loket selatan 2 3 4 Meter

25 R.Security 4,08 10,18 4 Meter

Lantai 2 4

26 Ruang serbaguna utara 5,73 12 4 Meter

27 Lobi + Tangga utara 5,73 12 4 Meter

28 Gudang alat olahraga 4,3 6 4 Meter

29 Ruang serbaguna tengah 5,73 12 4 Meter

30 Musholla 3,25 6 4 Meter

31 Lobi + Tangga selatan 5,73 12 4 Meter

32 Gudang bola 4,43 5,85 4 Meter

33 Ruang serbaguna selatan 5,73 12 4 Meter

34 Tribun 17 70 4 Meter

Tabel data indoor dan tribun

Pemilihan Jenis Lampu

Untuk ruang indoor menggunakan lampu TL5 35 watt yang memiliki fluks cahaya
116per watt Lm sedangkan untuk tribun menggunaan lampu tipe ceremalux 150 w yang
memiliki fluks cahaya 15000 Lm.
Pemilihan Armature

Pada lampu tribun dan ruang indoor menggunakan rangkaian ballast.

Perhitungan Jumlah Lampu

Perhitungan Jumlah Lampu Indoor

2+
Rumus : Rk1 = 6

.
Qt =


n =

Keterangan :

l = lebar

p = panjang

t = tinggi lampu ke meja

t = fluks cahaya total (lumen)

l = fluks cahaya tiap lampu (lumen)

E = kuat penerangan (lux)

A = luas penerangan (m)

= efisiensi ruangan

n = jumlah lampu (buah)


Lantai 1

E Qt Ql n (Unit)
NO Ruangan lebar panjang Tinggi Kr
(Lux) (Lumen) (Lumen) di bulatkan
1 Ruang SDP 4 2,7 4 0,59 1 150 1620,00 3325 2
2 Loket utara 1,5 2,93 4 0,33 0,3 150 2197,5 3325 1
3 Teras utara 1,25 12 4 0,81 0,44 150 5113,64 3325 2
4 Ruang Kelas Aerobik 10 10,15 4 1,68 0,55 150 27681,82 3325 8
5 kosong 1 3 8,75 4 0,82 0,43 150 9156,98 3325 2
6 Kosong 2 1,95 6 4 0,55 0,33 150 5318,18 3325 2
7 Kantin 3,28 6 4 0,70 0,42 150 7028,57 3325 2
8 Ruang ganti pemain utara 6 10 4 1,22 0,52 150 17307,69 3325 6
9 Ruang rapat 6 6,95 4 1,05 0,47 150 13308,51 3325 4
10 kosong 3 5,2 10 4 1,13 0,5 150 15600 3325 4
11 Wc Pria 1,65 2 4 0,29 0,25 120 1584 3325 1
12 Wc Wanita 1,65 2 4 0,29 0,25 120 1584 3325 1
13 kosong 4 6 8,3 4 1,13 0,5 150 14940 3325 3
14 Ruang wasit 3,5 6 4 0,72 0,41 150 7682,93 3325 2
15 Lobby 5,2 10 4 1,13 0,5 150 15600 3325 6
16 Teras tengah 3,53 18 4 1,39 0,54 150 17650 3325 6
17 Ruang ganti pemain Selatan 7 9 4 1,28 0,53 150 17830,19 3325 6
18 Kosong 5 5,5 6 4 0,94 0,48 150 10312,5 3325 4
19 Gudang OR 6 6 4 1,00 0,48 150 11250 3325 4
20 Ruang kelas 6,15 10 4 1,24 0,52 150 17740,38 3325 6
21 Kosong 6 3,1 13 4 1,07 0,48 150 12593,75 3325 4
22 Teras selatan 2 12 4 0,89 0,43 150 8372,09 3325 2
23 Gudang 1,65 2 4 0,29 0,25 150 1980 3325 1
24 Loket selatan 2 3 4 0,39 0,3 150 3000 3325 1
25 R.Security 4,08 10,18 4 1,02 0,48 150 12979,5 3325 4
Lantai 2

E Qt Ql n (unit)
No Ruangan Lebar Panjang Tinggi Kr
(Lux) (Lumen) (Lumen) di bulatkan
1 Ruang serbaguna utara 5,73 12 4 1,30 0,53 150 19460,38 3325 6

2 Lobi + Tangga utara 5,73 12 4 1,30 0,53 150 19460,38 3325 6

3 Gudang alat olahraga 4,3 6 4 0,81 0,48 150 8062,50 3325 2

4 Ruang serbaguna tengah 5,73 12 4 1,30 0,53 150 19460,38 3325 6


5 Musholla 3,25 6 4 0,69 0,33 120 7090,91 3325 2

6 Lobi + Tangga selatan 5,73 12 4 1,30 0,53 150 19460,38 3325 6

7 Gudang bola 4,43 5,85 4 0,82 0,48 150 8098,59 3325 2

8 Ruang serbaguna selatan 5,73 12 4 1,30 0,53 150 19460,38 3325 6


Perhitungan Jumlah Lampu Tribun

E A
n
Kd

Data :

Kuat Penerangan yang di inginkan ( E ) : 120 Lx

Panjang ( P ) : 70 m

Lebar ( L ) :17 m

Faktor pemeliharaan ( ) : 0,7 (yang disarankan oleh FIFA)

Lampu philips ( ) : 15000 Lm

Faktor depresi ( Kd ) :0,7-0,8

E A
n
UF

120 70 17

0.7 15.000 0,8

142800
17 Unit
8400
PERENCANAAN PENERANGAN JALAN UMUM STADIUM

Untuk menentukan kuat penerangan jalan umum menuju stadion, maka


dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Tata letak penerangan jalan raya

atau

Dimana :

E = illumination level (lux).

F = Lamp flux (lumen)

U= Coefficient of utilization (%)

M = maintenance factor (%)

W = lebar jalan (m)

S = Spacing of lighting pole for roadway (M)

K = coefficient of lamp flux life (75%)

Jalan pada perumahan mempunyai data sebagai berikut :

1. Required illumination level : 12 lux


2. Lebar jalan (W) : 10 m
3. Tinggi lampu (H) : 10 m
4. Jarak antar PJU (s) : 25 m
5. angle above horisontal : 5 degree
6. over hung (OH) : 0.5 m
7. Maintenance factor (M) : 0.75
Perhitungan utilization

100,5
B/H (roadside) = = = 0,79
12

0,5
B/H (pavement side) = = = 0,04
12

dari grafik didapat (UTILIZATION CURVES) :

U1 = 0,05 (pavement side) U2 = 0.22(road side)

Maka U = U1 + U2 = 0.06 +0.22 = 0.28

Jadi besanya lumen yang harus diberikan untuk tiap tiap lampu sebesar :

ExWxS
F
UxMxK

12 x10 x25 2400


19.047,619 lumen
0.28 x0.75 x0.75 0,1575

Sehingga lampu yang dipilih memiliki spesifikasi sebagai berikut:

PHILIPS, SODIUM SON-T 250 W Colour rendering 25

Luminous Flux lamp 33.2000 lm Voltage 230 V

Wattage 250 W Standart IEC 60662, IEC 62035

Cos phi lampu = 0,93


Lampu PJU ini dipasang pada tiang tersendiri (tidak dipasang pada tiang listrik)
dengan jenis tiang single side 1 cabang dengan tinggi tiang 10 meter, lampu untuk
penerangan jalan dipasang 9 meter dari tanah dan 1 meter untuk ditanam. Jarak jalan
utama menuju stadion 367 m.

Jumlah lampu = 640/25 = 15 lampu.

Daya total PJU menuju stadion

S total = 268,8 x 15 = 4.032 VA = 6,03 kVA

Perhitungan Penghantar

1 Group 1 Fasa

268,8
In = = = 1,22
220

KHA = 1,25 x 1,22 = 1,525 A

Dipilih kabel TC Tipe NF2X 2x6mm2 dengan KHA 54 A


Perhitungan Pengaman

268,8
In = = = 1,22
220

Rating Maksimum pengaman: 250% x In = 250% x 1,22= 3,05 A

Susut tegangan:

L= 367m dengan jarak antar tiang sejauh 25m

3 L I
V = ; Xcu = 56 m/ mm2 ; L=367m
XA

2 367 1,22
V =
56 2

V = 7,99 V

Dipilih penghantar untuk penerangan jalan umum yaitu twisted cable NF2X 2 x
6 mm2 dengan kuat hantar arus sebesar 54A.

Maka dipilih rating MCB 1 fasa untuk grup pada SDP Pen 6= 2A

Busbar yang digunakan berukuran 12 x2 mm dengan kuat hantar arus sebesar


100A, busbar tembaga telanjang sebanyak 1 batang.
Pemilihan Penghantar dan Pengaman

Pemilihan Pengaman

S
Rumus In= Untuk 3 fasa
3 V

Rumus In= S Untuk 1 fasa


V

Group 1= 5,05 A 1 Fasa

Group 2= 5,05 A 1 Fasa

Group 3= 5,05 A 1 Fasa

Group 4= 2,25 A 1 Fasa

Group 5= 2,25 A 1 Fasa

Group 6= 2,25 A 1 Fasa

Group 7= 4,83 A 3 Fasa

Group 8= 4,55 A 1 Fasa

Group 9= 4,55A 1 Fasa

Group 10= 4,55A 1 Fasa

SDP 5 = 16,7 A 3 Fasa

Rating pengaman MCB=250% x In

Group 1= 250% x 5,05 A = 12,6 A

Group 2= 250% x 5,05 A = 12,6 A

Group 3= 250% x 5,05 A = 12,6 A

Group 4= 250% x 2,25 A = 5,6 A

Group 5= 250% x 2,25 A = 5,6A

Group 6= 250% x 2,25 A = 12,1 A

Group 7= 250% x 4,83 A = 12,3 A

Group 8= 250% x 4,55A = 11,4 A


Group 9= 250% x 4,55A = 11,4 A

Group 10= 250% x 4,55A = 11,4A

SDP 5 = 250% x 16,7 A = 41,8 A

Pemilihan Penghantar

KHA penghantar minimal adalah 125% x In

Group 1= 125% x 5,05 A = 6, 32 A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

Group 2= 125% x 5,05 A = 6, 32 A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

Group 3= 125% x 5,05 A = 6, 32 A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

Group 4= 125% x 2,25 A = 2, 81 A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

Group 5= 125% x 2,25 A = 2, 81A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

Group 6= 125% x 2,25 A = 2, 81A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

Group 7= 125% x 4,83 A = 6, 04 A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

Group 8= 125% x 4,55 A = 5, 68 A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

Group 9= 125% x 4,55 A = 5, 68A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

Group 10= 125% x 4,55 A = 5, 68A Dipilih NYA 2 ,5 mm2

SDP 5 = 125 % x 41,8 A = 52, 26 Dipilih NYA 16 mm2

Perencanaan Instalasi Tenaga

Stop Kontak 200VA sejumlah 15 unit Pengamanan instalasi tenaga termasuk ke


dalam SDP 5.
SINGLE FEEDER CUBICLE PLN CUBICLE PELANGGAN
Transformator Trafindo 800
JARINGAN TM 20 KV INCOMING METERING OUTGOING INCOMING METERING OUTGOING kVA

NYY 5x(1x150mm2)
Y
LBS LBS DS LBS LBS DS

CO
100A
ARRESTER CB CB NYY 3x(1x150mm2) MDP LV
PT PT
CT CT CT CT
1280 A 2.500 A
ATS
BC 50 mm2

BC 16 mm2
BC 16 mm2
N2XSY 3X(1X35 mm2) N2XSY 3X(1X35 mm2) N2XSY 3X(1X35 mm2)
F6 F5 F4 F3 F2 F1
16 A 32 A 320 A 320 A 320 A 320 A

BC 50 mm2
5,91 11,1 108,23 108,23 108,23 108,23
KVA KVA KVA KVA KVA KVA
NYRGbY NYRGbY NYRGbY NYRGbY NYRGbY NYRGbY
NYY 3x(1x150mm2)
1x(5x10) 1x(5x10) 2x(4x150) 2x(4x150) 2x(4x150) 2x(4x150)

Panel
Genset

G BC 50 mm2
Genset Caterpillar
BANGUNAN GARDU DISTRIBUSI UNTUK STADION 455 kVA
BC 50 mm2

NO. GAMBAR
SINGLE LINE DIAGRAM
TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
DIGAMBAR: Sandi Rizki Tamara 08-07-2017
KELAS: D4-2A DIPERIKSA: HERI SUNGKOWO -
PENENTUAN KAPASITAS DAYA TRAFO 3 FASA UNTUK STADION

Total Daya yang Dibutuhkan

Untuk memilih trafo yang akan digunakan dalam instalasi TM/TM/TR maka
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan diantaranya:

1. Harus mengetahui nilai beban total.


Pemilihan harus memperhatikan hubungan daya terpasang (riil) dan daya
tersambung (dari PLN) dengan daya pada trafo. Hal ini ditujukan untuk menentukan
nilai daya tersambung yang sesuai dengan nilai daya yang tersedia pada tarif dasar
listrik (TDL).
Nilai total daya terpasang diperoleh dari penjumlahan kelima kelompok beban
yang sudah ditentukan, sebagai berikut :

S = SDP 1 + SDP 2 + SDP 3 + SDP 4 + SDP 5 + SDP 6

S = 108235,24 + 108235,24 + 108235,24 + 108235,24+11019.35 + 5913,6

S = 449873,6 VA ~ 449,873 kVA

Dari nilai total daya terpasang dapat ditentukan nilai daya tersambung yang
tersedia pada TDL. Nilai total daya terpasang yang telah dihitung adalah sebesar 520
kVA.

Penentuan Daya Trafo

Dalam penggunaan energi listrik pada masa mendatang nilai beban dapat kita
prediksi akan bertambah. Pertambahan beban harus diantisipasi dari sekarang dengan
memberikan kuota daya lebih dari total nilai daya terpasang. Oleh karena itu daya
terpasang dapat dipertimbangkan agar dibebankan sebesar 80% dari nilai daya
maksimum trafo. Dan diperkirakan penambahan beban sebesar 20 % Sehingga daya
trafo yang dibutuhkan sebesar :

Kapasitas Daya Terpasang :

= Kebutuhan Beban Maksimum x 120 %

= 520 x 120 %

= 624 kVA
Jika faktor beban 0,81 (lihat tabel IEC) maka besarnya trafo yg digunakan adalah :
(100/81 x kapasitas daya terpasang)

100

81

100
624 = 770,37 800
81

Sehingga trafo harus memenuhi nilai daya sebesar 800 kVA dengan merek
trafindo.

Karena daya yang tersambung diatas 200 kVA, maka trafo tidak memakai GTT
(Gardu Trafo Tiang), melainkan Gardu Distribusi. Penyediaan trafo ditanggung
pelanggan dan rugi-rugi (kVARh) pada jaringan di tanggung pula oleh pelanggan.

PERHITUNGAN PERENCANAAN KABEL

1. Kabel dari SUTM menuju Incoming Cubical PLN


800
= = 28,09
20 3
KHA minimal kabel tiap penyulang = 1,25 x 28,09 A = 35,11 A
Sehingga kabel tiap penyulang ke kubikel PLN menggunakan kabel merk
Supreme N2XSY 12/20 (24)kV, 1x(3x35mm2) dengan KHA 233 A. (di
udara)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 55 derajat celcius = 0,61
b. Jumlah rak :1 =1

= 233x0,61 = 142,13 A (memenuhi)

. .3 142,61 .15 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 1,88
. 56 .35

(memenuhi).
Arus 142,13 A menggunakan kabel merek supreme dengan luas (3x35mm2),
KHA 233 A.

2. Kabel dari outoing cubical PLN menuju Incoming Cubical pelanggan

800
= = 28,09
20 3

KHA minimal = 1,25 x 28,09 A = 35,11 A


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme N2XSY 12/20 (24)kV,
3x(1x35mm2) dengan KHA 233 A. (di udara)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 55 derajat celcius = 0,61
b. Jumlah rak :1 =1

= 233x0,61 = 142,13 A (memenuhi)

. .3 142,61 .15 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 1,88
. 56 .35

(memenuhi).
Arus 142,13 A menggunakan kabel merek supreme dengan luas
3x(1x35mm2), KHA 233 A.

3. Kabel dari outgoing cubical pelanggan menuju ke incoming trafo

800
= = 28,09
20 3

KHA minimal = 1,25 x 28,09 A = 35,11 A


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme N2XSY 12/20 (24)kV,
3x(1x35mm2) dengan KHA 233 A. (di udara)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 55 derajat celcius = 0,61
b. Jumlah rak :1 =1

= 233x0,61 = 142,13 A (memenuhi)

. .3 142,61 .15 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 1,88
. 56 .35

(memenuhi).
Arus 142,13 A menggunakan kabel merek supreme dengan luas
3x(1x35mm2), KHA 233 A..
Busing trafo yang diugunakan adalah berukuran 250 A.

4. Kabel dari outgoing trafo menuju ke panel LVMDP

800
= = 1.154,7
400 3

KHA minimal = 1,25 x 1.154,7 A = 1.443,37 A.


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme NYY 0,6/1 (1,2kV),
4x(1x150mm2) dengan KHA 1.720 A. (di udara)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 50 derajat celcius = 0,71
b. Jumlah rak :1 = 1,00

= 1.720x0,71 = 1.221,2 A (tidak memenuhi)

1.7201.443,37
KHA kabel minimal adalah = 2.032,91
1.221,2

Arus 3.176,43 menggunakan kabel merek supreme dengan luas


5x(1x150mm2), KHA baru 2.150 A.
. .3 2.032,91 .15 .3
Perhitungan drop tegangan = .
= 56 .750
= 1,25

(memenuhi).
Busing trafo yang digunakan adalah berukuran 3.150 A.

Busbar yang digunakan adalah ukuran 40x10 mm, berat 3,56 kg/m,
berjumlah 4 batang dan dilapisi dengan konduktif, dengan KHA = 2.036 A.

Untuk pengahantar netral dan grounding, karena luas penampang penghantar


fasa lebih dari 35 mm2, maka penghantar grounding yang dipilih setengah
dari penghantar fasa, dan penghantar netral sama dengan penghantar fasa.
(PUILL bab 3 hal.77)

Netral, supreme NYY (1x150mm2)

Grounding, supreme NYY 3x(1x150mm2)


Sepatu kabel dengan type KCG-AL-150, lebar lubang baut 14,5

5. Kabel dari outgoing panel LVMDP menuju ke grup 1

108,235
= = 156,22
400 3

KHA minimal = 1,25 x156,22 A = 195,28 A.


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme NYRGbY 0,6/1 (1,2kV),
1x(4x70mm2) dengan KHA 203 A. (di dalam tanah)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 50 derajat celcius = 0,71
b. Resistivity of soil : 100C.cm/W = 1,00
c. Kedalaman : 160 cm = 0,95
d. Jumlah grup :5 = 0,64

= 203x0,71x0,95x0,64 = 84,29 A (tidak memenuhi)

203195,28
KHA kabel minimal adalah = 470,255
84,29

Arus 417,95 menggunakan kabel dengan luas 2x(4x150mm2), KHA baru


624 A.
. .3 470,95 .100 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 4,8
. 56 .300

(memenuhi).
Busbar yang digunakan adalah ukuran 30x5 mm, berat 1,34 kg/m, berjumlah
1 batang dan dilapisi dengan konduktif, dengan KHA = 448 A.

Untuk pengahantar netral dan grounding, karena luas penampang penghantar


fasa lebih dari 35 mm2, maka penghantar grounding yang dipilih setengah
dari penghantar fasa, dan penghantar netral sama dengan penghantar fasa.
(PUILL bab 3 hal.77)

Grounding, supreme NYY (1x150mm2)

Sepatu kabel dengan type KCG-AL-150, lebar lubang baut 14,5


6. Kabel dari outgoing panel LVMDP menuju ke grup 2

108,235
= = 156,22
400 3

KHA minimal = 1,25 x156,22 A = 195,28 A.


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme NYRGbY 0,6/1 (1,2kV),
1x(4x70mm2) dengan KHA 203 A. (di dalam tanah)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 50 derajat celcius = 0,71
b. Resistivity of soil : 100C.cm/W = 1,00
c. Kedalaman : 160 cm = 0,95
d. Jumlah grup :5 = 0,64

= 203x0,71x0,95x0,64 = 84,29 A (tidak memenuhi)

203195,28
KHA kabel minimal adalah = 470,255
84,29

Arus 417,95 menggunakan kabel dengan luas 2x(4x150mm2), KHA baru


624 A.
. .3 470,95 .100 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 4,8
. 56 .300

(memenuhi).
Busbar yang digunakan adalah ukuran 30x5 mm, berat 1,34 kg/m, berjumlah
1 batang dan dilapisi dengan konduktif, dengan KHA = 448 A.

Untuk pengahantar netral dan grounding, karena luas penampang penghantar


fasa lebih dari 35 mm2, maka penghantar grounding yang dipilih setengah
dari penghantar fasa, dan penghantar netral sama dengan penghantar fasa.
(PUILL bab 3 hal.77)

Grounding, supreme NYY (1x150mm2)

Sepatu kabel dengan type KCG-AL-150, lebar lubang baut 14,5


7. Kabel dari outgoing panel LVMDP menuju ke grup 3

108,235
= = 156,22
400 3

KHA minimal = 1,25 x156,22 A = 195,28 A.


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme NYRGbY 0,6/1 (1,2kV),
1x(4x70mm2) dengan KHA 203 A. (di dalam tanah)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 50 derajat celcius = 0,71
b. Resistivity of soil : 100C.cm/W = 1,00
c. Kedalaman : 160 cm = 0,95
d. Jumlah grup :5 = 0,64

= 203x0,71x0,95x0,64 = 84,29 A (tidak memenuhi)

203195,28
KHA kabel minimal adalah = 470,255
84,29

Arus 417,95 menggunakan kabel dengan luas 2x(4x150mm2), KHA baru


624 A.
. .3 470,95 .100 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 4,8
. 56 .300

(memenuhi).
Busbar yang digunakan adalah ukuran 30x5 mm, berat 1,34 kg/m, berjumlah
1 batang dan dilapisi dengan konduktif, dengan KHA = 448 A.

Untuk pengahantar netral dan grounding, karena luas penampang penghantar


fasa lebih dari 35 mm2, maka penghantar grounding yang dipilih setengah
dari penghantar fasa, dan penghantar netral sama dengan penghantar fasa.
(PUILL bab 3 hal.77)

Grounding, supreme NYY (1x150mm2)

Sepatu kabel dengan type KCG-AL-150, lebar lubang baut 14,5


8. Kabel dari outgoing panel LVMDP menuju ke grup 4

108,235
= = 156,22
400 3

KHA minimal = 1,25 x156,22 A = 195,28 A.


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme NYRGbY 0,6/1 (1,2kV),
1x(4x70mm2) dengan KHA 203 A. (di dalam tanah)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 50 derajat celcius = 0,71
b. Resistivity of soil : 100C.cm/W = 1,00
c. Kedalaman : 160 cm = 0,95
d. Jumlah grup :5 = 0,64

= 203x0,71x0,95x0,64 = 84,29 A (tidak memenuhi)

203195,28
KHA kabel minimal adalah = 470,255
84,29

Arus 417,95 menggunakan kabel dengan luas 2x(4x150mm2), KHA baru


624 A.
. .3 470,95 .100 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 4,8
. 56 .300

(memenuhi).
Busbar yang digunakan adalah ukuran 30x5 mm, berat 1,34 kg/m, berjumlah
1 batang dan dilapisi dengan konduktif, dengan KHA = 448 A.

Untuk pengahantar netral dan grounding, karena luas penampang penghantar


fasa lebih dari 35 mm2, maka penghantar grounding yang dipilih setengah
dari penghantar fasa, dan penghantar netral sama dengan penghantar fasa.
(PUILL bab 3 hal.77)

Grounding, supreme NYY (1x150mm2)


Sepatu kabel dengan type KCG-AL-150, lebar lubang baut 14,5

9. Kabel dari outgoing panel LVMDP menuju ke grup 5

11,01
= = 15,90
400 3

KHA minimal = 1,25 x15,90 A = 19,88 A.


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme NYRGbY 0,6/1 (1,2kV),
1x(5x10mm2) dengan KHA 68 A. (di dalam tanah)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 50 derajat celcius = 0,71
b. Resistivity of soil : 100C.cm/W = 1,00
c. Kedalaman : 160 cm = 0,95
d. Jumlah grup :5 = 0,64

= 68x0,71x0,95x0,64 = 29,35 A ( memenuhi)

. .3 29,35 .100 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 9,07
. 56 .10

(memenuhi).
Busbar yang digunakan adalah ukuran 12x2 mm, berat 0,23 kg/m, berjumlah
1 batang dan dilapisi dengan konduktif, dengan KHA = 123 A.

Sepatu kabel dengan type KCG-AL-10, lebar lubang baut 8,5


10. Kabel dari outgoing panel LVMDP menuju ke grup 6

5,91
= = 8,53
400 3

KHA minimal = 1,25 x8,53 A = 10,66 A.


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme NYRGbY 0,6/1 (1,2kV),
1x(5x10mm2) dengan KHA 68 A. (di dalam tanah)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
a. Temperatur lingkungan : 50 derajat celcius = 0,71
b. Resistivity of soil : 100C.cm/W = 1,00
c. Kedalaman : 160 cm = 0,95
d. Jumlah grup :5 = 0,64

= 68x0,71x0,95x0,64 = 29,35 A ( memenuhi)

. .3 29,35 .100 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 9,07
. 56 .10

(memenuhi).

Busbar yang digunakan adalah ukuran 12x2 mm, berat 0,23 kg/m, berjumlah
1 batang dan dilapisi dengan konduktif, dengan KHA = 123 A.
Sepatu kabel dengan type KCG-AL-10, lebar lubang baut 8,5

PERHITUNGAN Isc

Untuk menghitung besarnya Breaking Capasity dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

1. Menulis data data kelistrikan yang ada di penyulang.

2. Dengan perhitungan melalui rumus yang sudah ditetapkan. Untuk Jawa Timur
besarnya P = 50081,37 MVA

3. S = 800 kVA , Usc = 4,5% , VL = 400 V , Vo = 400 V

Resistansi (m) Reaktansi (m)

a. Jaringan Sisi Atas Sin 0,98


Psc = 500 < 81,370 MVA
X 1 Z1 .Sin.10 3
V2 400 2
Z1 320 m
Psc 500 X 1 320.0,98.10 3 0,3136 m
Cos 0,15

R1 Z1 .Cos.10 3

R1 320. 0,15.10 3 0,048 m

2
A. Transformator Vsc V0
Z2 x
800 kVA, 20 kV/400V, Vsc = 4% 100 S

Pcu =9100 W, Pfe = 1750 W 4,5 400 2


Z2 x
100 800
In = 800kVA / (3 400) = 1154,7 A
= 9 m
(10850 4002 103 )
R2 = = 2,71
8002
X 2 Z 22 R22

X 2 Z 22 R22 (9 2 (2,71) 2
8,58mOhm

B. Koneksi kabel dari trafo menuju MDP Untuk sistem 1 phasa


3 =
3 = 0,12 = 0,12 20 = ,

C. MCB/Pengaman 4 =

4 =

D. Busbar Trafo X5 = 0,15 x L = 0,15 x 0,25 = 0, 0375


L = 0,25m
A = 400 2 (40x4 mm)
R5 = 0

E. Busbar Utama
L = 1m
A = 250 2 X6 = 0,15 x L = 0,15 x 1 = 0,15

R6 = 0

F. Busbar Beban
L = 0,25 m X7 = 0,15 x 0,25 = 0,0375
Kelompok 1
108235,24
In = = = 156,22 A
3 400 3

KHA = 1,25 x In = 1,25 x 156,22 =


390,56 A
S = 60 mm2
0,25
R7 = = 22,5 = 0,09
60

X8 = 0
MCB R8 = 0

Kelompok 2
108235,24
In = = = 156,22 A X9 = 0,15 x 0,25 = 0,0375
3 400 3

KHA = 1,25 x In = 1,25 x 156,22 =


390,56 A
S = 60 mm2
0,25
R9 = = 22,5 = 0,09
60

X1 = 0
MCB R10 = 0

Kelompok 3
108235,24
In = = = 156,22 A X11 = 0,15 x 0,25 = 0,0375
3 400 3

KHA = 1,25 x In = 1,25 x 156,22 =


390,56 A
S = 60 mm2
0,25
R11 = = 22,5 = 0,09
60

X12 = 0
MCB R12 = 0

Kelompok 4
X13 = 0,15 x 0,25 = 0,0375
108235,24
In = = = 156,22 A
3 400 3

KHA = 1,25 x In = 1,25 x 156,22 =


390,56 A
S = 60 mm2
0,25
R13 = = 22,5 = 0,09
60

MCB R14 = 0 X14 = 0

Kelompok 5
11019,35 X15 = 0,15 x 0,25 = 0,0375
In = = = 15,90 A
3 400 3

KHA = 1,25 x In = 1,25 x 15,90 = 19,875


A
S = 24 mm2
0,25
R15 = = 22,5 = 0,23
24

X16 = 0
MCB R16 = 0

Kelompok 6
S 5,91 kVA
In= 8,53 A
3 V 3 x 400V
X17 = 0,15 x 0,25 = 0,0375
KHA = 250% x 8,53 = 21,325 A
S = 24 mm2
0,25
R17 = = 22,5 = 0,23
24

1. Arus Hubung Singkat Pengaman Utama


Resistansi dan reaktansi total untuk menentukan Isc pada trafo dapat
dihitung:
1 = 1 + 2 + 3 + 4 = 0,048 + 2,71 + 0 + 0 = 2,758

1 = 1 + 2 + 3 + 4 = 0,31 + 8,58 + 2,4 + 0 = 11,29

Arus hubung singkat pada pengaman utama dapat dihitung dengan rumus :

= = =

+ , + ,
= ,

Perencanaan Pengaman

Arus nominal Utama


Pada sisi sekunder trafo
S 800 kVA
In= 1.154,7 A
3 V 3 x 400 V
Is maks = 250% x 1.154,7 = 2.886,75 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman trafo


dengan In = 2.886,75 A maka pengaman menggunakan ACB:

Merk : Schneider

Tipe : Masterpact NW tipe H1 (NW25) + Micrologic6.0P

Rated current : 2500 A

Breaking capasity :65 kA

1. Arus hubung singkat pengaman cabang

Kelompok 1
2 = 1 + 5 + 6 + 7 + 8 = 2,758 + 0 + 0 + 0,09 + 0 = 2,848

2 = 1 + 5 + 6 + 7 + 8 = 11,29 + 0,0375 + 0,15 + 0,0375 + 0


= 11,515


= = =

+ , + ,
= ,

Perencanaan Pengaman

S 108,23 kVA
In= 156,22 A
3 V 3 x 400V

Ip maks = 250% x 156,22 = 390,56 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman


dengan In = 390,56 A maka pengaman menggunakan MCCB:

Merk : Schneider

Tipe : NW tipe 320 H1

Rated current : 320 A

Breaking capasity : 50 kA

Kelompok 2

3 = 1 + 5 + 6 + 9 + 10 = 2,758 + 0 + 0 + 0,09 + 0 = 2,848

3 = 1 + 5 + 6 + 9 + 10 = 11,29 + 0,0375 + 0,15 + 0,0375 + 0 = 11,515


= = =

+ , + ,

= ,

Perencanaan Pengaman
S 108,23 kVA
In= 156,22 A
3 V 3 x 400V

Ip maks = 250% x 156,22 = 390,56 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman


dengan In = 390,56 A maka pengaman menggunakan MCCB:

Merk : Schneider

Tipe : NS tipe 320 H1

Rated current : 320 A

Breaking capasity :50 kA

Kelompok 3
3 = 1 + 5 + 6 + 9 + 10 = 2,758 + 0 + 0 + 0,09 + 0 = 2,848

3 = 1 + 5 + 6 + 9 + 10 = 11,29 + 0,0375 + 0,15 + 0,0375 + 0


= 11,515


= = =

+ , + ,

= ,

Perencanaan Pengaman
S 108,23 kVA
In= 156,22 A
3 V 3 x 400V
Ip maks = 250% x 156,22 = 390,56 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman trafo


dengan In = 390,56 A maka pengaman menggunakan MCCB:

Merk : Schneider

Tipe : NS tipe 320 H1

Rated current : 320 A

Breaking capasity :50 kA

Kelompok 4
3 = 1 + 5 + 6 + 9 + 10 = 2,758 + 0 + 0 + 0,09 + 0 = 2,848

3 = 1 + 5 + 6 + 9 + 10 = 11,29 + 0,0375 + 0,15 + 0,0375 + 0


= 11,515


= = =

+ , + ,

= ,

Perencanaan Pengaman

S 108,23 kVA
In= 156,22 A
3 V 3 x 400V

Ip maks = 250% x 156,22 = 390,56 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman


dengan In = 390,56 A maka pengaman menggunakan MCCB:
Merk : Schneider

Tipe : NS 320 tipe H1

Rated current : 320 A

Breaking capasity :50 kA

Kelompok 5

Rt6 = Rt1 + R5 + R6 + R15 + R16 = 2,758 + 0 + 0 + 0,23 +0 = 2,988 m

Xt6 = Xt1 + X5 + X6 + X15 + X16 = 11,29 + 0,0375 + 0,15 + 0,0375 +0 = 11,515 m


= = =

+ , + ,

= ,

Perencanaan Pengaman

S 11,01 kVA
In= 15,90 A
3 V 3 x 400V

Ip maks = 250% x 15,90 = 39,76 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman


dengan In = 39,76 A maka pengaman menggunakan MCB:

Merk : Schneider

Tipe : NC100L
Rated current : 32 A

Breaking capasity : 25 kA

Kelompok 6

Rt6 = Rt1 + R5 + R6 + R15 + R16 = 2,758 + 0 + 0 + 0,23 +0 = 2,988 m

Xt6 = Xt1 + X5 + X6 + X15 + X16 = 11,29 + 0,0375 + 0,15 + 0,0375 +0 = 11,515


m


= = = = ,

+ , + ,

Perencanaan Pengaman

S 5,91 kVA
In= 8,53 A
3 V 3 x 400V

Ip maks = 250% x 8,53 = 21,325 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman


dengan In = 21,325 A maka pengaman menggunakan MCB:

Merk : Schneider

Tipe : NC100L
Rated current : 16 A

Breaking capasity : 25 kA

PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN KUBIKEL

Pemilihan Komponen Kubikel

Kubikel 20 kV adalah komponen peralatan untuk memutuskan dan


menghubungkan, pengukuran, tegangan, arus maupun daya, peralatan proteksi dan
control. Didalam perencanaan ini, pelanggan memesan daya kepada PLN sebesar 520
kVA, pelanggan ini termasuk pelanggan TM / TM / TR sehinga trafo milik pelanggan,
rugi-rugi di tanggung pelanggan, pengukuran di sisi TM dan trafo ditempatkan di gardu
distribusi.

Kubikel terdiri dari dua unit. Pertama adalah milik PLN (yang bersegel) dan
kubikel milik pelanggan (hak pelanggan sepenuhnya). Setiap kubikel terdiri dari
incoming, metering dan outgoing. Pada perencanaan ini, kubikel pelanggan dan PLN
disamakan spesifikasinya, karena selain PLN, pelanggan juga perlu memonitoring
metering milik pelanggan itu sendiri. Spesifikasi kubikel ialah:

4. Incoming : IM
5. Metering : CM2
6. Outgoing : DM1-A
Dari schneider / Merlin Gerin
1. INCOMING (IMC)
Terdiri atas LBS (load break switch), coupling kapasitor dan CT (Current
Transformator)

- LBS ( Laod Break Switch)


LBS ialah pemutus dan penyambung tegangan dalam keadaan berbeban,
komponen berbeban terdiri atas beberapa fungsi yaitu:

4. Earth Switch
5. Disconnect Switch
6. Load Break Switch
Untuk meng-energized, proses harus berurutan (1-2-3) dan memutus
beban harus dengan urutan kebalikan (3-2-1)

- Coupling Capasitor
Dalam penandaan kubikel membutuhkan lampu tanda dengan tegangan
kerja 400 V. Karena pada kubikel mempunyai tegangan kerja 20 kV, maka
tegangan tersebut harus diturunkan hingga 400 V menggunakan coupling
capasitor dengan 5 cincin yang menghasilkan output tegangan

= 20 kV/5 = 400 V

2. METERING (CM2)
Terdiri atas LBS type CS, busbar 3 phasa, LV circuit isolation switch, LV
fuse, 3 fuse type UTE atau DIN 6.3 A,Potensial Transformer (PT) dan heater 150 W
(karena daerah dengan tingkat kelembaban tinggi).
- Load Break Switch type CS
Dioperasikan dengan pengungkit yang terdiri atas :

1. Earth switch
2. Disconnect switch
- Potensial Transformer (PT)
- Transformer VRQ2 - n / S1 phase to phase 50 Hz
- Reted voltege : 24 kV
- Primary voltage : 20 kV
- Secondary voltage : 100 V
- Thermal power : 250 VA
- Kelas akurasi : 0,5
- Fuse
Fuse yang digunakan pada kubikel metering tergantung dari tegangan
kerja dan transformator yang digunakan.

Maka di pilih fuse dengan spesifikasi :

Fuse solefuse (UTE Standards) dengan


Rating arus 6,3 to 63 A
Rating voltage 24 kV

- Heater 50 W
Heater digunakan sebagai pemanas dalam kubikel. Sumber listrik heater
ini berdiri sendiri 220 V-AC. Difungsikan untuk menghindari flash over akibat
embun yang ditimbulkan oleh kelembaban di sekitar kubikel.

3. OUTGOING (DM1-A)
Terdiri atas:

SF1 atau SF set circuit breaker (CB with SFG gas)


Pemutus dari earth switch
Three phase busbar
Circuit breaker operating mechanism
Dissconector operating mechanism CS
Voltage indicator
Three ct for SF1 CB
Aux- contact on CB
Connections pads for ary-type cables
Downstream earhting switch.
Dengan aksesori tambahan:
Aux contact pada disconnector
Additional enclosure or connection enclosure for cabling from above
Proteksi menggunakan stafimax relay atau sepam progamable electronic unit
for SF1 CB.
Key type interlock
150 W heating element
Stands footing
Surge arrester
CB dioperasikan dengan motor mekanis.
NB: Keterangan lebih lengkap bisa dilihat katalog kubikel

PEMILIHAN KOMPONEN KUBIKEL


Pemilihan Fuse
Fuse = 400% x In

= 4 x 23,09 A

= 92,37 A

Maka di pilih fuse dengan spesifikasi :

Fuse solefuse (UTE Standards) dengan


Rating arus 80 A
Rating voltage 24 kV

Pemilihan Disconnecting Switch (DS).


Disconnecting switch merupakan peralatan pemutus yang dalam kerjanya
(menutup dan membuka) dilakukan dalam keadaan tidak berbeban, karena alat ini
hanya difungsikan sebagai pemisah bukan pemutus.
Jika DS dioperasikan pada saat keadaan berbeban maka akan terjadi flash
over atau percikan-percikan api yang dapat merusak alat itu sendiri.

Fungsi lain dari disconnecting switch adalah difungsikan sebagai pemisah


tegangan pada waktu pemeliharaan dan perbaikan, sehingga dperlukan saklar
pembumian agar tidak ada muatan sisa.

Karena DS dioperasikan sebagai saklar maka perhitungannya adalah :

S (trafo)
I 1,15
3 20kV

800kVA
I 1,15
3 20kV

= 26,55A

Sehingga dipilih DS dengan type SF 6 with earthing switch.

Pemilihan Load Break Switch.


Kemampuan pemutus ini harus disesuaikan dengan rating nominal dari
tegangan kerja, namun LBS juga harus mampu beroperasi saat arus besar ( Ics )
tanpa mengalami kerusakan.

Cara pengoperasian LBS bisa secara manual yaitu digerakkan melalui


penggerak mekanis yang dibantu oleh sisitem pegas dan pneumatic.pemilihan
LBS ditentukan berdasarkan dengan Rating arus nominal dan tegangan kerjannya :

800
= = = 23,09
320 320
LBS = 115 % x In = 1,15 x 23,09 A = 26,558 A

NB: Keterangan lebih lengkap bisa dilihat katalog kubikel


Pemilihan CB
CB = 250% x In

= 250% x 23,09 A

= 57, 725 A

NB: Keterangan lebih lengkap bisa dilihat katalog kubikel

Saklar Disconnector dan Saklar Pentanahan

Tabung Udara
Tiga kontak putar ditempatkan dalam satu enclosure dengan tekanan gas
relative 0,4 bar.

Operasi Keamanan
Saklar memiliki tiga posisi, yaitu:

- Tertutup
- Terbuka
- Ditanahkan
Dengan system operasi interlock, mencegah terjadinya kesalahan
pengoperasian.

- Current Transformator (CT)


Trafo yang digunakan adalah trafo dengan daya 2000 kVA. Sehingga
arus nominalnya ialah:


=
3
800
=
3 20
= 23,09

meter yang digunakan hanya mampu menerima arus sampai 5 A .


Sehingga dibutuhkan trafo arus (CT) dengan spesifikasi:

1. Transformer ARM2/N2F
2. Single Primary Winding
3. Double Secondary Winding Untuk Pengukuran dan Pengaman
4. Arus rating : 50 A / 5
5. Measurement 5A : 7,5 VA class 0,5
6. and protection 5A : 10 VA 5P10

PERENCANAAN GENSET

Penggunaan genset adalah 60% dari daya total.

Beban total sebesar 624 kVA.

Daya genset = beban total x 60%

= 624 x 60%

= 374,4 kVA

Daya genset yang digunakan = daya genset x 120%

= 374,4 x 120%

= 449,28 kVA

Dengan begitu akan digunakan genset dengan daya sebesar 455 kVA dengan Merk
Caterpillar Tipe C15-455 Standby 500 kVA, yang akan meliputi semua penerangan
area lapangan.
Dimensi genset dengan kapasitas 455 kVA yang dipilih mempunyai dimensi sebagai
berikut :

Panjang (L) : 3823 mm

Lebar (W) : 1150 mm

Tinggi (H) : 2166 mm

Berat Genset : 4032 kg

Perencanaan Pengaman

455kVA
In= 656,735 A
3 400

Ip maks = 250% x 656,735 A

= 1541,83 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman genset


dengan Ip maks = 1541,83 A maka pengaman menggunakan ACB:

Merk : Schneider

Tipe : Masterpact NW12 Tipe H1 + micrologic 2.0 A (NT12)

Isc : 65 kA

In : 1250 A
Perencanaan Penghantar

Kabel dari outgoing dari genset

455
= = 656,73
400 3

KHA minimal = 1,25 x 656,73 A = 820,91 A.


Sehingga menggunakan kabel merk Supreme NYY 0,6/1 (1,2kV),
2x(1x150mm2) dengan KHA 860 A. (di udara)
Dalam menentukan luas kabel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan :
c. Temperatur lingkungan : 50 derajat celcius = 0,71
d. Jumlah rak :1 = 1,00

= 860x0,71 = 610,6 A (tidak memenuhi)

860820,91
KHA kabel minimal adalah = 1.156,21
610,6

Arus 1.156,21 menggunakan kabel merek supreme dengan luas


3x(1x150mm2), KHA baru 1.290 A.
. .3 1.156,21 .15 .3
Perhitungan drop tegangan = = = 1,19
. 56 .450

(memenuhi).
Untuk pengahantar netral dan grounding, karena luas penampang penghantar
fasa lebih dari 35 mm2, maka penghantar grounding yang dipilih setengah
dari penghantar fasa, dan penghantar netral sama dengan penghantar fasa.
(PUILL bab 3 hal.77)

Netral, supreme NYY 2x (1x150mm2)

Grounding, supreme NYY (1x150mm2)

Sepatu kabel dengan type KCG-AL-150, lebar lubang baut 14,5

PEMILIHAN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH

Pemilihan ATS digunakan sebagai saklar oleh karena itu ATS harus mampu
menghubungkan dan memutuskan dalam keadaan berbeban. Kemampuan ATS minimal
sama dengan arus nominal beban.
Merk : CATERPILLAR

Ampere Rating : 800 A

Pole :4

Height : 229 (90) mm

Width : 102 (40) mm

Depth : 72 (28,225) mm

Reference figure :B

Weight : 615 (1355) kg

PERHITUNGAN ARRESTER DAN CUT OUT


Arrester

Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Oleh karena
pemilihan arrester harus sesuai dengan peralatan yang dilindunginya. Karena kepekaan
arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.

Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi


dasar yang sesuai dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi,
sehingga didapatkan perlindungan yang baik.

Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang datang
berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1s, jarak titik penyambaran dengan transformator
5 Km.
Tegangan dasar arrester
Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi
(primer) yaitu 20 PPPPKV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti
tegangan pada sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester
tersebut masih bisa bekerja sesuai dengan karakteristinya yaitu tidak bekerja pada
tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi masih tetap mampu
memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.Tegangan sistem tertinggi
umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal sistem. Pada arrester
yang dipakai PLN adalah :

Vmaks = 110% x 20 KV

= 22 KV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 28 KV.

Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam
keadaan gangguan pada tempat dimana penagkal petir, dengan tegangan rms fasa ke
fasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan Untuk menetukan
tegangan puncak (Vrms) antar fasa dengan ground digunakan persamaan:

Vm
Vrms =
2

22
=
2

= 15,5 KV

Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan
ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

Vrms 2
Vm(L - G) =
3

15,5 2
= = 12,6 KV
3

12,6 KV
Koefisien pentanahan =
15,5KV

= 0,82
Keterangan :

Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)

Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)

Tegangan pelepasan arrester


Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan,
tetapi kenaikan ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.

Tegangan yang sampai pada arrester :

e
Eo =
K .e.x

400KV
Eo =
0,0006 5Km

= 133,3 KV

Keterangan :

Eo = tegangan yang sampai pada arrester (KV)

e = puncak tegangan surja yang datang

K = konsatanta redaman (0,0006)

x = jarak perambatan

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran
yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi teganagn flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga
harga e adalah :

e =1,2 BIL saluran

Keterangan :

e = tegangan surja yang datang (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar transformator (KV)

Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)


2e Eo
I =
ZR
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak
perambatan sambaran tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang
satu dengan yang GTT yang lain berjarak antara 8 KM sampai 10 KM. ( SPLN
52-3,1983 : 11 )

100 %
R =

105KV
=
2,5KA

= 42

2 400 KV 133,3KV
I = = 15,8 KA
0 42

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (A)

e = tegangan surja yang datang (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja saluran ()

R = tahanan arrester ()

Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

V =IxR

Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :

ea = Eo + (I x R)

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (KA)

Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)

ea = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja ()

R = tahanan arrester ()
Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam
impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu
gelombang 1,5 x 40 s. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus
mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL
tersebut.

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran
yang dibatasi oleh BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan
probabilitas tembus isolator, maka 20% untuk faktor keamananny sehingga
harga E adalah :

e =1,2 BIL saluran

e = 1,2 x 150 KV

e = 180 KV

Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam


impulse crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standart suatu
gelombang 1,2/50 s. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus
mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL
tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL transformator
yaitu 150 KV

Margin Perlindungan Arrester


Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

MP = (BIL / KIA-1) x 100%

MP = (150 KV/ 133,3 1) x 100%

= 125.28 %

Keterangan :

MP = margin perlindungan (%)

KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar (KV)


Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo
daya. Kriteria yang berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi
transformator .

Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan


Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat
mungkin dengan peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan
Yang dilindungi digunakan persamaan sebagai berikut :

2 A x
Ep = ea +
v

2 4000 KV / s x
125 = 133,3 KV+
300m / s

8,3 = 26,6x

x = 0,31 m

jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.


Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator
tiang. Namun di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di
permukaan tanah dengan menggunakan kabel tanah. Transformator tersebut
berada dalam tempat terpisah dengan pengaman arresternya. Transformator
diletakkan di atas tanah dan terhubung dengan arrester yang tetap diletakkan di
atas tiang melalui kabel tanah.

Tabel Batas Aman Arrester

IMPULS BIL BIL KONDISI KETERANGAN


PETIR ARRESTER TRAF0

(KV) (150 KV) (125 KV)

Tegangan masih di
bawah rating
transformator
120 KV < 150 KV <125 KV Aman maupun arrester

Tegangan masih
memenuhi batasan
125 KV <150 KV =125 KV Aman keduanya

Tegangan lebih
diterima arrester dan
130 KV <150 KV >125 KV Aman
dialirkan ke tanah

Masih memenuhi
batas tegangan
tertinggi yang bisa
150 KV =150 KV >125 KV Aman diterima arrester.

Arrester rusak,
transformator rusak
200 KV >150 KV >125 KV Tidak
aman

Berdasarkan keterangan diatas maka pemilihan BIL arrester harus mempunyai


kemampuan yang sama atau diatas tegangan BIL petir (150 kV), sedangkan untuk BIL
trafo dapat menggunakan BIL yang lebih rendah yaitu 125 kV.

KARAKTERISTIK DAN PEMILIHAN CUT-OUT

Karakteristik utama suatu cut-out adalah sehubungan dengan kebuuhan antara


waktu dan arus. Hubungan antara minimum melting dan maksimim clearing time,
ditentukan dari test data yang menghasilkan karakteristik waktu dan arus. Kurva
minimum melting time dan maksimum clearing time adalah petunjuk yang penting
dalam penggunaan fuse link pada system yang dikoordinasikan.

Melting time adalah interval waktu antara permulaan arus gangguan dan
pembusuran awal. Interval selama dalam masa pembusuran berakhir adalah arching
time. Sedangkan clearing time adalah melting time ditambah dengan arching time

Faktor-faktor dalam pemilihan fuse cut-out

Penggunaan cut-out tergantung pada arus beban, tegangan, type


system, dan arus gangguan yang mungkinterjadi. Keempat factor diatas
ditentukan dari tiga buah rating cut-out, yaitu :
1. Pemilihan rating arus kontinyu
Rating arus kontinyu dari fuse besarnya akan sama dengan atau lebih
besar arus arus beban kontinyu maksimum yang diinginkan akan ditanggung.
Dalam menentukan arus beban dari saluran, pertimbangan arus diberikan pada
kondisi normal dan kondisi arus beban lebih ( over load ). Pada umumnya
outgoing feeder 20 kV dari GI dijatim mampu menanggung arus beban
maksimum 630 A, maka arus beban sebesar 100 A.

2. Pemilihan Rating tegangan

Rating tegangan ditentukan dari karakteristik sebagai berikut :

Tegangan system fasa atau fasa ke tanah maksimum.


System pentanahan.
Rangkaian satu atau tiga fasa.
Sesuai dengan tegangan sisitem dijatim maka rated tegangan cut-out
dipilih sebesar 20 kV dan masuk ke BIL 150 kV.

3. Pemilihan rating Pemutusan.


Setiap transformator berisolasi minyak harus diproteksi dengan gawai
proteksi arus lebih secara tersendiri pada sambungan primer, dengan
kemampuan atau setelan tidak lebih dari 250 %dari arus pengenal
transformator.(PUIL 2000 Hal.191)

Setelah melihat data- data diatas maka perhitungan pemilihan fuse cut-
out adalah sebagai berikut :

800
Arus nominal = = 23,09
320

Arus = In x 250% = 57,73 A

Rating arus kontinyu dari fuse besarnya dianggap sama atau lebih besar
dari beban kontinyu maksimal yang diinginkan / ditanggung. Oleh karena itu
dipilih CO dengan arus sebesar 100 A, yang mempunyai spesifikasi umum
sebagai berikut:

Type : NCX
BIL :150 kV
Voltage Nominal : 20 kV
Current continuous : 100 A
Interupting RMS Asym : 8 kA

PERHITUNGAN KAPASITOR

Pemasangan Kapasitor

Untuk memaksimalkan penggunaan daya pada tranformator 1 maka


direncanakan pemasangan kapasitor. Beberapa keuntungan pemasangan kapasitor
adalah :

Menurunkan pemakaian kVA total


Mengoptimalkan daya trafo
Menurunkan rugi tegangan
Dll

Diketahui data stadion sebagai berikut :

Total daya 449.87 kVA


Power factor 0.68
Power factor yang diinginkan 0.95
Daya aktif 305,91 kW

Perhitungan pemakaian

Pemakaian per bulan : 10 jam / hari x 305,91 kW = 91.774,092 kWh

Batas kVARh yang di bebaskan PLN : 0,62 x 91.774,092 = 65.899,937 kWh

Tanpa kompensasi Dengan kompensasi

Cos = 0,68 maka tan = 1,08 Cos = 0,95 maka tan = 0,33

Daya reaktif terpakai : Daya reaktif terpakai :

= daya beban x tan = daya beban x tan

= 305,91 x 1,08 = 305,91 x 0,33

= 330,38 kVAR = 100,95 kVAR

Pemakaian daya reaktif / bulan : Pemakaian daya reaktif / bulan :

= 330,38 x 10 jam/hari x 30 hari = 100,95 x 10 jam/hari x 30 hari

= 99.114,84 kVARh = 30.285,09 kVARh

Denda kelebihan pemakaian daya reaktif : Denda kelebihan pemakaian daya reaktif
:
= (99.114,84 65.899,937 ) x Rp. 573 ,-
= (30.285,09 65.899,937) x Rp. 573 ,-
= Rp. 19.032.139 ,- / bulan
= Rp. -

Dengan meningkatkan faktor daya menjadi 0,95 maka pabrik baja tidak
membayar denda pada PLN. Penghematan per bulan Rp. Rp. 19.032.139 ,-

Kapasitor yang diperlukan :

Q = 305,91 kW x ( 1,08 0,33 ) = 229,43 kVAR

Sehingga menggunakan kapasitor bank merk Scheider 23 step @ 10 kVAR


Pengaman utama kapasitor

230
= = = 331,97
4003 4003
KHA = In x 125 %
= 331,97 x 125 % = 414,97 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman genset dengan Ip


maks = 414,97 A maka pengaman menggunakan ACB:

Merk : Schneider

Tipe : Masterpact NW40 Tipe H1 + micrologic 2.0 A (NT12)

Isc : 65 kA

In : 400 A

Pengaman tiap kapasitor

10
= = = 14.433
4003 4003
KHA = In x 125 %
= 14.433 x 125 % = 18,04 A

Berdasarkan perhitungan pengaman diatas maka dipilih pengaman genset dengan Ip


maks = 18,04 A maka pengaman menggunakan MCB:

Merk : Schneider

Tipe : NC100L

Isc : 25 kA

In : 16 A
PERENCANAAN BANGUNAN GARDU DISTRIBUSI

Perhitungan Sangkar Faraday

Perhitungan sangkar faraday bertujuan untuk mengetahui besarnya medan listrik


yang berpengaruh dan berbahaya bagi pekerja yang bekerja dekat dengan bagian yang
bertegangan. Pekerja dapat menggunakan perlindungan untuk hal tersebut seperti
sangkar faraday dimana kuat medan listrik didalam pelindung konduktor ini merupakan
fungsi dari derajad perlindungan.

Faraday telah membuktikan bahwa kuat medan listrik didalam dalam sangkar
adalah nol (0) bila sangkar berbujur kotak penuh. Tetapi perlindungan terhadap medan
ini hanya dilakukan untuk sangkar yang berbentuk setengah kotak yang bertujuan agar
pekerja dapat bekerja dengan tenang.

Dalam perhitungan ini yang perlu diperhatikan adalah system pengaman dari sisi
TR maupun TT pada trafo. Sesuai dengan catalog yang ada jarak aman trafo under build
TM-TR = 1m. Diambil 1 meter dan panjang manusia 500 mm.

Dimensi trafo yang digunakan dengan data sebagai berikut :

Panjang (L) : 1710 mm

Lebar (W) : 985 mm

Tinggi (H) : 1680 mm


Sehingga diperoleh sangkar faraday sebagai berikut :

Panjang : ((jarak aman trafo + panjang tangan manusia) x 2) + panjang trafo

: ((1000 + 500)x 2) + 1710 mm = 4710 mm

Lebar : ((jarak aman trafo + panjang tangan manusia) x 2) + lebar trafo

: ((1000 + 500)x 2) + 985 m = 3985 mm

Tinggi : jarak aman trafo + tinggi trafo

: 1000 mm + 1680 mm = 2.680 mm


SANGKAR FARADAY UNTUK TRAFO PABRIK

TANDA 2.680
PERINGAT
AN

PINTU UNTUK 4.710


KELUAR
MASUK
Pada sisi ini sangkar dapat
3.985 dibuka tutup untuk keperluan
keluar masuk trafo

Digambar : Sandi Rizki Tamara


DITAIL GROUNDING SANGKAR FARADAY
NIM : 1641153001
Tanggal : 08-07-2017
POLITEKNIK NEGERI MALANG Diperiksa : Heri Sunkowo
PERHITUNGAN, PERENCANAAN, DAN DESAIN CELAH UDARA PADA
GARDU INDUK

Dalam kerjanya transformator tidak lepas dari kerugian salah satunya adalah
panas, panas yang berlebihan pada trafo dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak
diinginkan antara lain :

1. Drop tegangan.
2. Pemanasan pada minyak trafo yang berlebihan, sehingga menyebabkan turunnya
kualitas minyak trafo yang dapat mengakibatkan tegangan tembus minyak trafo
turun.
Sehingga dalam kerjanya trafo menuntut sistem pendinginan yang baik, oleh
karena itu sistem pendinginannya harus mempunyai kinerja yang baik, dari berbagai
macam faktor yang mempengaruhi pendinginan salah satunya adalah sirkulasi udara,
karena dalam perencanaan ini trafo yang digunakan diletakkan dalam ruangan (indoor).
Untuk itu kita harus menghitung seberapa besar celah ventilasi yang dibutuhkan agar
sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik.

Celah minimal suatu ventilasi trafo adalah 20cm 2 / KVA terpasang, dengan
perhitungan sebagai berikut:

Celah ventilasi pada trafo dihitung pada saat load losses dengan losses sebesar 9.100
watt hal tersebut dapat dilihat pada data trafo.

Data lain yang diketahui adalah sebagai berikut:

1) Temperatur udara masuk(t1) 20oC


2) Temperatur udara keluar (t2) 35oC
1
3) Koefisiensi muai udara ( )
273
4) Tinggi ruangan = 4,5 meter.
Dengan data diatas dapat dicari volume udara yang dibutuhkan untuk
mensirkulasi panas adalah sebagai berikut:

860 Pv
V x(1 t1 )
1116 (t 2 t1 )

dimana:

Pv = rugi trafo (Kw)/ no load losses + load losses = 1,75 + 9,1 = 10,85 kW
t1 = temperatur udara masuk (oC)

t2 = temperatur udara keluar (oC)

= koefisien muai udara

H = ketinggian ruangan (m)

sehingga:

860 x10,85 1
V x(1 .20)
1116 (35 20) 273

9.331
V x (1 0,073)
16740

V 0,516 m 3 s

Kemampuan pemanasan udara yang mengalir disepanjang tangki trafo adalah

H
v

dimana:

H=ketinggian (m)

= koefisien tahanan aliran udara

Koefisien tahanan aliran udara berbeda-beda tergantung pada kondisi daripada tempat
diletakkannya trafo itu sendiri.

Kondisi tempat

Sederhana 4.....6

Sedang 7.....9

Baik 9.....10 (jaringan konsen)>20

Apabila kondisi tempat dimisalkan adalah baik maka = 9.

Sehingga:

4,5
v
9
v 0,5

Maka dapat kita hitung celah ventilasi sebagai berikut:

qc (penampang celah udara yang masuk) : V


v

0,516 m 3 s
qc = = 1,032
0,5

Karena udara yang keluar memiliki temperatur yang lebih tinggi daripada udara
yang masuk yang diakibatkan proses pendinginan trafo dalam ruangan sehingga terjadi
pemuaian maka ventilasi udara keluar yang dibutuhkan harus lebih besar daripada celah
ventilasi udara masuk, dengan kata lain:

q A qC

Sehingga:

q A 1,1. qC

q A 1,1x1,032

q A 1,1352 m 2

Nilai perhitungan diatas adalah nilai minimum, sehingga pemakaian ventilasi


udara bisa memakai ukuran yang lebih besar dari ukuran perhitungan diatas.

Menurut PUIL 2000 celah udara yang diijinkan pada Gardu induk adalah sebesar
20 cm2/kVA maka dari itu, perhitungan luas celah udara untuk ventilasi GI adalah
sebagai berikut :

Daya trafo = 800 kVA

Celah udara total = 800 x 20 = 16.000 cm2

Ruang yangdigunakan sebagai tempat peletakan transformator , mepunyai


dimensi panjang x lebar x tinggi(7m x 6m x 4,5m )

Celah udara seluas 16.000 cm2 ini dibagi 4 celah ventilasi, 2 celah ventilasi
terdapat didinding sisi bawah sebagai tempat masuknya udara , dan 2 celah ventilasi
terdapat sisi atas dinding sebagai tempat keluarnya udara.

Celah udara sisi bawah


Berdimensi 60 cm x 50 cm = 3.000 cm2 x 2 = 6.000 cm2
Perencanaan celah ventilasi sisi bawah didisain agak miring
Celah udara sisi atas
Berdimensi 100 cm x 50 cm = 5.000 cm2 x 2 = 10.000 cm2
Perencanaan celah ventilasi sisi atas didisain lebih luas dari ventilasi sisi
bawah karena udara yang memuai akibat pemanasan trafo memiliki volume
yang lebih besar daripada udara yang masuk.

PENTANAHAN

PENTANAHAN BODY TRAFO DAN BODY CUBICLE

Pada pentanahan body trafo, sangkar faraday dan body cubicle harus mempunyai
tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan
elektroda batang tunggal dan Elektroda ditanam pada tanah sawah dengan tahanan jenis
( ): 30 ohm/m.

Di pilih elektroda batang dengan spesifikasi sebagai berikut :

Diameter 25 mm dan jari jari 12,5 mm = 0,0125 m (r)


Panjang elektroda = 4 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

4L
R pentanahan = ln 1
2. .L a

30 4 x4
ln 1
2. .4 0,0125

= 8,54 Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5

Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

l 4
k In In 5,7
r 0,0125

1 L 1 4 In.x In.1,25
x 1,25 m 0,039
L 4 k 5,7

1 m 1 0,039
Factor pengali konfigurasi = 0,5
2 2

Rpt x factor pengali konfigurasi
2L

30
x0,5 0,59 memenuhi persyaratan karena Rpt<5
2x 4

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang


tunggal sistem double straight adalah sebesar 0,59 . Sehingga memenuhi syarat PUIL.

PENTANAHAN ARESTER DAN KABEL N2XSEFGbY

Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam siatem maka arrester harus di
tanahkan dan harus mempunyai tahanan maksimum 1 ohm.Dalam pentanahan ini
menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dan Elektroda ditanampada
tanah ladang dengan tahanan jenis ( ): 30 ohm/m.

Di pilih elektroda batang dengan spesifikasi sebagai berikut :

Diameter 25 mm dan jari jari 12,5 mm = 0,0125 m (r)


Panjang elektroda = 4 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

4L
R pentanahan = ln 1
2. .L a

30 4 x4
ln 1
2. .4 0,0125

= 8,54 Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 1

Menggunakan konfigurasi metode TRIANGLE

1+2
= 3

Nilai x:
1+ 1+4
= = = 1,25
4
Nilai m:
ln 1,25
= = = 0,038
4
0,0125
1+2 1+20,038
= = = 0,35 (faktor pengali)
3 3

= ( ) .

30
x0,35 0,42
2x 4

Jadi, pentanahan yang diperoleh dengan sistem pentanahan elektroda batang


dengan metode square sejumlah 3 buah. Sehingga nilai R pembumiannya menjadi 0,42
ohm.

PENTANAHAN TITIK NETRAL TRAFO

Pada pentanahan titik netral trafo harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm.
Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dan
Elektroda ditanam pada tanah sawah dengan tahanan jenis ( ): 30 ohm/m.

Di pilih elektroda batang dengan spesifikasi sebagai berikut :

Diameter 25 mm dan jari jari 12,5 mm = 0,0125 m (r)


Panjang elektroda = 4 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

4L
R pentanahan = ln 1
2. .L a

30 4 x4
ln 1
2. .4 0,0125

= 8,54 Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5

Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

l 4
k In In 5,7
r 0,0125

1 L 1 4 In.x In.1,25
x 1,25 m 0,039
L 4 k 5,7

1 m 1 0,039
Factor pengali konfigurasi = 0,5
2 2

Rpt x factor pengali konfigurasi
2L

30
x0,5 0,59 memenuhi persyaratan karena Rpt<5
2x 4

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang


tunggal sistem double straight adalah sebesar 0,59 . Sehingga memenuhi syarat PUIL.

PENTANAHAN PANEL MDP LV, BODY GENSET DAN PANEL GENSET

Pada pentanahan pentanahan panel mdp lv, body genset dan panel genset harus
mempunyai tahanan maksimum 5 ohm. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem
pentanahan elektroda batang tunggal dan Elektroda ditanam pada tanah sawah dengan
tahanan jenis ( ): 30 ohm/m.

Di pilih elektroda batang dengan spesifikasi sebagai berikut :

Diameter 25 mm dan jari jari 12,5 mm = 0,0125 m (r)


Panjang elektroda = 4 meter
Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

4L
R pentanahan = ln 1
2. .L a

30 4 x4
ln 1
2. .4 0,0125

= 8,54 Tidak memenuhi syarat karena lebih dari 5

Menggunakan konfigurasi DOUBLE STRAIGHT

l 4
k In In 5,7
r 0,0125

1 L 1 4 In.x In.1,25
x 1,25 m 0,039
L 4 k 5,7

1 m 1 0,039
Factor pengali konfigurasi = 0,5
2 2

Rpt x factor pengali konfigurasi
2L

30
x0,5 0,59 memenuhi persyaratan karena Rpt<5
2x 4

Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan pentanahan elektroda batang


tunggal sistem double straight adalah sebesar 0,59 . Sehingga memenuhi syarat PUIL.

PERENCANAAN KOMPONEN PANEL dan MDP LV


1. CURRENT TRANSFORMER
Untuk MDP LV, mempunyai arus nominal pada busbar utama sebesar
1.154,7 Sehingga membutuhkan Current transformer dengan rating di atas
1.154,7 untuk bisa membaca arus. Selain itu, juga mencocokan dengan
ukuran busbar yang digunakan. Karena busbar utama yang digunakan pada
MDP LV berukuran 4 (40 x 10 mm), maka dipilih CT yang sesuai dengan
ukuran busbar.
Spesefikasi CT yang digunakan adalah :
type CT : CT 110
merk : GAE
rated current rating(SR) : 1200 A
Class : 0,5
Burden : 30 VA
2. Lampu Pilot
Type lampu pilot : XB4
Daya : 2,4 W
Tegangan : 230 -240 V AC (50- 60 Hz)
Burden : 5 VA

NB: keterangan lebih lengkap ada pada lampiran katalog

3. Fuse
type fuse : Size 000, 400 V gG
Merk : MERSEN
rated current rating :2A
Tegangan : 400 V
4. Power meter

Pengukuran di kubikel pelanggan menggunakan Power Meter.

Power meter yang di pilih :


type : PM1200
Merk : Merlin Gerlin

Pengukuran di panel LVMDP menggunakan Power Meter.

Power meter yang di pilih :


type : PM870
Merk : Merlin Gerlin

Anda mungkin juga menyukai